Perumusan Masalah Hipotesa Metode Pelepasan Terkontrol 1. Metode Difusi Penyalutan obat dengan polimer yang tidak larut Obat didispersikan dalam matriks tidak larut

sederhana tanpa memerlukan peralatan atau metode yang canggih serta efektif digunakan untuk obat-obat yang mengiritasi mukosa lambung, obat yang memiliki tempat absorbsi dalam saluran gastrointestinal dan tidak stabil pada pH lambung. Keuntungan di segi penyampaian obat yang baik adalah untuk mengurangi efek samping obat yang berbahaya. Hal ini memungkinkan penggunaan obat diformulasi dalam bentuk sediaan pelepasan terkontrol, sebagai matriks digunakan nata de coco yang bersifat semipermiabel dan dapat mengambang di dalam cairan lambung sehingga dapat digunakan untuk memperpanjang masa transit obat dan penetrasi cairan ke dalam matriks dapat dihambat dan akhirnya didapat sediaan pelepesan terkontrol.

1.2. Perumusan Masalah

- Apakah ada perbedaan antara pelepasan ibuprofen dalam membran nata de coco tidak berpori dengan pelepasan ibuprofen dalam membrane nata de coco pori 1, pori 4, pori 6 ?. - Untuk mengetahui apakah membran nata de coco dapat digunakan sebagai matriks untuk sediaan pelepasan terkontrol.

1.3. Hipotesa

- Ada perbedaan pelepasan ibuprofen dalam membran nata de coco tidak berpori terhadap pelepasan ibuprofen dalam membran nata de coco pori 1, pori 4, dan pori 6. - Membran Nata de coco dapat digunakan sebagai matriks untuk sediaan pelepasan terkontrol.

1.4 Tujuan

- Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pelepasan antara ibuprofen dalam membran nata de coco tidak berpori dan membran nata de coco pori 1, pori 4, pori 6 pada cairan usus buatan Medium pH 1,2 dan cairan lambung buatan medium pH 7,4. - Untuk mengetahui apakah membran nata de coco dapat digunakan sebagai matriks untuk sediaan pelepasan terkontrol. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Sediaan Pelepasan Terkontrol Tujuan utama dari suatu produk obat pelepasan terkontrol adalah untuk mencapai suatu efek terapetik yang diperpanjang disamping memperkecil efek samping yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh fluktuasi kadar obat dalam plasma Shargel dan Andrew, 1988. Istilah pelepasan terkontrol menunjukkan bahwa obat dilepaskan dari sediaan sesuai dengan yang direncanakan dan pelepasannya lebih lambat dari sediaan konvensional sehingga akan memperpanjang kerja obat Ansel, 1989 Sistem sustained release termasuk sistem penyampaian obat yang menghasilkan pelepasan obat yang lambat selama periode waktu yang panjang. Jika sistem berhasil mempertahankan level obat konstan dalam darah atau jaringan target, disebut controlled release. Jika tidak berhasil, tapi memperpanjang lama kerja melebihi dari yang dicapai oleh penyampaian secara konvensional, disebut prolonged release Longer, 1990. Suatu produk obat sustained release dirancang untuk melepaskan suatu dosis terapetik awal obat dosis muatan yang diikuti oleh suatu pelepasan obat yang lebih lambat dan konstan. Laju pelepasan dosis penjagaan dirancang sedemikian agar jumlah obat yang hilang dari tubuh melalui eliminasi diganti secara konstan. Dengan produk sustained release konsentrasi obat dalam plasma yang konstan dapat dipertahankan dengan fluktuasi yang minimal. 5 Suatu produk obat prolonged release dirancang untuk melepaskan obat secara lambat dan memberi suatu cadangan obat secara terus menerus salama selang waktu yang panjang. Produk obat prolonged action mencegah absorpsi obat yang sangat cepat, yang dapat mengakibatkan konsentrasi puncak obat dalam plasma yang sangat tinggi. Sebagian besar produk prolonged action memperpanjang lama kerja tetapi tidak melepaskan obat pada suatu laju yang tetap Shargel dan Andrew, 1988.

2.1.1 Kebaikan dan Keburukan Sediaan Pelepasan Terkontrol

Sediaan pelepasan terkontrol dapat menahan pelepasan obat sehingga frekuensi pemakaian obat menjadi lebih sedikit bila dibandingkan dengan sediaan konvensional sehingga memudahkan penderita dan mengurangi resiko kesalahan atau kelupaan. Aktifitas obat meningkat baik siang maupun malam hari, mengurangi fluktuasi kadar obat, mengurangi efek toksis, efek samping dan akumulasi obat pada pengobatan jangka panjang Shargel dan Andrew, 1988. Keburukan sediaan ini adalah jika sediaan tersebut gagal dilepas pada waktu yang tepat akan mengakibatkan terjadinya kelebihan dosis. Adanya suatu reaksi efek samping obat atau keracunan obat maka menghilangkan obat dari dalam tubuh menjadi lebih sulit. Adanya interaksi obat dan isi saluran cerna juga perubahan pergerakan saluran cerna menyebabkan absorbsi obat tidak menentu atau berubah- ubah. 2.2. Metode Pelepasan Terkontrol 2.2.1. Metode Difusi Difusi adalah suatu proses pergerakan molekul obat dari daerah konsentrasi tinggi ke daerah konsentrasi rendah. Pendekatan yang dilakukan terhadap metode difusi adalah sebagai berikut :

a. Penyalutan obat dengan polimer yang tidak larut

Inti obat disalut dengan polimer yang tidak larut dalam air. Bagian obat yang tidak larut dalam polimer akan berdifusi melalui suatu lapisan tipis dan bertukar dengan cairan disekelilingnya. Dalam hal ini berlaku persamaan : dimana : dQ A.D.K. ∆C = dt 1 dQdt = kecepatan pelepasan= luas permukaan D = koefisien difusi K = koefisien partisi obat dalam polimer 1 = panjang difusi atau tebal salut C = perbedaaan konsentrasi sebelah menyebelah membran polimer Kecepatan pelepasan akan tetap jika A, D, I dan C konstan sehingga akan menghasilkan pelepasan order nol.

b. Obat didispersikan dalam matriks tidak larut

Obat di dispersikan ke dalam polimer yang tidak larut dalam air. Medium akan berpenetrasi kedalam matriks dan obat akan bedifusi ke luar matriks. Dalam hal ini berlaku persamaan yang menggambarkan pelepasan obat yang diperoleh oleh Higuchi, yaitu : D. ½ Q= 2A – . Cs Q = jumlah obat yang dilepas persatuan luas permukaan tablet pada waktu t D = koefisien difusi obat dalam medium A = jumlah total obat dalam matriks persatuan volume Cs = kelarutan obat dalam medium € = porositas matriks

c. Penyalutan obat dengan polimer larut sebagian