1.3.1 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
1. Melihat gambaran dan perbedaan secara makroskopis dan
mikroskopis pada ginjal mencit yang terpapar Pb asetat dengan pemberian rosella.
2. Perbedaan gambaran makroskopis dan mikroskopis terhadap
kelompok kontrol, kelompok yang diberi Pb asetat saja dan kelompok yang diberi Pb asetat dan ekstrak rosella
1.3.2 Tujuan Khusus,
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah Melihat struktur mikro dan makro anatomi ginjal mencit yang diberi Pb
asetat 100mgkgBBhari dengan pemberian rosella Hibiscus sabdariffa 56mgkgBBhari secara bersamaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk 1.
Agar paham terhadap efek negatif yang ditimbulkan Pb asetat terhadap tubuh.
2. Mengetahui perubahan histologi yang terjadi pada ginjal mencit
setelah pemberian Pb asetat dan pemberian Pb asetat bersamaan dengan ekstrak bunga rosella.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Timbal Pb 2.1.1 Gambaran Umum
Timbal Pb dapat ditemukan di berbagai media lingkungan seperti udara, air, debu dan tanah. Logam Pb atau bentuk persenyawaannya berasal dari
pembakaran bahan bakar kendaraan bermotor, emisi industri dan dari penggunaan cat bangunan yang mengandung Pb. Di alam Pb terdapat dalam dua bentuk yaitu
gas dan partikel. Pb yang terbanyak di udara adalah Pb anorganik dan terutama berasal dari pembakaran tetraethyl Pb TEL dan tetramethyl Pb TEMEL yang
terdapat dalam bahan bakar kendaraan bermotor. Selain sumber-sumber di atas, logam berat ini juga terdapat pada gelas, pewarna, keramik, pipa, pelapis kaleng
tempat makanan, beberapa obat tradisional dan kosmetik Tong et al, 2000 dalam Anggraini, 2008. Pakar lingkungan sependapat bahwa Pb merupakan kontaminan
terbesar dari seluruh debu logam di udara Winarno, 1993; Anggraini, 2008. Timbal Pb dapat ditemukan di lingkungan dalam bentuk senyawa
terutama sebagai mineral seperti galena, serusit, mimetit dan piromorpit. Sejumlah besar senyawa Pb anorganik ada dalam bentuk Pb asetat, Pb emtimonate, Pb
azida, Pb bromit, Pb nitrat dan sebagainya. Pb mempunyai berat molekul 207,2 dengan titik didih 1740ºC dan titik lebur 327,4ºC. Pb asetat, Pb nitrat dan Pb
klorat larut di dalam air, tapi bentuk garam lainnya sangat tidak larut kecuali ada beberapa yang larut pada asam WHO, 1977 .
Asap rokok juga merupakan sumber pemaparan plumbum, dimana orang yang merokok dan menghirup asapnya akan terpapar plumbum pada level yang
lebih tinggi daripada orang yang tidak terpapar asap rokok. Rokok mengandung 2,4µg plumbum dan 5 nya terdapat pada asap rokok Gajawat,dkk., 2006
Beberapa penelitian mengenai Timbal pernah dilakukan antara lain : penelitian Ferdiaz 1992 melaporkan bahwa polusi timbal yang terbesar berasal
dari pembakaran bensin. Menurut Wade, dkk., 1993 timbal organik seperti TEL dan MTL banyak digunakan sebagai bahan aditif bensin, tetapi penggunaannya
Universitas Sumatera Utara
berkurang secara drastis di Amerika Serikat mulai tahun 1970-an sedangkan di Mexico TEL dan TML digunakan sebagai bahan aditif bensin sejak 5 tahun yang
lalu. Meskipun populasi yang terpapar timbal mengalami penurunan, keracunan yang bersifat kronis masih menjadi masalah kesehatan umum di Meksiko dan
seluruh dunia yang berdampak jutaan anak-anak dan orang dewasa Todd, dkk., 1996; Bodgen, dkk., 1997.
Di Indonesia pernah dilakukan penelitian untuk melihat kandungan kadar Pb didalam darah diantaranya yang dilakukan oleh DR. I Made Djaya, SKM,
M.Sc. dkk.1993 bekerjasama dengan Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta untuk mengetahui pengaruh timbal. didapatkan bahwa dari 115 orang, 95 orang
bekerja di jalan raya bergantian sift pagi dan siang hari dan 20 orang bekerja di kantor kadar Pb didalam darah 2 orang polisi telah melebihi ambang batas 25
μgrdL.Wirahadikusuma, 2001
2.1.2 Keracunan Timbal
Ukuran keracunan suatu zat ditentukan oleh kadar dan lamanya pemaparan. Keracunan dibedakan menjadi keracunan akut dan keracunan kronis.
Keracunan yang disebabkan oleh timbal dalam mempengaruhi berbagai jaringan dan organ tubuh. Organ-organ tubuh yang menjadi sasaran dari keracunan timbal
adalah sistem peredaran darah, sistem saraf, sistem urinaria, sistem reproduksi, sistem endokrin dan jantung Palar, 1994
Absorsi timbal sebagian besar disimpan pada tulang dan jaringan lunak, tergantung pada cara pemaparan timbal dan daya affinitas jaringan. Sebagian
besar timbal akan disimpan dalam hati dan tulang setelah pemberian intravena. Pemberian secara oral akan didistribusikan ke tulang 60, hati 25, ginjal
4, retikuloendotelial system 3, dinding usus 3 dan kejaringan lainnya. Venegopal, 1978
Efek yang disebabkan oleh keracunan timbal pada anak-anak dan orang dewasa dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Tingkat keracunan Pb dalam darah pada anak-anak
Kelompok Kadar Pb di darah Efek pada anak- anak
1 µdL
Gangguan Belajar Gangguan Pendengaran
2a 2b
10-14 µdL 15-19 µdL
Pertumbuhan lamban, masalah belajar Sakit kepala, berat badan menurun
3 20-44 µdL
gangguan system saraf 4
45-69 µdL Anemia, nyeri perut yang hebat
5 69 µdL
Kerusakan otak mengakibatkan kematian
Sumber: Center For Disease and Prevention, 2000 Pada orang dewasa Pb darah 10 µdL mempengaruhi perkembangan sel
darah, kadar 40 µdL mempengaruhi beberapa fungsi dari kemampuan darah untuk membentuk hemoglobin, gangguan sistem saraf menyebabkan kelelahan,
irritability, kehilangan ingatan, dan reaksi lambat. Pb juga menyebabkan penyakit ginjal yang kronis dan gagal ginjal, sedangkan pada sistem reproduksi
mengakibatkan berkurangnya jumlah sperma atau meningkatnya jumlah sperma yang abnormal. Pada wanita hamil jumlah yang sangat tinggi akan mengakibatkan
keguguran. Kadar Pb yang tinggi di darah dapat menaikkan tekanan darah.Shannon, 1998
2.1.3 Efek Timbal pada Ginjal
Beberapa penelitian mengenai efek timbal terhadap jaringan ginjal antara lain : penelitian Valverde 2002 dalam Anggraini 2008 pemberian Pb asetat
0,0068 µgccinhalasi pada mencit menunjukkan peningkatan migrasi DNA pada ginjal setelah pemaparan.
Penelitian yang dilakukan Hariono 2005 melaporkan pemberian Pb asetat 0,5grkgBBoralhari pada tikus dijumpai secara makroskopi, ginjal nampak
pucat pada minggu ke-14 dan 16 dan gambaran histopatologik terlihat degenerasi hidrofik dari tingkat ringan samapai sedang pada minggu ke-12 sampai minggu
ke-16. Epitel tubulus proksimal ginjal terlihat degenerasi, hyperplasia dan kariomegali pada minggu ke-8, pelebaran lumen tubulus dan simpai Bowman
serta adanya benda-benda inklusi dalam inti sel.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Ginjal 2.2.1 Anatomi ginjal umum
Ginjal adalah sepasang organ saluran kemih yang terletak di rongga retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang dengan sisi cekungnya
menghadap ke medial. Pada sisi ini terdapat hilus ginjal yaitu tempat struktur- struktur pembuluh darah, sistem limfatik, sistem saraf, dan ureter menuju dan
meninggalkan ginjal.Purnomo, 2009 Di sebelah posterior, ginjal dilindungi oleh otot-otot punggung yang tebal
serta tulang rusuk ke XI dan XII sedangkan disebelah anterior dilindungi oleh organ-organ intraperitoneal.Purnomo, 2009
Ginjal mendapat aliran darah dari arteri renalis yang merupakan cabang langsung dari aorta abdominalis, sedangkan darah vena dialirkan melalui vena
renalis yang bermuara ke dalam vena kava inferior. Sistem arteri ginjal adalah end arteries yaitu arteri yang tidak mempunyai anastomosis dengan cabang-cabang
dari arteri lain, sehingga jika terdapat kerusakan pada salah satu cabang arteri ini, berakibat timbulnya iskemianekrosis pada daerah yang dilayaninya.Purnomo,
2009
Gambar 2.1 Gambaran makroskopis ginjal
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Histologi Ginjal
Secara anatomis ginjal terbagi menjadi 2 bagian yaitu korteks dan medulla ginjal. Di dalam korteks terdapat berjuta-juta nefron, dimana setiap ginjal terdiri
atas 1-4 juta nefron. sedangkan di dalam medulla banyak terdapat duktuli ginjal. Nefron adalah unit fungsional terkecil dari ginjal yang terdiri atas, tubulus
kontortus proksimalis, korpuskulus renal, tubulus kontortus distalis, segmen tipis dan tebal ansa Henle, dan tubulus kolegens.
Darah yang membawa sisa-sisa hasil metabolisme tubuh difiltrasi di dalam glomeruli kemudian ditubuli ginjal, beberapa zat yang masih diperlukan tubuh
mengalami reabsorbsi dan zat-zat hasil sisa metabolisme mengalami sekresi bersama air membentuk urine. Setiap hari tidak kurang 180 liter cairan tubuh
difiltrasi di glomerulus dan menghasilkan urine 1-2 liter. Urin yang terbentuk di dalam nefron disalurkan melalui piramida ke sistem pelvikalises ginjal untuk
kemudian disalurkan ke dalam ureter.Purnomo, 2009
Gambar 2.2 Gambaran skematik nefron ginjal
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Gambaran histologi korpuskel ginjal
Glomerulus
Glomerulus merupakan anyaman pembuluh darah kapiler, yang merupakan cabang dari arteriol aferen. Setelah memasuki badan ginjal korpus
ginjal korpuskula renalis, arteriol aferen biasanya bercabang menjadi 2-5 cabang utama yang masing-masing bercabang lagi menjadi jala jala kapiler. Tekanan
hidrostatik darah arteri yang terdapat dalam kapiler-kapiler ini. glomelurus diatur oleh arteriol eferen.Eroschenko, 2003
Kapsula Bowman
Berkas kapiler glomelurus dikelilingi oleh kapsula Bowman. Glomerulus berfungsi sebagai penyaring darah. Kapsula Bowman merupakan epitel
berdinding ganda. Lapisan luar kapsula Bowman terdiri atas epitel selapis gepeng, dan lapisan dalam tersusun atas sel-sel khusus yang disebut podosit sel kaki
yang letaknya meliputi kapiler glomerulus. Antara kedua lapisan tersebut terbentuk rongga kapsul Bowman. Sel-sel podosit, membrana basalis, dan sel-sel
endotel kapiler membentuk lapisan membran filtrasi yang berlubang-lubang yang memisahkan darah yang terdapat dalam kapiler dengan ruang kapsuler. Sel-
sel endotel kapiler glomerulus mempunyai pori-pori sel lebih besar dan lebih banyak daripada kapiler-kapiler pada organ lain. Hasil filtrasi cairan darah pada
Universitas Sumatera Utara
glomerulus atau disebut cairan ultrafiltrat urin primer selanjutnya ditampung pada rongga kapsul.Eroschenko, 2003
Korpuskulum renal
Korpuskulum renal adalah segmen awal setiap nefron. Di sini, darah disaring melalui kapiler-kapiler glomerulus dan filtratnya ditampung didalam
rongga kapsular yang terletak di antara lapisan parietal dan visceral kapsul bowman. Setiap korpuskulum renal mempunyai kutub vascular yamg merupakan
tempat keluar masuknya pembuluh darah dari glomerulus.Eroschenko, 2003
Tubulus Kontortus Proksimal TKP
Tubulus kontortus proksimal merupakan saluran panjang yang berkelok- kelok mulai pada korpuskulum renalis kemudian menurun kedalam medulla dan
menjadi lengkung Henle loop of Henle. Tubulus kontortus proksimal TKP biasa ditemukan pada potongan melintang korteks. TKP dibatasi oleh epitel kubus
selapis dengan apeks sel menghadap lumen tubulus memiliki banyak mikrofili membentuk brush border.Eroschenko, 2003
Loop of Henle
Lengkung Henle merupakan saluran panjang berbentuk seperti huruf U dapat dibedakan menjadi segmen tipis dan segmen tebal. Lengkung Henle
memiliki lubang lebih lebar daripada ubulus kontortus distal karena diding LH terdiri dari sel-sel gepeng dengan inti menonjok ke dalam lumen. Bagian tipis
lengkung Henle merupakan kelanjutan dari tubulus kontortus proksimal, sebagian besar berjalan turun descenden dan bagian tebal berjalan ke atas ascenden.
Bagian tipis menyerupai kepiler darah sehingga sukar dibedakan. Lengkung Henle tebal strukturnya sama dengan tubulus kontortus distal.
Bagian descenden lengkung Henle bersifat permeabel terhadap air dan ion-ion, sehingga memungkinkan pergerakan bebas air, Na+ dan Cl-. Sedangkan bagian
ascenden tidak permeabel terhadap air dan sangat aktif mentranspor klorida ke cairan insterstitial. Bertanggung jawab langsung pada hipertonisitas cairan
insterstitial daerah medula sebagai akibat kehilangan natrium dan klorida. Oleh karena itu, cairan dalam tubulus yang mencapai tubulus kontortus distal adalah
Universitas Sumatera Utara
hipotonik. Fungsi lengkung Henle adalah mengatur tingkat osmotik darah dan hipertonik.Eroschenko, 2003
Tubulus Kontortus Distal TKD
Tubulus Kontortus distal lebih pendek dan tidak begitu berkelok dibandingkan dengan tubulus kontortus proksimal. Sel-sel tublus kontortus disatal
secara aktif mereabsorpsi ion-ion Na dari filtrat glomerular dan dimasukkan ke dalam interstitium. Aktivitas reabsorpsi ini berlangsung bersamaan dengan
ekskresi ion H+ atau K+ kedalam filtrat atau urin tubular. Reabsorpsi Na di tubuli di atur oleh hormon aldosteron yang di skresi korteks adrenal. Sebagai respon
terhadap hormon ini, sel-sel tubulus kontortus distal secara aktif mengabsorpsi Na dari filtrat. Fungsi tubuli distal merupakan fungsi vital untuk mepertahankan
keseimbangan asam-basa yang sesuai pada cairan tubuh. Eroschenko, 2003
Aparatus jukstaglomerulus
Di dekat korpuskulum renal dan tubulus kontortus distal terdapat sekelompok sel khusus yang disebut aparatus jukstaglomerular. Aparatus ini
terdiri atas sel-sel jukstaglomerular dan makula densa. Sel-sel jukstaglomerular adalah sekelompok sel otot polos yang telah dimodifikasi, terletak di dinding
arteriol aferen sebelum memasuki kapsul glomerular membentuk glomerulus.Eroschenko, 2003
Tubulus koligens tubulus collectivus
Urin berjalan dari tubulus kontortus distal ke tubulus koligens yang apabila bersatu membentuk saluran lurus yang lebih besar yang disebut duktus
papilaris Bellini. Tubulus koligens merupakan unsur utama medulla berjalan lurus. Tubulus koligens yang lebih kecil dibatasi oleh epitel kubis, sedangkan
garis tengah duktus koligens terdiri atas sel-sel berwarna muda. Tubulus yang besar dengan tubulus koligens yang lebih kecil yang berasal
masing-masing medullary ray ternyata saling mengadakan hubungan tegak lurus mulai pada tubulus distal tetapi yang penting pada tubulus koligens adalah
mekanisme yang tergantung pada hormon antidiuretik ADH untuk pemekatan atau pengenceran terakhir urin. Dinding tubulus distal dan tubulus koligens sangat
mudah ditembus air bila terdapat ADH dalam jumlah besar.Eroschenko, 2003
Universitas Sumatera Utara
2.3 Rosella
Tanaman ini belum begitu popular di masyarakat umum, bahkan tanaman ini sudah tumbuh di Indonesia kurang lebih 1 abad. Namun dikalangan pecinta
tanaman obat, rosella merupakan salah satu jenis tanaman yang memiliki banyak khasiat. Kepopuleran rosella didak lepas dari peran para pecinta tanaman obat
yang mengenalkan rosella kepada masyarakat umum. Seiring dengan berjalannya waktu, rosella kini sudah mulai dikenal luas. Dengan produk olahannya rosella
semakin populer, saat ini sebagian besar masyarakat sudah mengenal tanaman ini, bahkan tidak sedikit yang menjadikan rosella sebagai salah satu koleksi tanaman
hias di halaman rumah.Devi, 2009
2.3.1 Asal usul dan perkembangan rosella
Banyak pendapat mengenai asal usul bunga rosella. Ada yang berpendapat bahwa tanaman rosella berasal dari Afrika. Selanjutnya rosella didomestikasi
pada awal abad 4000 SM di Sudan. Sebagai tanaman sayuran. Sampai di Amerika dan Asia pada abad ke 17. Tanaman ini digunakan sebagai tanaman serat.
Hibiscus sabdariffa rosella tidak dikenal luar Afrika sampai tahun 1914, ketika biji dari Ghana diterima di Filipina, tanaman ini dikenal sebagai tanaman yang
potensial menghasilkan serat. Percobaan penanaman di mulai di Kuba pada tahun 1919. Di Asia, Hibiscus sabdariffa dikenalkan ke Jawa pada tahun 1918 dan
percobaan dimulai yang kemudian diikuti Negara-negara lain seperti Malaysia 1921, Sri Lanka 1923 dan india 1927. Rosella diperkenalkan di Vietnam
pada tahun 1957.Devi, 2009 Ada juga yang berpendapat bahwa tanaman rosella berasal dari india
bagian barat. Saat itu serat rosella digunakan sebagai bahan pembuat tekstil, dan pada abad 14, pedagang India membawa tanaman rosella ke Indonesia.Devi,
2009 Namun dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa rosella
hanya dikenal di kalangan petani. Mereka memanfaatkan daun muda untuk dikonsumsi, bunga rosella untuk dijadikan sirup dan perkembangannya kini
rosella dijadikan teh dan masih banyak lagi olahan yang berasal dari rosella. Hingga diketahui bahwa kelopak bunga rosella memiliki banyak khasiat. Dan
Universitas Sumatera Utara
rosella menjadi sangat popular di berbagai penjuru dunia yang beriklim tropik dan subtropik termasuk di Indonesia.
2.3.2 Jenis-jenis Rosella
Tanaman Rosella sudah ada sejak dulu tumbuh liar di pinggir-pinggir hutan, perkebunan, dan sawah Indonesia warna, bentuk, dab ukurannya sedikit
berbeda untuk setiap daerah. Bahkan sebutannya pun berbeda-beda di setiap daerah. Misalnya ada yang menyebutnya kembang fambrosen, dikarenakan
warnanya mirip dengan buah fambrosen. Ada juga yang menyebutnya kembang gandaria, karena rasa asamnya menyerupai buah gandaria.
Ada beberapa jenis rosella yang beredar di pasaran. Beberapa jenis itu adalah: 1.
Rosella SudanAfrika, jenis ini berwarna kehitaman. 2.
Rosella Cranberry. Rosella jenis ini banyak terdapat di Belanda, berwarna merah, kelopaknya menyerupai kotak dan ujung kelopaknya
berbentuk oval, tidak seperti rosella yang tumbuh di Indonesia ujung kelopaknya kuncup.
3. Rosella Taiwan. Rosella ini berwarna merah, panjang sekitar 5 cm dan
ujung kuncupnya agak merekah. Jenis-jenis rosella tersebut kini banyak ditanam dan dibudidayakan di
Indonesia antara lain di Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur.Widyanto dan Nelistya, 2009
Karena orang dahulu belum mengetahui khasiat dari bunga rosella, tanaman ini tidak dibudidayakan, namun serat batangnya digunakan untuk bahan
pembuat tali dan karung goni. Dan ada juga yang memanfaatkan bunga dan daunnya untuk dijadikan sayuran.
2.3.3 Klasifikasi bunga rosella
Tanaman Rosella termasuk kerabat dekat dengan kembang sepatu. Adapun klasifikasi bunga rosella sebagai berikut Devi, 2009:
Universitas Sumatera Utara
Nama ilmiah Rosella
Roselle, sorrel, red sorrel, Jamaica sorrel, Indian sorrel, oseille rouge tau oseille de guinea, bissap, rosa de jamaica, flor de Jamaica, vinagreira, zuring, karkade,
cacade, karkaday, hibiscus sabdariffa var altissima wester, the citrun.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta Superdivisio : Spermatophyta
Divisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub-kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Familia : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sabdariffa L.
Kerabat dekat : waru gunung, mrambos merah, kembang sepatu, waru landak, waru gombong, waru lengis, bunga sepatu mawar, hibiscus, wora-wari gantung.
2.3.4 Kandungan bunga rosella
Kandungan vitamin dalam bunga rosella cukup lengkap, yaitu vitamin A, C, D, B1, dan B2. Kandungan vitamin C asam askorbat pada bunga rosella
diketahui 9 kali lebih banyak dari jeruk sitrus. Vitamin C ini merupakan salah satu antioksidan penting. Hasil penelitian Didah Nurfarida, 2006 mengungkapkan
bahwa kandungan antioksidan pada teh rosella sebanyak 1,7 mmolprolox. Dimana Jumlah tersebut lebih banyak dibandingkan kumis kucing yang
antioksidannya teruji klinis meluruhkan batu ginjal Kelopak bunga rosella juga mengandung flavonoid, gossypetine,
hibiscetine, dan sabdaretine, kalsium, magnesium, beta karoten, fosfor, zat besi, asam organik, asam amino esensial lisin dan arginin, polisakarida, dan omega-3.
Widyanto dan Nelistya, 2009
Universitas Sumatera Utara
2.3.5 Manfaat kelopak bunga Rosella
Beberapa manfaat bunga rosella yang diketahui masyarakat umum diantaranya dapat membantu menurunkan tekanan darah tinggi, kolesterol, batuk,
panas dalam, mencegah peradangan pada saluran kencing dan ginjal, memperbaiki saluran kencing dan ginjal, penyaring racun pada tubuh, mencegah kekurangan
vitamin C, melancarkan peredaran darah, melancarkan buang air besar, menurunkan kadar penyerapan alkohol, mencegah penuaan dini, meningkatkan
daya tahan tubuh, menurunkan tingkat penggumpalan lemak di hati, bagi anak- anak mempercepat pertumbuhan otak karena mengandung omega-3 dan memacu
pertumbuhan DNA. Bunga rosella dapat untuk mengurangi resiko penyakit jantung. Hasil
penelitian menyebutkan bunga Rosella mampu mengurangi jumlah plak yang menempel pada dinding pembuluh darah. Rosella juga memiliki potensi untuk
mengurangi kadar kolesterol LDL. tersebut terbukti bahwa kelopak bunga Rosella mempunyai efek anti-hipertensi.Chau-Jong Wang,dkk 2007
Manfaat lain yang telah diteliti pada ekstrak rosella, bahwa bunga rosella mempunyai efek farmako yang baik sebagai antimikroba dan antikanker.Olaleye,
2007 Pemberian ekstrak kelopak bunga rosella dapat mengurangi kerusakan
jaringan testis pada mencit akibat induksi 2-ME dengan cara meningkatkan jumlah spermatogonium, spermatosit primer, dan spermatid oval. Ekstrak kelopak
bunga rosella dengan dosis 56 mgkg bb merupakan dosis yang efektif dalam mengurangi kerusakan jaringan testis pada mencit yang meliputi penurunan
jumlah spermatogonium, spermatosit primer, dan spermatid oval akibat induksi 2- ME dengan dosis 200 mgkgBB. Shalilah, 2008
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
3.2 Variabel dan Definisi Operasional
3.2.1 Variabel Independen
a. Pemberian Pb asetat b. Pemberian Pb asetat dan ekstrak Hisbiscus sabdariffa
3.2.2 Variabel Dependen
a. Gambaran makroskopis ginjal b. Gambaran mikroskopis ginjal
3.2.3 Definisi Operasional
a. Pemberian Pb asetat ; Pb asetat yang akan diberikan pada mencit dengan dosis 100mgkgBBhari
b. Pemberian Pb asetat ekstrak Hibiscus sabdariffa : Pb asetat 100mgkgBBhari yang diberikan bersamaan dengan ekstrak Hibiscus
sabdariffa 56mgkgBBhari. Kelompok 1
Kontrol Pemberian air putih
Pb asetat 100mgkgBBhari
Kelompok III Pb asetat 100mgkgBBhari
Ekstrak Hibiscus sabdariffa 56mgkgBBhari
Gambaran makroskopis
mikroskopis ginjal mencit
Kelompok II
Universitas Sumatera Utara
c. Gambaran makroskopis ginjal : gambaran makroskopis yang diamati meliputi warna, permukaan, dan konsentrasi ginjal. Ginjal yang normal
berwarna merah kecoklatan, permukaan licin dan konsistensinya kenyal Anggraini, 2008.
Kriteria normal bila tidak ditemukan :
- Perubahan warna
- Perubahan struktur permukaan
- Perubahan konsistensi
Derajat kerusakan ginjal : 0 = tidak terjadi perubahan
+ = bila ditemukan 1 kriteria di atas
++ = bila ditemukan 2 kriteria di atas
+++ = bila ditemukan 3 kriteria di atas
d. Gambaran mikroskopis ginjal : gambaran mikroskopis ginjal yang diamati meliputi perubahan pada tubulus berupa pelebaran lumen
tubulus disertai akumulasi sel-sel debris, vakuolisasi lumen, serta pelebaran ruang Bowman. Kemudian perbahan pada sel-sel pelapis
epitel tubulus berupa degenerasi, hiperplasia, karyomegali, benda – benda inklusi Anggraini, 2008.
Kriteria normal bila tidak ditemukan :
- Pelebaran lumen tubulus
- Akumulasi sel-sel debris dalam lumen
- Vakuolisasi lumen tubulus
- Pelebaran ruang Bowman
- Degenerasi
- Hiperplasia
- Karyomegali
- Benda – benda inklusi
Universitas Sumatera Utara
Derajat kerusakan jaringan ginjal dikuantitatifkan sebagai berikut :
= tidak terjadi kerusakan jaringan ginjal +
= bila ditemukan 1-3 kriteria di atas ++
= bila ditemukan 4-5 kriteria di atas +++
= bila ditemukan 6-8 kriteria di atas
3.3 Hipotesis
Ada perbedaan gambaran makroskopis dan mikroskopis ginjal mencit akibat pemberian Pb asetat dan ekstrak Hibiscus sabdariffa dengan gambaran
makroskopis dan mikroskopis ginjal mencit akibat pemberian Pb asetat saja.
Universitas Sumatera Utara
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Jenis Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan pendekatan post test only group design tiga
kelompok hewan percobaan mencit jantan Mus musculus L.
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Kedokteran dan Laboratorium Biologi Fakultas MIPA USU, dalam waktu 8 minggu.
4.3 Populasi Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah mencit jantan umur 6-8 minggu dengan berat badan 30-50 gr dan sehat yang ditandai dengan gerakan yang aktif,
diperoleh dari Fakultas Biologi USU.
4.4 Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan pada penelitian ini berdsaarkan rumus federer 1963 dalam Anggraini 2008 :
- t = kelompok perlakuan tiga kelompok
- n = jumlah sampel tiap kelompok
Banyaknya sampel pada penelitian ini adalah : t-1 n-1 15
2n-2 15 n 9
Dari penelitian ini ada tiga kelompok penelitian. Dari rumus di atas maka seharusnya jumlah sampel ditiap kelompok ada sembilan ekor mencit,
tetapi atas pertimbangan biaya dan pemeliharaan, maka pada penelitian ini peneliti memberikan sample untuk setiap kelompk sebagai berikut :
kelompok I kontrol dua ekor, kelompok II enam ekor, dan kelompok III enam ekor.
t-1 n-1 15
Universitas Sumatera Utara
4.5 Teknik Pengumpulan Data 4.5.1 Pengumpulan dan Pemeliharaan Hewan percobaan