Bahaya Plastik Kresek Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap

2.3 Bahaya Plastik Kresek Daur Ulang Sebagai Wadah Makanan Siap Santap

Dalam kehidupan sehari-hari plastik kresek memang memiliki banyak kegunaan. Namun plastik juga memiliki kelemahan, yaitu tidak tahan panas, dapat mencemari produk akibat migrasi komponen monomer yang akan berakibat buruk terhadap kesehatan konsumen. Beberapa jenis kemasan plastik berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan termasuk diantaranya kantung plastik kresek berwarna serta kemasan plastik berbahan dasar polistiren dan polivinil klorida PVC. Banyak dari kantung plastik kresek daur ulang dibuat dari plastik bekas yang riwayat penggunaannya tidak jelas melalui proses daur ulang yang tidak terjamin kebersihannya dan proses daur ulang dalam pembuatan plastik kresek juga menggunakan bahan kimia tertentu Handayani, 2003. Dalam kegunaannya plastik kresek juga menjadi pembungkus makanan termasuk makanan siap santap yang dijajakan penjual. Makanan siap santap adalah makanan yang umumnya telah diproses melalui proses pemanasan. Di Indonesia, sebagian besar makanan siap santap diproses dengan panas tinggi dalam waktu yang cukup lama karena pada umumnya masyarakat Indonesia terbiasa menyantap makanan yang benar-benar matang Ratih dan Hariyadi, 2005. Dewasa ini pangan disajikan dalam berbagai bentuk dan variasi, salah satunya adalah makanan olahan siap saji atau siap santap. Pelaku usaha bisnis rumah makan atau lebih umum disebut dengan penjual makanan semakin menjamur dengan berbagai jenis menu dan aneka konsep rumah makan, demikian juga dengan penjual makanan jajanan pinggir jalan. Tidak sedikit penjual makanan yang menyediakan fasilitas bawa pulang take away untuk mempermudah konsumen dalam mengkonsumsi makanan, apabila konsumen Universitas Sumatera Utara berniat untuk menikmati makanan tersebut di tempat lain atau untuk diberikan kepada orang lain atau kerabat Ayodya, 2007. Biasanya para penjual makanan pinggir jalan memberikan plastik kresek sebagai wadah makanan siap santap yang dibeli oleh pembeli. Namun ada sisi negatif dari pemberian plastik kresek ini terhadap makanan siap santap yang dibeli karena makanan panas yang dibeli oleh pembeli tersebut dapat bereaksi dengan komponen kimia pembuat plastik kresek tersebut. Makanan tersebut langsung dikonsumsi oleh konsumen dan dapat menimbulkan efek kesehatan. Menurut Nurhadi dalam Handayani 2003, plastik yang dijadikan bahan kemasan makanan dibuat dari berbagai bahan kimia seperti polypropilene, polyetilene, polyvinyl chloride, dan polycarbonate. Selain itu, sejenis bahan pelembut plastikizers turut dimasukkan agar produk plastik tersebut bertekstur licin dan mudah dilenturkan untuk dibentuk dalam aneka bentuk yang menarik. Bahan pelembut ini kebanyakannya terdiri dari kumpulan phthalate. Untuk membuatnya menjadi kaku maka ditambahkan filler, misalnya untuk tutup botol air kemasan, lalu ada senyawa compound dalam proses pewarnaan, membuat agar tahan panas, dan lain-lain. Kestabilan semua bahan akan menjamin keamanan produk plastik tersebut. Pada tahun 1997 sewaktu Indonesia mengalami krisis moneter, adalah awal ditemukannya plastik kresek berbau. Hal itu disebabkan karena pada saat itu produsen kesulitan mendapatkan bahan baku plastik untuk didaur ulang. Akibatnya, plastik yang sudah lama dan rusaklah yang didaur ulang. Itulah sebabnya, mengapa plastik kresek hitam itu bau. Sebenarnya plastik kresek itu tidak berbau dan berwarna. Jadi, bila ada plastik yang bau dan berwarna gelap jangan gunakan untuk membungkus makanan. Menggunakan plastik kresek hitam daur ulang sebagai wadah Universitas Sumatera Utara makanan seperti gorengan juga tidak boleh. Karena, plastik itu didesain bukan untuk makanan. Sentuhan antara makanan dan plastik itu akan mengeluarkan pelarut yang berbahaya bagi kesehatan. Ditambah lagi, dengan bau tidak sedap yang muncul dari plastik tersebut. Kantong kresek hitam daur ulang mengandung beberapa zat aditif yang sangat berbahaya bagi manusia. Plastik kresek hitam daur ulang tersebut mengandung zat aditif seperti ester ftalat, ester adipat atau diethylhexyl adipate DEHA yang merupakan zat kimia pelentur atau dikenal plasticizer. Kemudian zat pewarna berupa senyawa krom Cr, Titan dioksida TiO2, zat stabilizer seperti Plumbun Pb, Cadmium Cd, Seng Zn, SnCH33 dan epoxidized soybean oil ESBO Hadi, 2002. Pada tahun 2010, Pusat Data dan Informasi Persatuan Rumah Sakit Seluruh Indonesia PERSSI dan Badan Pengawas Obat dan Makanan BPOM juga pernah mengimbau agar masyarakat tidak menggunakan tas kresek hitam untuk membungkus makanan siap santap. BPOM menjelaskan tas plastik jenis ini kebanyakan merupakan produk daur ulang. Sementara itu, penggunaan sebelumnya tidak diketahui, apakah bekas wadah pestisida, limbah rumah sakit, kotoran hewan dan manusia, atau limbah logam berat. Proses daur ulang itu juga diketahui menggunakan berbagai bahan kimia yang berbahaya bagi kesehatan Suhendra, 2009. Plastik kresek daur ulang berbahaya bila dijadikan pembungkus langsung pada makanan siap santap. Oleh karena itu sebaiknya untuk membawa makanan tersebut plastik kresek hitam daur ulang sebaiknya diberi alas seperti daun pisang. Universitas Sumatera Utara

2.4 Efek Toksik Plastik Kresek Hitam Daur Ulang bagi Tubuh