PENDAHULUAN Dr. Ir.Hamidah Hanum, M.P

I. PENDAHULUAN

Latar Belakang Permasalahan Perkebunan merupakan sektor yang strategis bila dilihat dari tingkat pendapatan dan jumlah tenaga kerja yang terlibat. Salah satu komoditi perkebunan yang memiliki kontribusi dalam perekonomian Indonesia adalah kelapa sawit. Saat ini tanaman kelapa sawit menjadi primadona perkebunan di Indonesia karena telah memberikan suatu kontribusi yang besar dalam aspek perekonomian Asmono, et al., 1999.Peningkatan kontribusi kelapa sawit dalam dunia perekonomian Indonesia telah mendorong pemerintah dan pihak swasta menanamkan modal asing dalam pengembangan komoditi kelapa sawit. Hal ini ditunjukkan dari pesatnya perkembangan areal kelapa sawit di Indone sia sejak tahun 1978 sampai 2004. Data dari Direktorat Jenderal Perkebunan menunjukkan peningkatan luas areal selama 26 tahun, dari 250.116 ha pada tahun 1978 menjadi 5.447.563 ha pada tahun 2004 Pangaribuan Y, et al., 2004. Dalam usaha membudidayakan kelapa sawit, masalah pertama yang dihadapi baik oleh pengusaha dan petani yang bersangkutan adalah tentang pengadaan bibit. Pertumbuhan bibit yang baik merupakan faktor utama dalam memperoleh tanaman yang baik di lapangan, maka untuk itu diperlukan penanganan dan pemeliharaan bibit yang sempurna Suwandi, Purba dan Fadli, 1991. Kualitas bibit sangat menentukan produksi akhir jenis komoditas ini. Saat ini perkembangan perkebunan kelapa sawit banyak yang diarahkan ke lahan pasang surut, tetapi penyediaan bibit kelapa sawit masih berasal dari tanah Universitas Sumatera Utara mineral biasa . Hal ini tentu saja meningkatkan biaya produksi terutama dalam hal biaya transportasi dan tenaga kerja yang terlibat.Selain itu, agar tanaman kelapa sawit menjadi lebih beradaptasi dengan media tanamnya yang berasal dari tanah salin, maka sebaiknya bibit kelapa sawit yang dipakai juga berasal dari tanah yang sama. Oleh karena itu perlu diarahkan agar penyediaan bibit kelapa sawit juga berasal dari lahan pasang surut tersebut, sehingga pada saat bibit kelapa sawit dibutuhkan untuk penanama n, akan lebih cepat tersedia, biaya produksi akan lebih murah dan secara fisiologis tanaman akan lebih mampu beradaptasi pada keadaan tana h tersebut. Ketersediaan lahan pasang surut di Indonesia kurang lebih 33 juta hektar yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Irian Jaya. Dari luasan tersebut sekitar 6 juta hektar diantaranya cukup potensial untuk pengembangan pertanian Hida yat, 2002. Masalah utama rendahnya produksi bahkan gagalnya pertumbuhan tanaman pada lahan pasang surut ialah karena tingkat salinitas yang tinggi. Masalah pada lahan salin selain drainasenya yang jelek, terfiksasinya sejumlah hara dan kemasaman tanah, juga kandungan garam yang tinggi terutama Na + dan Cl - yang dicurigai dapat membahayakan pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Tingkat salinitas tanah ditandai apabila tanah tersebut mempunyai daya hantar listrik lebih besar dari 4 mmhos cm -1 pada suhu 25 C, persentase Na yang dapat dipertukarkan Na- dd lebih kecil dari 15 me100 g dan pH lebih kecil dari 8,5 Marsi, et al., 2003. Salinitas menekan proses pertumbuhan tanaman dengan efek yang menghambat pembesaran dan pembelahan sel, produksi protein serta penambahan Universitas Sumatera Utara biomass tanaman. Tanaman yang mengalami stres garam umumnya tidak menunjukkan respons dalam bentuk kerusakan langsung, tetapi pertumbuhan yang tertekan dan perubahan secara perlahan Sipayung, 2003. Tingginya kandungan Na + dan Cl - di medium perakaran pada tanah salin akan meningkatkan potensial osmotik larutan tanah. Peningkatan potensial osmotik larutan tanah akan menghambat penyerapan air dan hara yang berlangsung melalui proses difusi maupun aliran massa. Jumlah air yang masuk ke dalam akar akan berkurang sehingga mengakibatkan menipisnya jumlah persediaan air dan unsur hara dalam tanaman Sopandie, 2003 . Untuk mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit pada tanah yang berkadar garam tinggi ini, maka dilakukan pemberian pupuk melalui daun. Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan tanaman yang sangat penting artinya. Tujuan pemupukan adalah menambah ketersediaan unsur hara bagi tanaman, agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan ke butuha n. Ada satu kelebihan yang paling mencolok dari pemupukan lewat daun, yakni: penyerapan hara yang diberikan berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan pupuk yang diberikan melalui akar tanaman. Tanaman lebih cepat menumbuhkan tunas dan tanah tidak rusak, sehingga pemupukan melalui daun dipandang lebih berhasil guna Penebar Swadaya, 2007. Universitas Sumatera Utara Perumusan Masalah Perkembangan perkebunan kelapa sawit saat ini banyak yang diarahkan ke lahan pasang surut, tetapi penyediaan bibit kelapa sawit masih berasal dari tanah mineral biasa . Hal ini tentu saja meningkatkan biaya produksi terutama dalam hal biaya transportasi dan tenaga kerja yang terlibat.Selain itu, agar tanaman kelapa sawit menjadi lebih beradaptasi dengan media tanamnya yang berasal dari tanah salin, maka sebaiknya bibit kelapa sawit yang dipakai juga berasal dari tanah yang sama. Oleh karena itu perlu diarahkan agar penyediaan bibit kelapa sawit juga berasal dari lahan pasang surut tersebut, sehingga pada saat bibit kelapa sawit dibutuhkan untuk penanaman, akan lebih cepat tersedia, biaya produksi akan lebih murah dan secara fisiologis tanaman akan lebih mampu beradaptasi pada keadaan tanah tersebut. Permasalahannya adalah tanah yang berasal dari lahan pasang surut memiliki salinitas yang tinggi. Pada tanah yang memiliki salinitas tinggi, memiliki kandungan Na + dan Cl - di medium perakaran yang tinggi pula, yang akan menyebabkan peningkatan potensial osmotik larutan tanah. Peningkatan potensial osmotik larutan tanah akan menghambat penyerapan air dan unsur hara. Untuk mencukupi kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman kelapa sawit pada tanah yang berkadar garam tinggi ini, maka dilakukan pemberian pupuk melalui daun tanaman. Faktor yang menyebabkan timbulnya alasan untuk melakukan pemupukan melalui daun pada tanah salin adalah karena tanah salin memiliki potensial osmotik yang tinggi sehingga potensial air tanah menjadi rendah. Hal ini menyebabkan air dan unsur hara yang ada di dalam tanah tidak Universitas Sumatera Utara dapat terangkut keatas ke dalam jaringan tanaman baik itu melalu i proses difusi ataupun melalui proses aliran massa, sehingga pemberian unsur hara melalui daun dianggap lebih efektif dan efesien karena unsur hara makro dan mikro langsung dapat diserap tanaman melalui daun. Pupuk daun yang dipakai adalah pupuk daun Gandasil D. Alasan dipakainya pupuk daun Gandasil D yaitu selain mengandung unsur hara makro seperti nitrogen N 20, fosfor 15 dan Magnesium 1, juga dilengkapi dengan unsur hara mikro seperti Mangan Mn, boron B, Tembaga Cu, Kobal Co dan Seng Zn serta vitamin -vitamin untuk pertumbuhan tanaman seperti Aneurin, Lactoflavin dan Nicotinic acid amide. Tetapi yang terpenting yaitu pupuk ini mengandung unsur hara Kalium bebas Chlor 15. Hal ini penting diperhatikan karena pada tanah salin banyak mengandung Chlor sehingga bila diberikan pupuk yang mengandung kalium berklorin maka akan menambah jumlah Chlor yang ada pada tanah salin. Tujuan Penelitian 1. Untuk menentukan lapisan tanah pada tanah salin yang terbaik sebagai media tanam pada bibit Tanaman Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq. 2. Untuk menentukan konsentrasi pupuk daun Gandasil D yang tepat pada bibit Tanaman Kelapa Sawit Elaeis Guineensis Jacq. 3. Untuk menentukan interval waktu pemberian pupuk daun Gandasil D yang efektif pada bibit Tanaman Kelapa Sawit Elaeis Guineensis Jacq. Universitas Sumatera Utara 4. Untuk menentukan pertumbuhan bibit Tanaman Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq. yang terbaik akibat konsentrasi dan interval waktu pemberian pupuk daun Gandasil D pada berbagai lapisan tanah pada tanah salin. Hipotesis Penelitian 1. Pemanfaatan tanah salin pada lapisa n top soil merupakan lapisan tanah yang lebih baik untuk pertumbuhan bibit Kelapa sawit Elaeis guineensis Jacq. daripada lapisan tanah sub soil. 2. Konsentrasi pupuk daun Gandasil D 2 grl air merupakan konsentrasi pupuk daun Gandasri D terbaik untuk pertumbuhan bibit Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq. dibandingkan dengan konsentrasi pupuk daun 1 dan 3 grl air. 3. Interval waktu pemberian pupuk daun Gandasil D 14 hari sekali merupakan interval waktu yang paling efektif untuk pertumbuhan bibit Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq. dibandingkan dengan interval waktu 7 dan 21 hari sekali. 4. Perlakuan konsentrasi pupuk daun Gandasil D 2 grl air, interval waktu pemberian pupuk daun Gandasil D 14 hari sekali dan tanah salin pada lapisan top soil merupakan perlakuan yang terbaik untuk pertumbuhan bibit Kelapa Sawit Elaeis guineensis Jacq.. Universitas Sumatera Utara Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai masukan dala m upaya pemanfaatan lahan salin sebagai potensi daerah untuk pengembangan Tanaman Kelapa Sawit di masa yang akan datang dengan penggunaan pupuk daun Gandasil D dalam mengatasi masalah kekurangan unsur hara pada bibit Tanaman Kelapa Sawit yang ditanam di la han salin. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA