Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
d. Kendala-kendala GN-RHL di areal penanaman
Semua data tentang kendala-kendala GN-RHL di areal penanaman tersebut akan diperoleh melalui observasi di lapangan dan wawancara yang
ditujukan kepada tokoh masyarakat, petugas pelaksana kegiatan dan pemerintah terkait.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN
Kabupaten Samosir
Kabupaten Samosir dibentuk dengan Undang-undang No.36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Samosir dan Kabupaten Serdang Bedagai.
Kabupaten Samosir sebagai Kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Toba Samosir dapat menjadi langkah awal untuk memulai
percepatan pembangunan menuju masyarakat yang lebih sejahtera Tobadreams, 2008.
Kabupaten Samosir Danau Toba terletak pada 2° 01’ – 2° 04’ LU dan 87° - 99° BT. Total luas seluruhnya adalah 243.415 Ha yang terdiri dari luas
perairan danau toba 110.260 Ha dan luas daratan Pulau Samosir 133.155 Ha. Secara umum, typologi Kabupaten Samosir adalah bergelombang, berbukit dan
miring sampai terjal. Dari seluruh wilayah, hanya 8 yang berwilayah datar kemiringan 0
– 2 dan terletak pada dataran tinggi antara 800–1.800 mdpl.
Tipe iklim di Kabupaten Samosir adalah tipe E sampai C, hanya dataran Tele Kecamatan Harian yang beriklim basah
tipe B Tobadreams, 2008.
Secara geografis dan administratif, batas-batas Kabupaten Samosir adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kabupaten Karo dan Simalungun
Sebelah Selatan : Kabupaten Taput dan Humbang Hasundutan
Sebelah Barat : Kabupaten Dairi dan Pakpak Barat
Sebelah Timur : Kecamatan Tobasa
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Kawasan hutan Kabupaten Samosir tersebar di dua daratan, yaitu daratan Samosir dan daratan Sumatera dengan luas keseluruhan 62.120,16 Ha atau sekitar
0,9 dari luas hutan Sumatera Utara yaitu seluas 7.243.746,66 Ha. Kawasan hutan yang dimiliki Kabupaten Samosir terdiri dari kawasan
hutan register seluas 42.765,11 Ha, kawasan hutan inlijving 11,650.05 Ha serta hutan rakyat seluas sekitar 15.705 Ha. Inlijving adalah Penyerahan tanah
masyarakat kepada pemerintah Republik Indonesia untuk dijadikan kawasan hutan negara. Berdasarkan fungsinya, Kabupaten Samosir memiliki kawasan
hutan dengan fungsi lindung dan produksi. a. Hutan Lindung
Luas hutan lindung Kabupaten Samosir sampai tahun 2005 adalah 24,608.84 Ha, yang tersebar di daratan Sumatera sebanyak 81 19,878.29
hektar dan daratan Samosir 19 4,730.55 Ha. Kawasan hutan lindung ini ditetapkan dari kawasan inlijving sekitar 11,650.05 Ha dan kawasan register
seluas 12,958.79 Ha. b
. Hutan Produksi
Kawasan hutan produksi di Kabupaten Samosir adalah seluas 24,688.42 Ha, yang berada di kawasan hutagalung register 41, Kecamatan Harian, dan
termasuk ke dalam kelompok daratan Sumatera. Sedangkan hutan produksi terbatas seluas 5,117.90 Ha yang tersebar di kawasan Samosir register 43 dan 81,
Kecamatan Ronggur Nihuta dan Palipi .
Berdasarkan data yang ada hingga tahun 2005, kawasan gundulkritis di kawasan hutan seluas 12,939.75 Ha dan kawasan inlijving seluas 9,320 Ha. Lahan
tersebut terdapat di daratan sumatera sebanyak 81 dan daratan Samosir 19 .
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Lahan kritis yang terluas terdapat di kecamatan harian dan Sitio-tio masing- masing 10,357.00 Ha dan 3.165,00 Ha. Data kawasan hutan register dan inlijving
di Kabupaten Samosir ditampilkan dalam Tabel 2. Tabel 2 Data kawasan hutan register dan inlijving di Kabupaten Samosir
No .
Nama Kawasan
Kecamatan Kawasan
Daratan No.
Reg Luas Ha
Luas Menurut Fungsi Hutan Ha Luas
Kawasan Gundul
Kritis Hutan
Produksi Hutan
Produksi Terbatas
Hutan Lindung
1. Samosir
Ronggur Nihuta
Sam 43
1.650,00 -
1.650,00 -
495,00 2.
Samosir Tonga
Palipi Sam
81 3.467,90
- 3.467,90
- 1.040,37
3. Harangan
Nabolak Simanindo
Sam 64
2.020,00 -
- 2.020,00
606,00 4.
Hutagalung Harian
Sum 41
34.525,00 24.688,42
- 9.836,58
10.357,50 5.
Tele Sianjur
Mula-Mula Sum
80 710,90
- -
710,90 284,36
6. Dairi
Sianjur Mula-Mula
Sum 82
391,31 -
391,31 156,52
7. Pusuk Buhit
Sianjur Mula-Mula,
Pangururan Sum,
Sam Inj
1.003,00 -
- 1.003,00
802,40 8.
Hariara Pintu Harian
Sum Inj
1.806,25 -
- 1.806,25
1.445,00 9.
Hasinggahan Sianjur
Mula-Mula Sum
Inj 974,00
- -
974,00 779,20
10 Baniara-Janji
Martahan Harian
Sum Inj
1.200,00 -
- 1.200,00
960,20 11. Sihotang,
Dolok Nauli, Sabulan,
Holbung Pangururan,
Sitio-tio Sum
Inj 3.956,25
- -
3.956,25 3.165,00
12. Curaman- Tomok
Ambarita Simanindo
Sam Inj
1.196,00 -
- 1.196,00
956,80 13. Siharbangan
Ronggur Nihuta
Sam Inj
171,25 -
- 171,25
137,00 14. Sitatar-Batu
Jagar Palipi
Sam Inj
671,90 -
- 671,90
537,00 15. Tanjungan
Parborasan Simanindo
Sam Inj
224,40 -
- 224,40
179,52 16. Parmonangan
Sihombing Simanindo
Sam Inj
272,00 -
- 272,00
217,60 17
Dolok Panantanan
Palipi Sam
Inj 175,00
- -
175,00 140,00
Jumlah 54.415,00
24.688,00 5.117,90
22.259,79 Sumber: Limbong, 2006.
Keterangan: Sum`
: Sumatera Sam
: Samosir Inj
: Inlijving No. Reg
: No. Register
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Pada Tabel 3 dan 4, ditampilkan data tentang luas kawasan hutan berdasarkan keadaaan vegetasi pada kawasan hutan register dan inlijving.
Tabel 3 Luas hutan berdasarkan keadaan vegetasi di kawasan hutan register No.
Nama Kawasan Luas Berdasarkan Vegetasi
Jumlah Hutan
Alam Hutan
Pinus Rimba
1. Daratan Samosir
1.456,07 4.936,49
745,34 7.137,90
2. Daratan
Sumatera 16.089
1.352,90 17.441,90
Jumlah 17.545,07
6.289,39 745,34
24.579,80
Sumber: Limbong, 2006.
Tabel 4 Luas hutan berdasarkan keadaan vegetasi di kawasan hutan inlijving No.
Nama Kawasan
Luas Berdasarkan Vegetasi Jumlah
Hutan Alam
Hutan Pinus
Rimba 1.
Daratan Samosir
3.465,00 125,00
3.590,00 2.
Daratan Sumatera
170 4.887,00
450,00 5.507,00
Jumlah 170
8.352,00 575,00
9.097,00
Sumber: Limbong, 2006.
Pada Tabel 5 ditampilkan data tentang luas kawasan hutan per kecamatan di Kabupaten Samosir.
Tabel 5 Luas kawasan hutan per kecamatan di Kabupaten Samosir No.
Kecamatan Luas Hutan Ha
Persentase 1.
Ronggur Nihuta 1.821,25
3,35 2.
Harian 37.531,25
68,97 3.
Palipi 4.314,80
7,93 4.
Pangururan 1.003,00
1,84 5.
Sianjur Mula-Mula 2.076,21
3.82 6.
Simanindo 3.712,40
6,82 7.
Sitio-Tio 3.956,25
7,27 8.
Nainggolan 0,00
0,00 9.
Onan Runggu 0,00
0,00 Jumlah
54415,16 100,00
Sumber: Limbong, 2006.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Rencana kegiatan penghijauan dan reboisasi terhadap kawasan hutan yang dalam kondisi kritis yang terdapat di Kabupaten Samosir telah beberapa kali
dilakukan mulai tahun 1999 yang terus berlanjut hingga tahun 2003. Namun realisasi kegiatan tersebut tidak tidaklah seperti yang direncanakan. Dalam
Tabel 6 di bawah ini, ditampilkan data penghijauan dan reboisasi di kawasan hutan Kabupaten Samosir mulai tahun 1999 hingga 2003.
Tabel 6 Kegiatan penghijauan dan reboisasi kawasan hutan di Kabupaten Samosir Tahun
Penghijauan Reboisasi
Rencana Ha Realisasi Ha
Rencana Ha Reboisasi
Ha 19992000
1.000 425
- -
20002001 2.000
20012002 3.000
- 300
- 20022003
4.000 60
500 50
20032004 1.302
687 5.105
2.779
Sumber: BPS dan BAPPEDA Kabupaten Samosir, 2003.
Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit
Kabupaten Samosir terdiri dari 9 kecamatan. Dari ke-9 kecamatan tersebut, lokasi kegiatan Gerhan tahun 2008 yang terpusat di Kawasan Hutan
Pusuk Buhit berada di 2 kecamatan yakni Kecamatan Sianjur Mula-Mula dan Kecamatan Pangururan.
Kecamatan Sianjur Mula-Mula memiliki luasan wilayah sekitar 140,24 Km
2
. Secara geografis dan administratif, batas-batas Kecamatan Sianjur Mula-Mula adalah sebagai berikut:
Sebelah Utara : Kecamatan Silalahi Sabungan Kabupaten Dairi
Sebelah Selatan : Kecamatan Harian
Sebelah Barat : Kecamatan Harian dan Kabupaten Dairi
Sebelah Timur : Kecamatan Pangururan
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Kecamatan Pangururan memiliki luasan wilayah sekitar 121,43 Km
2
. Secara geografis dan administratif, batas-batas Kecamatan Pangururan adalah
sebagai berikut: Sebelah Utara
: Kecamatan Simanindo Sebelah Selatan
: Kecamatan Palipi Sebelah Barat
: Kecamatan Sianjur Mula-Mula Sebelah Timur
: Kecamatan Ronggar Nihuta Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit ditata batas pada tahun 2000.
Kawasan ini telah dilakukan beberapa kali kegiatan reboisasi yakni pada tahun 19901991 dan pada tahun 20022003. Namun pada kenyataannya, kegiatan
reboisasi yang telah dilakukan hingga tahun 2003 kurang berhasil akibat terjadinya kebakaran. Mata pencaharian masyarakat di Kecamatan Sianjur Mula-
Mula dan Pangururan yang didominasi petani, memanfaatkan kawasan hutan Pusuk Buhit yang kosong dan landai untuk ditanami kopi dan tanaman musiman
lainnya Limbong, 2006.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Masyarakat Umur Responden
Karakteristik responden merupakan salah satu faktor yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan
program Gerhan. Karakteristik responden yang dianalisis dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan luas lahan yang dikelola.
Rata-rata umur responden antara 29 – 58 tahun. Distribusi responden berdasarkan umur, ditunjukkan pada Tabel 7 di bawah ini.
Tabel 7 Distribusi responden berdasarkan umur No.
Kelompok Umur tahun
Frekuensi Proporsi
1. 20 – 30
4 20
2. 31 – 40
6 30
3. 41 – 50
8 40
4. 51
2 10
Jumlah 20
100
Berdasarkan data pada Tabel 7, dapat diketahui bahwa kelompok umur terbanyak yang berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan di kawasan hutan lindung
Pusuk Buhit adalah 41 – 50 tahun 40 . Menurut Mantra 2004, bahwa tenaga kerja merupakan penduduk yang dalam usia produktif yakni 25 – 64 tahun. Hal itu
berarti, umur responden yang pada umumnya telah memiliki tanggung jawab dalam mencukupi kebutuhan keluarga, berada pada usia produktif sehingga
mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam berpikir dan bertindak untuk merencanakan suatu kegiatan.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Namun, pertambahan umur nantinya juga akan menunjukkan kemampuan fisik seseorang dalam bekerja dan menghasilkan sesuatu secara maksimal. Pada
umur tertentu, seseorang dapat bekerja dan mencapai titik optimal kemudian dengan bertambahnya umur maka kemampuan seseorang juga akan menurun.
Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan responden pada umumnya telah menyelesaikan
pendidikan hingga tingkat SMP 75 . Meskipun begitu, masih terdapat
responden yang hanya menyelesaikan pendidikan hingga tingkat SD 5 dan sisanya tingkat SLTA 20 . Distribusi responden berdasarkan tingkat
pendidikan, selengkapnya ditunjukkan pada Tabel 8 di bawah ini. Tabel 8 Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan
No. Tingkat Pendidikan
Frekuensi Proporsi
1. SD
1 5
2. SMP
15 75
3. SLTA
4 20
Jumlah 20
100
Berdasarkan data pada Tabel 8, dapat diketahui bahwa pada umumnya tingkat pendidikan responden tidak rendah karena hanya ada 1 responden saja
yang tingkat pendidikan SD. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suharjito 2000, yang mengatakan bahwa pendidikan SD termasuk dalam tingkat pendidikan
rendah. Tingkat pendidikan sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang
dalam menyerap sebuah informasi dan melakukan perubahan dan pengembangan terhadap suatu kegiatan. Oleh karenanya, tingkat pendidikan secara tidak langsung
juga memberi pengaruh terhadap keberhasilan program Gerhan yang dilaksanakan
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Djamali 2000, yang mengatakan bahwa tingkat pendidikan sejalan dengan tingkat produktivitas dan efesiensi kerja.
Di Dusun Sitao-Tao hanya terdapat 1 sekolah yakni sekolah tingkat dasar atau yang biasa disebut SD. Sedangkan untuk sekolah tingkat SMP dan SMA
harus menuju ke Desa Tanjung Bunga atau ke Pangururan ibukota kabupaten. Kondisi ini menyebabkan masyarakat usia sekolah, khususnya yang melanjut ke
tingkat SMP dan SMA, malas untuk bersekolah karena jarak sekolah yang sangat jauh dari rumah dan memilih untuk berdiam diri di rumah ataupun membantu
orang tua ke ladang. Namun kondisi tersebut berbeda dengan pemikiran para orang tua di dusun tersebut. Mereka sangat bersemangat menyekolahkan anak-
anak mereka hingga ke jenjang yang lebih tinggi dengan harapan dapat merubah nasib dan kualitas hidup pada masa mendatang.
Mata Pencaharian
Mata pencaharian responden merupakan kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka. Pada umumnya, mata
pencaharian utama responden adalah petani 100 dengan pekerjaan sampingan yakni pedagang 85 dan wiraswasta 5 . Distribusi responden berdasarkan
mata pencaharian sampingan, ditunjukkan pada Tabel 9 di bawah ini. Tabel 9 Distribusi responden berdasarkan mata pencaharian sampingan
No. Jenis Mata Pencaharian
Frekuensi Proporsi
1. Pedagang
17 85
2. Wiraswasta
1 5
3. Tidak mempunyai pekerjaan
sampingan 2
10 Jumlah
20 100
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Dusun Sitao-Tao dibuka pada tahun 1960 dan awalnya termasuk wilayah yang cukup subur dan terkenal dengan penghasil kopi. Petani kopi di Dusun Sitao-
Tao hampir 99 dari jumlah penduduknya atau mencapai keseluruhan masyarakat yang tinggal di dusun tersebut. Jenis tanaman yang dominan
dibudidayakan oleh para responden adalah kopi robusta Coffea robusta. Selain tanaman kopi, responden juga menanam tanaman musiman seperti cabai,
singkong, tomat, dan beberapa tanaman musiman lainnya. Kondisi tanah yang subur dan hasil panen yang baik, menarik perhatian banyak masyarakat dari
berbagai kecamatan bahkan kabupaten lainnya untuk mengelola lahan di daerah tersebut. Sistem pengelolaan yang biasa digunakan oleh masyarakat pendatang
adalah ladang berpindah. Kebiasaan ini menyebabkan bertambahnya jumlah lahan yang terdegradasi dan bahkan menyebabkan kebakaran akibat pembukaan lahan
dengan cara dibakar. Melihat kondisi tersebut, mengandalkan pendapatan hanya dari bertani
dirasa tidak cukup lagi oleh masyarakat termasuk para responden dalam penelitian ini. Jarak yang tidak begitu jauh antara Dusun Sitao-Tao menuju pusat pasar di
kota Pangururan, menarik perhatian responden untuk melakukan pekerjaan sampingan sebagai pedagang dengan menjual langsung hasil panen ke pasar
ataupun berjualan jenis barang lainnya. Aktivitas ini memunculkan peluang kerja baru bagi masyarakat yakni dengan melakukan penyewaan angkutan untuk
membawa penumpang serta barang dagangan dari tempat tinggal mereka menuju ke pasar.
Pasar Pangururan merupakan pasar pekan yang dibuka setiap hari Rabu. Saat seperti itu, para petani dari berbagai polosok dusun akan berdatangan dengan
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
membawa serta hasil panen mereka untuk dijual di pasar. Kebiasaan ini disebut juga dengan istilah maronan.
Luas Lahan yang dikelola Luas lahan yang digarap atau dikelola oleh responden tidak
keseluruhannya adalah milik responden. Kekurangan lahan garapan menjadi alasan responden untuk menggarap lahan di dalam kawasan hutan di sekitar
tempat tinggal mereka. Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di dalam kawasan hutan, ditunjukkan pada Tabel 10 di bawah ini.
Tabel 10 Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di dalam kawasan hutan
No. Luas Lahan Ha
Frekuensi Proporsi
1. 0,5
2. 0,5 – 1
15 75
3. 1
5 25
Jumlah 20
100
Berdasarkan data Tabel 10, diketahui bahwa sebagian besar responden mengelola lahan yang berada di kawasan hutan dengan luasan 0,5 – 1 Ha 75 .
Luas lahan yang dikelola oleh responden di dalam kawasan hutan berbeda dengan luas lahan yang dikelola oleh responden di lahan milik. Distribusi luas lahan yang
dikelola oleh responden di lahan milik, ditunjukkan pada Tabel 11 di bawah ini. Tabel 11 Distribusi luas lahan yang dikelola oleh responden di lahan milik
No. Luas Lahan Ha
Frekuensi Proporsi
1. 0,4
6 30
2. 0,4 – 0,8
12 60
3. 0,8
2 10
Jumlah 20
100
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Dinas Kehutanan, diketahui bahwa 300 Ha kebun kopi yang dibudidayakan oleh masyarakat di Dusun Sitao-
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Tao masuk ke dalam kawasan hutan. Luas kebun kopi tertinggi yang dimiliki masyarakat Dusun Sitao-Tao per KK adalah 2 Ha, sedang adalah 0,4 Ha dan
terendah adalah 0,2 Ha. Responden dalam penelitian ini termasuk petani kopi dengan luasan kebun kopi berkategori sedang.
Berdasarkan Tabel 10 dan 11, dapat diketahui bahwa status lahan yang dikelola oleh responden dibedakan menjadi 3 yakni lahan di kawasan hutan dan
lahan milik sendiri. Distribusi status lahan yang dikelola oleh responden, ditunjukkam pada Tabel 12 di bawah ini.
Tabel 12 Distribusi status lahan yang dikelola oleh responden No.
Status Lahan Luas lahan Ha
Proporsi 1.
Kawasan hutan 20,2
68,9 2.
Milik sendiri 9,1
31,1 Jumlah
29,3 100
Berdasarkan data pada Tabel 12, diketahui bahwa lahan yang banyak dimanfaatkan oleh responden adalah pada kawasan hutan 68,9 sedangkan
untuk lahan garapan yang dimiliki sendiri seluas 9,1 ha 31,1 . Tidak adanya status lahan yang disewa dikarenakan seluruh masyarakat yang tinggal di Dusun
Sitao-Tao memiliki lahan sendiri meski hanya dalam luasan yang rendah. Sedangkan para pendatang yang melakukan ladang berpindah di daerah tersebut
biasanya dengan memanfaatkan lahan milik saudara yang merupakan penduduk asli Dusun Sitao-Tao yang tidak dikelola. Namun akhirnya, peladang berpindah
tersebut mencoba meluaskan lahan garapannya hingga ke kawasan hutan. Tingkat Partisipasi Masyarakat
Dusun Sitao-Tao merupakan akses tercepat dan termudah menuju ke areal penanaman Gerhan di lokasi Peabang. Kondisi jalan yang sudah cukup baik,
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
menjadi alasan mengapa pelaksana Gerhan selalu melewati dusun ini untuk menuju ke lokasi Peabang. Oleh karena itu pula, pelaksana Gerhan merekrut
sebagian tenaga kerja dari Dusun Sitao-Tao untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan ini.
Tingkat partisipasi masyarakat yang dinilai dalam penelitian ini adalah tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi
program Gerhan.
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Perencanaan Gerhan Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan program
Gerhan, ditunjukkan pada Tabel 13. Tabel 13 Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan program
Gerhan No.
Kategori Skor
Frekuensi Proporsi
1. Tinggi
66,68 – 100 1
5 2.
Sedang 33,34 – 66,67
10 50
3. Rendah
0 – 33,33 9
45 Jumlah
20 100
Tingkat partisipasi responden dalam perencanaan program Gerhan tersebut dapat dinilai dari keaktifan responden dalam setiap pertemuan yang diadakan,
serta pengajuan ide-ide tentang perencanaan program Gerhan yang dilaksanakan atau bahkan pemberian sumbangan berupa materi jika ada. Berdasarkan data pada
Tabel 13 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan program Gerhan yang berkategori tinggi ada sebanyak 1 orang 5
atau lebih rendah dibandingkan kategori sedang 50 dan rendah 45 . Hal ini terjadi karena masyarakat sendiri merasa sudah paham dengan apa yang akan
dilakukan nantinya sehingga jarang ikut dalam pertemuan yang diadakan.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Sebagian lainnya, jarang mengikuti pertemuan tersebut karena bertepatan dengan jam kerja mereka sehingga hanya mengharapkan informasi dari masyarakat lain
yang ikut dalam pertemuan. Pada umumnya, pertemuan yang diadakan tidak dilakukan secara rutin.
Interaksi antara pelaksana program dengan masyarakat yang terjadi juga tidak secara langsung melainkan dijembatani oleh seseorang yang biasa disebut sebagai
ketua kelompok kerja. Pelaksana program menunjuk salah seorang penduduk yang dianggap mampu untuk memimpin sekaligus mengawasi kelompok kerja
dalam kegiatan Gerhan. Hal ini terjadi karena lokasi kegiatan Gerhan untuk waktu pelaksanaan yang sama, tidak terpusat di satu tempat saja meski masih dalam
kawasan hutan lindung Pusuk Buhit. Meskipun begitu, ada beberapa kali diadakan pertemuan antara masyarakat dengan pelaksana program yakni saat pengenalan
program gerhan, perekrutan pekerja, hingga kegiatan penyuluhan.
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Pelaksanaan Gerhan
Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerhan, ditunjukkan pada Tabel 14.
Tabel 14 Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerhan
No. Kategori
Skor Frekuensi
Proporsi 1.
Tinggi 66,68 – 100
12 60
2. Sedang
33,34 – 66,67 8
40 3.
Rendah 0 – 33,33
Jumlah 20
100
Berdasarkan data pada Tabel 14 di atas, dapat diketahui bahwa tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program Gerhan yang berkategori
tinggi ada sebanyak 12 orang 60 atau lebih tinggi dibandingkan kategori
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
sedang 40 . Hal ini dikarenakan kegiatan dalam pelaksanaan merupakan kegiatan inti dalam program Gerhan. Selain karena merupakan kegiatan inti,
tingkat partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan Gerhan dirangsang oleh keuntungan yang akan diperoleh masyarakat. Sistem upah yang diberlakukan
dalam program Gerhan tersebut berdasarkan luasan lahan yang akan menjadi tanggung jawab seorang pekerja dari persiapan, hingga penanaman dengan
besaran upah Rp 600.000Ha. Bentuk rencana kegiatan yang akan dilaksanakan terdiri dari 3 bagian
yakni: 1.
Kegiatan persiapan, dilaksanakan pada Bulan Maret hingga Bulan Agustus tahun 2008. Kegiatan ini mencakup pengangkutan bibit dari Dinas Kehutanan
ke lokasi dekat areal penanaman, pembuatan pondok penanaman, pembuatan papan nama, pembersihan areal penanaman dan pembuatan jalur tanam.
2. Kegiatan Penanaman dilaksanakan pada Bulan September hingga Bulan
November tahun 2008. Kegiatan ini mencakup pembuatan lubang tanam, pemasangan ajir, dan penanaman. Kegiatan penanaman dilakukan pada musim
hujan dimaksudkan agar kebutuhan bibit terhadap air tercukupi. 3.
Kegiatan pemeliharaan dilaksanakan pada Bulan Januari tahun 2009. Kegiatan ini mencakup pemeliharaan tanaman tahun pertama dan kedua.
Untuk mencapai hasil yang maksimal, kelompok kerja sebelumnya telah diberi pelatihan dan diberitahu tentang beberapa hal penting seperti teknik
pengangkutan bibit, pembuatan lubang tanam, hingga penanaman. Khusus untuk daerah puncak gunung Pusuk Buhit 50 Ha, jenis tanaman
yang dipilih adalah beringinFicus benjamina, jabi-jabi Ficus microcarpa,
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
hariara Ficus sycomorus dan tudak-tudak Ficus macrophylla. Semua jenis tanaman ini merupakan hasil pembibitan masyarakat yang ikut berpartisipasi.
Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam Evaluasi Gerhan
Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam evaluasi program Gerhan, ditunjukkan pada Tabel 15.
Tabel 15 Distribusi tingkat partisipasi masyarakat dalam evaluasi program Gerhan
No. Kategori
Skor Frekuensi
Proporsi 1.
Tinggi 66,68 – 100
1 5
2. Sedang
33,34 – 66,67 19
95 3.
Rendah 0 – 33,33
Jumlah 20
100
Kegiatan evaluasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan kegiatan Gerhan yang telah dilaksanakan dan
mengidentifikasi kendala-kendala yang telah terjadi selama kegiatan
dilaksanakan. Evaluasi yang telah dilakukan hanya sebatas pertanggungjawaban para pekerja kepada ketua kelompok kerja tentang kegiatan yang telah
dilaksanakan. Kembalinya kondisi hutan lindung Pusuk Buhit menjadi baik, tidak hanya
menjadi keinginan pemerintah tetapi juga menjadi harapan masyarakat yang tinggal di sekitar hutan tersebut. Ketergantungan masyarakat sekitar hutan
terhadap keberadaaan hutan tersebut terkait dengan hal kesediaaan air dan kesuburan tanah. Oleh karenanya, masyarakat mengakui meski tidak adanya
kelanjutan kerja setelah penanaman, masyarakat bersedia untuk menjaga tanaman yang telah ditanam tersebut.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Pandangan positif dari masyarakat memberi dampak baik terhadap keberhasilan program Gerhan khususnya nasib tanaman yang telah ditanam
Meskipun begitu, sudah seharusnya setiap kegiatan tetap dilakukan evaluasi kerja sebagai bahan koreksi untuk kegiatan yang sama pada masa mendatang.
Evaluasi kerja seharusnya tidak sekedar tentang target bibit yang sudah ditanam dan keberhasilan tumbuhnya saja tetapi juga dampak kegiatan tersebut
terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat. Hal ini menjadi penting, karena kegagalan yang sering terjadi dalam program Gerhan khususnya di kawasan hutan
lindung Pusuk Buhit disebabkan karena terjadinya kebakaran yang tidak terkendali. Isu yang beredar, kebakaran tersebut sebagian kecil saja yang
diakibatkan karena alam sedangkan sebagian besarnya adalah faktor buatan. Faktor buatan yang dimaksud adalah tindakan manusia baik yang disengaja
maupun tidak disengaja. Ketidaksengajaan yang dimaksud adalah api yang tidak terkendali yang disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang lebih memilih
membuka lahan baru dengan cara dibakar atau untuk kepentingan pakan ternak. Sedangkan kesengajaan yang dimaksud adalah adanya masyarakat yang sengaja
membakar tanaman Gerhan yang telah selesai ditanam yang disebabkan adanya kecemburuan sosial.
Kenyataan di lapangan yang terjadi, kelompok kerja yang dipilih untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan tersebut hampir keseluruhannya berasal
dari kecamatan yang berbeda atau bahkan dari kabupaten yang berbeda. Hal inilah yang menyebabkan hanya 20 orang saja dari Dusun Sitao-Tao yang ikut
berpartisipasi. Sedangkan yang lainnya, yang tahu akan hal tersebut, yang
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
bertempat tinggal berbatasan langsung dengan areal penanaman merasa kecewa sehingga tidak ikut berpartisipasi dalam kegiatan Gerhan.
Rekapitulasi Tingkat Partisipasi Masyarakat
Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Gerhan ditunjukkan pada Tabel 16.
Tabel 16 Rekapitulasi tingkat partisipasi masyarakat terhadap kegiatan Gerhan No.
Partisipasi Masyarakat Rata-Rata
Kategori 1.
Perencanaan 37,19
Sedang 2.
Pelaksanaan 77,92
Tinggi 3.
Evaluasi 52,5
Sedang Jumlah
167,61 Rata-rata
55,87 Sedang
Berdasarkan data pada Tabel 16 di atas, diketahui bahwa rata-rata tingkat partisipasi masyarakat terhadap ketiga kegiatan yakni perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi, termasuk dalam kategori sedang. Tingkat patisipasi masyarakat dalam ketiga kegiatan telah termasuk kategori sedang setidaknya diharapkan dapat
menjadi jaminan akan kelangsungan dan keberhasilan program Gerhan selanjutnya.
Penentuan jenis tanaman yang diprioritaskan
Penentuan prioritas jenis tanaman Gerhan berdasarkan metode AHP dalam penelitian ini, dianalisis dengan menggunakan Software Expert Choice.
Pemberian nilai yang dilakukan oleh para responden ahli dibagi atas 3 yakni kriteria, sub kriteria dan alternatif pilihan. Pemberian nilai dilakukan dengan cara
membandingkan elemen yang satu dengan elemen-elemen yang lain. Pemberian nilai dengan cara membandingkan elemen yang satu dengan elemen-elemen yang
lain dalam persentase berdasarkan kriteria, seperti tampak pada Tabel 17.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Tabel 17 Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase
Perbandingan Elemen
pembanding lebih
penting Elemen
pembanding sama dengan
elemen yang dibandingkan
Elemen yang dibandingkan
lebih penting Elemen
pembanding Elemen yang
dibandingkan
Ekonomi Ekologi
- -
- -
4 100
Ekonomi Sosial
2 50
1 25
1 25
Ekonomi Silvikultur
- -
- -
4 100
Ekologi Sosial
4 100
- -
- Ekologi
Silvikultur 1
25 3
75 -
- Sosial
Silvikultur -
- -
- 4
100
Berdasarkan Tabel 17 di atas, diketahui bahwa persentase tertinggi menurut asumsi keempat responden ahli adalah aspek ekologi. Hal ini terlihat
jelas dalam Tabel 17, yakni elemen ekologi jika dibandingkan dengan aspek ekonomi dan aspek sosial, aspek ekologi 100 adalah pilihan tertinggi yang
dipilih oleh keempat responden ahli. Begitu pula yang terlihat dengan aspek silvikultur yang dibandingkan dengan aspek ekonomi dan aspek sosial, aspek
silvikultur 100 adalah pilihan tertinggi yang dipilih oleh keempat responden ahli. Oleh karenanya, ketika aspek ekologi dibandingkan dengan aspek silvikultur,
tiga dari empat responden ahli menganggap bahwa elemen yang dibandingkan memiliki nilai yang sama, dan hanya satu yang menganggap aspek ekologi lebih
tinggi dibandingkan aspek silvikultur. Pemberian nilai dengan cara membandingkan elemen yang satu dengan
elemen-elemen yang lain dalam persentase berdasarkan sub kriteria, seperti tampak pada Tabel 18.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Tabel 18 Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase
Kriteria Perbandingan
Elemen pembanding
lebih penting Elemen
pembanding sama dengan
elemen yang dibandingkan
Elemen yang
dibanding lebih
penting Elemen
pembanding Elemen
yang dibandingkan
Ekonomi Pemasaran
Harga 1
25 -
- 3
75 Bagian
dimanfaatkan 2
50 -
- 2
50 Harga
Bagian yang dimanfaatkan
4 100
- -
- -
Ekologi Kesesuaian
tempat tumbuh
Fungsi lindung 2
50 -
- 2
50 Ketahanan
panas 2
50 -
- 2
50 Fungsi
lindung Ketahanan
panas 1
25 1
25 2
50 Sosial
Disukai masyarakat
Sesuai dengan adat
1 25
2 50
1 25
Silvikurtur Ketersediaan
bibit Tingkat
kerusakan bibit
1 25
2 50
1 25
Kemudahan pemeliharaan
3 75
- -
1 25
Tingkat kerusakan
bibit Kemudahan
pemeliharaan 3
75 1
25 -
-
Berdasarkan Tabel 18 di atas, diketahui bahwa keempat responden ahli setuju bahwa dalam aspek ekonomi, harga 100 memiliki nilai pembanding
yang tinggi dibandingkan dengan banyaknya bagian yang dapat dimanfaatkan. Para ahli berasumsi bahwa kebutuhan manusia terhadap kayu tetap akan selalu
ada meski telah banyak produk alternatif yang ditawarkan sebagai pengganti kayu. Oleh karenanya, aspek ekonomi harga yang dimiliki oleh sebatang kayu lebih
diutamakan dibandingkan dengan faktor pemasaran yang tergantung pada tingkat permintaan yang selalu tersedia dan juga faktor banyaknya bagian tanaman yang
dapat dimanfaatkan yang tergantung pada jenis tanaman. Sedangkan untuk elemen lainnya dalam setiap aspek, nilai perbandingannya hampir seimbang atau
bahkan cenderung sama.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Pemberian nilai dengan cara membandingkan elemen yang satu dengan elemen-elemen yang lain dalam persentase berdasarkan alternatif, seperti tampak
pada Tabel 19. Tabel 19 Distribusi pemberian nilai responden ahli dalam persentase
Kriteria Sub
kriteria Perbandingan
Elemen pembanding
lebih penting
Elemen pembanding
sema dengan elemen yang
dibandingkan Elemen
yang dibanding
lebih penting
Elemen pembanding
Elemen yang dibandingkan
Ekonomi Pemasaran
Pinus Beringin
4 100
- -
- -
Tudak-tudak 4
100 -
- -
- Jabi-jabi
4 100
- -
- -
Hariara 4
100 -
- -
- Beringin
Tudak-tudak 1
25 3
75 -
- Jabi-jabi
1 25
3 75
- -
Hariara 1
25 3
75 -
- Tudak-
tudak Jabi-jabi
- -
3 75
1 25
Hariara -
- 3
75 1
25 Jabi-jabi
Hariara -
- 3
73 1
25 Harga
Pinus Beringin
4 100
- -
- -
Tudak-tudak 4
100 -
- -
- Jabi-jabi
4 100
- -
- -
Hariara 4
100 -
- -
- Beringin
Tudak-tudak 2
50 2
50 -
- Jabi-jabi
1 25
3 75
- -
Hariara 1
25 3
75 -
- Tudak-
tudak Jabi-jabi
- -
2 50
2 50
Hariara -
- 2
50 2
50 Jabi-jabi
Hariara -
- 3
75 1
25 Bagian
yang dimanfaat
Pinus Beringin
4 100
- -
- -
Tudak-tudak 4
100 -
- -
- Jabi-jabi
4 100
- -
- -
Hariara 4
100 -
- -
- Beringin
Tudak-tudak 2
50 2
50 -
- Jabi-jabi
2 50
2 50
- -
Hariara 2
50 2
50 -
- Tudak-
tudak Jabi-jabi
1 25
2 50
1 25
Hariara 1
25 2
50 1
25 Jabi-jabi
Hariara 1
25 2
50 1
25 Ekologi
Kesesuaian tempat
tumbuh Pinus
Beringin 1
25 -
- 3
75 Tudak-tudak
1 25
- -
3 75
Jabi-jabi 1
25 -
- 3
75 Hariara
1 25
- -
3 75
Beringin Tudak-tudak
1 25
3 75
- -
Jabi-jabi -
- 4
100 -
- Hariara
1 25
3 75
- -
Tudak- tudak
Jabi-jabi -
- 3
75 1
25 Hariara
- -
4 100
- -
Jabi-jabi Hariara
- -
3 75
1 25
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Tabel lanjutan
Fungsi lindung
Pinus Beringin
- -
- -
4 100
Tudak-tudak -
- -
- 4
100 Jabi-jabi
- -
- -
4 100
Hariara -
- -
- 4
100 Beringin
Tudak-tudak 2
50 2
50 -
- Jabi-jabi
- -
4 100
- -
Hariara 1
25 3
75 -
- Tudak-
tudak Jabi-jabi
- -
2 50
2 50
Hariara -
- 3
75 1
25 Jabi-jabi
Hariara 1
25 3
75 -
- Ketahanan
terhadap panas
Pinus Beringin
- -
- -
4 100
Tudak-tudak -
- -
- 4
100 Jabi-jabi
- -
- -
4 100
Hariara -
- -
- 4
100 Beringin
Tudak-tudak 1
25 3
75 -
- Jabi-jabi
- -
4 100
- -
Hariara 1
25 3
75 -
- Tudak-
tudak Jabi-jabi
- -
3 75
1 25
Hariara -
- 4
100 -
- Jabi-jabi
Hariara 1
25 3
75 -
- Sosial
Disukai masyarakat
Pinus Beringin
3 75
- -
1 25
Tudak-tudak 3
75 -
- 1
25 Jabi-jabi
3 75
- -
1 25
Hariara 3
75 -
- 1
25 Beringin
Tudak-tudak 3
75 1
25 -
- Jabi-jabi
2 50
2 50
- -
Hariara 1
25 3
75 -
- Tudak-
tudak Jabi-jabi
1 25
1 25
2 50
Hariara -
- 1
25 3
75 Jabi-jabi
Hariara 1
25 3
75 -
- Kesesuaian
adat Pinus
Beringin 1
25 -
- 3
75 Tudak-tudak
1 25
- -
3 75
Jabi-jabi 1
25 -
- 3
75 Hariara
1 24
- -
3 75
Beringin Tudak-tudak
1 25
- -
3 75
Jabi-jabi 1
25 -
- 3
75 Hariara
1 25
- -
3 75
Tudak- tudak
Jabi-jabi 1
25 3
75 -
- Hariara
- -
3 75
1 25
Jabi-jabi Hariara
1 25
3 75
- -
Silvikultur Ketersediaan bibit
Pinus Beringin
2 50
- -
2 50
Tudak-tudak 2
50 -
- 2
50 Jabi-jabi
2 50
- -
2 50
Hariara 2
50 -
- 2
50 Beringin
Tudak-tudak -
- 2
50 2
50 Jabi-jabi
- -
4 100
- -
Hariara -
- 3
75 1
25 Tudak-
tudak Jabi-jabi
2 50
2 50
- -
Hariara 2
50 2
50 -
- Jabi-jabi
Hariara -
- 4
100 -
-
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Tabel lanjutan
Tingkat kerusakan
bibit Pinus
Beringin 2
50 1
25 1
25 Tudak-tudak
2 50
1 25
1 25
Jabi-jabi 2
50 1
25 1
25 Hariara
2 50
1 25
1 25
Beringin Tudak-tudak
- -
4 100
- -
Jabi-jabi -
- 4
100 -
- Hariara
- -
4 100
- -
Tudak- tudak
Jabi-jabi -
- 4
100 -
- Hariara
- -
4 100
- -
Jabi-jabi Hariara
- -
4 100
- -
Kemudahan pemeliharaan
Pinus Beringin
2 50
- -
2 50
Tudak-tudak 2
50 -
- 2
50 Jabi-jabi
2 50
- -
2 50
Hariara 2
50 -
- 2
50 Beringin
Tudak-tudak -
- 4
100 -
- Jabi-jabi
- -
4 100
- -
Hariara -
- 4
100 -
- Tudak-
tudak Jabi-jabi
- -
4 100
- -
Hariara -
- 4
100 -
- Jabi-jabi
Hariara -
- 4
100 -
-
Berdasarkan Tabel 19 di atas, terlihat adanya kecenderungan jenis tanaman yang dipilh oleh keempat responden ahli berdasarkan aspek yang
dimaksud. Pada aspek ekonomi, keempat responden ahli cenderung memilih jenis pinus sebagai tanaman yang diprioritaskan dibanding keempat jenis tanaman
lainnya. Sedangkan pada aspek ekologi, keempat responden ahli cenderung memilih jenis beringin dibandingkan dengan pinus dan memiliki nilai
perbandingan yang cenderung sama jika dibandingkan dengan tiga jenis tanaman lainnya yang masih satu marga dengan beringin. Sedangkan untuk aspek sosial
dan silvikultur, pilihan responden ahli terhadap jenis tanaman hampir merata. Dalam Tabel 19 juga terlihat bahwa, untuk jenis tanaman yang berasal dari marga
ficus, nilai perbandingan diantaranya hampir sama ataupun hanya berbeda tidak terlalu tinggi.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Selanjutnya adalah distribusi rataan geometris dan vektor prioritas antara kriteria dan sub kriteria, seperti tampak pada Tabel 20.
Tabel 20 Distribusi rataan geometris dan vektor prioritas antara kriteria dan sub kriteria masing-masing Tim Ahli TA
Kriteria Sub kriteria
TA 1 TA 2
TA 3 TA 4
Rataan geometris
Vektor prioritas
Ekonomi 0,080
0,095 0,114
0,125 0,102
0,104 Pemasaran
0,069 0,637
0,089 0,249
0,177 0,205
Harga 0,687
0,258 0,559
0,594 0,493
0,571 Bagian
yang dimanfaatkan 0,244
0,105 0,352
0,157 0,194
0,225 Ekologi
0,523 0,368
0,411 0,375
0,415 0,423
Kesesuaian tempat tumbuh 0,796
0,105 0,731
0,170 0,319
0,425 Fungsi lindung
0,121 0,258
0,081 0,443
0,183 0,244
Ketahanan panas 0,083
0,637 0,188
0,387 0,249
0,332 Sosial
0,043 0,169
0,064 0,125
0,087 0,089
Disukai masyarakat 0,500
0,833 0,500
0,333 0,513
0,557 Kesesuain adat
0,500 0,167
0,500 0,667
0,409 0,443
Silvikultur 0,354
0,368 0,411
0,375 0,376
0,384 Ketersediaan bibit
0,467 0,709
0,455 0,142
0,382 0,440
Tingkat kerusakan bibit 0,467
0,179 0,455
0,429 0,357
0,411 Kemudahan pemeliharaan
0,066 0,112
0,090 0,429
0,130 0,149
Tabel 20 di atas menunjukkan rata-rata dari nilai pembanding yang telah diberikan oleh responden ahli yang disebut dengan rataan geometris. Hal ini
dilakukan karena dalam penelitian ini, jumlah respoden ahli yang digunakan lebih dari satu sehingga harus dicari rataan geometrisnya agar diperoleh nilai rata-
ratanya. Rataan geometris diperoleh dengan cara mengalikan nilai dari keempat responden ahli kemudian diakarkan dengan pangkat sesuai jumlah responden ahli.
Setelah diperoleh rataan geometris, maka dapat ditentukan vektor prioritasnya dengan cara membagi masing-masing nilai rataan geometris dengan
total rataan geometris. Berdasarkan tabel 20 dapat diketahui bahwa aspek ekologi 0,423 memiliki nilai tertinggi atau dengan kata lain merupakan vektor prioritas
yang dimaksud dalam penelitian ini.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Selanjutnya adalah distribusi rataan geometris dan vektor prioritas antara kriteria, sub kriteria dan alternatif, seperti tampak pada tabel 21.
Tabel 21 Distribusi rataan geometris dan vektor prioritas kriteria, sub kriteria dan alternatif
Kriteria Sub kriteria
Alternatif TA 1
TA 2 TA 3
TA 4 Rataan
geometris Vektor
prioritas Ekonomi
Pemasaran Pinus
0,620 0,556
0,556 0,428
0,535 0,545
Beringin 0,169
0,111 0,111
0,143 0,131
0,134 Tudak-tudak
0,052 0,111
0,111 0,143
0,098 0,100
Jabi-jabi 0,069
0,111 0,111
0,143 0,105
0,107 Hariara
0,090 0,111
0,111 0,143
0,112 0,114
Harga Pinus
0,620 0,552
0,556 0,428
0,534 0,544
Beringin 0,169
0,125 0,111
0,143 0,135
0,138 Tudak-tudak
0,052 0,073
0,111 0,143
0,088 0,090
Jabi-jabi 0,069
0,125 0,111
0,143 0,108
0,110 Hariara
0,090 0,125
0,111 0,143
0,116 0,118
Bagian yang dimanfaatkan
Pinus 0,586
0,552 0,428
0,428 0,493
0,503 Beringin
0,180 0,166
0,143 0,143
0,157 0,160
Tudak-tudak 0,054
0,094 0,143
0,143 0,101
0,103 Jabi-jabi
0,078 0,094
0,143 0,143
0,111 0,113
Hariara 0,102
0,094 0,143
0,143 0,118
0,121 Ekologi
Kesesuaian tempat tumbuh
Pinus 0,074
0,332 0,076
0,076 0,109
0,115 Beringin
0,326 0,167
0,231 0,231
0,232 0,245
Tudak-tudak 0,137
0,167 0,231
0,231 0,187
0,197 Jabi-jabi
0,326 0,167
0,231 0,231
0,232 0,245
Hariara 0,137
0,167 0,231
0,231 0,187
0,197 Fungsi lindung
Pinus 0,034
0,076 0,081
0,076 0,063
0,065 Beringin
0,340 0,231
0,271 0,231
0,265 0,272
Tudak-tudak 0,143
0,231 0,106
0,231 0,169
0,173 Jabi-jabi
0,340 0,231
0,271 0,231
0,265 0,272
Hariara 0,143
0,231 0,271
0,231 0,213
0,219 Ketahanan
terhadap panas Pinus
0,034 0,076
0,046 0,076
0,055 0,056
Beringin 0,340
0,231 0,276
0,231 0,266
0,271 Tudak-tudak
0,143 0,231
0,235 0,231
0,206 0,210
Jabi-jabi 0,340
0,231 0,235
0,231 0,256
0,260 Hariara
0,143 0,231
0,208 0,231
0,200 0,203
Sosial Disukai masyarakat Pinus
0,030 0,332
0,371 0,425
0,199 0,227
Beringin 0,496
0,167 0,209
0,160 0,229
0,262 Tudak-tudak
0,153 0,167
0,085 0,095
0,120 0,137
Jabi-jabi 0,171
0,167 0,157
0,160 0.164
0,187 Hariara
0,150 0,167
0,178 0,160
0,163 0,187
Kesesuaian adat Pinus
0,030 0,048
0,048 0,428
0,074 0,083
Beringin 0,496
0,238 0,238
0,143 0,252
0,282 Tudak-tudak
0,153 0,238
0,238 0,143
0,188 0,210
Jabi-jabi 0,171
0,238 0,238
0,143 0,193
0,216 Hariara
0,150 0,238
0,238 0,143
0,187 0,209
Sillvikutur Ketersediaan bibit Pinus
0,636 0,556
0,108 0,073
0,230 0,279
Beringin 0,091
0,111 0,163
0,169 0,129
0,157 Tudak-tudak
0,091 0,111
0,327 0,420
0,193 0,234
Jabi-jabi 0,091
0,111 0,185
0,169 0,133
0,162
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Hariara 0,091
0,111 0,217
0,169 0,139
0,168
Tabel lanjutan
Tingkat kerusakan Pinus
0,636 0,556
0,112 0,200
0,298 0,339
Beringin 0,091
0,111 0,222
0,200 0,146
0,165 Tudak-tudak
0,091 0,111
0,222 0,200
0,146 0,165
Jabi-jabi 0,091
0,111 0,222
0,200 0,146
0,165 Hariara
0,091 0,111
0,222 0,200
0,146 0,165
Kemudahan pemeliharaan
Pinus 0,636
0,556 0,112
0,048 0,209
0,256 Beringin
0,091 0,111
0,222 0,238
0,152 0,186
Tudak-tudak 0,091
0,111 0,222
0,238 0,152
0,186 Jabi-jabi
0,091 0,111
0,222 0,238
0,152 0,186
Hariara 0,091
0,111 0,222
0,238 0,152
0,186
Tabel 21 di atas juga menunjukkan rata-rata dari nilai pembanding yang telah diberikan oleh responden ahli yang disebut dengan rataan geometris.
Berdasarkan Tabel 21, dapat diketahui bahwa dalam aspek ekonomi dan silvikultur, jenis tanaman pinus memiliki nilai vektor prioritas tertinggi
dibandingkan keempat jenis tanaman lainnya yang berasal dari marga ficus. Namun dalam aspek ekologi, jenis beringin memiliki nilai vektor prioritas
tertinggi sedangkan pinus memiliki nilai vektor prioritas terendah. Selanjutnya adalah distribusi prioritas tanaman berdasarkan sub kriteria,
seperti tampak pada Tabel 22. Tabel 22 Distribusi prioritas tanaman
Jenis tanaman
Sub kriteria Rata-
rata
P e
m a
sa ra
n H
a rga
Ba gi
a n
di m
a nf
a a
tka n
Ke se
sua ia
n
te m
pa t t
um buh
F ungs
i L
indu ng
K e
ta ha
n a
n P
a na
s Di
suka i
M a
sya ra
ka t
Ke se
sua ia
n
Ada t
K e
te rs
e di
a an
Bi bi
t T
ingk a
t K
e rus
a k
a n
K e
m ud
a h
a n
P e
m el
ih a
ra a
n
Pinus 0,535 0,534 0,493 0,109 0,063 0,055 0,199 0,074 0,230 0,298 0,209 0,255
Beringin 0,131 0,135 0,157 0,232 0,265 0,266 0,229 0,252 0,129 0,146 0,152 0,190 Tudak-
tudak 0,098 0,088 0,101 0,187 0,169 0,206 0,120 0,188 0,193 0,146 0,152 0,150
Jabi-jabi 0,105 0,108 0,111 0,232 0,265 0,256 0.164 0,193 0,133 0,146 0,152 0,170 Hariara
0,112 0,116 0,118 0,187 0,213 0,200 0,163 0,187 0,139 0,146 0,152 0,160
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Tabel 22 merupakan nilai rataan geometris dari masing-masing alternatif berdasarkan sub kriteria. Pada Tabel 22, terlihat jelas bahwa pinus memiliki nilai
rata-rata tertinggi. Rataan geometris dan vektor prioritas dapat dihitung dengan cepat dengan
menggunakan software expect choice. Vektor prioritas untuk kriteria aspek ekonomi, ekologi, sosial dan silvikultur, ditunjukkan pada Gambar 3.
0.05 0.1
0.15 0.2
0.25 0.3
0.35 0.4
0.45
ekonomi ekologi
sosial silvikultur
0.102 0.426
0.088 0.384
v e
k to
r p
ri o
ri ta
s
kriteria
Gambar 3 Vektor prioritas untuk kriteria.
Berdasarkan Gambar 3, diketahui bahwa dari keempat aspek dalam kriteria, diperoleh nilai vektor prioritas tertinggi yakni aspek ekologi 0,426.
Kemudian pada urutan kedua hingga keempat secara berturut-turut adalah aspek silvikultur 0,384, ekonomi 0,102, dan sosial 0,088. Keseluruhan nilai dalam
Gambar 3 tersebut berbeda dengan nilai yang pada Tabel 20. Hal ini terjadi dikarenakan, nilai pada Tabel 20 merupakan perhitungan secara manual yang
mengikuti tahapan metode AHP. Sedangkan nilai pada Gambar 3 merupakan hasil perhitungan menggunakan software expert choice. Meskipun begitu perbedaan
nilai yang ditunjukkan tidak jauh berbeda.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Vektor prioritas untuk alternatif jenis tanaman pinus, beringin, tudak- tudak, jabi-jabi,dan hariara, ditunjukkan pada Gambar 4.
0.17 0.18
0.19 0.2
0.21 0.22
0.196 0.218
0.190 0.210
0.186 v
e k
to r
p ri
o ri
ta s
alternatif
Gambar 4 Vektor prioritas untuk alternatif jenis tanaman.
Berdasarkan Gambar 4, juga diketahui bahwa dari kelima alternatif jenis tanaman, diperoleh nilai vektor prioritas tertinggi yakni beringin 0,218.
Kemudian pada urutan kedua hingga keempat secara berturut-turut adalah jabi- jabi 0,210, pinus 0,196, tudak-tudak 0,190 dan hariara 0,186. Penentuan
prioritas tersebut berdasarkan pendapat responden ahli dalam penelitian ini. Secara ekologis, tanaman beringin ini memiliki keunggulan yang tinggi.
Menurut Fica, dkk 2005, tanaman beringin memiliki kemampuan sebagai tanaman pengkonservasian mata air dan sebagai penguat lereng alami, dilihat dari
struktur perakarannya yang dalam dan akar lateral yang mencengkeram tanah dengan baik. Chin dalam Fica 2005 menambahkan lagi, bahwa jenis- jenis Ficus
memang diketahui pula sebagai habitat beberapa burung, serangga dan mamalia darat yang mengkonsumsi buahnya, artinya mengkonservasi jenis Ficus secara
tidak langsung juga akan mengkonservasi fauna.
Jenny Verawati Siburian : Penentuan Jenis Tanaman Dan Tingkat Partisipasi Masyarakat Terhadap Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan Dan Lahan Studi kasus pada masyarakat di Kawasan Hutan Lindung Pusuk Buhit Kabupaten Samosir,
2009.
Meski begitu, kelebihan yang dimiliki oleh jenis tanaman beringin juga dimiliki oleh tanaman pinus 0,196 yang merupakan urutan ketiga dari vektor
prioritas. Menurut Jariah dalam jurnal penelitian sosial ekonomi kehutanan, jenis Pinus merkusii adalah jenis tanaman yang dapat diandalkan dalam mempercepat
reboisasi dan rehabilitasi lahan kosong dalam kawasan hutan. Secara teknis penanaman, pemilihan jenis ini cukup tepat karena pinus merupakan jenis pionir
yang mampu bertahan hidup dan pertumbuhannya sangat cepat dan mampu tumbuh pada kondisi sulit.
Jika dipandang dari segi ekonomi, jenis pinus lebih unggul dibandingkan jenis beringin. Jenis pinus dapat digunakan mulai dari kayunya hingga non
kayunya. Sedangkan jenis beringin, kayunya lunak, tidak awet dan tidak dapat digunakan meski hanya untuk kayu bakar. Kenyataan tentang kelebihan dan
kelemahan yang hampir sama yang dimiliki oleh kedua tanaman tersebut pinus dan beringin sesui dengan hasil penelitian ini yakni nilai vektor antara beringin
dengan pinus tidak jauh berbeda.
d. Kendala-Kendala Gerhan di Areal Penanaman