Faktor yang berpengaruh pada perencanaan sambungan

Muti D. Purba : Perancangan Profil Rangka Batang Jembatan Baja Dan Analisa Momen Sekunder Pada Sambungannya Alat Sambung Baut, 2009. USU Repository © 2009 Oleh karena itu, tegangan yang dihitung bukan tegangan yang sesungghnya tetapi hanya untuk memenuhi kriteria keamanan. Tegangan yang dipakai dalam perhitungan perencanaan disebut tegangan nominal. Pendekatan nominal yang digunakan dalam perencanaan meninjau kapasitas alat penyambung secara individu. Hal ini berarti semua alat penyambung yang sama ukuran dan bahannya dianggap memiliki kekuatan yang sama dalam pemindahan beban. Misalnya bila lima alat penyambung bekerja pada satu baris untuk menyalurkan beban pada sambungan lewatan lap joint tarik, maka setiap alat penyambung akan menyalurkan 15 bagian dari bahan. Pada saat tahanan gesek dilampaui dan alat penyambung bertumpu pada pelat, deformasi setiap alat penyambung sesungguhnya tidak sama. Pemakaian tegangan nominal identik dengan menganggap pelat bersifat tegar karena jika pelat tidak kaku, deformasi pada setiap alat penyambung tidak akan sama. Baut-baut dalam konstruksi baja tidak pernah mengisi lubang-lubangnya. Dalam hal ini pemindahan gaya dilakukan atau dengan gesekan-gesekan diantara pelat-pelat yang harus disambung atau kalau gaya-gaya itu besar baru sesudah pergeseran sedikit dari bagian baut, sampai batang-batang baut itu mendukung.

II.4. Faktor yang berpengaruh pada perencanaan sambungan

II.4.1 Panjang Sambungan Ukuran sambungan baik tebal, lebar maupun panjang merupakan faktor yang sangat penting. Jelaslah bahwa sambungan-sambungan yang lebih kecil lebih menghemat bahan. Akan tetapi karena dibuat anggapan bahwa setiap alat Muti D. Purba : Perancangan Profil Rangka Batang Jembatan Baja Dan Analisa Momen Sekunder Pada Sambungannya Alat Sambung Baut, 2009. USU Repository © 2009 penyambung dalam sebuah sambungan mengangkut bagian beban yang sama rata alat penyambung yang berukuran sama, maka timbul masalah untuk sambungan yang panjang. Pendistribusian regangan tidak sama dari baut paling depan ke baut yang paling belakang. Jika baut tersebut terlalu panjang maka jelaslah baut yang pertama akan mengangkut lebih daripada N P dari beban tersebut dan baut yang terakhir hampir tidak memikul beban. Dengan plat yang disambung atau plat penyambung yang dirancang sesuai dengan untuk tarikan dalam tampang bersih, maka plat tersebut tidak memisah tetapi akan meregang yang tergantung pada AE PL sehingga baut-baut yang didepan akan mengalami regangan geser yang cocok ataupun terpotong jika regangan dan pergeseran baut tersebut terlalu besar. Jika sambungan tersebut cukup pendek sehingga semua baut memikul beban, maka baut pertama akan meregang dengan plat. Analisa kecocokan regangan jarang dibuat karena faktor-faktor keamanan yang digunakan bersama- sama dengan sifat keliatan baja adalah sedemikian rupa sehingga kecuali untuk sambungan yang panjang, hanya baut-baut yang pertama dalam sebuah sambungan yang meluluh. II.4.2. Jarak tepi Jika baut-baut dalam garis tegangan diletakkan terlalu dekat ke tepi, maka mungkin akan merobek plat tersebut. PPBBI 1983 menetapkan jarak antara baut paling luar ke tepi atau ke ujung bagian yang disambung, tidak boleh kurang dari Muti D. Purba : Perancangan Profil Rangka Batang Jembatan Baja Dan Analisa Momen Sekunder Pada Sambungannya Alat Sambung Baut, 2009. USU Repository © 2009 1,2d dan tidak boleh lebih besar dari 3d atau 6t dimana d adalah diameter baut t adalah tebal terkecil dari plat penyambung atau plat yang disambung. 1,2d s3d ata u 6t Gambar 2.3. Kehancuran desak pada plat [Salmon. 1994] II.4.3 Distribusi Baut dan Jarak Antar Baut Suatu sambungan dimana bahan yang disambungkan bersentuhan secara cukup baik sehingga gesekan yang dihasilkan dalam pengikatan akan uniform di antara bagian-bagian tersebut. Jika baut-baut tersebut terlalu dekat satu sama lain maka akan didapatkan interferensi, karena koefisien gesekan maksimum µ adalah 0,35. Selain itu, jarak antara yang terlalu dekat dapat menyebabkan kesukaran dalam memasangkan alat-alat penyambungnya. PBBI 1983 juga menetapkan bahwa pada sambungan yang terdiri dari satu baris baut, jarak dari sumbu ke sumbu dari dua baut yang berurutan tidak boleh kurang dari 2,5d dan tidak boleh lebih besar dari 7d atau 14t, sedangkan jarak antara satu baut dengan baut terdekat pada sambunganyang terdiri dari 2 baris baut tidak boleh lebih besar dari 7d-0,5 µ . Muti D. Purba : Perancangan Profil Rangka Batang Jembatan Baja Dan Analisa Momen Sekunder Pada Sambungannya Alat Sambung Baut, 2009. USU Repository © 2009 S1 µ S1 S1 S S1 Gambar 2.4. Jarak antara baut dalam satu baris yang tidak berseling [PBBI. 1983] Apabila sambungan terdiri lebih dari satu baris baut yang dipasang berseling, jarak antara baris-baris baut µ tidak boleh kurang dari 2,5d dan tidak boleh lebih besar dari 7d atau 14t, sedangkan jarak antara satu baut dengan baut terdekat pada baris lainnya tidak boleh lebih besar dari 7d atau 14t. S2 S2 S1 S1 S1 µ µ S1 Gambar 2.5. Jarak antara baut dalam satu baris yang berseling [PBBI. 1983] Muti D. Purba : Perancangan Profil Rangka Batang Jembatan Baja Dan Analisa Momen Sekunder Pada Sambungannya Alat Sambung Baut, 2009. USU Repository © 2009 II.4.4. Panjang Baut Pada baut yang berkekuatan tinggi untuk harga perbandingan d L sampai kira-kira 9 tidak akan ada terjadi kehilangan efisiensi seperti pada paku keling yang ternyata jika perbandingan panjang dan diameter d L lebih besar dari 5 maka akan mengalami hilangnya efisiensi. L d Gambar 2.6. Ukuran efektif baut

BAB III MOMEN AKIBAT BAUT PADA SAMBUNGAN BAJA