pegang walaupun secara Agama kami resmi cerai dari isteri saya tetapi saya ikut aturan Negara saja, yang dimana suami isteri belum resmi berpisah kalau belum
mendapat surat cerai dari Pengadilan Agama walaupun pada faktanya saya dan isteri saya orang sini sudah ada yang mengetahui bahwa kami sudah cerai dan kami sudah
rujuk tetapi setelah kami rujuk orang sini menganggap kepada kami positif terutama orang tua”
Dari bukti empiris diatas dapat penulis simpulkan bahwa praktek rujuk talak raj’i yang telah dilakukan oleh pasangan suami isteri di wilayah Kecamatan
Sukmajaya kota Depok sangat berbeda dengan konsep rujuk talak raj’i yang diatur dalam literature kitab-kitab fikih klasik
D. Praktek Rujuk yang Tidak Sesuai Fiqih Analisis Yuridis, Sosiologis dan
Filosofis.
a. Analisis Yuridis
“Sebagaimana yang tertera dalam Undang-undang Nomor I tahun 1974 dan PP Nomor 1 tahun 1974 tetapi dijumpai dalam pasal 161 dalam KHI yaitu :
1 Seorang suami dapat merujuk isterinya yang dalam masa iddah.
2 Rujuk dapat dilakukan dengan hal sebagai berikut:
a. Putusnya perkawinan karena talak, kecuali talak yang telah jatuh tiga kali
atau talak yang dijatuhkan qobla al-dukhul. b.
Putusnya perkawinan berdasarkan putusan pengadilan dengan alasan tertentu atau alasan-alasan zinah dan khuluk
13
.
13
Zainuddin Ali, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Media Grafika, 2006. cet. Ke-1 h. 91-92
Apabila suami isteri melakukan rujuk berarti melakukan akad nikah kembali dengan demikian, isteri yang akan dirujuk oleh suaminya menyetujui dan disaksikan
dua orang saksi. Di lain pihak, walaupun sang bekas suami ingin rujuk kepada bekas isterinya yang masih dalam masa iddah, tetapi sang istri tidak menerimanya maka hal
ini tidak akan terjadi rujuk hal ini dijelaskan dalam pasal 164 KHI. Pasal 164
”seorang wanita dalam msa iddah talak raj’i berhak mengejukan keberatan atas kehendak rujuk dari bekas suaminya dihadapan pegawai Pencatat Nikah disaksikan
dua orang saksi.”
Pasal 165 ”Rujuk yang dilakukan tanpa persetujuan mantan isteri, dapat dinyatakan tidak sah
dengan putusan Pengadilan Agama.”
Pasal 166 ”Rujuk harus dapat dibuktikan dengan kutipan pendaftaran rujuk dan bila bukti
tersebut hilang atau rusak sehingga tidak dapat dipergunakan lagi, dapat dimintakan duplikasi kepada instansi yang mengeluarkan semula”.
Ditinjau dari satu sisi yaitu rujuk itu menghalalkan hubungan kelamin antara laki-laki dengan perempuan sebagaimana juga pada perkawinan, namun antara kedua
terdapat perbedaan dan prinsip dalam rukun yang dituntut untuk sahnya kedua bentuk lembaga tersebut.
Dan dari pasal-pasal tersebut diatas adalah peraturan yang resmi untuk dilakukan oleh suami isteri yang telah bercerai untuk kembali memlalui rujuk, baik dari segi
administrasi dan sesuai dengan hukum Islam. Dan mengenai peristiwa yang telah terjadi pada sepasang suami isteri yang telah bercerai kemudian kembalinya pada
masa iddah isteri sangat bertolak belakang pada pasal-pasal yang sudah tertara dalam Kompilasi Hukum Islam.
b. Sosiologis seperti yang telah diungkapkan oleh beberaa resonden sebagai berikut :
”Sebenarnya saya tahu masa iddah isteri yang tertalak satu dan dua itu tiga kali suci. Tapi saya lihat disini keadaan isteri yang sendiri kasian apalagi dengan keadaan
sekarang apa-apa mahal dan juga kebutuhan anak-anak yang masih sekolah belum beli buku tulis dan buku pelajaran tapi ketika saya sudah kembali kepada isteri saya
yang masa iddahnya habis. Masyarakat menganggapnya positif mereka tidak memikirkan saya kembali pada masa iddah isteri habis”
14
Menurut Bapak Uyong bukan nama sebenarnya menuturkan ”Waktu itu saya main kerumah mantan isteri saya untuk lihat anak. Ketika saya berada dirumah isteri
saya orang tuanya bilang sama saya ”Kamu sering datang kesini sudah ada orang sini yang duga kamu sudah rujuk” dan atas omongan orang lain saya putuskan untuk
kembali lagi kepada isteri saya dengan jalan rujuk bukan dengan proses pernikahan baru, tapi menurut saya hak anak itu ada pada orang tua. Jadi kalau orang tua setuju
ya nggak masalah”.
15
Hal senada dikatakan oleh salah satu responden yang menyatakan tentang filosofisnya sebagai berikut”Saya punya isteri dua isteri tua di Bogor dan isteri muda
14
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Budi Lesmana pada tanggal 3 Oktober 2009
15
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Uyong pada tanggal 3 Oktober 2009
di Depok, awalnya saya cerai sama isteri yang muda karena banyak utang keredit semenjak itu hubungan saya bener-bener kacau gara-gara utang dan saya cerai
dengan isteri saya sudah lima bulan untuk buang sial. Tapi saya bantu sedikit-sedikit untuk lunasi utang isteri saya karena ada kewajiban dan kami belum resmi bercerai
waktu itu sebelum masa iddah isteri belum habis . Saya masih suka sama isteri muda saya dan ketika sudah terlunasi utang isteri saya lalu kembali dengan proses rujuk
walaupun sudah habis masa iddah”.
16
Hal senada juga dikakatakan oleh Bapak Joko Hartono”Saya seorang TKI ilegal saya sudah lima tahun meninggalkan isteri waktu itu saya ijin dengan isteri saya
bilangnya Cuma tiga tahun, tapi karena saya seorang TKI ilegal maka untuk mengurus kepulangan sangat sulit dan ketika itu saya kehilangan kabar dengan isteri
selama tiga tahun. Tapi sepulangnya saya tidak pulang kerumah isteri tapi pulangnya ke rumah ibu. karena nggak ada uang dan pada waktu itu saya bertemu isteri saya
dirumahnya dan masyarakat menganggap saya masih suami istersi padahal saya tidak memberi nafkah kepada isteri dan anak selama tiga tahun dan itu kan sudah jatuh
talak satu dan dua”.
17
16
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Bani pada tanggal 3 Oktober 2009
17
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Joko Hartono pada tanggal 3 Oktober 2009
”Masyarakat memandangnya baik, sebab kemana-mana saya, isteri dan anak selalu bersamaan. Masarakat tidak berpikir curiga kepada kami ada kenyataannya kami
kembali pada masa iddah isteri habis”.
18
”Setelah saya kembali kepada isteri ketika sudah habis masa iddahnya. Ada orang yang bilang bahwa proses kami kembali salah karena masa iddah isteri telah habis
yang tepat adalah melakukan proses pernikahan baru kembali”
19
c.
Filosofis seperti yang di ungkapkan oleh beberapa responden sebagai berikut :
“Awalnya nggak kepikiran untuk kembali dengan isteri karena saya pikir sudah pasti saya cerai dengan isteri saya, tapi apa boleh buat tuhan berkehendak lain tuhan
mempersatukan saya kembali beserta anak-anak walaupun bukan dengan proses nikah baru”
20
Hal senada pula dikatakan oleh salah satu responden yaitu “Waktu itu saya berpikir secara tidak sehat sehingga akal saya tidak berpikir masa depan anak apabila
saya berpisah dari isteri. Tapi ketika mendapatkan pekerjaan tetap saya membulatkan diri saya untuk kembali kepada isteri dan anak saya”
21
18
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Fulan pada tanggal 3 Oktober 2009
19
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Zaid pada tanggal 3 Oktober 2009
20
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Budi Lesmana pada tanggal 3 Oktober 2009
21
Hasil wawancara penulis dengan Bapak Uyong pada tanggal 3 Oktober 2009
C. Analisa Penulis