8
Konsisten dengan literatur, nilai Total fenol yang sangat berkorelasi dengan DPPH, ABTS dan sianida besi mengurangi kekuatan antioksidan
nilai dengan nilai R dari 0,77, 0,79, 0,85, masing-masing P 0,01. Konten flavonoid tidak berkorelasi dengan antioksidan aktivitas di DPPH, ABTS, dan
mengurangi tes daya. Flavonoid konten berkorelasi negatif dengan penghambatan oksidasi lipid R =0,78, P = 0,005. Hal ini mempengaruhi juga bisa dikaitkan
dengan logam atau konstituen pro-oksidan lainnya di ekstrak. ABTS, DPPH, dan besi mengurangi langkah-langkah kekuatan antioksidan yang sangat berkorelasi
R 0,9000, P 0,0001 satu sama lain, dengan peringkat yang berbeda perintah kapasitas antioksidan. Hasil ini menyoroti kontribusi fenolat dalam vitro aktivitas
antioksidan sayuran dan kebutuhan untuk menganalisis keragaman tes antioksidan untuk peringkat aktivitas antioksidan [9].
2.3 EKSTRAKSI
Ekstraksi merupakan proses pemisahan dua zat atau lebih dengan menggunakan pelarut yang tidak saling bercampur. Berdasarkan fase yang
terlibat, terdapat dua jenis ekstraksi yaitu: 1.
yaitu ekstraksi cair-cair dan 2.
ekstraksi padat-cair. Pemindahan komponen dari padatan ke pelarut pada ekstraksi padat-cair
melalui tiga tahapan, yaitu difusi pelarut ke pori-pori padatan atau ke dinding sel, di dalam dinding sel terjadi pelarutan padatan oleh pelarut, dan tahapan terakhir
adalah pemindahan larutan dari pori-pori menjadi larutan ekstrak. Ekstraksi padat- cair dipengaruhi oleh waktu ekstraksi, suhu yang digunakan, pengadukan, dan
banyaknya pelarut yang digunakan. Terdapat dua macam ekstraksi padat-cair, yaitu dengan cara sokhlet dan perkolasi dengan atau tanpa pemanasan Sabel
Warren 1973
dalam
Muchsony 1997. Menurut Brown 1950
dalam
Muchsony 1997, metode lain yang lebih sederhana dalam mengekstrak padatan adalah
dengan mencampurkan seluruh bahan dengan pelarut, lalu memisahkan larutan dengan padatan tak terlarut [10].
Penjelasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi ekstraksi yaitu :
2.3.1 Perlakuan Pendahuluan Terhadap Bahan
9
Persiapan bahan baku sebelum proses ekstraksi mencakup pengeringan bahan dan pengecilan ukuran bahan hingga mencapai ukuran yang tepat sesuai
dengan keperluan ekstraksi. Ukuran partikel bahan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan proses ekstraksi. Semakin kecil ukuran
partikel, semakin besar luas bidang kontak antara padatan dan pelarut, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan laju transfer massa semakin
tinggi [10]. Selain itu, waktu yang diperlukan komponen untuk keluar dari bahan menjadi lebih singkat sehingga proses ekstraksi dapat berlangsung lebih cepat.
Teknik pengecilan ukuran bahan dapat dilakukan dengan cara pengirisan, penghancuran atau penggilingan dengan mesin. Partikel bahan setelah pengecilan
sebaiknya berukuran seragam untuk mempermudah difusi pelarut ke dalam bahan. Bahan yang teralu halus juga dapat menggumpal sehingga sukar ditembus pelarut.
Oleh karena itu ukuran partikel yang baikk untuk proses ekstraksi adalah serbuk dengan ukuran 0,5 nm [11].
Pengeringan bahan sampai kadar air tertentu juga merupakan salah satu perlakuan pendahuluan terhadap bahan sebelum proses ekstraksi. Pengeringan
juga dapat mempermudah proses pengecilan ukuran dan meningkatkan mutu ekstrak dengan menghindari adanya air dalam ekstrak. Kadar air yang tinggi dapat
menyebabkan hasil ekstrak mengandung komponen larut air seperti pati dan gula. Umumnya tumbuhan dikeringkan pada suhu kamar dengan suhu kurang dari 30
o
C dan terhindar dari sinar matahari langsung. Radiasi sinar ultraviolet akibat pengeringan dengan matahari langsung dapat menyebabkan terjadinya perubahan
komposisi senyawa penyusun bahan [11]. 2.3.2
Pemilihan Jenis Pelarut Salah satu faktor penting lainnya dalam menentukan proses ekstraksi
menggunakan pelarut adalah pemilihan jenis pelarut yang digunakan. Jenis pelarut yang digunakan dalam proses ekstraksi akan mempengaruhi jenis senyawa
bioaktif yang terekstrak karena masing-masing pelarut mempunyai efisiensi dan selektifitas yang berbeda untuk melarutkan komponen bioaktif dalam bahan.
Pelarut hendaknya tidak berbahaya bagi pekerja, tidak bersifat racun, tidak mudah terbakar dan tidak bersifat korosif terhadap peralatan ekstraksi. Dalam
pertimbangan ekonomi diusahakan pemilihan pelarut yang murah dan mudah
10
didapat. Pelarut yang banyak digunakan dalam proses ekstraksi dengan pelarut adalah aseton, etanol, metanol, etil asetat, kloroform, heksana dan etilen diklorida
[27]. 2.3.3
Perbandingan Jumlah Pelarut dan Bahan Semakin besar volume pelarut yang digunakan dibandingkan jumlah
bahan yang diekstrak maka rendemen yang dihasilkan juga semakin besar. Semakin banyak pelarut yang ditambahkan maka semakin besar kemampuan
pelarut untuk melarutkan bahan sehingga semakin banyak komponen bahan yang dapat terekstrak oleh pelarut. Rendemen hasil ekstraksi akan terus meningkat
hingga larutan menjadi jenuh. Setelah titik jenuh larutan, tidak akan terjadi peningkatan rendemen dengan penambahan pelarut [27].
2.3.4 Pengaturan Kondisi Ekstraksi
Lama ekstraksi menentukan jumlah komponen yang dapat diekstrak dari bahan. Lama ekstraksi berhubungan dengan waktu kontak antara bahan dan
pelarut. Semakin lama waktu ekstraksi maka kesempatan untuk bersentuhan antara bahan dan pelarut semakin besar sehingga kelarutan komponen bioaktif
dalam larutan akan meningkat. Proses pengadukan larutan merupakan salah satu faktor penting dalam
proses ekstraksi untuk mempercepat pelarutan zat padat dan meningkatkan laju difusi bahan terlarut. Pergerakan pelarut disekitar bahan akibat pengadukan dapat
mempercepat kontak bahan dengan pelarut dan memindahkan komponen dari permukaan bahan ke dalam larutan dengan jalan membentuk suspensi serta
melarutkan komponen tersebut ke dalam media pelarut. Pengadukan dapat dilakukan dengan cara mekanis, penyemprotan udara atau dengan kombinasi
keduanya [11]. Ekstraksi akan berlangsung cepat jika dilakukan pada suhu yang tinggi, tetapi
hal ini dapat mengakibatkan beberapa komponen yang terdapat dalam tumbuhan akan mengalami kerusakan. Ekstraksi yang baik dilakukan pada
kisaran suhu 20 – 80
o
C tetapi suhu yang digunakan harus dibawah titik didih pelarut yang digunakan [10].
11
2.4 JENIS PELARUT