SIKAP DAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA KELUARGA LENGKAP DAN KELUARGA SINGLE PARENT
SIKAP DAN PRESTASI BELAJAR PKn
SISWA KELUARGA LENGKAP DAN
KELUARGA SINGLE PARENT
Oleh
HERIDA
Tesis
Sebagai Salah Satu syarat Untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Soaial
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER PENDIDIKAN IPS
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
(2)
ABSTRAK
SIKAP DAN PRESTASI BELAJAR PKn SISWA
KELUARGA LENGKAP DAN KELUARGA SINGLE PARENT
Oleh HERIDA
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan apakah ada perbedaan antara siswa yang diasuh oleh keluarga lengkap dengan siswa yang diasuh oleh keluarga single parent dari segi sikap dan prestasi belajar mereka.
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan populasi siswa yang berjumlah 707 orang. Pengambilan sampel menggunakan tehnik sampling purposive. Untuk menguji hasil tes skala sikap dan tes hasil belajar dihitung sekaligus digunakan program anates. Untuk menganalisis perbedaan data hasil tes siswa keluarga lengkap dan siswa keluarga single parent digunakan uji beda rata-rata (Uji T).
Hasil penelitian menunjukkan : (1) sikap antara siswa yang diasuh oleh keluarga lengkap dan keluarga single parent mencapai besaran 0,490 > 0,05 sehingga Ho diterima, (2) prestasi belajar siswa keluarga lengkap dan siswa keluarga single parent mencapai skor 0,681 > 0,05 sehingga Ho diterima , (3) kombinasi sikap dan prestasi belajar antara siswa keluarga lengkap dan siswa keluarga single parent menyatakan 0,490 > 0,05 dan 0,681 > 0,05 sehingga Ho diterima, (4) Perbedaan sikap dan prestasi belajar antara siswa yang diasuh oleh keluarga lengkap bila dibandingkan dengan siswa yang diasuh oleh keluarga single parent
mencapai besaran 99,125 > 97,875 yang berarti rerata siswa yang berasal dari keluarga utuh memiliki rerata lebih baik dari pada siswa yang berasal dari keluarga single parent.
(3)
(4)
(5)
(6)
DAFTAR ISI
HAL ABSTRAK DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN... BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar belakang... 1.2 Identifikasi Masalah... 1.3 Pembatasan masalah... 1.4 Rumusan Masalah... 1.5 Tujuan Penelitian... 1.6 Manfaat Penelitian... 1.7 Ruang Lingkup Penelitian... 1.8 Lingkup Keilmuan/kajian keilmuan... BAB II TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PIKIR DAN
HIPOTESIS
2.1 Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan…………... 2.1.1 Hakekat PendidikanKewarganegaraan...
2.1.2 Prestasi Belajar……... 2.1.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar…….
2.1.4 Hasil belajar Aspek Kognitif dalam PKn……….. 2.1.5 Hasil Belajar Aspek Sikap dalam PKn ………. 2.2 Pengertian Sikap ………..
2.2.1 Karakteristik sikap ………...
2.2.2 Pembentukan dan Perubahan Sikap ………..
2.2.3 Komponen-komponen Sikap ... 2.2.4 Cara Pengukuran Sikap ………. 2.3 Pengertian Keluarga………... 2.3.1 Keluarga Utuh ………
2.3.2 Keluarga Single Parent ………
2.3.3 Ciri-Ciri Keluarga ………... 2.3.4 Bentuk-bentuk Keluarga……… 2.3.5 Fungsi keluarga ……….
xv xvii xviii 1 14 15 15 16 16 17 18 21 21 24 28 33 38 40 43 44 47 48 51 53 55 58 60 62
(7)
2.4 Pola Asuh Orang tua ………. 2.4.1 Pengertian Pola asuh ……… 2.4.2 Jenis-jenis Pola Asuh Orang Tua ……… 2.5 Pendidikan dalam keluarga……….. 2.6 Teori-teori Pendidikan ………...
2.7 Hasil Penelitian yang Relevan ………... 2.8 Kerangka Pikir ……….. 2.9 Hipotesis... BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian... 3.2 Tempat dan Waktu penelitian... 3.3 Populasi Penelitian... 3.4 Sampel Penelitian... 3.5 Definisi Operasional dan Definisi Konseptual... 3.5.1 Keluarga Lengkap... 3.5.2 Keluarga Single Parent... 3.5.3 Sikap... 3.5.4 Prestasi Belajar... 3.6 Teknik Pengumpulan Data...
3.7 Instrumen Penelitian………...
3.7.1 Instrumen Prestasi Belajar... 3.7.2 Instrumen Hasil Belajar Asfek Sikap……… 3.8 Uji Peryaratan Instrumen...
3.8.1 Uji Persyaratan Instrumen Sikap... 3.8.1.1Tingkat Kesukaran Butir Tes Skala Sikap……… 3.8.1.2 Daya Beda Tes Skala Sikap………...….. 3.8.1.3 Validitas Tes Skala Sikap……….………... 3.8.1.4 Reliabilitas Tes Skala Sikap…….………... 3.8.2 Uji Persyaratan Instrumen Prestasi Belajar... 3.8.2.1Tingkat Kesukaran Butir Soal Prestasi Belajar… 3.8.2.2 Daya Beda Tes Prestasi Belajar…..………...….. 3.8.2.3 Kualitas Pengecoh Tes Prestasi Belajar……...… 3.8.2.4 Validitas Tes Prestasi Belajar…...………... 3.8.1.4 Reliabilitas Tes Prestasi Belajar...………... 3.9 Desain Penelitian... 3.10Analisis Data...
3.10.1 Uji Normalitas... 3.10.2 Uji Homogenitas... 3.11 Hipotesis Statistik... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Tempat Penelitian………..… 4.1.1 Sejarah Berdirinya SMAN I Bandar lampung…………... 4.1.2 Visi dan Misi Sekolah…………..……….. 4.1.3 Tujuan Sekolah……..………...…..
72 72 74 80 82 84 86 88 90 91 92 92 94 94 95 97 98 99 100 100 102 106 106 107 107 108 109 111 111 112 113 114 115 116 117 118 118 119 120 120 122
(8)
4.1.4 Situasi dan Kondisi Sekolah………...…………
4.2 Deskripsi Data……….
4.2.1 Data Prestasi Belajar Siswa dari Keluarga Utuh………… 4.2.2 Data Prestasi Belajar Siswa dari keluarga Single Parent
4.3 Pengujian Persyaratan Analisis Data…...……… 4.3.1 Uji Normalitas……… 4.3.2 Uji Homogenitas……… 4.4 Pengujian Hipotesis……….
4.4.1 Pengujian Hipotesis Tidak Ada Perbedaan Sikap antara Siswa yang Diasuh oleh Keluarga Lengkap atau Utuh dan Sikap Siswa yang Diasuh oleh Keluarga Single Parent………….... 4.4.2 Pengujian Hipotesis Tidak Ada Perbedaan Prestasi
Belajar PKn antara Siswa yang Diasuh oleh Keluarga Lengkap atau Utuh dan Prestasi Belajar PKn Siswa yang Diasuh oleh Keluarga Single Parent…………
4.4.3 Pengujian Hipotesis Tidak Ada Perbedaan Sikap dan Prestasi Belajar PKn antara Siswa yang Diasuh oleh Keluarga Lengkap atau Utuh dengan Sikap dan Prestasi Belajar PKn Siswa yang Diasuh oleh Keluarga Single Parent………...
4.4.4 Pengujian Hipotesis Siswa yang Berasal dari Keluarga Lengkap atau Utuh Memiliki Sikap dan Prestasi Belajar PKn yang Lebih Baik dari pada Siswa dari Keluarga Single Parent………
4.5 Pembahasan………... 4.5.1 Tidak Ada Perbedaan Sikap antara Siswa yang Diasuh
oleh Keluarga Lengkap atau Utuh dan Sikap Siswa yang Diasuh oleh Keluarga Single Parent…………
4.5.2 Tidak Ada Perbedaan Prestasi Belajar PKn antara Siswa yang Diasuh oleh Keluarga Lengkap atau Utuh dan Prestasi Belajar PKn Siswa yang Diasuh oleh Keluarga Single Parent………….
4.5.3 Tidak Ada Perbedaan Sikap dan Prestasi Belajar PKn antara Siswa yang Diasuh oleh Keluarga Lengkap atau Utuh dengan Sikap dan Prestasi Belajar PKn Siswa yang Diasuh oleh Keluarga Single Parent………
4.5.4 Siswa yang Berasal dari Keluarga Lengkap atau Utuh Memiliki Sikap dan Prestasi Belajar PKn yang Lebih Baik dari pada Siswa dari Keluarga Single Parent……..
4.6 Keterbatasan Penelitian………... V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Simpulan………
5.2 Implikasi………. 5.2.1 Implikasi Teoritis………..…………..
5.2.2 Implikasi Empiris………
5.3 Saran………....
123 124 126 126 128 130 131 132 133 134 135 137 139 141 142 145 148 150 153 155 155 157 157 159
(9)
Lampiran-Lampiran Daftar Riwayat Hidup
(10)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses pendidikan berlangsung secara terus menerus dalam kehidupan manusia, melalui pendidikan diharapkan anak memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sangat diperlukan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang dihadapi, hampir semua pengetahuan, keterampilan, sikap dan prilaku manusia dibentuk, diubah, dan berkembang karena belajar. Aktifitas belajar bagi setiap individu tidak selamanya disebabkan oleh faktor inteligensi yang rendah, akan tetapi juga disebabkan oleh faktor lingkungan.
Secara garis besar proses pendidikan dapat terjadi dalam tiga lingkungan
pendidikan yaitu pendidikan dalam keluarga (pendidikan informal), pendidikan dalam lingkungan sekolah (pendidikan formal) dan pendidikan di dalam
lingkungan masyarakat (pendidikan non formal). Ketiga lingkungan pendidikan tersebut saling berkaitan dan tak dapat dipisahkan, karena manusia sepanjang hidupnya selalu akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan pendidikan yang utama yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat. dan disebut tripusat pendidikan (Umar Tirtarahardja, 2005:166).
(11)
Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati, di dalam
keluargalah individu pertama kali berhubungan dengan orang lain dan di dalam keluarga pula awal pengalaman pendidikan dimulai. Pengalaman anak di dalam keluarga memberikan kesan tertentu yang terus melekat sekalipun tidak
selamanya disadari oleh anak, kesan tersebut mewarnai sikap dan prilaku yang terpancar dalam interaksinya dengan lingkungan. Segala sikap dan tingkah laku kedua orang tuanya akan diamati oleh anak baik disengaja maupun tidak disengaja sebagai pengalaman bagi anak. karena keluarga adalah lingkungan pendidikan yang pertama dan utama (Slameto, 2010:61).
Ki Hajar Dewantoro dalam (Tirtarahardja, 2005:169) mengatakan bahwa suasana kehidupan keluarga merupakan tempat yang sebaik-baiknya untuk melakukan pendidikan orang-seorang (pendidikan individual) maupun pendidikan sosial.
Bedasarkan keterangan di atas keluarga sebagai salah satu wahana pendidikan merupakan tempat terjadinya proses pendidikan anak dimana orang tua berperan sebagai pendidik bagi anak-anaknya, karena sebagian besar kehidupan anak ada di dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima adalah dalam keluarga. Orang tua memiliki pengaruh yang kuat terhadap perkembangan pendidikan anak dalam melaksanakan kegiatan belajar untuk mencapai prestasi belajar yang diharapkan, di samping itu juga keberadaan orang tua memegang peranan yang sangat penting untuk membentuk sikap dan memberi dorongan atau motivasi anak untuk belajar dan meraih prestasi.
(12)
3 Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak tidak atau kurang berhasil dalam belajarnya. Hasil yang didapatkan, nilai atau prestasi belajarnya kurang memuaskan atau bahkan mungkin gagal dalam studinya. Hal ini dapat terjadi pada anak dari keluarga yang kedua orang tuanya sibuk mengurus pekerjaan mereka (Slameto, 2010: 61
Untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berprestasi tinggi, maka siswa harus memiliki sikap dan prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya .(Sudjana ,2009: 22), sedangkan Ahmadi (2003: 21) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil kegiatan yang telah dicapai dalam usaha belajar yang ditandai oleh adanya perubahan situasi yang terlihat dalam proses perkembangan diri siswa untuk mencapai tujuan. Prestasi banyak digunakan di dalam berbagai bidang dan diberi pengertian sebagai kemampuan, keterampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu hal.
Salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sikap dan prestasi belajar anak adalah faktor keutuhan keluarga, karena pada umumnya sebuah keluarga mempunyai dua sosok penanggung jawab dalam kelangsungan hidup keluarga. Sosok ayah sebagai kepala keluarga dan sosok ibu sebagai pendamping serta pelaksana dari delegasi yang ditinggalkan oleh kepala keluarga terutama dalam pendidikan anak.
Beberapa hasil penelitian telah memberi gambaran bahwa ayah mempunyai arti yang berbeda-beda di mata anak. Seorang anak kecil memandang ayahnya sebagai seorang yang dapat melindungi dirinya dan sumber kekuatan yang dapat
(13)
mengatasi masalah. Bagi seorang anak laki-laki yang sedang tumbuh, ayah dijadikan model yang patut dicontoh utamanya dalam proses sosialisasi. Untuk anak perempuan, ayah dipandang sebagi pendorong berkembangnya feminimitas yang akan terjadi jika ayah sering memberi komentar kepada anak perempuannya, baik mengenai pakaian, tatanan rambut, tingkah laku serta sifat-sifat
kewanitaannya (Tirtaraharja, 2005: 171).
Pada masa sekarang ini kehidupan dalam keluarga sangat bervariasi. Ada keluarga yang disebut dengan keluarga besar yang terdiri dari ayah, ibu, anak dan anggota keluarga lain seperti kakek, nenek, paman dan sebagainya. Ada juga yang disebut keluarga inti yang hanya terdiri atas ayah, ibu dan anak.
Ditinjau dari kelengkapan struktur keluarga terdapat keluarga yang utuh atau lengkap dan keluarga yang tidak utuh (single parent). Keluarga lengkap atau utuh adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu yang masih lengkap keduanya dengan beberapa orang anak, sedangkan keluarga tidak lengkap atau utuh (single parent)
adalah keluarga yang hanya terdapat satu orang tua saja baik itu ayah ataupun ibu dan anak-anaknya.
Bukanlah sebuah pilihan ketika tatanan ideal atau struktur keluarga itu kemudian tidak dapat berjalan dengan baik dalam sebuah keluarga, karena tidak semua keluarga hidup bahagia sesuai dengan yang diharapkan, dan tidak sedikit pasangan yang hidup berumah tangga dihadapkan pada suatu persoalan atau permasalahan yang tidak ada titik temu, sehingga tidak jarang pula pasangan suami isteri memutuskan untuk bercerai, disamping itu juga bisa disebabkan karena pasangan hidup meninggal, yang mengakibatkan pergeseran tanggung
(14)
5 jawab dan peran orang tua dalam pengasuhan anak.
Single parent adalah keluarga yang terdiri dari orangtua tunggal baik ayah atau ibu sebagai akibat dari perceraian dan kematian.
Single parent menjadi contoh ketidak utuhan sebuah kelengkapan tatanan rumah tangga apakah yang disebabkan karena faktor perceraian atau pasangan hidupnya meninggal. Orang tua tunggal atau biasa disebut dengan istilah single parent
adalah orang tua yang hanya terdiri dari satu orang saja, dimana di dalam rumah tangga ia berperan sebagai ibu dan juga berperan sebagai bapak. Tugas sebagai orang tua terlebih bagi seorang ibu, akan bertambah berat jika menjadi orangtua tunggal (single parent). Setiap orang terlebih bagi wanita tentunya tidak pernah berharap menjadi single parent, keluarga lengkap pastilah idaman setiap orang, namun adakalanya nasib berkehendak lain. Kenyataannya kondisi ideal tersebut tidak selamanya dapat dipertahankan atau diwujudkan.
Keluarga yang utuh dengan figur seorang ayah yang menjadi pelindung atau seorang ibu yang memberikan sentuhan kelembutan kasih diakui senantiasa menjadi impian setiap manusia. Pangkal masalah yang sering dihadapi keluarga yang hanya dipimpin oleh single parent adalah masalah anak. Anak akan merasa dirugikan dengan hilangnya salah satu orang yang berarti dalam hidupnya.
SMA Negeri 1 Bandar lampung sebagai salah satu lembaga pendidikan formal termasuk salah satu sekolah yang menjadi pilihan utama bagi siswa siswi lulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP) untuk melanjutkan sekolahnya. Dari segi input siswa yang masuk sekolah ini adalah siswa yang memiliki prestasi atau hasil belajar yang tinggi. Berdasarkan data Penerimaan Siswa Baru SMA Negeri se
(15)
Bandar lampung tanpak bahwa nilai yang diterima di SMA Negeri 1 Bandar lampung pada tahun 2011/2012 nilai tertinggi 100,450, nilai terendah 87,805, dan nilai rata-rata 89,811. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Peringkat Sekolah berdasarkan nilai seleksi Penerimaan Siswa Baru Tahun Pelajaran 2011/ 2012
No Nama sekolah Nilai rata-rata N. Tertinggi N. Terendah 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15.
SMAN 1 B. Lampung SMAN 10 B. Lampung SMAN 3 B. Lampung SMAN 5 B. Lampung SMAN 7 B. Lampung SMAN 4 B. Lampung SMAN 12 B. Lampung SMAN 15 B. Lampung SMAN 16 B.Lampung SMAN 8 B.Lampung SMAN 13 B. Lampung SMAN 14 B. Lampung SMAN 11 B. Lampung SMAN 6 B. Lampung SMAN 17 B. Lampung
89,811 88,509 87,721 85,545 84,074 82,048 82,998 78,081 73,986 76,256 71,869 72,170 66,115 66,007 56,387 100,450 111, 959 94,500 95,292 101,375 95,180 95,042 91,292 86,209 91,709 90,509 88,542 84,634 89,667 79,625 87,805 82,667 84,125 81,625 78,350 77,417 75,125 73,334 70,292 70,042 65,417 65,209 58,975 56,792 51,042 Data Dinas Pendidikan Kota Bandar lampung TP 2011-2012
(16)
7 Berdasarkan Tabel 1. 1.tersebut maka bukan hal yang sulit bagi siswa untuk memperoleh nilai KKM yang telah ditetapkan untuk setiap mata pelajaran di SMA Negeri 1 Bandar lampung. Nilai KKM untuk mata pelajaran Pendidikan
kewarganegaraan (PKn) di SMA Negeri 1 Bandar lampung adalah 72 untuk siswa kelas X, 73 untuk siswa kelas XI dan 75 untuk kelas XII. Menurut data yang peneliti himpun dari hasil pengamatan dan wawancara terhadap siswa SMA Negeri 1 Bandar lampung dimana jumlah siswa secara keseluruhan adalah 707 siswa , terdiri dari 327 siswa laki-laki dan 380 siswa perempuan yang berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda yakni 652 siswa berasal dari keluarga lengkap atau keluarga utuh dan 55 siswa berasal dari keluarga single parent .
Data tersebut menggambarkan bahwa siswa SMA Negeri 1 Bandar lampung terdiri dari latar belakang keluarga yang memiliki perbedaan, ada siswa yang berasal dari keluarga single parent, dan ada siswa yang berasal dari keluarga lengkap atau utuh. Adapun keadaan siswa yang berasal dari keluarga single parent di SMA Negeri 1 Bandar lampung yang penulis dapatkan adalah dari jumlah 55 orang siswa yang berasal dari keluarga single parent terdiri dari 7 orang siswa berasal dari single paren ayah yang mengasuh dan mendidik anaknya, dan 48 siswa yang diasuh oleh single parent ibu sebagai akibat perceraian dan karena meninggal dunia, hal ini dapat dilihat pada Tabel berikut.
(17)
Tabel 1.2 Sebaran siswa Single parent di SMA Negeri 1 Bandar lampung TP. 2011-2012
Kls SP. AYAH SP. IBU JUMLAH
Meninggal Perceraian Meninggal Perceraian X
XI XII
1 - -
1 2 3
7 8 7
10 10 6
19 20 16
Jml 1 6 22 26 55
Berdasarkan Tabel 1.2 di atas bila dibandingkan jumlah siswa yang diasuh oleh
single parent ayah, jumlah single parent ibu memiliki perbedaan yang cukup besar dari 55 siswa yang berasal dari keluarga single Parent Ibu disebabkan oleh suami meninggal berjumlah 22 siswa dan sebagai akibat perceraian atau berpisah dengan suami sebanyak 26 siswa, sedangkan siswa yang diasuh oleh single parent ayah sebagai akibat perceraian berjumlah 6 orang dan meninggal 1 orang. Dalam penelitian ini peneliti hanya berfokus pada siswa yang diasuh oleh single parent ibu, karena rata-rata siswa yang diasuh oleh single parent ayah pada umumnya masih kumpul dan diasuh atau dididik oleh keluarga dari pihak suami.
Kondisi siswa yang diasuh oleh single parent di SMA Negeri 1 Bandar lampung Sangat beragam baik secara ekonomi maupun secara social. Dalam keluarga
single parent ibu, ada juga beberapa siswa yang secara ekonomi masih mendapatkan bantuan dari pihak keluarga baik bantuan dari keluarga ayah ataupun keluarga Ibu karena pengaruh kultur budaya yang berbeda sehingga dalam pengasuhan dan tanggung jawab terhadap siswa yang berasal dari keluarga single parent ibu juga masing masing berbeda. Hal inilah yang membedakan sikap
(18)
9 dan prestasi belajar dari masing-masing siswa yang diasuh oleh keluarga single parent satu sama lainnya. Dengan perbedaan tersebut tentunya sikap dan prestasi belajar siswa di sekolah memiliki perbedaan, baik siswa yang diasuh oleh
keluarga utuh maupun yang diasuh oleh single parent itu sendiri.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BP dan siswa di sekolah yang dapat penulis himpun ada sebagian siswa yang kurang mendapatkan perhatian dari orang tuanya baik siswa yang berasal dari keluarga utuh maupun siswa yang diasuh oleh orang tua single parent yang mengakibatkan motivasi belajar anak tersebut menjadi menurun yang berakibat rendahnya prestasi belajar siswa. Menurut penilaian dari beberapa orang guru, catatan wali kelas dan guru BP masih banyak siswa yang kurang disiplin, siswa sering melakukan pelanggaran terhadap tata tertib sekolah antara lain siswa sering terlambat , siswa sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan, berpakaian tidak rapi dan tidak sesuai dengan ketentuan sekolah, adanya perkelahian antar teman dan kadang-kadang siswa juga berlaku kurang sopan terhadap teman ataupun guru di sekolah. Disamping kurang disiplin, siswa juga kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan seperti tugas piket di kelas dan bila diberi tugas oleh guru kadang-kadang tidak dikerjakan. Hal ini tentu akan berimbas pada prestasi atau nilai hasil belajar siswa dalam belajar.
Komunikasi antara guru dan orang tua siswa dalam upaya untuk mendidik anak sering dilakukan di SMAN 1 Bandar lampung, namun yang menjadi kendala adalah kurang komunikatifnya orang tua siswa terhadap pihak sekolah tidak sebulan sekali (bahkan sampai anak selesai sekolah) untuk mengkonsultasikan
(19)
masalah anaknya. Orang tua hanya datang kesekolah bila ada panggilan dari pihak sekolah, namun kadang-kadang ada panggilanpun orang tua siswa tidak
mengindahkan panggilan tersebut sehingga pihak sekolahlah yang berupaya mendatangi rumah siswa (Home Visit).
PKn merupakan program pendidikan atau mata pelajaran yang memiliki tujuan utama untuk mendidik siswa agar menjadi warga negara yang baik, demokratis, disiplin dan bertanggung jawab, berdasarkan hal tersebut merupakan tanggung jawab besar bagi guru-guru terutama guru PKn dalam membentuk karakter siswa agar menjadi manusia-manusia yang disiplin, bertanggung jawab dan pada akhirnya dapat menjadi warga negara yang baik. Seorang siswa yang memiliki tanggung jawab pada dirinya maka siswa tersebut secara tidak langsung akan lebih serius dalam meningkatkan prestasi belajarnya.
Berdasarkan penilaian yang ada pada guru mata pelajaran PKn diketahui hasil atau prestasi belajar PKn pada semester gasal tahun pelajaran 2011-2012 sangat bervariasi hal ini dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. 3 Hasil Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran PKn pada Semester Ganjl 2011/2012
Kelas N.Rata-rata kelas
N. Di bawah KKM
N. Di atas KKM Jumlah Siswa X XI XII 74,33 74,37 76,00 60 79 38 185 148 197 245 227 235
Jumlah 177 530 707
(20)
11 Berdasarkan Tabel 1.3 di atas tampak bahwa siswa yang belum mencapai KKM ada 177 siswa atau 25%, sedangkan yang telah mencapai KKM ada 530 siswa atau 75%. Adanya perbedaan prestasi belajar siswa ini banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal yaitu faktor yang bersumber dari dalam individu seperti kecerdasan, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor eksternal adalah semua faktor yang bersumber dari luar seperti lingkungan yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan. Lingkungan sekolah meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah dan lain-lain, sedangkan lingkungan masyarakat meliputi keadaan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.
Berdasarkan observasi awal prestasi belajar PKn yang dicapai oleh siswa di SMA Negeri 1 Bandar lampung sangat bervariasi, baik prestasi belajar PKn siswa yang berasal dari keluarga lengkap maupun prestasi belajar PKn siswa yang berasal dari keluarga single parent seperti berikut ini:
(21)
Tabel 1. 4 Hasil Belajar siswa yang berasal dari keluarga lengkap dan siswa dari keluarga Single Parent dalam mata pelajaran PKn pada semester ganjil 2011/2012
Kelas Jumlah siswa N. Rata-rata
kelas
N.Siswa dari K.Lengkap
N. Siswa dari K.Single Parent K.Lengkap K.S.Parent
X-1 X-2 X-3 X-4 X-5 X-6 X-7 XI.IPA.1 XI.IPA.2 XI.IPA,3 XI.IPS.1 XI.IPS.2 XI.IPS.3 XII.IPA.1 XII.IPA.2 XII.IPA.3 XII.IPS.1 XII.IPS.2 XII.IPS.3 33 32 33 31 3 31 33 36 35 34 33 33 36 35 36 38 38 36 36 3 3 2 3 2 4 2 1 3 5 6 2 3 4 3 1 2 4 2 72,44 72,48 73,57 72,50 74,62 76,71 78,00 74,40 72,60 76,53 77,00 71,62 74,12 75,61 76,61 75,92 76,05 77,17 75,42 72,26 72,62 73,81 72,67 74,57 76,87 77,84 74,33 72,25 76,47 72,27 71,48 74,00 75,68 76,58 75,97 75,94 77,16 76,08 74,33 75,66 69,50 70,60 75,50 75,50 80,50 77,00 76,66 77,00 75,50 74,00 75,66 75,00 77,00 74,00 78,00 77,25 73,00
(22)
13 Berkaitan dengan sikap dan prestasi belajar siswa di SMA Negeri 1 Bandar
lampung tentunya tidak lepas dari latar belakang keluarga yang berbeda dari masing-masing siswa. Faktor lingkungan keluarga mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar siswa di sekolah dimana orang tua dari masing-masing siswa memiliki cara dan pola tersendiri dalam mengasuh dan
membimbing anak. Cara dan pola tersebut tentu akan berbeda-beda antara satu keluarga dengan keluarga yang lainnya. Pola asuh orang tua ini merupakan gambaran tentang sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi, selama mengadakan kegiatan pengasuhan.
Kegiatan pengasuhan orang tua akan memberikan perhatian, peraturan disiplin, hadiah dan hukuman, serta tanggapan terhadap keinginan anaknya. Sikap, perilaku dan kebiasaan orang tua ini selalu dilihat, dinilai dan ditiru oleh anak yang kemudian menjadi kebiasaan pula bagi anak-anaknya. Kenyataan seperti ini terlihat dengan adanya perbedaan sikap dan prestasi dalam belajar beberapa siswa. Ada siswa yang memiliki sikap dan prestasi belajar positif atau baik, ada pula siswa yang memiliki sikap dan prestasi belajar yang negatif atau kurang baik. Terutama sikap demokratis, disiplin dan bertanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan, hal ini tentunya akan berimbas pada prestasi belajar PKn siswa di sekolah, meskipun guru telah berupaya secara optimal untuk membangkitkan motivasi siswa untuk mengikuti kegiatan belajar, dan
menanamkan sikap-sikap demokratis, disiplin dan bertanggung jawab kepada siswa namun hasilnya belum maksimal.
(23)
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Perbedaan sikap dan prestasi belajar PKn pada siswa yang berasal dari keluarga lengkap atau Utuh dan siswa yang berasal dari keluarga single parent di SMA Negeri 1 Bandar lampung.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut.
1. Adanya perbedaan latar belakang keluarga siswa di SMA Negeri 1 Bandar lampung
2. Ada pengaruh orang tua terhadap sikap dan prestasi siswa di SMA Negeri 1 Bandar lampung.
3. Adanya perbedaan dalam tanggung jawab orang tua terhadap pengasuhan siswa .
4. Prestasi belajar siswa yang bervariasi.
5. Banyaknya siswa yang melakukan pelanggaran terhadap tata tertib di sekolah baik siswa yang diasuh oleh keluarga utuh maupun siswa yang diasuh oleh keluarga single parent.
6. Kurangnya perhatian dan komunikasi orang tua dengan pihak sekolah. 7. Perubahan sifat hubungan orang tua/ keluarga dengan anaknya akan diiringi pula dengan perubahan hubungan guru-siswa.
8. Keadaan keluarga utuh dan yang tidak utuh juga mempengaruhi sikap dan psikologis dalam belajar, sehingga pada akhirnya akan berujung pada hasil belajar atau prestasi belajar.
(24)
15 1. 3 Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka diperlukan pembatasan masalah. Dalam penelitian ini pembatasan masalahnya sebagai berikut .
1. Penelitian terbatas pada siswa siswi di SMA Negeri 1 Bandar Lampung Tahun pelajaran 2011/2012.
2. Sikap siswa dalam belajar, terutama sikap , disiplin dan bertanggung jawab siswa dalam belajar pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMA Negeri 1 Bandar lampung
3. Prestasi belajar terbatas pada prestasi belajar PKn yang diambil nilai rapot semester gasal SMA Negeri 1 Bandar lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.
1. 4 Perumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah tersebut di atas, maka rumusan masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Apakah ada perbedaan sikap antara siswa yang diasuh oleh keluarga lengkap atau utuh dan siswa yang diasuh oleh keluarga single parent?
2. Apakah ada perbedaan prestasi belajar PKn antara siswa yang diasuh oleh keluarga lengkap atau utuh dan siswa yang diasuh oleh keluarga single parent?
3. Apakah ada perbedaan sikap dan prestasi belajar PKn siswa yang diasuh oleh keluarga lengkap atau utuh dengan siswa yang diasuh oleh keluarga
(25)
4. Manakah yang lebih baik sikap dan prestasi belajar PKn antara siswa yang diasuh oleh keluarga lengkap atau utuh bila dibandingkan dengan siswa
yang diasuh oleh keluarga single parent?
1.5 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk menjelaskan apakah ada perbedaan sikap antara siswa yang diasuh oleh keluarga lengkap atau utuh dengan siswa yang diasuh oleh keluarga
single parent.
2. Untuk menjelaskan apakah ada perbedaan prestasi belajar PKn antara siswa yang diasuh oleh keluarga lengkap atau utuh dengan siswa yang diasuh oleh keluarga single parent.
3. Untuk menjelaskan apakah ada perbedaan sikap dan prestasi belajar PKn antara siswa yang diasuh oleh keluarga lengkap dengan siswa yang diasuh oleh keluarga single parent.
4. Untuk menjelaskan manakah yang lebih baik antara sikap dan prestasi belajar PKn antara siswa yang diasuh oleh oleh keluarga lengkap dan siswa yang diasuh oleh keluarga single parent.
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Berikut ini akan dibahas manfaat penelitian baik secara teoritis maupun secara praktis.
(26)
17 a. Secara Teoritis
IPS merupakan transmisi dari pendidikan kewarganegraan (PKn). Sekolah sebagai wahana pendidikan yang memiliki tugas mengembangkan
kepribadian siswa yang utuh dan sesuai dengan tuntutan masyarakat yaitu menciptakan manusia yang berpendidikan dengan sikap, nilai dan moral yang berlaku di masyarakat. Melalui penelitian ini diharapkan guru dapat lebih mengembangkan aspek afektif yang berkaitan dengan aspek sikap, nilai dan moral seperti yang diharapkan oleh masyarakat. Hasil penelitian ini diharapkan juga dapat memberikan sumbangan bagi kemajuan pengetahuan pada umumnya dan pada mata pelajaran PKn pada khususnya, serta dapat dijadikan pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya.
b. Secara Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan masukan kepada kepala sekolah, orang tua dan guru SMAN 1 Bandar Lampung yang terkait dengan kesulitan yang dihadapi oleh setiap anak dalam belajar dan pengawasan terhadap perkembangan anak.
Bagi siswa dapat memberikan dorongan untuk lebih meningkatkan pemahaman dalam konsep diri yang positif sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini memberikan arah yang tepat, maka penelitian ini dibatasi pada ruang lingkup perbedaan sikap (Y1) dan prestasi belajar PKn (Y2) antara siswa yang diasuh oleh keluarga lengkap dan (X1) dengan siswa yang diasuh oleh
(27)
keluarga single parent (X2).
1. 8 Ruang lingkup keilmuan / Kajian Keilmuan
Setiap disiplin ilmu tidak boleh melepaskan diri dari kewajiban untuk mengembangkan aspek afektif dari peserta didik, karena seseorang dengan pendidikan yang tinggi tidak akan berarti apa-apa bila tidak memiliki sikap, nilai dan moral seperti yang diharapkan oleh masyarakat. Pendidikan ilmu sosial memiliki kewajiban untuk mengembangkan nilai dan moral yang berlaku di masyarakat yang menjadi bagian dari kepribadian individu siswa.
Menurut Roberta Woolever dan Scott (1987) dalam Ridwan (2011), Pendidikan IPS terdapat 5 tradisi atau 5 perspektif yang tidak saling menguntungkan secara eksklusif, melainkan saling melengkapi. Adapun lima perspektif pada tujuan inti pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah sebagai berikut.
1. IPS sebagai Transmisi Kewarganegaraan ( social studies as citizenship transmission),
2. IPS sebagai ilmu- ilmu sosial (social studies as social sciences) 3. IPS sebagai penelitian mendalam (social studies as reflective inquiry), 4. IPS sebagai kritik kehidupan social (social studies as social criticism) 5. IPS sebagai pengembangan pribadi individu (social studies as personal
devwlopment of the individual).
Penelitian ini terpokus pada IPS sebagai transmisi kewarganegaraan
(social studies as citizenship transmission), Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn) memiliki peran sebagai pendidikan moral, pendidikan politik, pendidikan
(28)
19 kewarganegaraan serta pendidikan hukum dan kemasyarakatan. Sebagai
pendidikan kewarganegaraan, Pkn bertujuan mempersiapkan siswa menjadi warganegara yang baik. Hal ini sejalan dengan tujuan IPS yang dikaitkan dengan salah satu misinya yaitu mempersiapkan siswa menjadi warganegara yang baik. Selain itu salah satu tujuan IPS adalah pendidikan kewarganegaraan, hal ini merupakan pengaruh dan tradisi pendidikan IPS sebagai “citizenship trasmission”, maka PKn akan senantiasa berkaitan dengan tradisi pendidikan IPS.
Ada 10 konsep social studies dari NCSS dalam Pargito (2010:35), yaitu (1) cultur; (2) time, continuity and change; (3) people, places and environments; (4)
individual development and identity; (5) individuals, group, and institutions; (6)
power authority and govermance; (7) production, distribution and consumption; (8) science, and society; (9) global connections; (10) civics ideals and practices).
Salah satu tema IPS di atas menunjukkan tentang civics ideals and practices. Misi yang dibawa Pendidikan IPS adalah pengembangan keilmuan sekaligus nilai dan kewarganegaraan. Secara nasional, tujuan pendidikan IPS adalah untuk
mendukung tujuan pendidikan nasional yang dalam pasal 3 UU SISDIKNAS tahun 2003 disebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
(29)
PKn merupakan bidang kajian kewarganegaraan yang ditopang berbagai disiplin ilmu yang relevan, yaitu ilmu politik, hukum, sosiologi, antropologi, psikologi dan disiplin ilmu lainnya. Mata pelajaran PKn merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, trampil, berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Uraian di atas tampak bahwa PKn merupakan bagian dari kajian ilmu-ilmu sosial atau IPS pada konsentrasi program S2 Pendidikan IPS tempat peneliti menimba ilmu, sehingga peneliti menganggap perlu mengadakan penelitian yang membahas tentang perbedaan sikap dan prestasi belajar PKn antara siswa yang diasuh oleh keluarga lengkap dengan siswa yang diasuh oleh keluarga single parent di SMA Negeri 1 Bandar lampung.
(30)
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
2.1. Prestasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan 2.1.1. Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan menurut Depdiknas (2006) dalam (Winataputra dan Budimansah, 2007:99) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara yang cerdas, terampil dan
berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila danUUD 1945. Sedangkan Malik Fajar (2004:6-8) mengatakan bahwa PKn sebagai wahana untuk
mengembangkan kemampuan, watak dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggungjawab.
Selanjutnya Maftuh dan Sapriya (2005:321) “PKn merupakan program pendidikan atau mata pelajaran yang memiliki tujuan utama untuk mendidik siswa agar menjadi warga negara yang baik, demokratis, disiplin dan
bertanggung jawab”. Hal itu sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yakni mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta ddik agar menjadi manusia yang
(31)
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 Pasal 3).
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, merupakan program pengajaran yang membekali setiap siswa untuk menjadi warga negara yang baik, dan mampu berfikir kritis, cakap, disiplin, bertanggung jawab dan demokratis.
Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006), merumuskan tujuan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) adalah sebagai berikut.
1) Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.
2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta anti korupsi.
3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.
4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi dan komunikasi.
Rumusan tersebut sejalan dengan aspek-aspek kompetensi yang akan dikembangkan dalam pembelajaran PKn yaitu mencakup pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan ( civic skills), dan watak atau karakter kewarganegaraan (civic disposition). PKn sebagaimana yang telah kita ketahui tujuannya adalah agar setiap warga negara menjadi warga negara yang baik (to be goodcitizens).
(32)
23
Menurut Maftuh dan Safriya (2005:320) to be good citizens adalah Warga negara yang baik, diantaranya warga negara yang memiliki kecerdasan (civil inteligence) baik intelektual emosional, sosial, maupun spiritual, memiliki rasa bangga dan taanggung jawab (civil responsibility) dan mampu berpartisipasi dalam
bermasyarakat dan bernegara (civil partisipation).
Standar Isi yang dikembangkan oleh BNSP (2006 : 271) menjelaskan mengenai ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Persatuan dan Kesatuan bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan, Cinta lingkungan, Kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, Partisipasi dalam pembelaan negara, Sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia,Keterbukaan dan jaminan keadilan, 2. Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan
keluarga, Tata tertib di sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat, Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Sistim hukum dan peradilan nasional, Hukum dan peradilan internasional,
3. Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan Kewajiban anggota masyarakat, Instrumen nasional dan internasional HAM, Pemajuan,penghormatan dan perlindungan HAM,
4. Kebutuhan warga negara meliputi: Hidup gotong royong, Harga diri sebagai warga masyarakat, Kebebasan berorganisasi, Kemerdekaan mengeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri, Persamaan kedudukan warga negara,
5. Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi kemerdekaan dan konstitusi Yang pertama, Konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, Hubungan dasar negara dengan konstitusi,
6. Kekuasan dan Politik, meliputi: Pemerintahan desa dan kecamatan, Pemerintahan daerah dan otonomi, Pemerintah pusat, Demokrasi dan sistem politik, Budaya politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat demokrasi, 7. Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar negara dan
Deologi negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar negara, Pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila sebagai ideologi terbuka,
(33)
8. Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, Dampak globalisasi, Hubungan
internasional dan organisasi internasional, dan Mengevaluasi globalisasi (Winataputra dan Budimansyah, 2007:103).
PKn memiliki posisi yang menunjang dalam pencapaian tujuan nasional, karena sebagian besar tujuan pendidikan nasional telah terdapat dalam PKn, melalui pembelajaran PKn. Sebagaimana dikatakan oleh Cholsin (2007:114) dalam pusat kurikulum menyatakan fungsi dan tujuan mata pelajaran PKn untuk SD dan MI, SMP dan Mts, SMA dan MA adalah sebagai wahana untuk membentuk warga negara cerdas, terampil dan berkarakter yang setia kepada bangsa dan negara Indonesia dengan merefleksikan dirinya dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat Pancasila dan UUD 1945.
2.1.2 Prestasi belajar Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Prestasi adalah hasil kegiatan yang telah dicapai dalam usaha belajar yang ditandai oleh adanya perubahan situasi yang terlihat dalam proses perkembangan diri siswa untuk mencapai tujuan (Ahmadi,2003: 21).
Prestasi banyak digunakan di dalam berbagai bidang dan diberi pengertian sebagai kemampuan, atau keterampilan, sikap seseorang dalam menyelesaikan sesuatu hal. Sedangkan menurut Witherington dalam Purwanto (2004),” Prestasi adalah hasil yang dicapai individu melalui usaha yang dialami secara langsung dan merupakan aktivitas kecakapan dalam situasi tertentu”.
(34)
25
Berdasarkan beberapa definisi yang di kemukakan tersebut di atas, jelas terlihat perbedaan dalam kata-kata tertentu sebagai penekanan, namun intinya sama yaitu hasil dari suatu kegiatan dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Berhasil atau tidaknya prestasi belajar banyak tergantung dari bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa.
Pelaksanaan proses belajar mengajar diperlukan adanya evaluasi yang nantinya akan dijadikan tolok ukur maksimal yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan. Bila pemberian materi suatu mata pelajaran telah dirasa cukup, guru dapat melakukan tes yang hasilnya akan digunakan sebagai ukuran dari prestasi belajar tentunya tidak hanya terdiri dari nilai mata pelajaran saja, akan tetapi juga mencakup nilai sikap dan perilaku siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar.
Belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar manusia melakukan perubahan-perubahan sehingga tingkah lakunya berkembang. Ahmadi (2003;109) mengemukakan “Belajar adalah suatu tindakan untuk mengubah diri dari tidak tahu, dan tidak dapat menjadi tahu dan dapat melaksanakan dan sebagainya”. Menurut Witherington dalam Purwanto (2004;84) “Belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian atau suatu pengertian”. Slameto (2010;2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
(35)
Berdasarkan beberapa pengertian belajar yang dikemukakan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan atau intelektual dan kecakapan dasar dalam bidang studi pada khususnya dan berbagai aspek kehidupan pada umumnya.
Menurut Sumadi Suryabrata (2006: 25), menyatakan bahwa “Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai dari suatu latihan, pengalaman yang harus didukung oleh kesadaran”. Hal senada diungkapkan oleh Winkel (2004: 15) bahwa prestasi belajar adalah “Hasil usaha yang dapat dicapai siswa setelah melakukan proses belajar yang berlangsung dalam interaksi subjek dengan lingkungan yang berlangsungg dalam interaksi subjek dengan lingkungannya yang akan disimpan atau dilaksanakan menuju kemajuan”
Prestasi belajar menurut Tu’u (2004:75) adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Selain itu prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru. Sedangkan menurut Syah (2004:11) menjelaskan bahwa “prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu”.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dipahami bahwa prestasi belajar adalah hasil atau taraf kemampuan yang telah dicapai siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dalam waktu tertentu baik berupa perubahan tingkah laku,
(36)
27
keterampilan, dan pengetahuan dan kemudian akan diukur dan dinilai yang kemudian diwujudkan dalam angka atau pernyataan.
Prestasi belajar siswa dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1) Prestasi belajar siswa adalah hasil belajar yang dicapai siswa ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan pembelajaran di sekolah,
2) Prestasi belajar siswa tersebut terutama dinilai aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan kemampuan siswa dalam pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis dan evaluasi,
3) Prestasi belajar siswa dibuktikan dan ditunjukkan melalui nilai atau angka nilai dari hasil evaluasi yang dilakukan oleh guru terhadap tugas siswa dan ulangan-ulangan atau ujian yang ditempuhnya.
Secara garis besarnya karateristik prestasi belajar dapat disebutkan sebagai berikut.
a. Prestasi belajar seseorang merupakan perubahan perilaku yang dapat diukur dalam hal ini dengan menggunakan tes,
b. Prestasi belajar seseorang menunjuk pada individu sebagai sebab artinya individulah sebagai pelakunya,
c. Prestasi belajar dapat dievaluasi dengan menggunakan standard tertentu baik berdasarkan norma kelompok ataupun norma yang tidak ditetapkan, d. Prestasi belajar menunjukkan pula pada hasil kegiatan yang disengaja
(37)
Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil evaluasi dapat memperlihatkan tentang tinggi atau rendahnya prestasi belajar siswa. Sedangkan prestasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil yang telah dicapai dari usaha belajar terhadap nilai akhir mata pelajaran PKn yang diterima di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka.
2.1.3 Faktor- faktor yang mempengaruhi Prestasi belajar
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut Sungalang dalam ( Tu’u, 2004:78) adalah kecerdasan, bakat, minat dan perhatian, motif, cara belajar, sekolah, lingkungan keluarga. Faktor-faktor yang yang mempengaruhi belajar dibedakan menjadi dua kategori yaitu faktor internal dan eksternal.
A. Faktor Internal
1). Faktor Jasmaniah ; dalam faktor jasmaniah ini dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor kesehatan dan cacat tubuh. Faktor kesehatan dan cacat tubuh memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu.
2). Faktor Psikologis, terdiri dari : a) Inteligensi/kecakapan
Inteligensi atau kecakapan terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui/menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat (Slameto, 2010:83).
(38)
29
b) Perhatian
Menurut Al-Ghazali dalam Slameto (2010:56) bahwa perhatian adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek (benda/hal) atau sekelompok objek. Untuk dapat menjamin belajar yang lebih baik maka seorang harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya.
c) Minat
Minat besar pengaruhnya terhadap belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya. Bahan pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar.
d) Bakat
Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar dan pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.
e) Motivasi
bahwa motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai dalam belajar, di dalam menentukan tujuan itu dapat disadari atau tidak akan tetapi untuk mencapai tujuan itu perlu berbuat, sedangkan yang menjadi penyebab berbuat adalah motivasi itu sendiri sebagai daya penggerak atau pendorongnya.
(39)
f) Kematangan
Kematangan adalah tingkat/fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Kematangan adalah suatu organ atau alat tubuhnya dikatakan sudah matang bila dalam diri manusia sudah mencapai kesanggupan untuk menjalankan fungsinya masing-masing. Kematangan itu datang dengan sendirinya sehingga dalam belajarnya akan lebih berhasil jika anak itu sudah siap atau matang untk mengikuti proses belajar mengajar.
g) Kesiapan
Kesiapan menurut James Drever dalam Slameto (2010:58) :
Preparednes to respond or react artinya kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi.
B. Faktor eksternal
Faktor yang berasal dari luar siswa yakni keadaan atau kondisi lingkungan di luar siswa yaitu beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitar dan sebagainya, suasana keluarga yang mendorong anak untuk maju, selain itu lingkungan sekolah yang tertib, teratur dan disiplin merupakan pendorong dalam proses pencapaian prestasi belajar (Tu’u, 2004:81).
Sementara itu Sunarto (2009) mendeskripsikan faktor-faktor yang
mempengaruhi prestasi belajar ada dua yaitu: faktor-faktor intern yang terdiri dari faktor kecerdasan/inteligensi, bakat, minat dan motivasi sedangkan faktor-faktor
(40)
31
ekstern terdiri dari keadaan lingkungan keluarga, keadaan lingkungan sekolah, dan keadaan lingkungan masyarakat.
Melengkapi kedua pendapat di atas kiranya perlu penulis sajikan pandangan Muhibbin Syah mengenai hal tesebut. Menurut beliau faktor-faktor yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa di sekolah, secara garis besar dapat dibagi menjadi:
1. Factor internal ( faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan kondisi jasmani atau rohani siswa seperti, a) faktor fisiologis yaitu keadaan fisik yang sehat dan segar serta kuat akan menguntungkan dan
memberikan hasil belajar yang baik. Tetapi keadaan fisik yang kurang baik akan berpengaruh pada siswa dalam keadaan belajarnya, b) faktor psikologis yang termasuk faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar adalah ; inteligensi, perhatian , minat, dan motivasi , dan bakat.
2. Faktor eksternal . yang termasuk faktor-faktor ini antara lain adalah; a) faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan
lingkungan masyarakat, b) faktor non sosial yang meliputi, keadaan dan letak gedung sekolah, rumah tempat tinggal keluarga, alat-alat dan sumber belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa. Factor-faktor tersebut dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa, c)faktor pendekatan belajar(approach to learning) yakni jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dn metode yang digunakan peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran ( Muhibin Syah, 2008:139)
Sedangkan Ahmadi dan Supriyono (2004:130) mengatakan bahwa faktor–faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak adalah faktor dalam diri (faktor internal) dan faktor dari luar diri (faktor eksternal).
Yang termasuk faktor internal adalah :
a. Faktor jasmaniah (fisiologis) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya.
(41)
b. Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh yang terdiri atas :
a) Faktor potensial, yaitu kecerdasan dan bakat
b) Faktor kecakapan nyata, yaitu unsur–unsur kepribadian seperti
sikap kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penguasaan diri. c) Faktor kematangan fisik maupun psikis, yang termasuk factor
eksternal ialah :
a. Faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok b. Faktor budaya seperti : adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi, kesenian.
c. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.
d. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
Semua faktor diatas akan saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar dan lingkungan yang berpengaruh terhadap perubahan sikap individu dan inilah yang disebut lingkungan pendidikan. Disamping itu lingkungan juga dapat memberikan pengaruh yang positif maupun negatif terhadap perkembangan anak didik.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa, dengan demikian prestasi belajar siswa dapat berdampak positif bilamana siswa itu sendiri mempunyai kesiapan dalam menerima suatu mata pelajaran dengan baik.
(42)
33
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar menurut peneliti yang menjadi obyek penelitian adalah faktor lingkungan, keluarga atau orangtua yang mengasuh siswa dan lingkungan yang mengelilingi siswa tersebut yaitu lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat.
2.1.4 Hasil belajar Aspek Kognitif dalam PKn
Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Hasil belajar merupakan cerminan tingkat keberhasilan atau pencapaian tujuan dari proses belajar yang telah dilaksanakan yang pada puncaknya diakhiri dengan suatu evaluasi. Hasil belajar diartikan sebagai hasil ahir pengambilan keputusan tentang tinggi rendahnya nilai siswa selama mengikuti proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pengetahuan siswa bertambah dari hasil
sebelumnya (Djamarah, 2005: 25).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006: 3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Oleh karenanya hasil belajar
merupakan tingkat penguasaan yang telah dicapai siswa dalam proses belajar mengajar.
Sukmadinata (2007: 102) mengatakan hasil belajar merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Sedangkan hasil belajar menurut Arikunto (2006:63) sebagai hasil yang telah dicapai seseorang setelah mengalami proses belajar dengan terlebih dahulu mengadakan evaluasi dari proses belajar yang dilakukan.
(43)
Suparno dalam Sardiman (2004: 38) mengatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subjek belajar dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subjek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari.
Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini adalah hasil belajar PKn yang telah di capai oleh siswa dalam proses belajar mengajar berupa pengalaman, dan kecakapan serta kemampuan siswa setelah mengalami proses belajar mengajar. Prestasi belajar atau hasil belajar PKn menggambarkan kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan karakter tingkah laku sebagai warga Negara.
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam mata pelajaran PKn adalah
dimilikinya seperangkat tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dari seorang warganegara dalam berhubungan dengan negara serta mampu turut serta dalam memecahka persoalan yang dihadapi masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan profesi dan kapasitas masing-masing. Sifat cerdas yang dimaksud tampak dalam kemahiran, ketepatan dan keberhasilan dalam bertindak, sedangkan sifat tanggung jawab diperlihatkan sebagai kebenaran tindakan ditinjau dari nilai agama, moral, etika dan budaya.
Pendidikan Kewarganegaraan harus memenuhi tiga aspek yaitu pengetahuan, keterampilan (skill) dan pembentukan karakter. Menurut Center for Civic Education pada tahun 1994 dalam National Standards for Civics and
(44)
35
Government, ketiga komponen pokok tersebut ialah civic knowledge, civic skills, dan civic dispositions (Bronson,dalam Aina mulyana, 2012 ).
Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) merupakan materi substansi yang harus diketahui oleh warga negara. Pada prinsipnya pengetahuan yang harus diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak dan kewajiban sebagai warga negara, pengetahuan tentang struktur dan sistem poitik dan pemerintahan, nilai-nilai universal dalam masyarakat demokratis, cara-cara kerja sama untuk mewujudkan kemajuan bersama, serta hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat internasional. Keterampilan kewarganegaraan (civic skills) merupakan keterampilan yang dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan agar
pengetahuan yang diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic skills mencakup intellectual skills (keterampilan intelektual) dan
participation skills (keterampilan partisipasi). Karakter kewarganegaraan (civic dispositions) merupakan sifat-sifat yang harus dimiliki setiap warga negara untuk mendukung efektivitas partisipasi politik, berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya martabat dan harga diri serta kepentingan umum.
Hasil belajar memiliki peran penting dalam proses belajar mengajar. Penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi sampai sejauh mana keberhasilan seorang siswa dalam belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat memperbaiki dan menyusun kembali kegiatan belajar pembelajaran lebih lanjut baik untuk keseluruhan kelas maupun individu.
(45)
Hasil belajar siswa meliputi hasil belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang dinyatakan dengan nilai yang diperoleh siswa setelah menempuh tes. Hasil belajar
psikomotorik berkaitan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa yang diperoleh dari hasil pengamatan terhadap siswa ketika mengamati, menganalisis atau melakukan percobaan/ekperimen. Sedangkan untuk hasil belajar afektif diperoleh dari hasil pengamatan sikap dan perilaku siswa ketika mengikuti pelajaran atau melakukan percobaan.
Menurut Gagne dalam Surya (2003:41) “prestasi belajar dapat dikelompokkan ke dalam 5 (lima) kategori yaitu : 1) keterampilan intelektual, 2) informasi verbal, 3) strategi kognitif, 4) keterampilan motorik, dan 5) sikap.
Bloom dalam Wuryani (2006:210) mengklasifikasikan kemampuan belajar menjadi tiga kategori yaitu:
1). Ranah kognitif, meliputi kemampuan intelektual yang terdiri dari pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis dan
evaluasi,
2). Ranah afektif, berkenaan dengan sikap dan minat yang terdiri dari penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi,
3). Ranah psikomotorik, mencakup yang berupa keterampilan fisik (motorik) dan kemampuan bertindak yang terdiri atas gerakan reflek, Ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan komplek, dan gerakan ekpresif dan interpretatif.
Berdasarkan uraian di atas aspek kognitif hasil belajar PKn siswa adalah hasil belajar yang berkenaan dengan kemampuan intelektual siswa yang dinyatakan dengan nilai yang diperoleh berupa angka-angka setelah melakukan kegiatan belajar selama waktu yang telah ditentukan pada mata pelajaran PKn, berupa:
(46)
37
C1. Pengetahuan merujuk pada kemampuan seseorang untuk mengingat kembali hal-hal yang telah dipelajari siswa, aspek pengetahuan dapat mencakup hal-hal khusus, misalnya mengingat definisi istilah, fakta-fakta, prinsip, prosedur/generalisasi atau teori-teori misalnya mengingat teori hukum atau teori politik dan sebagainy,
C2. Pemahaman, yakni merujuk pada pengetahuan seseorang akan apa yang akan dikomunikasikan dan dapat menggunakan ide atau materi yang sedang dikomunikasikan itu tanpa harus dikaitkan dengan materi lain, C3. Penerapan (aplikasi ), yaitu kemampuan menggunakan abstraksi-abstraksi dalam situasi khusus dan konkrit. Abstraksi ini mungkin dalam bentuk ide-ide umum, aturan atau metode yang digeneralisasikan atau teori yang harus diingat dan diterapkan,
C 4. Analisis, yaitu kemampuan seseorang untuk melakukan penguraian sebuah informasi ke dalam unsur-unsur atau bagian bagiannya sehingga hierarki ide menjadi jelas dan atau hubungan-hubungan antara ide-ide yang dinyatakan menjadi eksplisit.
C 5. Sintesis, yaitu kemampuan memadukan unsur-unsur atau bagian-bagian dari suatu ide sedemikian rupa sehingga membentuk suatu informasi utuh,
C 6. Penilaian (evaluasi ), yaitu kemampuan memberikan pertimbangan atau nilai kepada materi atau metode tertentu untuk maksud tertentu pula.
(47)
2.1.5 Hasil Belajar Aspek Sikap dalam PKn
Menurut Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut misalnya dari tidak tahu menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22).
Sedangkan menurut Kingsley dalam Sudjana (2004:22) tiga macam hasil belajar mengajar :1). Keterampilan dan kebiasaan, 2). Pengetahuan dan pengarahan, 3). Sikap dan cita-cita.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah mendidik warganegara yang baik melalui visi, misi, tujuan dan ruang lingkup.Visi mata pelajaran PKn adalah terwujudnya suatu mata pelajaran yang berfungsi sebagai sarana pembinaan watak bangsa (nation and character building) dan pemberdayaan warganegara. Adapun misi mata pelajaran adalah membentuk warganegara yang baik yakni warganegara yang sanggup melaksanakan hak dan kewajibanya dalam kehidupan bernegara sesuai dengan Undang Undang Dasar 1945 (Soehendro, 2006:1)
(48)
39
Hasil belajar PKn yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek menurut Bloom dalam Winkel (2004: 188-189) adalah sebagai berikut.
1. Penerimaan: mencakup kepekaan akan adanya suatu perangsang dan
kesediaan untuk memperhatikan rangsangan itu seperti buku pelajaran atau penjelasan yang diberikan oleh guru. Kesediaan itu dinyatakan dalam memperhatikan sesuatu, seperti memandangi gambar yang dibuat di papan tulis.
2. Partisipasi: mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Kesediaan ini dinyatakan dalam memberikan reaksi terhadap rangsangan yang disajikan seperti membaca secara nyaring bacaan yang diunjuk.
3. Penilai/penentuan sikap: mencakup kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesutu dan membawa diri sesuai dengan penilaian itu. Mulai dibentuk suatu sikap: menerima, menolak, atau mengabaikan. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam suatu perkataan atau tindakan seperti mengungkapkan pendapat.
4. Organisasi: mencakup kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan dalam kehidupan. Nilai-nilai yang diakui dan diterima ditempatkan pada suatu skala nilai.
5. Pembentukan pola hidup: mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi (internalisasi) dan menjadi pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. Orang telah memiliki suatu perangkat nilai yang jelas hubungannya satu sama lain yang menjadi pedoman dalam bertindak dan konsisten selama kurun waktu yang cukup lama. Kemampuan itu dinyatakan dalam pengaturan hidup di berbagai bidang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar aspek sikap dalam PKn adalah siswa mampu memberikan perhatiannya dalam suatu aktivitas atau peristiwa yang dihadapi kemudian dapat memberikan reaksi dengan cara melibatkan diri atau berpartisipasi di dalamnya, dapat menilai melalui ekpresi berupa sikap menerima atau menolak atau berupa sikap positif atau negatif dan dapat mengidentifikasi, memilih, memutuskan nilai atau norma yang akan diaplikasikan yang pada akhirnya mampu meyakini, memperaktekkan dan menunjukkan perilaku yang konsisten terhadap nilai dan norma yang dipelajari.
(49)
Hasil belajar sikap dalam pembelajaran PKn pada intinya adalah sikap yang dimiliki oleh siswa sebagai warganegara yang baik antara lain menjadi
warganegara yang menyadari akan hak dan kewajibannya, taat terhadap hukum dan tata tertib dalam kehidupan bermasyarkat dan bernegara, menghargai pemerintah, menghargai konstitusi dsb.
2. 2 Pengertian Sikap
Secara historis istilah “sikap” (attitude) digunakan pertama kali oleh Spencer (1862) dalam Ahmadi (2003:161) yang pada saat ini diartikan sebagai status mental seseorang. Dalam kamus besar bahasa Indonesia sikap diartikan sebagai kesiapan untuk bertindak (Poerwadarminta, 2006:458). Sikap ini akan memberi arah suatu perbuatan atau suatu tindakan seseorang. Tapi dalam hal ini tidak berarti bahwa semua tindakan atau perbuatan seseorang itu sama dengan sikap yang ada padanya.
Sedangkan Syah (2008) mengatakan sikap adalah gejala internal yang berdimensi efektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendensy) dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.
Purwanto (2004:14) menjelaskan bahwa sikap atau yang dalam bahasa inggris disebut attitude adalah suatu cara tertentu terhadap suatu perangsang atau (stimulus). Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi baik mengenai orang, benda-benda atau situasi-situasi yang mengenai dirinya.
(50)
41
Selanjutnya menurut Gerungan (2004:149) menjelaskan bahwa sikap atau
attitude merupakan sikap pandang atau sikap perasaan, tetapi sikap mana disertai oleh kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan sikap terhadap obyek tersebut. Sarwono (2002) menyebutkan bahwa sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal-hal tertentu.
Menurut Thurstone, Likert & Osgood sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Secara spesifik Thurston sendiri memformulasikan sikap sebagai “derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu obyek ” Edward, (1957) dalam Azwar (2007:3).
Sikap telah didefenisikan oleh para ahli dalam banyak versi bahkan hampir mencapai puluhan definisi. Pada umumnya sikap dapat dimasukkan ke dalam tiga kerangka pemikiran seperti berikut.
1. Kerangka pemikiran yang pertama mengatakan bahwa sikap adalah “suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan atau sikap seseorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan yang tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada obyek tersebut” (Azwar, 2007:5).
Dapat dikatakan bahwa sikap menurut kerangka pemikiran ini adalah terbatas pada aspek penilaian semata (AFEK) terhadap suatu obyek. Kelompok pemikiran kedua mengatakan bahwa sikap adalah semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu “ (Azwar, 2007 : 5). Dapat pula dikatakan bahwa kesiapan yang dimaksud adalah kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara-cara tertentu
(51)
apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya respon.
Adapun kelompok pemikiran yang ketiga adalah kelompok yang
berorientasi pada skema triadik (triadic sceheme). Menurut pemikiran ini sikap merupakan konstalasi komponen-komponen kognitif, afetif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek (Azwar, 2007:5).
Pendapat lain mengatakan bahwa sikap merupakan “faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa dan merupakan sesuatu yang dipelajari, dan juga sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan” (Slameto, 2010:188).
Rumusan di atas menyatakan bahwa sikap mengandung tiga komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif, dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenan dengan suatu objek, dan sikap terhadap objek ini disertai dengan
perasaan, positif atau negatif, orang mempunyai sikap positif terhadap suatu objek yang bernilai dalam pandanganya, dan ia akan bersikap negatif terhadap objek yang dianggapnya tidak bernilai dan atau juga merugikan. Sikap ini kemudian mendasari dan mendorong kearah sejumlah perbuatan yang satu sama lainnya berhubungan.
Menyimak uraian sikap di atas dapat dipahami bahwa sikap adalah tindakan atau tingkah laku sebagai reaksi atau respon terhadap suatu rangsangan atau stimulus yang disertai suatu pendirian atau perasaan dalam berbagai hal. Keberadaan sikap
(52)
43
merupakan penentu dalam tingkah laku manusia. Sebagai reaksi maka sikap selalu berhubungan dengan dua alternatif yaitu senang atau tidak senang, menerima atau menolak. Mendekati atau menjauhi, memihak atau tidak memihak, favorit atau tidak favorit, positif atau negatif.
Pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan cara tertentu. Dalam hal ini perwujudan sikap belajar siswa akan ditandai dengan munculnya kecenderungan-kecenderungan baru yang telah
berubah ( lebih maju atau lebih mundur) terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya. Dalam bahasan ini yang berperan sebagai subyek yaitu siswa dan objek yaitu keluarga yang mengasuh anak. Anak merupakan cermin kehidupan orang tuanya. Dalam hal ini sikap dan tingkah laku seseorang anak banyak dipengaruhi oleh keluarganya karena lingkungan keluarga adalah tempat pertama kali bagi anak untuk meletakkan dasar pola-pola sikap terhadap orang lain, terhadap suatu permasalahan dan kehidupan secara umum. Lingkungan keluarga secara potensial juga membentuk sikap pribadi anak untuk hidup secara disiplin dan lebih bertanggung jawab serta mampu berdiri sendiri.
2.2.1 Karakteristik sikap
Berdasarkan pengertian sikap dapat dipastikan bahwa sikap itu merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang dapat mendorong atau dapat menimbulkan perbuatan atau tingkah laku tertentu.
Walgito (2006: 54-55) berpendapat bahwa karakteristik sikap yaitu : Bahwa sikap tidak dibawa sejak lahir dimana sikap selalu terbentuk dalam hubungannya dengan objek-objek tertentu melalui proses atau persepsi terhadap
(53)
objek tersebut dimana sikap terhadap sesuatu obyek tertentu itu akan selalu diikuti adanya perasaan yang tertentu, apakah perasaan yang bersifat positif (senang) atau negatif (tidak senang) terhadap obyek tersebut.
Gerungan (2004:151) juga berpendapat bahwa karakteristik sikap yaitu : Bahwa sikap tidak dibawa orang sejak dilahirkan, tetapi dibentuk atau dipelajarinya sepanjang perkembangan orang dalam hubungan dengan objeknya oleh karenanya sikap dapat berubah-ubah dan sikap tidak berdiri sendiri tetapi senantiasa mengandung relasi tertentu terhadap objek sikap. sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang membeda-bedakan sikap dari kecakapan–kecakapan atau
pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa karakteristik sikap itu tidak dibawa sejak lahir, selalu ada hubungannya dengan individu dengan obyek yang bersifat positif atau negatif antara individu dengan obyek yang biasa berlangsung lama atau sebentar yang dipengaruhi oleh nilai atau norma yang tertanam pada diri individu yang mengandung perasaan- perasaan dan faktor motif yang bertingkat-tingkat keadaannya.
2.2.2 Pembentukan dan Perubahan Sikap
Sikap yang terbentuk biasanya didapatkan dari pengetahuan yang berbentuk pengalaman pribadi. Sikap juga dapat terbentuk berdasarkan informasi yang diterima dari orang lain yang memiliki pengaruh. Alur pembentukan sikap dimulai ketika seseorang menerima informasi, kemudian dievaluasi dan dipilah, berdasarkan kebutuhan, nilai, kepribadian, dan kepercayaan dari individu.
Sehingga terjadilah pembentukan, perubahan atau konfirmasi dalam kepercayaan individu terhadap sesuatu objek sikap. Hasil akhirnya adalah terbentuknya sikap
(54)
45
dari individu terhadap suatu objek.
Menurut Slameto (2010;189) sikap terbentuk melalui bermacam-macam cara, Sikap itu terbentuk dalam perkembangan individu, karenanya faktor pengalaman mempunyai peranan yang sangat penting dalam menentukan terbentuknya sikap. Pengalaman yang berulang-ulang atau dapat pula melalui suatu pengalaman yang disertai perasaan yang mendalam ( pengalaman traumatik) dari individu tersebut.
Sikap dipengaruhi oleh warna, nilai dan kepercayaan individu, namun disamping itu faktor luar seperti pengaruh kelompok- kelompok pengalaman juga ikut berperan sehingga tidak menutup kemungkinan adanya perubahan sikap. Walgito (2006:55-56) menyatakan bahwa ada dua faktor penting dalam proses pembentukan dan perubahan sikap yaitu:
a. faktor intern atau faktor individu dalam menangani dunia luar bersikap selektif yang berarti tidak semua dapat diterima tetapi juga tergantung pada nilai atau kepercayaan yang ada pada individu,
b. faktor ekstern yaitu keadaan yang ada diluar individu yang merupakan rangsangan untuk mengubah sikap. Hal ini dapat berjalan secara langsung yaitu adanya hubungan langsung antara individu, komunikasi, media massa, dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi pembentukan dan perubahan sikap antara lain adalah faktor yang ada di dalam diri individu atau faktor intern dan faktor yang ada di luar individu atau faktor ekstern. Faktor yang ada di dalam individu misalnya keadaan fisiologis dan psikologis seseorang, sedangkan faktor yang ada di luar individu misalnya pengalaman, situasi, norma dan sebagainya.
(55)
Azwar. S (2007:24-27) mengemukakan bahwa; faktor yang terdapat dalam pembentukan dan perubahan sikap adalah : 1) pengalaman pribadi, 2) orang lain yang dianggap penting, 3) kebudayaan, 4 ) media massa, 5) Instansi atau
lembaga, dan 6) emosi dalam diri individu.
Faktor-faktor pembentukan sikap di atas akan dijabarkan sebagai berikut. 1) Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap. Pengalaman akan suatu objek psikologis dapat melatih seseorang dalam menentukan sikap yang harus dipilih dengan melihat segi positif dan negatif dari kejadian yang telah lalu.
2) Orang yang dianggap penting
Seseorang akan dipengaruhi oleh orang lain di mana pada situasi tertentu sikap yang ditujukan oleh seseorang akan mengikuti sikap yang diambil oleh orang yang dianggap penting.
3) Kebudayaan
Kebudayaan adalah merupakan kebiasaan yang dilakukan oleh kelompok manusia atas kesepakatan bersama dan dilakukan secara bersama-sama sehingga bisa mempengaruhi sikap. Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan. Kebudayaan tempat kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap. Contoh apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan kepentingan pribadi.
4) Media massa
Peran media massa terhadap suatu objek sangat mudah mempengaruhi sikap publik tentang tanggapan mereka mengenai objek tersebut sehingga sikap baru akan bisa ditentukan dan bahkan dapat menguasai alur berfikir seseorang.
5) Instansi atau Lembaga
Lembaga atau institusi dalam hal ini adalah lembaga pendidikan dan agama, lembaga ini merupakan lembaga yang meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu.
6) Faktor emosi dalam individu
Kestabilan emosi dalam diri individu akan sangat mempengaruhi sikap, seseorang tidak akan bisa menganalisis suatu objek bila masih dikuasai oleh emosinya. Salah satu sumber penting yang jelas-jelas membentuk sikap kita adalah kita mengadopsi sikap tersebut dari orang lain melalui pembelajaran sosial (social learning). Pembelajaran sosial merupakan proses dimana kita mengadopsi informasi baru, tingkah laku atau sikap
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Afgan, Muhamad Win. 2010. http://muhamad –win-afgan.blogspot.com/2010/01/ tiga teori yang melandasi pendidikan.html. Diakses pada 23 Desember 2011.
Ahmadi, Abu dan Widodo Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Rinda Cipta. Jakarta.
Ahmadi, Abu. 2003. Psikologi Sosial Belajar. PT. Rineka Cipta ALFABETA. .Bandung
Aina, Mulyana.2012. http://ainamulyana.blogspot.com/2012/07/bahan-atau-materi-uji-kompetensi-guru.html . Diakses pada 24 Januari 2012. Ali, H. Zaidi. 2006. Buku Pengantar keperawatan keluarga. Penerbit Buku
Kedokteran (EGC). Jakarta.
Anisfadil. 2013. http://anisfadil.blogspot.com/2013/04/single-parent-a.html Diakses pada 2 oktober 2012.
Anoname. 2012,http://texbuk.blogspot.com/2012/02/ciri-ciri-karakteristik-keluarga.html#ixzz2dQdq2Z6l diakses pada 23 Agustus 2013. Arifin, Zainal. 1999. Evaluasi Instruksional. Remaja Rosdakarya. Bandung. Arikunto, Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian ( Suatu pendekatan Praktek).
Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto, Suharsini.2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta.
Azwar, Saifuddin 2007. Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
BNSP. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan SMA. Depdiknas. Jakarta.
(2)
Cholsin, 2007. Ilmu Keluarganegaraan. Universitas Terbuka. Jakarta.
Depdiknas, http//ktsp. diknas.go.id.2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Depdikbud dan Rineka Cipta. Jakarta.
Dirjen Dikti. 2010.Buku Pedoman Sertifikasi Pendidik Untuk Dosen Tahun 2010. Buku II Penyusunan Portopolio. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri. 1994. Pola Komunikasi Orang Tua dan Anak Dalam Keluarga. Rineka Cipta. Jakarta.
Djamarah, Syaiful Bahri.2005. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.
Durraeni. 1999. Psikologi Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Rineka Cipta. Jakarta.
Duvall, Evelyn M. & Miller, Brent C. 1985. Marriage and Family Development (6th Ed.). Harper & Row Publishers. Jakarta.
Euis Sunarti. 2012. http://euissunarti.staff.ipb.ac.id/teori-keluarga. Diakses bulan Agustus 2013.
Fajar, Malik. 2004. “ Pendidikan Kewarganegaraan Menuju Nation and
Character Bulding”, Semiloka Nasional tentang Revitalisasi
Nasionalis-me Indonesia Menuju Character and Nation Building, tanggal 18 Mei 2004
Gagne, Robert M. 1992. Essential og Learning for Instructioan. Terjemahan Abdillah Hanafi dan Abdul Manan. Usaha Nasional. Surabaya. Geertz, Hidred. 1983. Keluarga Jawa. Grafiti Pers. Jakarta.
Gerungan. 2004. Psikologi Sosial. Eresco. Bandung. Gudman, L. R & Pina, R. R. (2002).
http://www.shsu.edu/pic/summer2002/Guthman.html. Demographic and Educational Influences on the Self-Esteem of Adolescent from Divorce and Intact Families in Rural Areas. Diakses bulan November 2012. Hamalik, Oemar. 2006. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Hamner, Tumer, & Pauline H. Turner. (1990). Parenting in Contemporary Society (2nd edition). Prentice Hall. New Jersey.
(3)
Hasbullah. 2005. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Rajawali Press. Jakarta. Hendi Suhendi, Dkk. 2001. Pengantar Studi Sosiologi Keluarga. Pustaka Setia.
Bandung.
Henslin, James M. 2007. Sosiologi dengan Pendekatan Membumi. http://www.encyclopedia.com/doc/109999-intact family.html. Tanggal akses 9 November 2007.
Hurlock, Elisabeth. 2006. Psikologi Perkembangan Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.
Imas Maspupatun (2). http://imasmarkelkonselor.blogspot.com/2013/05/makalah-bentuk-bentuk-keluarga.html diakses tsnggsl 23 Agustus 2013. Irwanto, Danny I Yatim. 1991. Kepribadian Keluarga Narkotika. Arcan Cet.
Jakarta.
Izmail. 2011. Pola Asuh Orang tua.
http://pangeranrajawawo.blogspot.com/2011/12/pola-asuh-orang-tua.html. Diakses tanggal 23 Agustus 2013.
Lampung, Universitas. 2010. Format Penulisan Karya Ilmiah. Unila. Lampung. Mohamad Surya. 2004. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Pustaka Bani
Quraisy. Bandung.
Murdianto, Utomo, Bambang S. 2003. Modul Mata Kuliah Sosiologi Pedesaan. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian IPB. Bogor
Nazir. 2005. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Notoatmojo, S. (2003). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta .
Papalia, Diane E and Sally Wendkos Oldes. 1985. Psychology. McGraw-Hill Inc. New York.
Pargito. 2010. Dasar Dasar Pendidikan IPS. FKIP Unila. Lampung.
Perlmutter, M. & Hall, Elizabeth.1992. Adult Development and Aging. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Poerwadarminta, W.J.S. 2006. Kamus Umum Bahasa Indonesia. PN Balai Pustaka. Jakarta.
(4)
Prityatno, Duwi.2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. MediaCom.Jakarta.
Purwanto, Ngalim. 2004. Psikologi Pendidikan. Rosda Karya. Bandung. Puspitawati, Herien. 2009.
http://iirc.ipb.ac.id/jspui/bitstream/123456789/40279/2/Pages%20from %20.Teori Struktural, Fungsional dan Aplikasinya dalam Kehidupan keluarga. Diakses pada 25 Feruari 2012
Riadi, Muchlisin. 2013. http://www.kajianpustaka.com/2013/04/pola-asuh-orang tua.html. Diakses bulan Agustus 2013.
Ridwan, Effendi. (2011)
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/M_K_D_U/196209261989041-RIDWAN_EFFENDI/Perspektif_dan_Tujuan_IPS.pdf . Diakses plda 9 Maret 2012.
Saifudin, Azwar. 2005. Sikap Manusia. Pustaka Belajar. Yogyakarta Santrock, J.W.2002. Perkembangan Masa Hidup. Jilid I.Alih Bahasa:
Juda Damanik. Erlangga. Jakarta .
Santrock, J W. 2007. Remaja Edisi 11 Jilid 2. Jakarta : Erlangga
Sapriya, B. Maftuh. 2005. “Pembelajaran PKn melalui pemetaan Konsep”. Jurnal Civicus. Jurusan PMPKn FPIPS. Bandung.
Sardiman, A. M. 2004. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Pengantar Umum Psikologi. Bulan Bintang. Jakarta.
Setiadi, 2008, Keperawatan Keluarga, EGC, Jakarta.
Setiawati, Indah dkk. 2008. Sibling Rivalry Pada Anak Sulung Yang Diasuh Oleh Single Father. Auditorium Kampus Gunadarma Vol 2.
Shochib. 2010. Pola Asuh Orang Tua Dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Rineka Cipta. Jakarta.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Soehendro. 2006. Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran. BNSP. Depdiknas. Jakarta.
(5)
Soekidjo, Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Soerdjono, Soekanto. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali. Jakarta. Stewart dan Koch. 1983. Children Development Thought Adolescence. John
Wiley & Sons. Canada.
Sudjana, Nana. 2009. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remadja Rosda Karya. Bandung.
Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algensindo. Bandung.
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kwantitatif, Kwalitatif dan R & D. Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Landasan Psikologis Proses Pendidikan.
Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.
Sumadi Suryabrata. 2006. Psikologi Kepribadian. Rajawali Pers. Jakarta Sunarto. 2009. Pengertian Prestasi Belajar, (Online)
http//sunartombs.wordpress.com. diakses 2 April 2012
Supartini. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak . Editor Monoca Ester (EGC). Jakarta.
Suparyanto. 2011 http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/10/pengertian-keluarga.html. Diakses pada 23 Agustus 2013
Suprayitno. 2003. Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam praktek Penerbit Buku Kedokteran (EGC). Jakarta
Surya, Muhammad. 2003. Psikologi Konseling. Pustaka Bani Quraisy. Bandung. Syah, Muhibbin. 2004. Perkembangan Pendidikan. Rosdakarya. Bandung. Syah Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Remaja
Rosdakarya. Bandung.
Tirtaraharja, Umar, La Sulo. 2005. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Grasindo.
Jakarta.
UU RI No. 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta Walgito, Bimo. 2006. Psikologi Sosial (Suatu Pengantar). Yayasan Penerbitan
(6)
Wasis (2013). http://wasispribadi.blogspot.com/2013/03/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_25.html diakses pada tanggal 23 Agustus 2013. Winataputra dan Budimansyah. 2007. Civic Education: Konteks, Landasan,
Bahan Ajar dan Kultur Kelas. Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPs UPI. Bandung.
Winkel. 2004. Psikologi Belajar. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
Wiwik Widiatie. (2012) . Teori Perkembangan keluarga
http://arjunotekojowo.blogspot.com/2012/12/teori-perkembangan-keluarga-oleh-wiwiek.html. Tanggal akses 2 September 2013.
Woolever, Roberta M. Kathryn P. Scott. 1988. Active Learning in Social Studies Promoting Cognitive and Social Growth. Scott, Forenman and Company. London.
Wuryani, Djiwandono, Sri Esti. 2006. Psikologi Pendidikan. PT Gramedia Widiasarana Indonesia Jakarta.
Yusuf. HS. 2004. Psikologi Perkembangan anak & Remaja. Remaja Rosdakarya Offset. Bandung.