Muti D. Purba : Perancangan Profil Rangka Batang Jembatan Baja Dan Analisa Momen Sekunder Pada Sambungannya Alat Sambung Baut, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Pada perencanaan suatu bangunan konstruksi baja, beton ataupun kayu, konstruksi yang direncanakan harus aman. Untuk itu harus dipenuhi beberapa
kriteria, yaitu : kuat, stabil dan kaku, disamping itu konstruksi juga harus efisien dan ekonomis dalam hal pemakaian bahan.
Sistem dan model konstruksi sambungan adalah bagian yang penting pada perencanaan konstruksi baja, dimana sambungan menghubungkan beberapa
batang menjadi sebuah rangka batang. Sambungan tersebut akan menyalurkan gaya-gaya yang dipikul oleh batang yang satu dengan batang yang lain sehingga
seluruh rangka batang akan memikul perlakuan gaya sesuai dengan perilaku batang masing-masing.
Kegagalan dari suatu struktur baja tergantung kepada perilaku sambungan dalam menyalurkan gaya yang bekerja dari suatu batang ke batang lainnya yang
cukup kompleks. Seperti yang kita ketahui bahwa dalam konstruksi baja terdapat beberapa
alat penyambung, yaitu : baut baut sekrup hitam,high strength bolt baut mutu tinggi, las dan paku keling.
Berdasarkan penemuan-penemuan baru, sambungan dengan baut biasa sebenarnya tidak dapat dianggap rigid kaku. Sambungan dapat dikatakan rigid
Muti D. Purba : Perancangan Profil Rangka Batang Jembatan Baja Dan Analisa Momen Sekunder Pada Sambungannya Alat Sambung Baut, 2009.
USU Repository © 2009
apabila sambungan tersebut menggunakan alat sambung High Strength Bolt HSB dan las.
Suatu rangka batang yang direncanakan harus mampu menahan momen primer dan momen sekunder. Momen primer ditimbulkan oleh adanya beban
transversal beban merata dan beban terpusat dan gaya aksial, sedangkan momen sekunder diakibatkan oleh pemasangan alat sambung baut yang tidak berada
dalam satu garis kerja batang yang menyebabkan adanya eksentrisitas. Momen sekunder ini biasanya terjadi pada sambungan titik simpul dari
batang-batang tepi suatu rangka batang yang tidak sama ukuran penampangnya atau akibat gariskerja gaya pada masing-masing profil pada sambungan tidak pada
satu garis lurus. Biasanya untuk memudahkan pekerjaan sambungan pada suatu konstruksi, batang tarik disambung secara eksentris supaya garis kerja batang
berada pada satu garis lurus. Gambar di bawah ini menunjukkan ukuran penampang P1 dan P2 berbeda
tetapi pinggir bawah dari kedua batang berada dalam satu garis lurus, sehingga garis kerja tidak berada dalam satu garis lurus yang mengakibatkan eksentrisitas
sebesar:
P1 P2
e2 e1
Gambar 1.1. Sambungan yang memiliki eksentrisitas [Oentoeng. 2004]
Muti D. Purba : Perancangan Profil Rangka Batang Jembatan Baja Dan Analisa Momen Sekunder Pada Sambungannya Alat Sambung Baut, 2009.
USU Repository © 2009
Dengan adanya eksentrisitas ini, maka akan timbul momen tambahan sebesar: M =
+
2 2
1 1
. .
2 1
. .
2 1
e P
e P
Sedangkan pada gambar di bawah ini garis kerja antara P
1
dan P
2
berada dalam satu garis lurus, sehingga tidak menimbulkan adanya eksentrisitas.
P1 P2
Gambar 1.2. Sambungan yang tidak memiliki eksentrisitas [Oentoeng. 2004]
I.2 Tujuan Penulisan