Hambatan-hambatan yang Dihadapi Pelaku Single Parent

73 tidak bisa langsung terbentuk, karena mereka perlu waktu untuk beradaptasi dengan keadaan keluarganya yang sebelumnya lengkap. Bagi mereka yang berstatus single parent dengan usia pernikahan mereka yang tergolong lama, mereka lebih mampu mengarahkan keluarganya untuk beradaptasi dengan kondisi keluarga mereka yang tidak utuh lagi. Sehingga mereka lebih mengetahui makna keluarga sakinah dibandingkan dengan keluarga yang usia pernikahannya pendek. Menurut mereka makna keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang, tentram, nyaman dan bahagia serta didalamnya terdapat kasih sayang antara anggota keluarga walaupun keluarga mereka sudah tidak lengkap setidaknya mengetahui peran masing-masing anggota keluarga. Kalau menurut pengertian keluarga sakinah, maka 32 responden diatas sudah menjadi keluarga sakinah karena mayoritas mereka sudah mampu menciptakan suasana kehidupan yang tentram, aktif, asih, asah dan asuh dalam membina dan mengurus rumah tangga walaupun berstatus single parent.

2. Hambatan-hambatan yang Dihadapi Pelaku Single Parent

Dari hasil penelitian mengenai keluarga sakinah yang dibentuk oleh single parent bahwa keluarga sakinah tidak hanya dibentuk oleh keluarga yang utuh, tetapi keluarga yang tak utuh pun dapat membentuk keluarga sakinah dengan berbagai metode yang mereka terapkan, seperti 5 informan dan 32 responden yang berstatus single parent tersebut. Dari hasil penelitian, prosentase janda yang 74 berstatus single parent lebih banyak dibandingkan duda yang berstatus single parent. Dalam menghadapi kondisi yang dialami, para informan dan mayoritas responden sebanyak 22 atau 68,75 dari total responden penulis, lebih mengutamakan kepentingan mengurus sendiri anak-anak, tidak hanya single parent janda, tapi mereka yang berpredikat duda pun lebih memprioritaskan anak, karena seorang single parent menaruh hubungan terpenting pada relasinya yaitu dengan anak yang diasuhnya. Nilai tertinggi dalam hidupnya jika ia mampu memberikan semaksimal mungkin apa yang dibutuhkan oleh anak. Tanggung jawab orang tua kepada anak adalah memberikan yang terbaik bagi anak, bukan bagi dirinya sendiri. Menjadi orang tua tunggal atau single parent dalam sebuah rumah tangga tentu tidaklah mudah, terlebih yang disebabkan pasangan yang meninggal dunia atau bercerai. Hasil penelitian penulis, sebanyak 26 atau 81,25 responden merasa sangat kesepian karena kehilangan pasangannya. Tidak hanya itu, mereka harus berperan dua sekaligus dalam waktu yang bersamaan, yaitu harus menjadi layaknya seorang ayah untuk menafkahi keluarga sekaligus menjadi ibu bagi anak-anak mereka, serta harus mengemban tanggung jawab mendidik dan merawat anak sendirian tanpa adanya pasangan. Dalam penelitian, telah ditemukan bahwa hambatan yang dialami single parent duda dan janda berbeda dalam menghadapi kondisi mereka, tentunya tingkatan hambatan yang dialami pelaku single parent sangatlah banyak sekali, 75 sebanyak 23 responden yang mengalami demikian. Walaupun banyak hambatan, 22 atau 68,75 responden berstatus single parent mengurus sendiri anak-anak mereka. Hanya 10 atau 31, 25 responden yang merawat anak dititipkan bersama keluarga. Penulis meneliti bahwa, Faktor-faktor yang menjadi hambatan bagi pelaku single parent dalam membentuk keluarga sakinah adalah karena persoalan ekonomi untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, hasil penelitian penulis, ditemukan sebanyak 14 atau 43,75 responden yang mengalami hambatan karena factor ekonomi tersebut. Sebanyak 8 atau 25 responden mengalami kendala yang disebabkan faktor pendidikan anak, hanya 2 atau 6,25 responden berkendala karena persoalan kebutuhan biologis dan 4 atau 12,5 responden yang mengalami kendala karena gunjingan masyarakat, juga 4 atau 12,5 terkendala karena mengurusi anaknya sendiri. Memang dalam kondisi single parent, ibu lebih mengalami kesulitan konkret dalam menangani rumah tangga, seperti dalam masalah ekonomi dan pendidik anak, juga gunjingan dari masyarakat setempat yang biasanya lebih condong menyorot status wanita yang single parent apalagi karena perceraian. Sementara bagi ayah, ia mengalami kesulitan dalam taraf berfikir, merenungi dirinya bagaimana menghadapi situasi demikian yang mungkin sebelumnya tidak pernah mereka rasakan, seperti harus mencuci, memasak, merawat anak dan mencari uang dalam waktu yang hampir bersamaan. Maka dari pemaparan diatas, penulis berpendapat bahwa, tidak bisa dipungkiri untuk menjadi seorang single parent pasti mengalami salah satu dari 76 masalah-masalah yang penulis sebutkan diatas, namun mayoritas single parent yang penulis teliti, setelah putusnya perkawinan, mereka tetap mampu membiyai hidup sendiri dan mengurus keluarganya.

3. Upaya status Single Parent dalam membentuk keluarga sakinah