1.3. Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada, karakteristik kitosan dengan variasi berat 0,5g; 1,0g; 1,5g; 2,0g; 2,5g, 3,0g kitosan dengan konsentrasi larutan asam askorbat 0,25; 0,50;
0,75; 1,00 dan 1,25.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kelarutan kitosan dalam larutan asam askorbat.
1.5. Manfaat Penelitian
Diharapkan hasil yang diperoleh dari penelitian ini memberikan suatu informasi untuk mengetahui seberapa besar kelarutan kitosan dalam larutan asam askorbat untuk
mengikat asam lemak bebas.
1.6. Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental laboratorium yaitu untuk mengetahui sejauh mana kelarutan kitosan dalam larutan asam askorbat dengan variasi berat
kitosan dengan konsentrasi larutan asam askorbat yang berbeda-beda. Kemudian dikarakterisasi dengan spektroskopi FT-IR.
1.7. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam FMIPA Universitas Sumatera Utara. Karakterisasi analisis
spekstroskopi FT-IR dilakukan di laboratorium Bea Cukai Belawan-Medan.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kitosan
Kitosan dengan rumus molekul C
6
H
11
NO
4 n
yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan juga dijumpai secara alamiah di beberapa organisme. Adapun struktur
kitosan:
Gambar 2.1 Struktur Kitosan
Proses deasetilasi kitin dapat dilakukan dengan cara kimiawi atau enzimatik. Ternyata penghilangan gugus asetil kitin meningkatkan kelarutannya, sehingga
kitosan lebih banyak digunakan daripada kitin, antara lain di industri kertas, pangan, farmasi, fotografi, kosmetika. Selain itu kitosan juga bersifat nontoksik,
biokompatibel, dan biodegradabel sehingga aman digunakan. Perkembangan penggunaan kitosan meningkat pada tahun 1940-an terlebih
dengan makin diperlukannya bahan alami oleh berbagai industri sekitar tahun 1970- an. Penggunaan kitosan untuk aplikasi khusus seperti farmasi, kesehatan, bidang
industri antara lain industri membran, biokimia, bioteknologi, pangan, pengolahan limbah, kosmetik, agroindustri, industri perkayuan, polimer, dan industri kertas
Sugita, P. 2009.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1. Sumber Kitosan
Kitosan merupakan senyawa kimia yang berasal dari bahan hayati kitin, suatu senyawa organik yang melimpah di alam ini setelah selulosa. Kitin ini umumnya
diperoleh dari kerangka hewan invertebrata dari kelompok Arthopoda sp, Molusca sp, Coelenterata sp, Annelida sp, Nematoda sp, dan beberapa dari kelompok jamur. Selain
dari kerangka hewan invertebrate, juga banyak ditemukan pada bagian insang ikan, trachea, dinding usus dan pada kulit cumi-cumi. Sebagai sumber utamanya ialah
cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, kepiting, dan hewan yang bercangkang lainnya, terutama asal laut
. Sumber ini diutamakan karena bertujuan untuk
memberdayakan limbah udang http:forum.upi.eduv3index.php?topic=15647.0.
Dari tabel 2.1 dibawah ini bahwa sumber kitin dan kitosan yang banyak adalah terdapat pada udang-udangan 70.
Tabel 2.1 Sumber-sumber Kitin dan Kitosan Jenis
Kadar Kitosan
Jamur Cendawan 5-20
Cumi-cumi 3-20
Kalajengking 30
Laba-laba 38
Kumbang 35
Ulat sutra 44
Kepiting 69
Udang 70
Manurung, M. 2005
2.1.2. Sifat-sifat Kitosan
Kitosan merupakan padatan amorf yang berwarna putih kekuningan. Kelarutan kitosan yang paling baik ialah dalam larutan asam asetat 2. Sugita, P. 2009.
Kitosan mudah mengalami degradasi secara biologis dan tidak beracun, kationik kuat, flokulan dan koagulan yang baik, mudah membentuk membran atau film serta
membentuk gel dengan anion bervalensi ganda. Kitosan tidak larut dalam air, pelarut- pelarut organik, alkali atau asam-asam mineral pada pH diatas 6,5. Kitosan larut
Universitas Sumatera Utara
dengan cepat dalam asam organik seperti asam formiat, asam sitrat dan asam asetat Mat,B.Zakaria. 1995.
Kitosan juga sedikit larut dalam HCl dan HNO
3
0,5, H
3
PO
4
. Sedangkan dalam H
2
SO
4
tidak larut. Kitosan juga tidak larut dalam beberapa pelarut organik seperti alkohol, aseton, dimetil formida dan dimetil sulfoksida tetapi kitosan larut
dengan baik dengan asam formiat berkonsentrasi 0,2-100 dalam air Knorr,D.1987. Sifat-sifat kitosan dihubungkan dengan adanya gugus amino dan
hidoksil yang terikat. Adanya reaktifitas kimia yang tinggi dan menyumbangkan sifat sifat polielektrolit kation, sehingga dapat berperan sebagai amino pengganti.
Perbedaan kandungan amida adalah sebagai patokan untuk menentukan apakah polimer ini dalam bentuk kitin atau kitosan. Kitosan mengandung gugus amida 60
sebaiknya lebih kecil dari 60 adalah kitin Harahap,V.U. 1995. Kitosan larut pada kebanyakan larutan asam organik Tabel 2.2 pada pH
sekitar 4,0, tetapi tidak larut pada pH lebih besar dari 6,5, juga tidak larut dalam pelarut air, alkohol, dan aseton. Dalam asam mineral pekat seperti HCl dan HNO
3
, kitosan larut pada konsentrasi 0,15-1,1, tetapi tidak larut pada konsentrasi 10.
Kitosan tidak larut dalam H
2
SO
4
pada berbagai konsentrasi, sedangkan di dalam H
3
PO
4
tidak larut pada konsentrasi 1 sementara pada konsentrasi 0,1 sedikit larut. Perlu untuk kita ketahui, bahwa kelarutan kitosan dipengaruhi oleh bobot molekul,
derajat deasetilasi dan rotasi spesifiknya yang beragam bergantung pada sumber dan metode isolasi serta transformasinya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Kelarutan Kitosan pada Berbagai Pelarut Asam Organik
Konsentrasi Asam Organik Konsentrasi Asam Organik
10 50
50 Asam asetat
+ ±
Asam adipat Asam sitrat
+ Asam format
+ +
+ Asam laktat
+ Asam maleat
+ Asam malonat
+ Asam oksalat
+ Asam propionat
+ Asam piruvat
+ +
Asam suksinat +
Asam tartrat +
Keterangan: + larut;
- tidak larut; ± larut sebagian
Sugita, P. 2009 Kitosan memiliki sifat unik yang dapat digunakan dalam berbagai cara serta
memiliki kegunaan yang beragam, antara lain sebagai bahan perekat, aditif untuk kertas dan tekstil, penjernih air minum, serta untuk mempercepat penyembuhan luka,
dan memperbaiki sifat pengikatan warna. Kitosan merupakan pengkelat yang kuat untuk ion logam transisi.
Menurut Robert, G. A. F. 1992, kitosan merupakan suatu biopolimer alam yang reaktif yang dapat melakukan perubahan-perubahan kimia. Karena ini banyak
turunan kitosan dapat dibuat dengan mudah. Beberapa turunan kitosan yag telah dihasilkan dan juga telah diketahui kegunaannya antara lain:
a. N-karboksialkil kitosan, digunakan sebagai penggumpal ion logam
b. Asetil kitosan, digunakan dalam industri tekstil dan membran
c. Kitosan glukan, digunakan sebagai pengkelat ion logam dan agen penggumpal
sama seperti kitin, kitosan juga dapat digunakan dalam berbagai bidang,
Universitas Sumatera Utara
misalnya: 1.
Untuk industri kertas, kaca, kain, dan pewarna 2.
Dalam industri kosmetik 3.
Dalam bidang pertanian dan makanan 4.
Dalam industri semen 5.
Dalam bidang kesehatan 6.
Untuk penyerapan ion logam
2.2. Kegunaan Kitosan
Dewasa ini aplikasi kitin dan kitosan sangat banyak dan meluas. Dibidang industri, kitin dan kitosan berperan antara lain sebagai kogulan polielektrolit pengolahan
limbah cair, pengikat dan penyerap ion logam, mikroorganisme, pewarna, residu peptisida, lemak, mineral dan asam organik, gel dan pertukaran ion, pembentuk film
dan membran mudah terurai, meningkatkan kualitas kertas, pulp, dan produk tekstil. Sugita, P. 2009.
Kitin dan kitosan dapat diterapkan di bidang industri maupun bidang kesehatan, diantaranya : Industri tekstil, bidang fotografi, bidang
kedokterankesehatan, industri fungisida, industri kosmetika, industri pengolahan pangan, serta penangan limbah.
2.2.1. Industri Tekstil
Serat tenun dapat dibuat dari kitin dengan cara membuat suspensi kitin dalam asam format, kemudian ditambahkan triklor asam asetat dan segera dibekukan pada suhu
20 derajat C selama 24 jam. Jika larutan ini dipintal dan dimasukkan dalam etil asetat
Universitas Sumatera Utara
maka akan terbentuk serat tenun yang potensial untuk industri tekstil. Pada kerajinan batik, pasta kitosan dapat menggantikan malam wax sebagai media pembatikan.
2.2.2. Bidang Fotografi
Jika kitin dilarutkan dalam larutan dimetilasetamida LICI, maka dari larutan ini dapat dibuat film untuk berbagai kegunaan. Pada industri film untuk fotografi, penambahan
tembaga kitosan dapat memperbaiki mutu film yaitu untuk meningkatkan fotosensitivitasnya.
2.2.3. Bidang KedokteranKesehatan
Kitin dan turunannya karboksimetil kitin, hidroksietil kitin dan etil kitin dapat digunakan sebagai bahan dasar pembuatan benang operasi. Benang operasi ini
mempunyai keunggulan dapat diurai dan diserap dalam jaringan tubuh, tidak toksik, dapat disterilisasi dan dapat disimpan lama.
Kitin dan kitosan dapat digunakan sebagai bahan pemercepat penyembuhan luka bakar, lebih baik dari yang terbuat dari tulang rawan. Selain itu juga sebagai
bahan pembuatan garam-garam glukosamin yang mempunyai banyak manfaat di bidang kedokteran. Misalnya untuk menyembuhkan influenza, radang usus dan sakit
tulang. Glukosamin terasetilasi merupakan bahan antitumor, sedangkan glukosamin
sendiri bersifat toksik terhadap sel-sel tumor sehingga dapat menurunkan kadar kolesterol darah dan kolesterol liver. Karena kitin tidak dapat dicerna dalam
pencernaan, maka ia berfungsi sebagai dietary fiber yang berguna melancarkan pembuangan sisa-sisa pencernaan.
Universitas Sumatera Utara
2.2.4. Industri Fungisida
Kitosan mempunyai sifat antimikrobia melawan jamur lebih kuat dari Kitin. Jika Kitosan ditambahkan pada tanah, maka akan menstimulir pertumbuhan mikrobia
mikrobia yang dapat mengurai jamur. Selain itu Kitosan juga dapat disemprotkan langsung pada tanaman. Misalnya larutan 0,4 kitosan jika disemprotkan pada
tanaman tomat dapat menghilangkan virus tobacco mozaik.
2.2.5. Industri Kosmetika
Kini telah dikembangkan produk baru shampoo kering mengandung kitin yang disuspensi dalam alkohol. Termasuk pembuatan lotion dan shampoo cair yang
mengandung 0,5 - 6,0 garam kitosan. Shampoo ini mempunyai kelebihan dapat meningkatkan kekuatan dan berkilaunya rambut, karena adanya interaksi antara
polimer tersebut dengan protein rambut.
2.2.6. Industri Pengolahan Pangan
Karena sifat kitin dan kitosan yang dapat mengikat air dan lemak, maka keduanya dapat digunakan sebagai media pewarnaan makanan. Mikrokristalin kitin jika
ditambahkan pada adonan akan dapat meningkatkan pengembangan volume roti tawar yang dihasilkan. Selain itu juga sebagai pengental dan pembentuk emulsi lebih baik
dari pada mikrokristalin sellulosa. Pada pemanasan tinggi kitin akan menghasilkan pyrazine yang potensial sebagai zat penambah cita rasa.
Karena sifatnya yang dapat bereaksi dengan asam-asam seperti polifenol, maka kitosan sangat cocok untuk menurunkan kadar asam pada buah-buahan, sayuran
dan ekstrak kopi. Bahkan terakhir diketahui dapat sebagai penjernih jus apel lebih baik dari pada penggunaan bentonite dan gelatin. Kitin dan Kitosan tidak beracun
sehingga tidak berbahaya bagi kesehatan manusia.
Universitas Sumatera Utara
2.2.7. Penanganan Limbah
Karena sifat polikationiknya, kitosan dapat dimanfaatkan sebagai agensia penggumpal dalam penanganan limbah terutama limbah berprotein yang kemudian dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada penanganan limbah cair, kitosan sebagai chelating agent yang dapat menyerap logam beracun seperti mercuri, timah, tembaga,
pluranium dan uranium dalam perairan dan untuk mengikat zat warna tekstil dalam air limbah Krissetiana, H. 2004.
2.3. Karakteristik Kitosan
Karakteristik kitosan yang paling sering dianalisa adalah viskositas, derajat deasetilasi, berat molekul, pH, residu protein, kadar air, kadar abu, kandungan lemak.
Kadar logam berat, warna dan lain-lain yang bersangkutan dengan tujuan penggunaan. Menurut Roberts 1992, standar mutu kitosan maupun polimernya belum ada,
sehingga analisa kitosan ditujukan untuk menentukan karakterisasi yang berhubungan dengan sumber bahan kitosan dan tujuan penggunaannya.
Berat molekul merupakan salah satu parameter yang dapat membedakan kitin dan kitosan dengan adanya pengurangan berat molekul pada kitosan akibat proses
deasetilasi yang menghilangkan gugus asetil pada kitin.
Metode yang paling sederhana untuk menentukan berat molekul dari kitin dan kitosan yaitu dengan viskometri Kumar, 2000. Pada metoda ini berat molekul
polimer ditentukan dengan persamaan Mark-Houwink, yaitu:
Dimana K dan α merupakan tetapan yang khas untuk sistem polimer-pelarut
tertentu Sopyan, 2001. Harga viskositas intrinsik atau [ η] diperoleh dari nilai
viskositas spesifik η
sp
pada konsentrasi mendekati nol. Viskositas spesifik η
sp
dapat ditentukan dengan mengetahui waktu alir larutan dan pelarut pada alat viskometer.
[η] = K.M
α
………………...…1
Universitas Sumatera Utara
Dimana t
2
adalah waktu alir larutan dan t
1
adalah waktu alir pelarut Firman, 1991.
2.4. Asam Askorbat Vitamin C 2.4.1. Struktur Asam Askorbat
Asam askorbat merupakan senyawa yang mudah larut dalam air, mempunyai sifat asam dan sifat pereduksi yang kuat. Sifat-sifat tersebut terutama disebabkan adanya
struktur enediol yang berkonjugasi dengan gugus karbonil dalam cincin lakton. Bentuk asam askorbat yang ada di alam terutama adalah L-asam askorbat. D-asam
askorbat jarang terdapat di alam dan hanya memiliki 10 persen aktivitas asam askorbat. Biasanya D-asam askorbat ditambah ke dalam bahan pangan sebagai
antioksidan, bukan sebagai sumber asam askorbat Andarwulan, N. 1992.
Gambar 2.2 Struktur Kimia dari Asam Askorbat Poedjiadi, A. 2006
η
sp
= ………………2
t
2
– t
1
t
1
O C
C C
HC HOCH
CH
2
OH O
HO HO
Universitas Sumatera Utara
2.4.2. Sifat-sifat Asam Askorbat
Asam askorbat dalam bentuk murni merupakan kristal putih tidak berwarna, tidak berbau, dan mencair pada suhu 190-192
C. Senyawa ini bersifat reduktor kuat dan mempunyai rasa asam. Asam askorbat sangat mudah larut dalam air 1 gram dapat
larut sempurna dalam 3 ml air, sedikit larut dalam alkohol 1 gram dalam 50 gram alkohol absolute atau 100 ml gliserin dan tidak larut dalam benzene, eter, kloroform,
minyak dan sejenisnya. Walaupun asam askorbat stabil dalam bentuk kristal tetapi mudah rusak atau terdegradasi jika berada dalam bentuk larutan, terutama jika
terdapat udara, logam-logam sepeti Cu dan Fe. Sifat yang paling utama dari asam askorbat adalah kemampuan mereduksi logam, terutama Cu dan Ag Andarwulan, N.
1992.
2.4.3. Sumber Asam Askorbat
Asam askorbat pada umumnya hanya terdapat di dalam pangan nabati, yaitu sayur dan buah terutama yang asam, seperti jeruk, nenas, rambutan, pepaya, gandaria, dan tomat.
Asam askorbat juga banyak terdapat di dalam sayuran daun-daunan dan jenis kol. Almatsier, S. 1998
2.4.4. Manfaat Asam Askorbat
Beberapa manfaat dari asam askorbat, yaitu: 1.
Asam askorbat dapat memperkuat otot jantung 2.
Asam askorbat berperan penting melelui proses metabolisme kolesterol, karena dalam proses metabolisme kolesterol
3. Asam askorbat dapat meningkatkan laju kolesterol yang dibuang dalam bentuk
asam empedu dan mengatur metabolisme kolesterol 4.
Asam askorbat dapat meningkatkan kadar HDL dan berfungsi sebagi pencahar sehingga dapat meningkatkan pembuangan kotoran
5. Asam askorbat dapat menurunkan kadar kolesterol dan trigliserida tinggi
Universitas Sumatera Utara
6. Asam askorbat sangat berperan dalam sintesis kolagen sehingga dapat
mencegah terserang penyakit jantung koroner 7.
Sebagai penambah sistem kekebalan tubuh 8.
Memperbaiki sel-sel yang rusak akibat radikal bebas 9.
Menghambat penuaan dini 10.
Berperan dalam pembentukan kolagen yang sangat bermanfaat untuk penyembuhan luka
11. Menghambat sel kanker, terutama kanker paru-paru, prostate, payudara, usus
besar, empedu dan otak http:www.sobatsehat.com20100321sejuta-manfaat-vitamin-c-yang-wajib-anda-
ketahui
2.5. Spektroskopi Infra Merah dan FTIR
Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang interaksi antara materi dengan radiasi elektromagnetik REM. Interaksi yang terjadi dalam
spektroskopi inframerah ini merupakan interaksi dengan REM melalui absorbansi radiasi. Pancaran inframerah pada umumnya mengacu pada bagian spektrum
elektromagnetik yang terletak diantara daerah tampak dan gelombang mikro. Molekul menyerap radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang khusus.
Absorbansi cahaya ultraviolet mengakibatkan pindahnya sebuah elektron ke orbital dengan energi yang lebih tinggi. Radiasi inframerah tidak cukup mengandung energi
untuk melakukan eksitasi tersebut, absorbsinya hanya mengakibatkan membesarnya amflitudo getaran atom-atom yang terikat satu sama lain Sudarmadji, 1989.
Energi dari kebanyakan vibrasi molekul berhubungan dengan daerah vibrasi molekul yang dideteksi dan dapat diukur pada spektrofotometer infra merah. Spektra
didaerah infra merah dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat bahan, perubahan struktur yang sedikit saja dapat memberikan perubahan yang dapat diamati pada
spectrogram panjang gelombang versus transmitasi. Mulja, M. 1995
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sastrohamidjojo 1992, panjang gelombang yang diserap oleh berbagai tipe ikatan tergantung pada jenis vibrasi ikatan tersebut. Oleh karena itu
berbagai jenis ikatan mengabsorbsi radiasi inframerah pada panjang gelombang yang berbeda.
Perubahan ini sangat spesifik dan merupakan sidik jari suatu molekul dengan membandingkan spektogram yang dihasilkan oleh bahan yang diuji terhadap bahan
yang sudah diketahui secara kualitatif. Penerapan secara kualitatif dapat dilakukan dengan membandingkan fungsi puncak pada panjang gelombang terkait yang
dihasilkan ole zat-zat yang diujikan dan zat standart. Spectra infra merah ditujukan terutama untuk senyawa organik yaitu analisis gugus fungsi yang dimiliki oleh
senyawa tersebut Mulja, M. 1995.
Jumlah energi yang diserap juga bervariasi untuk setiap ikatan. Hal ini disebabkan karena terjadinya perubahan momen ikatan sewaktu absorbsi. Ikatan
nonpolar C-H atau C-C pada umumnya memberikan absorbsi lemah, sedangkan ikatan polar C-O akan terlihat sebagai absorbsi yang kuat.
Spektroskopi FTIR dapat digunakan untuk menganalisa kualitatif maupun kuantitatif. Analisa kualitatif spektroskopi FTIR secara umum dipergunakan untuk
identifikasi gugus-gugus fungsional yang terdapat dalam suatu senyawa yang dianalisa Silverstein, 1986. Dua variasi instrumental dari spektroskopi infra merah
yaitu metode dispersif yang lebih tua, dimana prisma atau kisi dipakai untuk mendispersikan radiasi infra merah, dan metode Frourier Transform FT yang lebih
akhir, yang menggunakan prinsip interferometri. Kelebihan-kelebihan dari FT-IR mencakup persyaratan ukuran sampel yang
kecil, perkembanagan spektrum yang cepat, dan karena instrumen ini memiliki komputer yang terdedikasi, kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi
spektrum Stevens, 2001. Spektroskopi FTIR fourier transform infrared pada prinsipnya sama dengan spektroskopi inframerah, hanya saja spektroskopi FTIR
ditambahkan alat optik fourier transform untuk menghasilkan spektra yang lebih baik, sehingga spektroskopi FTIR dapat menghasilkan data dimana dengan
spektroskopi inframerah puncak yang diinginkan tidak muncul.
Universitas Sumatera Utara
Analisa kuantitatif dari spektroskopi FTIR dapat dilakukan berdasarkan spektra inframerah yang dihasilkan, salah satu contohnya adalah penentuan derajat
deasetilasi dari kitin dan kitosan menggunakan persamaan Domszy dan Robers Khan, 2002.
DD = 1 – [A
1655
A
3450
x 11,33] x 100
Dimana: A
1655
= absorbansi pada bilangan gelombang 1655 cm
-1
A
3450
= absorbansi pada bilangan gelombang 3450 cm
-1
1,33 = tetapan yang diperoleh dari perbandingan A
1655
A
3450
untuk kitosan dengan asetilasi penuh
Metode yang digunakan untuk menentukan absorbsi pada spektra inframerah adalah metode garis dasar base line. Dengan metode ini , transmitan pada bilangan
gelombang yang diinginkan ditentukan dengan memperbandingkan jarak antara dasar pita dan puncak pita pada bilangan gelombang yang diinginkan tersebut, yang secara
matematis diberikan melalui persamaan berikut ini:
Karena absorbansi merupakan logaritma negatif dari transmitan, maka absorbansi dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dengan I dan I
o
merupakan intensitas sisa dan intensitas awal.
Kebanyakkan spektrum inframerah merekam panjang gelombang atau frekuensi versus T. Tidak adanya serapan atau suatu senyawa pada suatu panjang
I Transmintan T =
………………….. 1
I
o
I I
o
A = - log = log ………..……2
I
o
I
Universitas Sumatera Utara
gelombang tertentu direkam sebagai 100T dalam keadaan ideal. Bila suatu senyawa menyerap radiasi pada suatu panjang gelombang tertentu, intensitas radiasi
yang diteruskan oleh contoh akan berkurang. Ini menyebabkan suatu penurunan T dan terlihat didalam spektrum sebagai suatu sumur, yang disebut sebagai puncak
absorpsi atau pita absorpsi. Bagian spektrum dimana T menunjukkan angka 100 atau hampir 100 disebut garis dasar baase line, yang didalam spektrum inframerah
direkam pada bagian atas Fessenden, 1992
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Bahan-bahan