4.3. Tanaman Penghasil Biodiesel
Tanaman penghasil biodiesel yang dibahas disini adalah tanaman yang memiliki minyak yang dapat diolah menjadi biodiesel sebagai bahan bakar
alternatif pengganti bahan bakar fosil. Tanaman tersebut antara lain:
4.3.1. Kelapa
Biodiesel yang dihasilkan dari tanaman kelapa disebut cocodiesel atau coco methyl ester CME. Dalam memproduksi biodiesel, minyak kelapa yang
telah diekstrak dari daging buah kelapa baik melalui pembuatan santan hingga menjadi minyak, atau melalui pengeringan daging buah menjadi kopra yang
kemudian diolah menjadi minyak kelapa, diolah melalui proses reaksi transesterifikasi untuk memperoleh biodiesel tersebut.
Untuk memproduksi biodiesel dari kelapa, perlu dilakukan beberapa tahapan seperti berikut ini:
1. Daging buah kelapa diektrak baik dari santannya ataupun dari kopra untuk
diambil minyak kelapa. 2.
Minyak kelapa yang didapat ditambahkan dengan metanol dan katalis basa melalui reaksi transesterifikasi tahap pertama.
3. Reaksi tersebut akan menghasilkan cocodiesel kasar serta gliserin.
4. Pisahkan gliserin dari cocodiesel kasar, kemudian tambahakan metanol dan
KOH pada cocodiesel kasar tersebut. 5.
Lakukan reaksi transesterifikasi tahap kedua, reaksi ini juga akan menghasilkan gliserin, pisahkan kembali gliserin dari cocodiesel kasar.
Universitas Sumatera Utara
6. Setelah diperoleh cocodiesel kasar, lakukan pencucian untuk menghilangkan
zat – zat pengotor lainnya, setelah itu lakukan pengeringan. 7.
cocodiesel siap untuk digunakan pada mesin diesel baik dalam keadaan murni 100 ataupun dicampur dengan solar.
4.3.2. Kelapa Sawit
Minyak sawit yang dihasilkan dari tanaman kelapa sawit merupakan salah satu jenis minyak nabati yang mengandung asam lemak dengan rantai
karbon C14-C20, sehingga mempunyai peluang untuk dikembangkan sebagai bahan baku biodiesel.
Proses transesterifikasi meliputi dua tahap. Transesterifikasi I yaitu pencampuran antara kalium hidroksida KOH dan metanol CH30H dengan
minyak sawit. Reaksi transesterifikasi I berlangsung sekitar 2 jam pada suhu 58- 65°C. Bahan yang pertama kali dimasukkan ke dalam reaktor adalah asam lemak
yang selanjutnya dipanaskan hingga suhu yang telah ditentukan. Tepat pada suhu reactor 63°C, campuran metanol dan KOH dimasukkan
ke dalam reaktor dan waktu reaksi mulai dihitung pada saat itu. Pada akhir reaksi akan terbentuk metil ester dengan konversi sekitar 94. Selanjutnya produk ini
diendapkan selama waktu tertentu untuk memisahkan gliserol dan metil ester. Gliserol yang terbentuk berada di lapisan bawah karena berat jenisnya lebih besar
daripada metil ester. Gliserol kemudian dikeluarkan dari reaktor agar tidak mengganggu proses transesterifikasi II.
Selanjutnya dilakukan transesterifikasi II pada metil ester. Setelah proses transesterifikasi II selesai, dilakukan pengendapan selama waktu tertentu agar
Universitas Sumatera Utara
gliserol terpisah dari metil ester. Pengendapan II memerlukan waktu lebih pendek daripada pengendapan I karena gliserol yang terbentuk relatif sedikit dan akan
larut melalui proses pencucian. Pencucian hasil pengendapan pada transesterifikasi II bertujuan untuk
menghilangkan senyawa yang tidak diperlukan seperti sisa gliserol dan metanol. Pencucian dilakukan pada suhu sekitar 55°C. Pencucian dilakukan tiga kali
sampai pH campuran menjadi normal pH 6,8-7,2. Pengeringan bertujuan untuk menghilangkan air yang tercampur dalam
metil ester. Pengeringan dilakukan sekitar 10 menit pada suhu 130°C. Pengeringan dilakukan dengan cara memberikan panas pada produk dengan suhu
sekitar 95°C secara sirkulasi. Tahap akhir dari proses pembuatan biodiesel adalah filtrasi. Filtrasi
bertujuan untuk menghilangkan partikel – partikel pengotor biodiesel yang terbentuk selama proses berlangsung, seperti karat kerak besi yang berasal dari
dinding reaktor atau dinding pipa atau kotoran dari bahan baku. Biodiesel dari minyak kelapa sawit siap untuk digunakan.
4.3.3. Jarak Pagar