HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil 1 . Tinggi Tanaman cm Sidik ragam tinggi tanaman pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST dapat dilihat pada Lampiran 1 sampai 8. Dari hasil sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tanah T berpengaruh sangat nyata terhadap tinggi tanaman umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Perlakuan konsentrasi K berpengaruh sangat nyata umur 45, 65, 85 dan 105 HST, dan perlakuan interval I berpengaruh sangat nyata umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Demikian juga interaksi antara konsentrasi K dengan interval I K x I berpengaruh sangat nyata umur 45, 85 dan 105 HST. Pengaruh tanah T dan interval I T x I berpengaruh sangat nyata umur 45, 85 dan 105 HST, sedangkan interaksi antara perlakuan tanah, konsentrasi dan interval T x K x I berpengaruh nyata pada umur 85 HST dan sangat nyata pada umur 105 HST. Tinggi tanaman pada perlakuan tanah, konsentrasi dan interval pemberian pupuk pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada Tabel 2. Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST tanah yang terbaik untuk parameter tinggi tanaman adalah tanah lapisan topsoil tanah salin T 1 dibandingkan dengan tanah lapisan subsoil tanah salin T 2 . Untuk konsentrasi yaitu pada K 2 2,0 gl air, K 3 3,0 gl air dan K 1 1,0 gl air. Demikian juga dengan interval pemberian pupuk pada I 1 7 hari sekali, I 2 14 hari sekali dan I 3 21 hari sekali. Universitas Sumatera Utara Tabel 2. Tinggi Tanaman Bibit Kelapa Sawit cm pada Perlakuan Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST Perlakuan Tinggi Tanaman cm 45 HST 65HST 85 HST 105 HST Tanah T 1 Lapisan Topsoil 22,47 aA 29,59 aA 33,34 aA 37,95 aA T 2 Lapisan Subsoil 17,97 bB 24,27 bB 27,41 bB 30,70 bB Konsentrasi K 1 1,0 grl air 19,64 bB 26,25 bB 29,44 bB 32,98 cC K 2 2,0 grl air 20,67 aA 27,33 aA 31,08 aA 35,76 aA K 3 3,0 grl air 20,34 aA 27,22 aA 30,60 abAB 34,24 bB Interval I 1 7 hari sekali 22,03 aA 28,93 aA 33,10 aA 37,87 aA I 2 14 hari sekali 20,31 bB 27,05 aA 30,14 bB 33,86 bB I 3 21 hari sekali 18,33 cC 24,82 bB 27,89 cC 31,24 cC Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Grafik hubungan tinggi tanaman dengan konsentrasi pupuk terdapat pada Gambar 8, hubungan tersebut merupakan hubungan linier dengan persamaan Y = 25,97 + 0,49K, r=0,82. Gambar 8. Konsentrasi Pupuk pada Umur 65 HST Terhadap Parameter Tinggi Tanaman Y= 25,97 + 0,49 K, r = 0,82 Universitas Sumatera Utara Tinggi tanaman tiap konsentrasi pupuk pada interval pemberian pupuk pada pengamatan 45 HST terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Konsentrasi Pupuk pada Interval Pemberian Pupuk terhadap Tinggi Tanaman Bibit Kelapa Sawit Pengamatan 45 HST Perlakuan Tinggi Tanaman cm I 1 I 2 I 3 K 1 21,25 bBC 20,00 cD 17,69 eF K 2 23,17 aA 20,54 cCD 18,31 eEF K 3 21,66 bB 20,39 cCD 18,99 dE Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa kombinasi konsentrasi 2,0 gl air K 2 menunjukkan tinggi tanaman tertinggi terhadap interval pemberian pupuk 7 hari sekali I 1 yaitu 23,17 cm dan yang terendah pada kombinasi konsentrasi 1,0 gl air K 1 terhadap int erval pemberian pupuk 21 hari sekali I 3 yaitu 17,69 cm. Grafik kombinasi antara konsentrasi pupuk dengan interval pemberian pupuk terhadap tinggi tanaman umur 45 HST dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Hubungan Konsentrasi Pupuk dan Interval Pemberian Pupuk terhadap Tinggi Tanaman cm pada Umur 45 HST Y 1 = 15,91 + 7,05 K – 1,71 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 23,17 cm, pada K 2,06 gl Y 2 = tn Y 3 = 17,02 + 0,65 K, r = 0,99 Universitas Sumatera Utara Pada Gambar 9 dapat dilihat ada interaksi antara K x I pada umur 45 HST diketahui bahwa hubungan I 1 dengan konsentrasi bersifat kwadratik dengan persamaan Y I1 = 15,91 + 7,05 K – 1,71 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 23,17 cm terdapat pada K 2,06 gl. Hubungan I 2 dengan konsentrasi menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Hubungan I 3 dengan konsentrasi bersifat linier dengan persamaan Y I3 = 17,02 + 0,65 K, r = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa pada interval 21 hari sekali, tinggi tanaman terus bertambah sesuai dengan penambahan pupuk yang diberikan. Kombinasi antara faktor tanah dan interval pemberian pupuk Gandasil D terhadap tinggi bibit kelapa sawit umur 45 HST dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4. Tanah dan Interval Pemberian Pupuk terhadap Tinggi Tanaman Bibit Kelapa Sawit Pengamatan 45 HST Perlakuan Tinggi Tanaman cm I 1 I 2 I 3 T 1 24,73 aA 22,30 bB 20,38 cC T 2 19,32 dD 18,31 eE 16,28 fF Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa kombinasi tanah salin lapisan topsoil T 1 menunjukkan tinggi tanaman tertinggi terhadap interval pemberian pupuk 7 hari sekali I 1 yaitu 24,73 cm dan yang terendah pada kombinasi tanah salin lapisan subsoil T 2 terhadap interval pemberian pupuk 21 hari sekali I 3 yaitu 16,28 cm. Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk tinggi tanaman akibat interaksi tanah, konsentrasi dan interval pemberian pupuk pada 85 – 105 HST dapat dilihat pada Tabel 5. Universitas Sumatera Utara Pada pengamatan 85 HST, tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada interaksi T 1 K 2 I 1 tanah salin lapisan topsoil, konsentrasi 2,0 gl air dan interval pemberian pupuk 7 hari sekali yaitu 39,60 cm sedangkan yang terendah dijumpai pada kombinasi T 2 K 1 I 3 tanah salin lapisan subsoil, konsentrasi 1,0 gl air dan interval pemberian pupuk 21 hari sekali yaitu 24,18 cm. Tabel 5. Data Rata-rata Tinggi Bibit Kelapa Sawit cm 85 dan 105 HST Akibat Interaksi Perlakuan Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Perlakuan Tinggi Tanaman cm 85 HST 105 HST T 1 K 1 I 1 34,58 bc 38,73 bBC T 1 K 1 I 2 32,28 de 36,15 bcdBCD T 1 K 1 I 3 29,85 f 33,43 defCDE T 1 K 2 I 1 39,60 a 49.21 aA T 1 K 2 I 2 32,90 cd 37,68 bcBCD T 1 K 2 I 3 30,42 ef 34,06 cdeCDE T 1 K 3 I 1 35,48 b 39,74 bB T 1 K 3 I 2 32,62 cd 36,34 bcdBCD T 1 K 3 I 2 32,32 de 36,19 bcdBCD T 2 K 1 I 1 29,35 fg 32,87 defgDE T 2 K 1 I 2 26,42 hi 29,59 fghEF T 2 K 1 I 3 24,18 j 27,08 hF T 2 K 2 I 1 29,92 f 33,51 defCDE T 2 K 2 I 2 29,17 fg 32,66 defgDE T 2 K 2 I 3 24,48 ij 27,42 hF T 2 K 3 I 1 29,65 f 33,21 defgDE T 2 K 3 I 2 27,43 gh 30,72 efghEF T 2 K 3 I 2 26,12 hij 29,24 ghEF Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Pada pengamatan 105 HST, tinggi tanaman tertinggi dijumpai pada interaksi T 1 K 2 I 1 tanah salin lapisan topsoil, konsentrasi 2,0 gl air dan interval pemberian pupuk 7 hari sekali yaitu 49.21 cm sedangkan yang terendah dijumpai Universitas Sumatera Utara pada kombinasi T 2 K 1 I 3 tanah salin lapisan subsoil, konsentrasi 1,0 gl air dan interval pemberian pupuk 21 hari sekali yaitu 27,08 cm. Hubungan interaksi konsentrasi pupuk dan interval pemberian pupuk untuk tanah salin lapisan topsoil T 1 terhadap tinggi tanaman umur 85 HST dapat dilihat pada Gambar 10 berikut ini. Gambar 10. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil T 1 terhadap Tinggi Tanaman Umur 85 HST Pada Gambar 10 dapat dilihat ada interaksi antara T x K x I pada perlakuan T 1 diketahui bahwa hubungan I 1 dengan konsentrasi bersifat kwadratik dengan persamaan Y I1 = 20,42 + 18,73 K – 4,57 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Y max 39,62 cm terdapat pada K 2,05 gl, hubungan I 2 dan I 3 dengan konsentrasi menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Hubungan interaksi konsentrasi pupuk dan interval pemberian pupuk untuk tanah salin lapisan topsoil T 1 terhadap tinggi tanaman umur 105 HST dapat dilihat pada Gambar 11 berikut ini. Y 1 = 20,42 + 18,73 K – 4,57 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 39,62 cm, pada K 2,05 gl Y 2 = tn Y 3 = tn T 1 Universitas Sumatera Utara Gambar 11. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil T 1 terhadap Tinggi Tanaman Umur 105 HST Pada Gambar 11, dapat dilihat ada interaksi antara T x K x I pada perlakuan T 1 diketahui bahwa hubungan I 1 dengan konsentrasi bersifat kwadratik dengan persamaan Y I1 = 0,46 + 49,53 K – 12,23 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 49,62 cm terdapat pada K 2,02 gl, hubungan I 2 dan I 3 dengan konsentrasi menunjukkan tidak berpengaruh nyata. 2 . Diameter Pangkal Batang cm Sidik ragam diameter pangkal batang pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai 16. Dari hasil sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tanah T berpengaruh sangat nyata terhadap diameter pangkal batang umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Perlakuan konsentrasi K berpengaruh sangat nyata umur 45 dan 85 HST, berpengaruh nyata umur 65 dan 105 HST dan perlakuan interval I berpengaruh sangat nyata umur 45, 65, 85 dan 105 HST. YI 1 = 0,46 + 49,53 K – 12,23 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 49,62 cm , pada K 2,02 gl YI 2 = tn YI 3 = tn T 1 Universitas Sumatera Utara Interaksi antara perlakuan tanah T dengan Konsentrasi K berpengaruh tidak nyata pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST, dan interaksi antara konsentrasi K dan interval I berpengaruh sangat nyata pada umur 45 dan 105 HST, sedangkan interaksi antara perlakuan tanah T dengan konsentrasi K dengan interval pemberian pupuk I berpengaruh sangat nyata pada umur 45 HST. Diameter pangkal batang pada perlakuan tanah, konsentrasi dan interval pemberian pupuk pada pengamatan 45, 65, 85 dan105 HST terdapat pada Tabel 6. Tabel 6. Diameter Pangkal batang Bibit Kelapa Sawit cm pada Perlakuan Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST Perlakuan Diameter Pangkal Batang cm 45 HST 65 HST 85 HST 105 HST Tanah T 1 Lapisan Topsoil 1,10 aA 1,31 aA 1,69 aA 2,21 aA T 2 Lapisan Subsoil 0,84 bB 1,05 bB 1,32 bB 1,64 bB Konsentrasi K 1 1,0 grl air 0,93 bB 1,15 b 1,45 bB 1,88 b K 2 2,0 grl air 0,99 aA 1,20 a 1,55 aA 1,98 a K 3 3,0 grl air 0,98 aA 1,20 a 1,51 aA 1,91 ab Interval I 1 7 hari sekali 1,06 aA 1,29 aA 1,67 aA 2,11 aA I 2 14 hari sekali 0,97 abAB 1,18 abAB 1,49 bB 1,89 abAB I 3 21 hari se kali 0,88 bB 1,08 bB 1,35 cC 1,77 bB Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST tanah yang terbaik untuk parameter diameter pangkal batang adalah tanah salin lapisan topsoil T 1 dibandingkan dengan tanah salin lapisan subsoil T 2 . Untuk konsentrasi yaitu pada K 2 2,0 gl air, K 3 3,0 gl air dan K 1 1,0 gl air. Universitas Sumatera Utara Demikian juga dengan interval pemberian pupuk pada I 1 7 hari sekali, I 2 14 hari sekali dan I 3 21 hari sekali. Hubungan konsentrasi pupuk dengan diameter pangkal batang adalah linier pada 65 HST dan kwadratik pada 85 HST yang dapat dilihat pada Gambar 12. Pada umur 65 HST terdapat hubungan linier dengan persamaan Y = 1,14 + 0,03 K, r = 0,87. Dari grafik dapat dilihat bahwa diameter pangkal batang terus bertambah sesuai dengan penambahan pupuk yang diberikan. Sedangkan pada umur 85 HST terdapat hubungan kwadratik dengan persamaan Y = 1,21 + 0,31 K – 0,07 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 1,55 cm terdapat pada K 2,21 gl. Gambar 12. Pengaruh Konsentrasi Pupuk terhadap Diameter Pangkal Batang pada Umur 65 dan 85 HST Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk diameter pangkal batang akibat interaksi tanah, konsentrasi dan interval pemberian pupuk pada 45 HST dapat dilihat pada Tabel 7. Y 1 = 1,14 + 0,03 K, r = 0,87 Y 2 = 1,21 + 0,31 K – 0,07 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 1,55 cm, pada K 2,21 gl Universitas Sumatera Utara Tabel 7. Data Rata-rata Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk terhadap Bibit Kelapa Sawit pada Diameter Pangkal Batang 45 HST Perlakuan Diameter Pangkal Batang cm I 1 I 2 I 3 T 1 K 1 1,14 cBC 1,05 eD 0,97 fFG K 2 1,28 aA 1,13 cBC 0,99 fEF K 3 1,18 bB 1,09 dCD 1,04 eDE T 2 K 1 0,90 ghHI 0,81 iJ 0,72 jK K 2 0,93 gGH 0,88 hHI 0,75 jJK K 3 0,93 gGH 0,87 hI 0,79 ijJK Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Pada pengamatan 45 HST, diameter pangkal batang terbesar dijumpai pada interaksi T 1 K 2 I 1 tanah salin lapisan topsoil, konsentrasi 2,0 gl air dan interval pemberian pupuk 7 hari sekali yaitu 1,28 cm sedangkan yang terkecil dijumpai pada kombinasi T 2 K 1 I 3 tanah salin lapisan subsoil, konsentrasi 1,0 gl air dan interval pemberian pupuk 21 hari sekali yaitu 0,72 cm. Hubungan interaksi konsentrasi dan interval pemberian pupuk untuk tanah salin baik lapisan topsoil maupun lapisan subsoil T 1 dan T 2 terhadap diameter pangkal batang umur 45 HST dapat dilihat pada Gambar 13 dan 14 berikut ini. Universitas Sumatera Utara Gambar 13. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil T 1 terhadap Diameter Pangkal Batang Umur 45 HST Gambar 14. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk untuk Tanah Salin Lapisan Subsoil T 2 terhadap Diameter Pangkal Batang Umur 45 HST Y 1 = 0,76 + 0,5 K – 0,12 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 1,28 cm, pada K 2,08 gl Y 2 = 0,85 + 0,26 K – 0,06 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 1,13 cm, pada K 2,17 gl Y 3 = 0,93 + 0,04 K, r = 0,97 Y 1 = tn Y 2 = 0,79 + 0,03 K, r = 0,79 Y 3 = 0,68 + 0,04 K, r = 0,99 T 2 T 1 Universitas Sumatera Utara Pada Gambar 13 dapat dilihat ada interaksi antara T x K x I pada perlakuan T 1 diketahui bahwa hubungan I 1 dengan konsentrasi bersifat kwadratik dengan persamaan Y I1 = 0,76 + 0,5 K – 0,12 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 1,28 cm terdapat pada K 2,08 gl, hubungan I 2 dengan konsentrasi bersifat kwadratik dengan persamaan Y I2 = 0,85 + 0,26 K – 0,06 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 1,13 cm terdapa t pada K 2,17 gl, dan hubungan I 3 dengan konsentrasi bersifat linier dengan persamaan Y I3 = 0,93 + 0,04 K, r = 0,97. Pada gambar 14 dapat terlihat bahwa pada perlakuan T 2 diketahui bahwa hubungan I 2 dan I 3 dengan konsentrasi bersifat linier dengan persamaan Y I2 = 0,79 + 0,03 K, r = 0,79 dan Y I3 = 0,68 + 0,04 K, r = 0,99. Diameter pangkal batang tiap konsentrasi pada interval pemberian pupuk pada pengamatan 105 HST terdapat pada Tabel 8. Tabel 8. Konsentrasi pada Interval Pemberian Pupuk terhadap Diameter Pangkal Batang Bibit Kelapa Sawit Pengamatan 105 HST Perlakuan Diameter Pangkal Batang cm I 1 I 2 I 3 K 1 2,01 bcBC 1,86 defCDE 1,78 efDE K 2 2,27 aA 1,93 cdBCD 1,75 fE K 3 2,06 bB 1,89 cdeCDE 1,80 efDE Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa kombinasi konsentrasi 2,0 gl air K 2 menunjukkan diameter pangkal batang terbesar terhadap interval pemberian pupuk 7 hari sekali I 1 yaitu 2,27 cm dan yang terkecil pada kombinasi konsentrasi 2,0 gl air K 2 terhadap interval pemberian pupuk 21 hari sekali I 3 Universitas Sumatera Utara yaitu 1,75 cm. Grafik kombinasi antara konsentrasi dengan interval pemberian pupuk terhadap diameter pangkal batang umur 105 HST dapat dilihat pada Gambar 15. Gambar 15. Hubungan Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk terhadap Diameter Pangka l Batang pada Umur 105 HST Pada Gambar 15 menunjukkan hubungan kwadratik antara konsentrasi dengan diameter pangkal batang pada perlakuan I 1 dengan persamaan Y = 1,26 + 0,98 K – 0,24 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 2,26 cm terdapat pada K 2,04 gl. 3 . Luas Daun cm 2 Sidik ragam luas daun pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST dapat dilihat pada Lampiran 17 sampai 24. Dari hasil sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tanah T berpengaruh sangat nyata terhadap luas daun umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Perlakuan konsentrasi K berpengaruh sangat nyata umur 45, 65, 85 dan 105 Y 1 = 1,26 + 0,98 K – 0,24 K 2 , R 2 = 0,99 Ym ax 2,26 cm pada K 2, 04 gl Y 2 = tn Y 3 = tn Universitas Sumatera Utara HST, dan perlakuan interval I berpengaruh sangat nyata umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Luas daun pada perlakuan tanah, konsentrasi dan interval pemberian pupuk pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada Tabel 9. Tabel 9. Luas Daun Bibit Kelapa Sawit cm 2 pada Perlakuan Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST Perlakuan Luas Daun cm 2 45 HST 65 HST 85 HST 105 H ST Tanah T 1 Lapisan Topsoil 106,18 aA 219,27 aA 413,98 aA 616,76 aA T 2 Lapisan Subsoil 66,86 bB 137,79 bB 260,42 bB 390,63 bB Konsentrasi K 1 1,0 grl air 81,37 bB 169,72 bB 320,75 bB 481,13 bB K 2 2,0 grl air 90,00 aA 184,16 aA 347,39 aA 515,19 aA K 3 3,0 grl air 88,18 aA 181,71 aA 343,45 aA 514,76 aA Interval I 1 7 hari sekali 99,96 aA 202,23 aA 381,53 aA 568,74 aA I 2 14 hari sekali 86,16 bB 177,41 bB 335,34 bB 500,23 bB I 3 21 hari sekali 73,44 cC 155,94 cC 294,73 cC 442,10 cC Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST tanah yang terluas untuk parameter luas daun adalah tanah salin lapisan topsoil T 1 dibandingkan dengan tanah salin lapisan subsoil T 2 . Untuk konsentrasi yaitu pada K 2 2,0 gl air, K 3 3,0 gl air dan K 1 1,0 gl air. Demikian juga dengan interval pemberian pupuk pada I 1 7 hari sekali, I 2 14 hari sekali dan I 3 21 hari sekali. Hubungan luas daun dengan konsentrasi pupuk pada 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada Gambar 16. Universitas Sumatera Utara Gambar 16. Pengaruh Konsentrasi Pupuk terhadap Luas Daun pada Umur 45, 65, 85 dan 105 HST Pada Gambar 16 terdapat hubungan kwadratik antara konsentrasi pupuk dengan luas daun. Pada 45 HST, persamaan Y = 62,29 + 24,31K – 5,23K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 90,54 cm 2 terdapat pada K 2,32 gl air. Pada 65 HST, persamaan Y = 138,39 + 39,78K – 8,45K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 185,23 cm 2 terdapat pada K 2,35 gl air. Pada 85 HST, persamaan Y = 23,53 + 72,51K – 15,29K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 349,45 cm 2 terdapat pada K 2,37 gl air. Pada 105 HST, persamaan Y = 412,58 + 85,79K – 17,25K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 519,25 cm 2 terdapat pada K 2,48 gl air. Y= 62,29 + 24,31 K – 5,23 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 90,54 cm 2 pada K 2,32 gl air Y= 138,39 + 39,78 K – 8,45 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 185,23 cm 2 pada K 2,35 gl air Y= 263,53 + 72,51K – 15,29K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 349,45 cm 2 pada K 2,37 g airl Y= 412,58 + 85,79 K – 17,25 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 519,25 cm 2 pada K 2,48 gl air Universitas Sumatera Utara 4 . Panjang Akar cm Sidik ragam panjang akar pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST dapat dilihat pada Lampiran 25 sampai 32. Dari hasil sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tanah T berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Perlakuan konsentrasi K berpengaruh sangat nyata umur 45, 65 dan 85 HST, berpengaruh nyata umur 105 HST dan perlakuan interval I berpengaruh sangat nyata umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Interaksi antara perlakuan tanah, konsentrasi dan interval T x K x I berpengaruh sangat nyata pada umur 45 dan 85 HST. Sedangkan interaksi antara perlakuan tanah dengan interval pemberian pupuk T x I berpengaruh sangat nyata pada umur 105 HST.Panjang akar pada perlakuan tanah, konsentrasi dan interval pemberian pupuk pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada Tabel 10. Tabel 10. Panjang Akar Bibit Kelapa Sawit cm pada Perlakuan Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk Pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST Perlakuan Panjang Akar cm 45 HST 65 HST 85 HST 105 HST Tanah T 1 Lapisan Topsoil 35,25 aA 42,18 aA 48,59 aA 56,35 aA T 2 Lapisan Subsoil 25,86 bB 30,59 bB 35,59 bB 43,49 bB Konsentrasi K 1 1,0 grl air 32,47 aA 37,83 aA 44,78 aA 51,97 aA K 2 2,0 grl air 30,19 bB 36,83 bB 41,94 bB 49,60 bB K 3 3,0 grl air 29,00 bB 34,49 bB 39,56 bB 48,19 bB Interval I 1 7 hari sekali 26,81 cC 32,51 cC 37,54 cC 46,23 cC I 2 14 hari sekali 29,88 bB 35,98 bB 41,16 bB 50,00 bB I 3 21 hari sekali 34,97 aA 40,66 aA 47,58 aA 53,53 aA Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST tanah yang terbaik untuk parameter panjang akar adalah tanah salin lapisan topsoil T 1 dibandingkan dengan tanah salin lapisan subsoil T 2 . Untuk konsentrasi yaitu pada K 1 1,0 gl air, K 2 2,0 gl air dan K 3 3,0 gl air. Untuk interval pemberian pupuk pada I 3 21 hari sekali, I 2 14 hari sekali dan I 1 7 hari sekali. Grafik hubungan panjang akar dengan konsentrasi pupuk terdapat pada Gambar 18, hubungan tersebut merupakan hubungan linier dengan persamaan Y = 39,72 - 1,67K, r= -0,97. Gambar 17. Hubungan Panjang Akar cm dengan Konsentrasi Pupuk pada Umur 65 HST Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk panjang akar akibat interaksi tanah, konsentrasi dan interval pemberian pupuk dapat dilihat pada Tabel 11. Y= 39,72 - 1,67K, r= -0,97 Universitas Sumatera Utara Tabel 11. Tanah, Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk terhadap Bibit Kelapa Sawit pada Panjang Akar 45 dan 85 HST Perlakuan Panjang Akar cm 45 HST 85 HST T 1 K 1 I 1 31,00 efgDEF 46,32 cdCDE T 1 K 1 I 2 35,25 bcdBCD 47,52 cdBCD T 1 K 1 I 3 47,75 aA 65,27 aA T 1 K 2 I 1 30,75 efgDEF 43,23 defDEFG T 1 K 2 I 2 34,25 cdeBCDE 47,12 cdBCDE T 1 K 2 I 3 38,17 bB 51,97 abAB T 1 K 3 I 1 30,75 efgDEF 41,67 efgDEFGH T 1 K 3 I 2 32,67 defCDEF 44,95 deCDEF T 1 K 3 I 3 36,92 bcBC 49,30 bcABC T 2 K 1 I 1 23,58 jHI 31,35 lmJK T 2 K 1 I 2 27,68 ghiFGH 37,12 hijkHIJ T 2 K 1 I 3 29,55 fgEFG 41,07 efghEFGH T 2 K 2 I 1 23,88 jHI 33,22 klmIJK T 2 K 2 I 2 24,92 hijGHI 36,37 ijkHIJ T 2 K 2 I 3 29,17 fgEFG 39,70 fghiFGH T 2 K 3 I 1 21,17 jI 29,43 mK T 2 K 3 I 2 24,50 ijGHI 33,88 jklIJK T 2 K 3 I 3 28,25 ghFGH 38,15 ghijGHI Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Pada pengamatan 45 HST, panjang akar terpanjang dijumpai pada interaksi T 1 K 1 I 3 tanah salin lapisan topsoil, konsentrasi 1,0 gl air dan interval pemberian pupuk 21 hari sekali yaitu 47,75 cm, sedangkan yang terpendek dijumpai pada kombinasi T 2 K 3 I 1 tanah salin lapisan subsoil, konsentrasi 3,0 gl air dan interval pemberian pupuk 7 hari sekali yaitu 21,17 cm. Pada pengamatan 85 HST, panjang akar terpanjang dijumpai pada interaksi T 1 K 1 I 3 tanah lapisan topsoil, konsentrasi 1,0 grl air dan interval pemberian pupuk 21 hari sekali yaitu 65,27 cm, sedangkan yang terpendek dijumpai pada Universitas Sumatera Utara kombinasi T 2 K 3 I 1 tanah salin lapisan subsoil, konsentrasi 3,0 gl air dan interval waktu pemberian pupuk 7 hari sekali yaitu 29,43 cm. Hubungan interaksi konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk untuk tanah salin lapisan topsoil T 1 terhadap panjang akar umur 45 HST dapat dilihat pada Gambar 18 berikut ini. Pada Gambar 19, dapat dilihat ada interaksi antara T x K x I pada perlakuan T 1 diketahui bahwa hubungan I 3 dengan konsentrasi bersifat linier negatif dengan persamaan Y I3 = 51,78 - 5,42 K, r = -0,92. Sedangkan hubungan I 1 dan I 2 dengan konsentrasi menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Gambar 18.Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Pada Tanah Salin Lapisan Topsoil T 1 terhadap Panjang Akar Umur 45 HST Hubungan interaksi konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk untuk tanah salin lapisan topsoil T 1 terhadap panjang akar umur 85 HST dapat dilihat pada Gambar 19 berikut ini. YI 1 = tn YI 2 = tn YI 3 = 51,78 - 5,42 K, r = -0,92 T 1 Universitas Sumatera Utara Gambar 19 . Pengaruh Konsentrasi da n Interval Waktu Pemberian Pupuk Pada Tanah Salin Lapisan Topsoil T 1 terhadap Panjang Akar Umur 85 HST Pada Gambar 19, dapat dilihat ada interaksi antara T x K x I pada perlakuan T 1 diketahui bahwa hubungan I 3 dengan konsentrasi bersifat linier negatif dengan persamaan Y I3 = 71,48 - 7,99 K, r = -0,93. Sedangkan hubungan I 1 dan I 2 dengan konsentrasi menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Interaksi antara lapisan tanah salin dan interval waktu pemberian pupuk terhadap panjang akar pada pengamatan 105 HST terdapat pada Tabel 12. Tabel 12. Interaksi antara Tanah dan Interval Waktu Pemberian Pupuk terhadap Panjang Akar cm Bibit Kelapa Sawit pada Pengamatan 105 HST Perlakuan Panjang Akar cm I 1 I 2 I 3 T 1 51,65 cC 55,00 bB 62,40 aA T 2 40,82 dD 45,00 dD 44,66 dD Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. YI 1 = tn YI 2 = tn YI 3 = 71,48 – 7,99 K, r = -0,93 T1 Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 12 dapat dilihat bahwa kombinasi tanah salin lapisan topsoil T 1 menunjukkan panjang akar terpanjang terhadap interval waktu pemberian pupuk 21 hari sekali I 3 yaitu 62,40 cm, dan yang terpendek pada kombinasi tanah salin lapisan subsoil T 2 terhadap interval waktu pemberian pupuk 7 hari sekali I 1 yaitu 40,82 cm. 5 . Bobot Kering Tajuk g Sidik ragam bobot kering tajuk pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST dapat dilihat pada Lampiran 33 sampai 40. Dari hasil sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tanah T berpengar uh sangat nyata terhadap bobot kering tajuk umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Perlakuan konsentrasi K berpengaruh sangat nyata umur 45, 65, 85 dan 105 HST, dan perlakuan interval I berpengaruh sangat nyata umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Demikian juga interaksi antara konsentrasi K dengan interval I K x I berpengaruh sangat nyata umur 45 HST. Pengaruh tanah dan interval T x I berpengaruh nyata umur 45 HST, sedangkan interaksi antara perlakuan tanah, konsentrasi dan interval T x K x I berpengaruh sangat nyata pada umur 65, 85 dan 105 HST. Bobot kering tajuk pada perlakuan tanah, konsentrasi dan interval pemberian pupuk pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada Tabel 13. Dari Tabel 13 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST, tanah yang terbaik untuk parameter bobot kering tajuk adalah tanah salin lapisan topsoil T 1 dibandingkan dengan tanah salin lapisan subsoil T 2 . Untuk Universitas Sumatera Utara konsentrasi yaitu pada K 2 2,0 gl air, K 3 3,0 gl air dan K 1 1,0 gl air. Demikian juga dengan interval waktu pemberian pupuk pada I 1 7 hari sekali, I 2 14 hari sekali dan I 3 21 hari sekali. Tabel 13. Bobot Kering Tajuk Bibit Kelapa Sawit g pada Perlakuan Tanah, Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk pada Pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST Perlakuan Bobot Kering Tajuk g 45 HST 65 HST 85 HST 105 HST Tanah T 1 Lapisan Topsoil 1,85 aA 3,69 aA 6,79 aA 10,21 aA T 2 Lapisan Subsoil 1,14 bB 2,20 bB 4,05 bB 5,77 bB Konsentrasi K 1 1,0 grl air 1,38 bB 2,70 bB 4,94 bB 7,34 bB K 2 2,0 grl air 1,59 aA 3,22 aA 5,87 aA 8,64 aA K 3 3,0 grl air 1,50 aA 2,91 bB 5,46 aA 7,99 abAB Interval I 1 7 hari sekali 1,76 aA 3,51 aA 6,44 aA 9,49 aA I 2 14 hari sekali 1,46 bB 2,84 bB 5,21 bB 7,77 bB I 3 21 hari sekali 1,25 cC 2,48 cC 4,61 cC 6,71 cC Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Interaksi antara konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk terhadap bobot kering tajuk pada pengamatan 45 HST terdapat pada Tabel 14. Tabel 14. Interaksi antara Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk terhadap Bobot Kering Tajuk g Bibit Kelapa Sawit pada Pengamatan 45 HST Perlakuan Bobot Kering Tajuk g I 1 I 2 I 3 K 1 1,60 bcBC 1,42 cdeCDE 1,15 fF K 2 2,01 aA 1,51 cdBCD 1,26 efEF K 3 1,69 bB 1,47 cdBCDE 1,35 deDEF Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 14 dapat dilihat ba hwa kombinasi konsentrasi 2,0 gl air K 2 dan interval waktu pemberian pupuk 7 hari sekali I 1 memberikan hasil bobot kering tajuk yang tertinggi yaitu 2,01 g, dan yang terendah pada kombinasi konsentrasi 1,0 gl air K 1 dan interval waktu pemberian pupuk 21 hari sekali I 3 yaitu 1,15 g. Grafik kombinasi antara konsentrasi dengan interval waktu pemberian pupuk terhadap bobot kering tajuk umur 45 HST dapat dilihat pada Gambar 20. Gambar 20. Hubungan Konsentrasi dan Interval Pemberian Pupuk terhadap Bobot Kering Tajuk g pada Umur 45 HST Pada Gambar 20 hubungan konsentrasi pupuk adalah kwadratik, pada I 1 dengan persamaan Y I1 = 0,44 + 1,53 K - 0,37 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 2,03 g terdapat pada K 2,07 gl. Sedangkan pada I 3 terdapat hubungan linier dengan persamaan Y I3 = 1,05 + 0,1 K, r = 0,99. Interaksi antara tanah dengan interval waktu pemberian pupuk terhadap bobot kering tajuk pada pengamatan 45 HST terdapat pada Tabel 15. Y 1 = 0,44 + 1,53 K – 0,37 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 2,03 g pada K 2,07 gl Y 2 = tn Y 3 = 1,05 + 0,1 K, r = 0,99 Universitas Sumatera Utara Tabel 15. Interaksi antara Tanah dan Interval Waktu Pemberian Pupuk terhadap Bobot Kering Tajuk g Bibit Kelapa Sawit pada Pengamatan 45 HST Perlakuan Bobot Kering Tajuk g I 1 I 2 I 3 T 1 2,19 a 1,78 b 1,57 c T 2 1,33 d 1,15 e 0,93 f Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa kombinasi tanah salin lapisan topsoil T 1 menunjukkan bobot kering tajuk terberat terhadap interval waktu pemberian pupuk 7 hari sekali I 1 yaitu 2,19 g, dan yang terendah pada kombinasi tanah salin lapisan subsoil T 2 terhadap interval waktu pemberian pupuk 21 hari sekali I 3 yaitu 0,93 g. Rata-rata hasil uji jarak Duncan untuk bobot kering tajuk akibat interaksi tanah, konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk dapat dilihat pada Tabel 16. Universitas Sumatera Utara Tabel 16. Data Rata-rata Bobot Kering Tajuk g Bibit Kelapa Sawit pada pengamatan 65 , 85 dan 105 HST Akibat Interaksi Perlakuan Tanah, Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk Perlakuan Bobot Kering Tajuk g 65 HST 85 HST 105 HST T 1 K 1 I 1 3,72 bBC 7,00 bcBC 10,55 bcB T 1 K 1 I 2 3,33 bcdBCD 5,97 cdefBCDEF 9,44 cdBCD T 1 K 1 I 3 2,99 defCDE 5,54 efgCDEFG 7,78 efDEF T 1 K 2 I 1 5,74 aA 10,29 aA 15,13 aA T 1 K 2 I 2 3,65 bcBC 6,39 bcdeBCD 10,14 bcBC T 1 K 2 I 3 3,12 cdefBCDE 5,83 defBCDEF 8,69 deCDE T 1 K 3 I 1 3,81 bB 7,21 bB 10,80 bB T 1 K 3 I 2 3,57 bcBC 6,75 bcdBC 10,12 bcBC T 1 K 3 I 3 3,26 bcdeBCD 6,18 bcdeBCDE 9,26 cdBCD T 2 K 1 I 1 2,42 ghiEFG 4,58 ghFGH 6,37ghiFGHI T 2 K 1 I 2 2,11 hijFGH 3,98 hHI 5,47 ijkGHIJ T 2 K 1 I 3 1,66 jH 2,55 iI 4,40 kJ T 2 K 2 I 1 2,72 efgDEF 4,88 fghDEFGH 7,20 fgEFG T 2 K 2 I 2 2,22 ghijFGH 4,07 hGH 5,78 hijGHIJ T 2 K 2 I 3 1,85 jGH 3,75 hiHI 4,92 jkIJ T 2 K 3 I 1 2,62 fghDEF 4,70 ghEFGH 6,89 fghFGH T 2 K 3 I 2 2,18 ghijFGH 4,11 hGH 5,67hijkGHIJ T 2 K 3 I 3 2,01 ijFGH 3,81 hHI 5,22 ijkHIJ Keteranga n : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Pada pengamatan 65 HST, bobot kering tajuk terberat dijumpai pada interaksi T 1 K 2 I 1 tanah salin lapisan topsoil, konsentrasi 2,0 gl air dan interval waktu pemberian pupuk 7 hari sekali yaitu 5,74 g, sedangkan yang terendah dijumpai pada kombinasi T 2 K 1 I 3 tanah salin lapisan subsoil, konsentrasi 1,0 gl air dan interval waktu pemberian pupuk 21 hari sekali yaitu 1,66 g. Pada pengamatan 85 HST, bobot kering tajuk terberat dijumpai pada interaksi T 1 K 2 I 1 tanah salin lapisan topsoil, konsentrasi 2,0 gl air dan interval pemberian pupuk 7 hari sekali yaitu 10,29 g, sedangkan terendah dijumpai pada Universitas Sumatera Utara kombinasi T 2 K 1 I 3 tanah salin la pisan subsoil, konsentrasi 1,0 gl air dan interval waktu pemberian pupuk 21 hari sekali yaitu 2,55 g. Pada pengamatan 105 HST, bobot kering tajuk terberat dijumpai pada interaksi T 1 K 2 I 1 tanah salin lapisan topsoil, konsentrasi 2,0 gl air dan interval waktu pemberian pupuk 7 hari sekali yaitu 15,13 g, sedangkan terendah dijumpai pada kombinasi T 2 K 1 I 3 tanah salin lapisan subsoil, konsentrasi 1,0 gl air dan interval waktu pemberian pupuk 21 hari sekali yaitu 4,40 g. Hubungan interaksi antara konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk untuk tanah salin lapisan topsoil T 1 terhadap bobot kering tajuk umur 65 HST dapat dilihat pada Gambar 21 berikut ini. Gambar 21. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil T 1 terhadap Bobot Kering Tajuk Umur 65 HST Pada Gambar 21, dapat dilihat ada interaksi antara T x K x I, pada perlakuan T 1 diketahui bahwa hubungan I 1 dengan konsentrasi bersifat kwadratik dengan persamaan Y I1 = -2,25 + 7,95 K – 1,98 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat Y 1 = -2,25 + 7,95 K – 1,98 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 5,74 g pada K 2,01 gl Y 2 = tn Y 3 = tn T 1 Universitas Sumatera Utara dilihat bahwa Ymax 5,74 g terdapat pada K 2,01 gl. Sedangkan hubungan I 2 dan I 3 dengan konsentrasi menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Hubungan interaksi antara konsentrasi dan interval waktu waktu pemberian pupuk untuk tanah salin lapisan topsoil T 1 terhadap bobot kering tajuk umur 85 HST dapat dilihat pada Gambar 22 berikut ini. Gambar 22. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil T 1 terhada p Bobot Kering Tajuk Umur 85 HST Pada Gambar 22, dapat dilihat ada interaksi antara T x K x I, pada perlakuan T 1 diketahui bahwa hubungan I 1 dengan konsentrasi bersifat kwadratik negatif dengan persamaan Y I1 = -2,66 + 12,85 K – 3,19 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 10,28 g terdapat pada K 2,01 gl, sedangkan hubungan I 2 dan I 3 dengan konsentrasi menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Hubungan interaksi antara konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk untuk tanah salin lapisan topsoil T 1 terhadap bobot kering tajuk umur 105 HST dapat dilihat pada gambar 23 berikut ini. YI 1 = -2,66 + 12,85 K – 3,19 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 10,28 g pada K 2,01 gl YI 2 = tn YI 3 = tn T 1 Universitas Sumatera Utara Gambar 23. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk untuk Tanah Salin Lapisan Topsoil T 1 terhadap Bobot Kering Tajuk Umur 105 HST Pada Gambar 23, dapat dilihat ada interaksi antara T x K x I, pada perlakuan T 1 diketahui bahwa hubungan I 1 dengan konsentrasi bersifat kwadratik dengan persamaan Y I1 = -2,94 + 17,95 K – 4,46 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 15,12 g terdapat pada K 2,01 gl, sedangkan hubungan I 2 dan I 3 dengan konsentrasi menunjukkan tidak berpengaruh nyata. 6 . Bobot Kering Akar g Sidik ragam bobot kering akar pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST dapat dilihat pada Lampiran 41 sampai 48. Dari hasil sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tanah T berpengaruh sangat nyata terhadap bobot kering tajuk umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Perlakuan konsentrasi K berpengaruh sangat nyata umur 65 HST, dan perlakuan interval waktu I berpengaruh sangat nyata umur 65, 85 dan 105 HST. Demikian juga interaksi antara konsentrasi K dengan interval waktu I K x I YI 1 = -2,94 + 17,95 K – 4,46 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 15,12 g pada 2,01 gl YI 2 = tn YI 3 = tn T 1 Universitas Sumatera Utara berpengaruh sangat nyata umur 65 HST, berpengaruh nyata umur 85 HST. Pengaruh tanah dan interval waktu T x I berpengaruh sangat nyata umur 45 HST, berpengaruh nyata pada umur 105 HST. Bobot kering akar pada perlakuan tanah, konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada Tabel 17. Tabel 17. Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit g pada Perlakuan Tanah, Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk pada P engamatan 45, 65, 85 dan 105 HST Perlakuan Bobot Kering Akar g 45 HST 65 HST 85 HST 105 HST Tanah T 1 Lapisan Topsoil 0,66 aA 0,93 aA 1,16 aA 1,49 aA T 2 Lapisan Subsoil 0,53 bB 0,67 bB 0,85 bB 1,13 bB Konsentrasi K 1 1,0 grl air 0,60 0,83 aA 1,03 1,35 K 2 2,0 grl air 0,60 0,79 bB 1,00 1,32 K 3 3,0 grl air 0,58 0,78 bB 0,99 1,27 Interval I 1 7 hari sekali 0,58 0,71 cC 0,93 cC 1,25 cC I 2 14 hari sekali 0,59 0,80 bB 0,99 bB 1,30 bB I 3 21 hari sekali 0,61 0,89 aA 1,10 aA 1,39 aA Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 17 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST tanah yang terbaik untuk parameter bobot kering akar adalah tanah salin lapisan topsoil T 1 dibandingkan dengan tanah salin lapisan subsoil T 2 . Untuk konsentrasi yaitu pada K 1 1,0 gl air, K 2 2,0 gl air dan K 3 3,0 gl air. Universitas Sumatera Utara Demikian juga dengan interval waktu pemberian pupuk pada I 3 21 hari sekali, I 2 14 hari sekali dan I 1 7 hari sekali. Interaksi antara tanah dan interval waktu pemberian pupuk terhadap bobot kering akar bibit kelapa sawit pada pengamatan 45 dan 105 HST terdapat pada Tabel 18. Tabel 18. Interaksi antara Tanah dan Interval Waktu Pemberian Pupuk terhadap Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit Pengamatan 45 dan 105 HST Perlakuan Bobot Kering Akar g 45 HST 105 HST T 1 I 1 0,60 bcB 1,43 b T 1 I 2 0,74 aA 1,43 b T 1 I 3 0,65 bA 1,62 a T 2 I 1 0,56 cB 1,06 c T 2 I 2 0,45 dC 1,17 c T 2 I 3 0,57 cB 1,16 c Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 18 pada umur 45 HST, dapat dilihat bahwa kombinasi tanah lapisan topsoil T 1 menunjukkan bobot kering akar terberat terhadap interval waktu pemberian pupuk 14 hari sekali I 2 yaitu 0,74 g, dan yang terendah pada kombinasi tanah lapisan subsoil T 2 terhadap interval pemberian pupuk 14 hari sekali I 2 yaitu 0,45 g. Pada umur 105 HST dapat dilihat bahwa kombinasi tanah salin lapisan topsoil T 1 menunjukkan bobot kering akar terberat terhadap interval waktu pemberian pupuk 21 hari sekali I 3 yaitu 1,62 g, dan yang terendah pada kombinasi tanah salin lapisan subsoil T 2 terha dap interval waktu pemberian pupuk 7 hari sekali I 1 yaitu 1,06 g. Universitas Sumatera Utara Interaksi antara konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk terhadap bobot kering akar bibit kelapa sawit pada pengamatan 65 dan 85 HST terdapat pada Tabel 19. Dari Tabel 19 pada pengamatan 65 HST dapat dilihat bahwa kombinasi konsentrasi 1,0 gl air K 1 menunjukkan bobot kering akar terberat terhadap interval waktu pemberian pupuk 21 hari sekali I 3 yaitu 0,93 g dan yang terendah pada kombinasi konsentrasi 3,0 gl air K 3 terhadap interval waktu pemberian pupuk 7 hari sekali I 1 yaitu 0,67 g. Tabel 19. Interaksi antara Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk terhadap Bobot Kering Akar Bibit Kelapa Sawit pada Pengamatan 65 dan 85 HST Perlakuan Bobot Kering Akar g 65 HST 85 HST K 1 I 1 0,74 eEF 1,00 bcd K 1 I 2 0,83 cBCD 1,02 bcd K 1 I 3 0,93 aA 1,15 a K 2 I 1 0,73 eEF 0,93 de K 2 I 2 0,80 cdCDE 0,95 cde K 2 I 3 0,90 abAB 1,05 abc K 3 I 1 0,67 fF 0,86 e K 3 I 2 0,77 deDE 1,00 bcd K 3 I 3 0,85 bcBC 1,10 ab Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Pada pengamatan 85 HST dapat dilihat ba hwa kombinasi konsentrasi 1,0 gl air K 1 menunjukkan bobot kering akar terberat terhadap interval waktu pemberian pupuk 21 hari sekali I 3 yaitu 1,15 g dan yang terendah pada kombinasi konsentrasi 3,0 gl air K 3 terhadap interval waktu pemberian pupuk 7 hari sekali I 1 yaitu 0,86 g. Universitas Sumatera Utara Grafik kombinasi antara konsentrasi dengan interval waktu pemberian pupuk terhadap bobot kering akar umur 65 HST dapat dilihat pada Gambar 24. Gambar 24. Hubungan Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk terhadap Bobot Kering Akar g pada Umur 65 HST Pada umur 65 HST hubunga n konsentrasi pupuk dengan bobot kering akar pada I 1 dan I 3 adalah linier negatif dengan persamaan Y I1 = 0,78 - 0,035 K, r = - 0,92 dan Y I3 = 0,97 - 0,04 K, r = -0,99. Sedangkan hubungan I 2 dengan konsentrasi menunjukkan tidak berpengaruh nyata. Grafik kombinasi antara konsentrasi dengan interval waktu pemberian pupuk terhadap bobot kering akar umur 85 HST dapat dilihat pada Gambar 25. Y 1 = 0,78 - 0,035 K, r = -0,92 Y 2 = tn Y 3 = 0,97 - 0,04 K, r = -0,99 Universitas Sumatera Utara Gambar 25. Hubungan Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk terhadap Bobot Kering Akar g pada Umur 85 HST Pada umur 85 HST hubungan konsentrasi pupuk dengan bobot kering akar pada I 1 adalah linear negatif dengan persamaan Y I1 = 1,07 - 0,07 K, r = -0,99. Sedangkan pada I 2 dan I 3 terdapat hubungan tidak berbeda nyata. 7 . Jumlah Klorofil Sidik ragam jumlah klorofil pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST dapat dilihat pada Lampiran 49 sampai 56. Dari hasil sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tanah T berpengaruh sangat nyata terhadap jumlah klorofil umur 45, 65, 85 dan berpengaruh nyata pada umur 105 HST. Perlakuan konsentrasi K berpengaruh sangat nyata pada umur 45 HST, dan berpengaruh nyata pada umur 65, 85 dan 105 HST, dan perlakuan interval waktu I berpengaruh nyata umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Interaksi antara Tanah T, konsentrasi K dengan interval waktu I berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah klorofil umur 45, 65, 85 dan 105 HST. Y 1 = 1,07 - 0,07 K, R = -0,99 Y 2 = tn Y 3 = tn Universitas Sumatera Utara Jumlah klorofil pada perlakuan tanah, konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST terdapat pada Tabel 20. Tabel 20. Jumlah Klorofil Bibit Kelapa Sawit butir6 mm 2 pada Perlakuan Tanah, Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk pada 45, 65, 85 dan 105 HST Perlakuan Jumlah Klorofil butir6 mm 2 45 HST 65 HST 85 HST 105 HST Tanah T 1 Lapisan Topsoil 49,72 aA 57,77 aA 60,47 aA 61,42 a T 2 Lapisan Subsoil 43,94 bB 50,42 bB 54,57 bB 57,42 b Konsentrasi K 1 1,0 grl air 42,18 bB 51,45 b 57,45 b 59,19 b K 2 2,0 grl air 51,85 aA 57,30 a 60,75 a 62,46 a K 3 3,0 grl air 46,46 bB 53,53 b 54,36 b 56,61 b Interval I 1 7 hari sekali 48,42 a 58,22 a 61,35 a 62,91 a I 2 14 hari sekali 47,84 a 53,14 b 56,14 b 58,59 b I 3 21 hari sekali 44,22 b 50,93 b 55,06 b 56,77 b Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 20 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 45, 65, 85 dan 105 HST tanah yang terbaik untuk parameter jumlah klorofil adalah tanah salin lapisan topsoil T 1 dibandingkan dengan tanah salin lapisan subsoil T 2 . Untuk konsentrasi yaitu pada K 2 2,0 gl air, K 3 3,0 gl air dan K 1 1,0 gl air. Demikian juga dengan interval waktu pemberian pupuk pada I 1 7 hari sekali, I 2 14 hari sekali dan I 3 21 hari sekali. Grafik pengaruh konsentrasi pupuk terhadap jumlah klorofil umur 45 HST dapat dilihat pada Gambar 26. Universitas Sumatera Utara Gambar 26. Pengaruh Konsentrasi terhadap Jumlah Klorofil butir6mm 2 pada Umur 45 HST Pada Gambar 26 hubungan konsentrasi denga n jumlah klorofil adalah kwadratik dengan persamaan Y = 17,45 + 32,26 K – 7,53 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 52 butir6mm 2 terdapat pada K 2,14 gl. Grafik pengaruh konsentrasi pupuk terhadap jumlah klorofil umur 65 HST dapat dilihat pada Gambar 27. Gambar 27. Hubungan Konsentrasi Pupuk terhadap Jumlah Klorofil butir6mm 2 pada Umur 65 HST Y= 17,45+ 32,26 K – 7,53 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 52 butir6mm 2 pada K 2,14 gl Y= 35,98 + 20,28 K – 4,81 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 57,37 butir6mm 2 pada K 2,11 gl Universitas Sumatera Utara Pada Gambar 27 dapat dilihat bahwa hubungan jumlah klorofil dengan konsentrasi pupuk pada 65 HST bersifat kwadratik dengan persamaan Y = 35,98 + 20,28 K – 4,81 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 57,37 butir6 mm 2 terdapat pada K 2,11 gl. Grafik pengaruh konsentrasi pupuk terhadap jumlah klorofil umur 85 HST dapat dilihat pada Gambar 28. Gambar 28. Hubungan Konsentrasi Pupuk terhadap Jumlah Klorofil butir6 mm 2 pada Umur 85 HST Pada Gambar 28 dapat dilihat bahwa hubungan jumlah klorofil dengan konsentrasi pupuk pada 85 HST bersifat kwadratik dengan persamaan Y = 44,46 + 17,83 K – 4,84 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 60,86 butir6mm 2 terdapat pada K 1,84 gl. Grafik pengaruh konsentrasi pupuk terhadap jumlah klorofil umur 105 HST dapat dilihat pada Gambar 29. Y= 44,46 + 17,83 K – 4,84 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 60,86 but ir6mm 2 pada K 1,84 gl Universitas Sumatera Utara Gambar 29. Hubungan Konsentrasi dan Jumlah Klorofil butir6 mm 2 pada Umur 105 HST Pada Gambar 29 dapat dilihat bahwa hubungan jumlah klorofil dengan konsentrasi pupuk pada umur 105 HST yang bersifat kwadratik dengan persamaan Y = 46,8 + 16,95 K – 4,56 K 2 , R 2 = 0,99. Dari grafik dapat dilihat bahwa Ymax 62,55 butir6 m m 2 terdapat pada K 1,85 gl air. 8 . Laju Asimilasi Bersih Sidik ragam laju asimilasi bersih LAB dapat dilihat pada Lampiran 57 sampai 62. Dari hasil sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tanah T berpengaruh tidak nyata terhadap laju asimilasi bersih LAB umur 45 – 65 dan 65 – 85 HST, berpengaruh sangat nyata umur 85 – 105 HST. Pengaruh konsentrasi K berpengaruh tidak nyata pada laju asimilasi bersih LAB umur 45 – 65, 65 – 85 dan 85 – 105 HST. Sedangkan perlakuan interval waktu I berpengaruh tidak Y= 46,8 + 16,95 K – 4,56 K 2 , R 2 = 0,99 Ymax 62,55 butir6 mm 2 pada K 1,85 gl air Universitas Sumatera Utara nyata pada laju asimilasi bersih LAB umur 45 – 65 dan 65 – 85 HST, tetapi berpengaruh nyata pada laju asimilasi bersih LAB umur 85 – 105 HST. Pengaruh tanah terhadap interval waktu pemberian pupuk T x I berpengaruh nyata umur 45 – 65 HST. Sedangkan pengaruh tanah, konsentrasi dan interval waktu T x K x I berpengaruh sangat nyata umur 65 – 85 HST. Laju Asimilasi Bersih LAB 45 – 65, 65 – 85 dan 85 – 105 HST pada perlakuan tanah, konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk terdapat pada Tabel 26. Tabel 21. Data Rata -rata Tanah, Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk pada Laju Asimilasi Bersih g.m -2 .h -1 pada 45 – 65, 65 – 85 dan 85 – 105 HST Perlakuan Laju Asimilasi Bersih g.m -2 . h -1 45 – 65 65 – 85 85 – 105 Tanah T 1 Lapisan Topsoil 0,00067 0,00055 0,00036 aA T 2 Lapisan Subsoil 0,00062 0,00052 0,00029 bB Konsentrasi K 1 1,0 grl air 0,00062 0,00052 0,00031 K 2 2,0 grl air 0,00068 0,00055 0,00034 K 3 3,0 grl air 0,00062 0,00053 0,00033 Interval I 1 7 hari sekali 0,00065 0,00055 0,00035 a I 2 14 hari sekali 0,00062 0,00053 0,00033 b I 3 21 hari sekali 0,00066 0,00051 0,00030 c Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 21 dapat dilihat bahwa pada laju asimilasi bersih LAB 45 - 65, 65 - 85 dan 85 - 105 HST tanah yang terbaik adalah tanah salin lapisan topsoil T 1 dibandingkan dengan tanah salin lapisan subsoil T 2 . Untuk konsentrasi yaitu pada K 2 2,0 gl air, K 3 3,0 gl air dan K 1 1,0 gl air. Demikian juga Universitas Sumatera Utara dengan interval waktu pemberian pupuk pada I 1 7 hari sekali, I 2 14 hari sekali dan I 3 21 hari sekali. Hasil Laju Asimilasi Bersih LAB 45 - 65 HST pada interaksi antara tanah dan interval waktu pemberian pupuk terdapat pada Tabel 22. Tabel 22. Interaksi antara Tanah dan Interval Waktu Pemberian Pupuk pada Bibit Kelapa Sawit terhadap Laju Asimilasi Bersih g.m -2 . h -1 pada 45 - 65 HST Perlakuan Laju Asimilasi Bersih g.m -2 . h -1 I 1 I 2 I 3 T 1 0,00072 a 0,00066 ab 0,00062 ab T 2 0,00058 b 0,00058 b 0,00069 a Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 22 dapat dilihat bahwa pada laju asimilasi bersih 45 - 65 HST tertinggi dijumpai pada kombinasi tanah salin lapisan topsoil T 1 terhadap interval waktu pemberian pupuk 7 hari sekali I 1 yaitu 0,00072 g.m -2 . h -1 dan yang terkecil pada kombinasi tanah salin lapisan subsoil T 2 terhadap interval pemberian pupuk 14 hari sekali I 2 yaitu 0,00058 g.m -2 . h -1 . Hasil Laju Asimila si Bersih LAB 65 – 85 HST pada interaksi antara tanah, konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk terdapat pada Tabel 23. Dari Tabel 23 dapat dilihat bahwa Laju Asimilasi Bersih pada 65 - 85 HST tertinggi dijumpai pada kombinasi T 1 K 2 I 1 tanah salin lapisan topsoil, 2,0 gl air dan interval waktu pemberian pupuk 7 hari sekali yaitu 0,00065 g.m -2 .h -1 , sedangkan yang terkecil pada kombinasi T 2 K 1 I 3 tanah salin lapisan subsoil, 1,0 gl air dan interval waktu pemberian pupuk 21 hari sekali yaitu 0,00037g.m -2 . h -1 . Universitas Sumatera Utara Tabel 23. Interaksi antara Tanah, Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk pada Bibit Kelapa Sawit pada terhadap Laju Asimilasi Bersih g.m -2 . h -1 65 - 85 HST Perlakuan Laju Asimilasi Bersih g.m -2 . h -1 I 1 I 2 I 3 T 1 K 1 0,00054 abAB 0,00052 bABC 0,00054 abAB K 2 0,00065 aA 0,00049 bcABC 0,00053 abABC K 3 0,00057 abA B 0,00054 abAB 0,00055 abAB T 2 K 1 0,00057 abAB 0,00056 abAB 0,00037 cC K 2 0,00048 bcBC 0,00053 abABC 0,00052 bABC K 3 0,00050 bABC 0,00056 abAB 0,00056 abAB Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Interaksi konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk pada tanah salin lapisan subsoil T 2 dapat dilihat pada gambar 30. Gamba r 30. Pengaruh Konsentrasi dan Interval waktu Pemberian Pupuk untuk Tanah Salin Lapisan Subsoil T 2 terhadap Laju Asimilasi Bersih g.m -2 .h -1 umur 65 - 85 HST Pada gambar 30, pada perlakuan T 2 dapat dilihat bahwa hubungan I 1 dan I 2 menunjukkan respon yang tidak nyata terhadap laju asimilasi bersih. Sedangkan hubungan I 3 dengan berbagai konsentrasi bersifat linier positif dengan persamaan YI 1 = tn YI 2 = tn YI 3 = 0,0001 + 0,0001 K, r = 0,94 T 2 Universitas Sumatera Utara Y I3 = 0,0001 + 0,0001 K, r = 0,94. Dari grafik dapat dilihat bahwa pada interval waktu 21 hari sekali I 3 , laju asimilasi bersih terus meningkat sesuai dengan peningkatan konsentrasi pupuk. Pada umur 85 - 105 HST dapat dilihat bahwa dari perlakuan tanah, rataan tertinggi diperoleh pada T 1 0,00036 g.m -2 . h -1 yang berbeda sangat nyata pada T 2 0,00029 g.m -2 . h -1 . Dari perlakuan konsentrasi pupuk K, walaupun tidak berbeda nyata namun rataan tertinggi diperoleh pada K 2 0,00034 g.m -2 . h -1 yang diikuti pada K 3 0,00033 g.m -2 . h -1 dan K 1 0,00031 g.m -2 .h -1 . Dari perlakuan interval pupuk I, rataan tertinggi diperoleh pada I 1 0,00035 g.m -2 . h -1 , yang berbeda nyata pada I 2 0,00033 g.m -2 . h -1 dan I 3 0,00030 g.m -2 . h -1 . 9 . Laju Tumbuh Relatif Sidik ragam laju tumbuh relatif LTR dapat dilihat pada Lampiran 63 sampai 68. Dari hasil sidik ragam tersebut menunjukkan bahwa perlakuan tanah T berpengaruh tidak nyata terhadap laju tumbuh relatif LTR umur 65 - 85 HST, berpengaruh nyata umur 45 - 65 dan 85 - 105 HST. Pengaruh konsentrasi K berpengaruh tidak nyata pada laju tumbuh relatif LTR umur 45 - 65, 65 - 85 dan 85 - 105 HST. Sedangkan perlakuan interval waktu I berpengaruh tidak nyata pada laju tumbuh relatif LTR umur 45 – 65 dan 65 - 85 HST, tetapi berpengaruh nyata pada laju tumbuh relatif LTR umur 85 - 105 HST. Pengaruh tanah, konsentrasi dan interval pemberian pupuk T x K x I berpengaruh nyata umur 65 - 85 HST. Universitas Sumatera Utara Laju tumbuh relatif LTR 45 - 65, 65 - 85 dan 85 - 105 pada perlakuan tanah, konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk terdapat pada Tabel 24. Tabel 24. Data Rata-rata Tanah, Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk pada Laju Tumbuh Relatif g.h -1 45 - 65, 65 - 85 dan 85 - 105 HST Perlakuan Laju Tumbuh Relatif g.h -1 45 – 65 HST 65 – 85 HST 85 - 105 HST Tanah T 1 Lapisan Topsoil 0,0307 aA 0,0271 0,0193 aA T 2 Lapisan Subsoil 0,0262 bB 0,0262 0,0161 bB Konsentrasi K 1 1,0 grl air 0,0269 0,0256 0,0172 K 2 2,0 grl air 0,0297 0,0274 0,0181 K 3 3,0 grl air 0,0288 0,0271 0,0178 Interval I 1 7 hari sekali 0,0296 0,0277 0,0188 a I 2 14 hari sekali 0,0281 0,0271 0,0180 ab I 3 21 hari sekali 0,0276 0,0253 0,0162 b Keterangan : Angka -angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 24 dapat dilihat bahwa pada laju tumbuh relatif LTR 45 - 65, 65 - 85 dan 85 - 105 HST tanah yang terbaik adalah tanah salin lapisan topsoil T 1 dibandingkan dengan tanah salin lapisan subsoil T 2 . Untuk konsentrasi yaitu pada K 2 2,0 gl air, K 3 3,0 gl air dan K 1 1,0 gl air. Demikian juga dengan interval waktu pemberian pupuk pada I 1 7 hari sekali, I 2 14 hari sekali dan I 3 21 hari sekali. Hasil Laju Tumbuh Relatif LTR pada interaksi antara tanah, konsentrasi dan interval pemberian pupuk pada pengamatan 65-85 HST terdapat pada Tabel 25. Universitas Sumatera Utara Tabel 25. Interaksi antara Tanah, Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk terhadap Bibit Kelapa Sawit pada Laju Tumbuh Relatif g.h -1 65 - 85 HST Perlakuan Laju Tumbuh Relatif g.h -1 I 1 I 2 I 3 T 1 K 1 0,0242 bc 0,0266 ab 0,0262 ab K 2 0,0294 ab 0,0261 ab 0,0260 ab K 3 0,0296 ab 0,0280 ab 0,0278 ab T 2 K 1 0,0305 a 0,0273 ab 0,0185 c K 2 0,0269 ab 0,0266 ab 0,0293 ab K 3 0,0255 ab 0,0277 ab 0,0239 bc Keterangan : Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris atau kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan 5 dan 1. Dari Tabel 25 dapat dilihat bahwa pada laju tumbuh relatif 65 - 85 HST tertinggi dijumpai pada kombinasi T 2 K 1 I 1 tanah salin lapisan subsoil, 1,0 gl air dan interval waktu pemberian pupuk 7 hari sekali yaitu 0,0305 g.h -1 , sedangkan yang terkecil pada kombinasi T 2 K 1 I 3 tanah salin lapisan subsoil, 1,0 gl air dan interval waktu pemberian pupuk 21 hari sekali yaitu 0,0185 g.h -1 . Interaksi antara konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk pada tanah salin lapisan subsoil T 2 dapat dilihat pada Gambar 31. Universitas Sumatera Utara Gambar 31. Pengaruh Konsentrasi dan Interval Waktu Pemberian Pupuk untuk Tanah Salin Lapisan Subsoil T 2 terhadap Laju Tumbuh Relatif g.h -1 umur 65 - 85 HST Pada perlakuan T 2 dapat dilihat bahwa hubungan I 3 dengan berbagai dosis konsentrasi bersifat kwadratik dengan persamaan Y I3 = -0,009 + 0,04 K - 0,008 K 2 , R 2 = 0,99. Sedangkan hubungan I 1 dan I 2 menunjukkan tidak berbeda nyata . Pada umur 85 - 105 HST dapat dilihat bahwa dari perlakuan tanah, rataan tertinggi diperoleh pada T 1 0,0193 g.h -1 yang berbeda sangat nyata pada T 2 0,0161 g.h -1 . Dari perlakuan konsentrasi pupuk K, walaupun tidak berbeda nyata namun rataan tertinggi diperoleh pada K 2 0,0181 g.h -1 yang diikuti pada K 3 0,0178 g.h -1 dan K 1 0,0172 g.h -1 . Dari perlakuan interval waktu pemberian pupuk I, rataan tertinggi diperoleh pada I 1 0,0188 g.h -1 , yang berbeda nyata pada I 3 0,0162 g.h -1 , tetapi tidak berbeda nyata pada I 2 0,0180 g.h -1 .

10. Rasio Tajuk Akar

Sidik ragam rasio tajuk akar pada umur 45, 65, 85 dan 105 HST dapat dilihat pada Lampiran 69 sampai 76. YI 1 = tn YI 2 = tn YI 3 = -0,009 + 0,04 K - 0,008 K 2 , R 2 = 0,99 T2 Universitas Sumatera Utara