Kelapa Sawit Landasan Teori

Sifat Crude Cochin RBD Melting point o C - 24-26 24-26 Indeks refraksi 40 o C - 1,448-1,450 1,448-1,450 Sumber: Hui, 1996 Minyak kelapa digolongkan ke dalam minyak asam laurat. Dan berdasarkan tingkat ketidakjenuhannya yang dinyatakan dalam bilangan iod iodine value, maka minyak kelapa dapat digolongkan ke dalam golongan non- drying oil. Dengan bilangan iod berkisar antara 7,5 – 10,5 Tambun, 2006.

2.2.2. Kelapa Sawit

Kelapa sawit masih termasuk dalam keluarga palma. Tingginya dapat mencapai 24 meter. Akar serabut tanaman kelapa sawit mengarah ke bawah dan samping. Seperti jenis palma lainnya, daunnya tersusun majemuk menyirip. Daun berwarna hijau tua dan pelepah berwarna sedikit lebih muda. Batang tanaman diselimuti bekas pelepah hingga umur 12 tahun. Setelah umur 12 tahun pelapah yang mengering akan terlepas sehingga penampilan menjadi mirip dengan kelapa. Bunga jantan dan betina terpisah namun berada pada satu pohon monoecious diclin dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar Hambali, 2007. Buah sawit mempunyai warna bervariasi dari hitam, ungu, hingga merah tergantung bibit yang digunakan. Buah bergerombol dalam tandan yang muncul dari tiap pelapah. Minyak dihasilkan oleh buah. Kandungan minyak bertambah sesuai kematangan buah. Setelah melewati fase matang, kandungan asam lemak bebas FFA, free fatty acid akan meningkat dan buah akan rontok dengan sendirinya Hambali, 2007. Universitas Sumatera Utara Klasifikasi tanaman kelapa sawit adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Liliopsida Ordo : Arecales Family : Arecaceae Genus : Elaeis Spesies : Elaeis guineensis Hambali, 2007. Minyak kelapa sawit diperoleh dari pengolahan buah kelapa sawit dengan kandungan asam lemak yang bervariasi, baik dalam panjang maupun struktur rantai karbonnya. Panjang rantai karbon minyak kelapa sawit berkisar antara atom C12-C20 Hambali, 2007. Tabel 7. Sifat fisiko-kimia minyak kelapa sawit Sifat Jumlah Bilangan penyabunan mg KOHg minyak 190,1-201,7 Bilangan iod wijs 50,6-55,1 Melting point o C 31,1-37,6 Indeks refraksi 50 o C 1,455-1,456 Sumber: Hui, 1996 Minyak sawit mengandung sejumlah kecil komponen non-trigliserida, seperti karotenoid, tokoperol, tokotrienol, sterol, phospatida, dan alkohol alipatik dan selanjutnya disebut komponen minor. Jumlah komponen minor dalam minyak sawit sekitar 1. Tiga komponen minor pertama kelapa sawit memiliki peranan penting dalam mempertahankan stabilitas minyak, dan merupakan agen antioksidan alami yang menjaga stabilitas minyak akibat oksidasi. Minyak kelapa sawit mengandung sekitar 500-700 ppm karoten dan 600-1.000 ppm tokotrienol Universitas Sumatera Utara dan tokoperol. Umumnya karoten hadir dalam bentuk á dan â-karoten dan berperan sebagai sumber vitamin A sedangkan tokotrienol dan tokoperol merupakan sumber vitamin E Hambali, 2007. Minyak sawit dapat digunakan untuk bahan makanan dan industry melalui proses ekstraksi dan pemurnian, seperti penjernihan dan penghilangan bau atau dikenal dengan RBDPO refined, bleached, and deodorized palm oil. Setelah itu CPO dapat difraksinasi menjadi RBD stearin dan RBD olein dengan komposisi asam lemak yang berbeda. RBD olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng, sedangkan RBD stearin terutama dipakai untuk margarine, serta bahan baku industry sabun dan deterjen Hambali, 2007. Secara umum, proses pengolahan minyak sawit dapat menghasilkan 73 olein, 21 stearin, 5 PFAD palm fatty acid distillate, dan 0,5 bahan lainnya. Pada umumnya PFAD digunakan untuk industry, baik sebagai bahan baku sabun maupun makanan ternak. PFAD memiliki kandungan FFA free fatty acid sekitar 81,7, gliserol 14,4, squalane 0,8, vitamin E 0,5, sterol 0,4, dan lain-lain 2,2 Hambali, 2007. Produk-produk turunan minyak sawit yang dapat digunakan sebagai bahan baku biodiesel di antaranya CPO, CPO low grade kandungan FFA tinggi, PFAD, dan RBD olein. Sebelum diolah menjadi biodiesel, CPO membutuhkan proses pemurnian degumming yang bertujuan untuk menghilangkan senyawa- senyawa pengotor yang terdapat dalam minyak, seperti gum dan fosfatida Hambali, 2007. Universitas Sumatera Utara

2.2.3. Jarak Pagar