1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Berkembangnya pengetahuan manusia dalam pembuatan berbagai bahan makanan dan bahan obat
– obatan dapat meningkatkan pemanfaatan bahan yang lebih mudah diperoleh dan diolah. Untuk mengurangi pemakaian bahan kimia
sebagai dasar pembuatannya maka diperlukan bahan alami yang banyak mengandung nilai gizi dan vitamin, yaitu seperti sayur
– sayuran dan buah – buahan. Untuk sayur
– sayuran yang mengandung banyak nilai gizi, vitamin, dan kalsium adalah seperti daun katuk, daun nilam, tomat, daun sirsak dan sebagainya.
Namun dalam hal ini yang diopergunakan adalah daun katuk, dimana daun katuk Sauropus Androgiuns merupakan salah satu jenis sayuran dengan nilai gizi
tinggi Kandungan gizi yang dimiliki daun katuk antara lain kalsium 233 g100 gr, fosfor 98 mg100 g , zat besi 3,5 mg100 g, vitamin A 203 mg100 g, dan
vitamin C 164 mg100 g Keunggulan lain yang dimiliki oleh daun katuk adalah kandungan klorofilnya yang tinggi sehingga sering dimanfaatkan sebagai pewarna
alami makanan [1]. Tumbuhan ini dapat dijumpai hampir di semua tempat di Indonesia. Di
dalam daun katuk banyak terdapat minyak atsiri, sterol, saponin, flavonoid, triterpin, asam-asam organik, asam-asam amino, alkaloid dan tanin. Zuhra dkk,
2008, telah menguji aktivitas antioksidan senyawa flavonoid dari daun katuk dan menunjukkan hasil bahwa flavonoid dari daun katuk Sauropus androgunus L
Merr memiliki kemampuan sebagai antioksidan yang kuat [2]. Bila dikonsumsi secara rutin, sayuran ini dapat berkontribusi jumlah yang
signifikan dari flavonoid untuk diet Indonesia, penyediaan sekitar 0,08-36 mg untuk 25 g 1 cangkir yang melayani. Flavonoid isi sayuran Jawa barat berada di
kisaran dengan sayuran berdaun hijau barat, dan semua kecuali tiga dari sayuran dalam penelitian ini memiliki kandungan flavonoid tinggi dari 1- 3 mg flavonoid
100 g fw dilaporkan untuk varietas selada Barat. Intake murah hati flavonoid yang berkorelasi dengan manfaat kesehatan seperti rendahnya risiko penyakit kronis
2
seperti jantung penyakit, stroke, dan beberapa jenis kanker Cutler et al., 2008; Geleijnse, Launer, Hofman, Pols, Witteman, 1999; Keli, Hertog, Feskens,
Kromhout, 1996. Fraksi flavonoid dari Chromolaena odorata yang antipiretik pada tikus Owoyele et al., 2008. Demikian pula, flavonoid yang mengandung
sayuran seperti S. androgynus L Merr dan P. indica Kurang. kurang memiliki kegunaan antipiretik di tradisional Indonesia obat. Oleh karena itu, analisis
potensi asupan flavonoid dan aktivitas antioksidan dari sayuran ini waran penyelidikan lebih lanjut untuk mekanisme s dari tindakan dari Indonesia
menggunakan obat tradisional sayuran ini [3]. Flavonoid yang terkandung dalam daun katuk dapat digunakan sebagai
antioksidan yang bermanfaat sebagai radikal bebas. Dalam aplikasinya adalah antioksidan pada minyak kelapa, dimana Secara alamiah antioksidan dalam
minyak nabati mudah terdegradasi pada saat pengolahan ataupun penyimpanan karena adanya kandungan oksigen berlebih, maka sengaja ditambahkan kedalam
minyak kelapa antioksidan sintetik. Antioksidan sintetik merupakan antioksidan yang disintesis dari senyawa fenolik dengan tambahan zat kimia. Untuk
menghindari efek antioksidan yang berbahaya maka cara yang paling aman adalah penggunaan antioksidan alami. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk
menggali potensi senyawa bahan alam yang memiliki aktivitas antioksidan yang mudah diperoleh dalam jumlah besar, stabil pada suhu tinggi dan tanpa efek
samping [3]. Pemanfaatan flavonoid dalam kehidupan sehari
– hari dapat kita gunakan pada minyak, khususnya minyak kelapa. Setelah mengetahui bahwa minyak
kelapa mudah mengalami oksidasi sehingga memerlukan antioksidan, penggunaan antioksidan sintetik yang berbahaya, dan kandungan flavonoid daun
katuk dapat berfungsi sebagai antioksidan, maka perlu dilakukan penelitian yang memanfaatkan ekstrak daun katuk sebagai antioksidan pada minyak kelapa
Ada beberapa penelitian yang menggunakan flavonoid sebagai antioksidan. Dimana penelitian yang terkait dengan pemanfaatan bahan alam
sebagai antioksidan pada minyak kelapa dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut ini.
3
Tabel 1.1 Penelitian pemanfaatan bahan alam sebagai antioksida
Peneliti Judul Penelitian
Hasil Penelitian
Agun Endro
Nugroho dkk,
2013. Total Phenolik dan
total kandungan
flavonoid dari ekstrak daun mente
Anacardium occidentale
L. Penelitian
ini bertujuan
untuk mengevaluasi efek antihipertensi in vitro
ekstrak daun
mete PECL menggunakan teknik organ terisola
si, dan menentukan total
fenolik dan
flavonoid isi.
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Efek penghambatan PECL yang 25,72 ± 8,19 dan 39,60 ±
3,50 p 0,05, Selain itu, PECL terkandung total fenolik dari 19,78 ±
0,62 dan total flavonoid dari 1,97 ± 0,04 yang setara dengan asam galat [4]
Dewi Maulida,
2010 Ekstrasi
Antioksidan dari
Buah Tomat
dengan Menggunakan Solven Campuran N-
heksana,Aseton, dan
Etanol antioksidan
dilakukan dengan
menggunakan metode
analisa spektrofotometri
UV-VIS. Dari
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kondisi
optimum operasi ekstraksi lycopene adalah pada perbandingan Fs, 4 : 1 pada suhu
operasi 70˚C dan 90 menit untuk variabel waktu ekstraksi. Pada kondisi ini lycopene
yang terekstrak sebesar 5,14 mg100gram atau sebesar 40,15 [5].
Cut Fatimah
Zuhra, dkk,
2008 Aktivitas Antioksidan
Senyawa Flavonoid
Dari Daun Katuk
Sauropus Androgunus
L Merr. Daun katuk dibersihkan dan dikeringkan
kemudian dihaluskan dengan blender lalu ditimbang. Diekstraksi dengan alkohol.
Dari hasil penelitian ini
bilangan yang menunjukkan konsentrasi ekstrak ppm yang
mampu menghambat proses oksidasi sebesar 50 [6].
4
1.2 PERUMUSAN MASALAH