Hukum Acara Anak yang Berkonflik dengan Hukum dalam Peradilan

Sistem Peradilan Pidana Anak, kewajiban adanya advokat atau pemberi bantuan hukum membuat pemerintah harus segera mampu merealisasikan Undang-undang No.16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum tersebut.

C. Hukum Acara Anak yang Berkonflik dengan Hukum dalam Peradilan

Pidana Anak Hukum acara pidana sering disebut juga dengan hukum pidana formil. Menurut Lamintang, hukum pidana formal memuat peraturan perundang- undangan yang mengatur tentang bagaimana caranya hukum pidana yang sifatnya abstrak itu diberlakukan secara konkret. 82 Sedangkan Soedarto mengatakan bahwa hukum pidana formal mengatur bagaimana dengan perantaraan alat-alat perlengkapannya melaksanakan haknya untuk mengenakan pidana. 83 Dengan demikian dapat dilihat bahwa hukum acara peradilan anak adalah usaha supaya hukum pidana materiil anak dapat diberlakukan atau ditegakkan. Undang-undang No.11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak mengatur mengenai hukum acara peradilan pidana anak dalam Bab Iii dari Pasal 16 sampai dengan 62. Jumlahnya sebanyak 47 pasal yang mengatur mengenai hukum acara peradilan pidana anak. Hukum acara peradilan pidana anak merupakan lex specialis dari hukum acara pidana umum yang mengacu pada Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana, maka ketentuan beracara dalam hukum acara pidana berlaku juga dalam 82 P.A.F. Lumintang, Dasar-dasar Hukum Pidana Indonesia Bandung: Sinar Baru, 1984 Hal.10 dalam Buku Angger Sigit Pramukti dan Fuady Primaharsya, Sistem Peradilan Pidana Anak, Jakarta : Pustaka Yustisia, 2015 Hal.73 83 Sudarto, Hukum Pidana IA Semarang: Yayasan Sudarto, Cet.II, 1990 Hal. 10 dalam buku Angger Sigit Pramukti dan Fuady Primaharsya, Ibid., acara peradilan pidana anak, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang No.11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak. Sebagai bentuk pemberian jaminan perlindungan hak-hak anak, maka penyidik, penuntut umum, dan hakim wajib memberikan perlindungan khusus bagi anak yang diperiksa karena tindak pidana yang dilakukannya dalam situasi darurat serta perlindungan khusus dan dilaksanakan melalui penjatuhan sanksi tanpa pemberatan. 84 Jaminan perlindungan hak-hak anak juga terdapat dalam pasal 18 yang menyebutkan bahwa dalam menangani perkara anak, anak korban, danatau anak saksi, pembimbing kemasyarakatan, pekerja sosial profesional dan tenga kesejahteraan sosial, penyidik, penuntut umum, hakim dan advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya wajib memperhatikan kepentingan terbaik bagi anak dan mengusahakan suasana kekeluargaan tetap terpelihara. 85 Dalam hal ini suasana kekeluargaan misalnya suasana yang membuat anak nyaman, ramah anak, serta tidak menimbulkan ketakutan dan tekanan. Selanjutnya pasal 19 juga menyebutkan bahwa segala yang berhubungan dengan identitas anak, anak korban, danatau anak saksi wajib dirahasiakan dalam pemberitaan dimedia cetak ataupun elektronik bahkan identitas sebagaimana dimaksud diatas meliputi nama anak, nama anak korban, nama saksi, nama orang tua, alamat, wajah, dan hal lain yang dapat mengungkapkan jati diri anak, anak korban, danatau anak saksi. 84 Pasal 17 Undang-undang No.11 tahun 2012 85 Pasal 18 Undang-undang No.11 tahun 2012 Apabila tindak pidana dilakukan oleh anak sebelum genap berumur 18 delapan belas tahun dan diajukan kesidang pengadilan dimana setelah anak yang bersangkutan melampaui batas umur 18 delapan belas tahun, tetapi belum mencapai umur 21 dua puluh satu tahun, akan tetap diajukan kesidang anak. Pada pasal 21 ditentukan anak yang belum berumur 12 dua belas tahun melakukan atau diduga melakukan tindak pidana, Penyidik, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Pekerja Sosial Profesional mengambil keputusan untuk: 1. Menyerahkannya kembali kepada orang tuawali; atau 2. Mengikutsertakannya dalam program pendidikan, pembinaan dan pembimbingan di instansi pemerintah atau Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial di instansi yang menangani bidang kesejahteraan sosial, baik di tingkat pusat maupun daerah, paling lama 6 enam bulan Keputusan tersebut semuanya diserahkan kepengadilan untuk ditetapkan dalam waktu paling lama 3 tiga hari. Disamping itu, Bapas wajib melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan program pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan kepada anak. Dalam hal hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pernyataan diatas, maka anak dinilai masih memerlukan pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan lanjutan, masa pendidikan, pembinaan, dan pembimbingan dapat diperpanjang paling lama 6 enam bulan. Instansi pemerintah dan Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial sebagaimana dijelaskan diatas, wajib menyampaikan laporan perkembangan anak kepada Bapas secara berkala setiap bulan, serta ketentuan lebih lanjut mengenai syarat dan tata cara pengambilan keputusan serta program pendidikan, pembinaan dan pembimbingan. Pada proses pe rsidangan pasal 22 berbunyi “ Penyidik, Penuntut Umum, Hakim, Pembimbing Kema sya rakatan, Advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, dan petugas lain dalam memeriksa perka ra anak, anak korban, danatau anak saksi tidak memakai toga atau atribut kedinasan ”. Perlakuan ini dimaksudkan agar anak tidak merasa takut dan seram menghadapi hakim, Penuntut Umum, Penyidik, Penasehat Hukum, Pembimbing Kemasyarakatan, dan petugas lainnya, sehingga dapat mengeluarkan perasaannya pada hakim mengapa ia melakukan suatu tindak pidana. Selain itu, juga berguna mewujudkan suasana kekeluargaan agar tidak menjadi peristiwa yang mengerikan bagi anak. 86 Disetiap tingkat pemeriksaan, anak wajib diberikan bantuan hukum dan didampingi oleh Pembimbing Kemasyarakatan atau pendamping lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Bahkan, dalam setiap tingkat pemeriksaan, anak korban atau saksi wajib didampingi oleh orang tua danatau orang yang dipercaya oleh anak korban danatau anak saksi, atau pekerjaan sosial. Dalam hal orang tua sebagai tersangka danatau terdakwa perkara yang sedang diperiksa, ketentuan sebagaimana dimaksud diatas tidak berlaku bagi orang tua. Selanjutnya, hukum acara peradilan pidana anak adalah sebagai berikut : 1. Penyidikan 86 M.Nasir Djamil, Op.Cit., Hal.154 Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya. 87 Ini artinya bahwa penyidikan dalam perkara pidana anak adalah kegiatan penyidik anak untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang dianggap atau diduga sebagai tindak pidana yang dilakukan anak. Dalam pasal 26 Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak, disebutkan : a. Penyidikan terhadap perkara anak dilakukan oleh penyidik yang ditetapkan berdasarkan keputusan kepala kepolisian negara Republik Indonesia atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; b. Pemeriksaan terhadap anak korban atau anak saksi dilakukan oleh penyidik; c. Syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Penyidik adalah sebagai berikut : 1 Telah berpengalaman sebagai penyidik; 2 Mempunyai minat, perhatian, dedikasi dan memahami masalah anak; dan 3 Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak. Untuk melakukan penyidikan terhadap perkara anak, penyidik wajib meminta pertimbangan atau saran dari Pembimbing Kemasyarakatan setelah 87 Pasal 1 angka 2 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana tindak pidana dilaporkan atau diadukan. Dalam hal dianggap perlu, penyidik dapat meminta pertimbangan atau saran dari ahli pendidikan, psikolog, psikiater, tokoh agama, pekerja sosial profesional atau tenaga kesejahteraan sosial dan tenga ahli lainnya, bahkan dalah hal melakukan pemeriksaan terhadap anak korban dan anak saksi, penyidik wajib meminta laporan sosial dari pekerja sosial profesional atau tenaga kesejahteraan sosial setelah tindak pidana dilaporkan atau diadukan. Sehingga, hasil penelitian kemasyarakatan wajib diserahkan oleh Bapas kepada Penyidik dalam waktu paling lama 3 x 24 tiga kali dua puluh empat jam setelah permintaan penyidik diterima. Pada prinsipnya, penyidik wajib mengupayakan diversi dalam waktu paling lama 7 tujuh hari setelah penyidikan dimulai. Dan proses diversi sebagaimana dimaksud diatas dilaksanakan paling lama 30 tiga puluh hari setelah dimulainya diversi. Dalam hal proses diversi berhasil mencapai kesepakatan, penyidik menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk dibuat penetapan. Apabila diversi gagal, Penyidik wajib melanjutkan penyidikan dan melimpahkan perkara ke Penuntut Umum dengan melampirkan berita acara diversi dan laporan penelitian kemasyarakatan. 2. Penangkapan dan Penahanan Wewenang yang diberikan kepada penyidik sedemikian luasnya. Bersumber dari wewenang yang diberikan sebuah undang-undang, penyidik berhak mengurangi kebebasan dan hak asasi seseorang, asal hal itu masih berpijak pada landasan hukum yang sah berupa penangkapan dan penahana. Hal tersebut juga ada dalam hukum acara peradilan pidana anak. 88 Penangkapan adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila terdapat cukup bukti guna kepentingan penyidikan atau penuntutan danatau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang. 89 Pasal 30 Undang-undang Sistem Peradilan Pidana Anak berbunyi : a. Penangkapan terhadap anak dilakukan guna kepentingan penyidikan paling alam 24 dua puluh empat jam; b. Anak yang ditangkap wajib ditempatkan dalam ruang pelayanan khusus Anak; c. Dalam hal ruang pelayanan khusus Anak belum ada di wilayah yang bersangkutan, Anak dititipkan di Lembaga Penyelenggara Kesejahteraan Sosial 90 ; d. Penangkapan terhadap Anak wajib dilakukan secara manusiawi dengan memperhatikan kebutuhan sesuai dengan umurnya; e. Biaya bagi setiap Anak yang ditempatkan di LPKS dibebankan pada anggaran kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang sosial. 88 M. Nasir Djamil, Op.Cit., Hal.156 89 Pasal 1 angka 20 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana 90 Selanjutnya akan disingkat saja dengan LPKS Disamping itu, dalam melaksanakan penyidikan, penyidik berkoordinasi dengan Penuntut Umum serta berkoordinasi sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa, dilakukan dalam waktu paling lama 1 x 24 satu kali dua puluh empat jam sejak dimulainya penyidikan. Penahanan terhadap anak tidak boleh dilakukan dalam hal anak memperoleh jaminan dari orang tuawali danatau lembaga bahwa anak tidak akan melarikan diri, tidak akan menghilangkan atau merusak barang bukti, danatau tidak akan mengulangi tindak pidana. Penahanan adalah penempatan tersangka atau terdakwa di tempat tertentu oleh penyidik atau penuntut umum atau hakim dengan penetapannya, dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang- undang. 91 Penahanan terhadap anak hanya dapat dilakukan dengan syarat sebagai berikut: a. Anak telah berumur 14 empat belas tahun atau lebih; dan b. Diduga melakukan tindak pidana dengan ancaman pidana penjara 7 tujuh tahun atau lebih. Ketentuan ini menjadi hal baru sebagai bentuk pemberian batas usia anak yang dapat ditahan, mengingat usia dibawah 14 empat belas tahun yang masih rentan untuk bisa ditahan. Jaminan hak anak juga masih harus diberikan selama anak ditahan, berupa kebutuhan jasmani, rohani dan sosial anak harus tetap dipenuhi. Untuk melindungi keamanan anak, dapat dilakukan penempatan anak di LPKS. 91 Pasal 1 angka 21 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Penahanan untuk kepentingan penyidikan dilakukan paling lama 7 tujuh hari, dan jangka waktu penahanan dimaksud atas permintaan penyidik dapat diperpanjang oleh Penuntut Umum paling lama 8 delapan hari. Apabila jangka waktu itu telah berakhir, anak wajib dikeluarkan demi hukum 92 , serta penahanan terhadap anak dilaksanakan di Lembaga Penempatan Anak Sementara. Dalam hal tidak terdapat LPAS, penahanan dapat dilakukan di LPKS setempat. Dalam hal penahanan dilakukan untuk kepentingan penuntutan, penuntut umum dapat melakukan penahanan paling lama 5 lima hari. Jangka waktu penahanan sebagaimana permintaan Penuntut Umum dapat diperpanjang oleh hakim pengadilan negeri paling lama 5 lima hari, dan dalam hal jangka waktu dimaksud telah berakhir, anak wajib dikeluarkan demi hukum. Dalam hal penahanan dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan di sidang pengadilan, hakim dapat melakukan penahanan paling lama 10 sepuluh hari. Jangka waktu permintaan hakim dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Negeri paling lama 15 lima belas hari. Apabila jangka waktu telah berakhir dan hakim belum memberikan putusan, anak wajib dikeluarkan demi hukum. Penetapan pengadilan mengenai penyitaan barang bukti dalam perkara anak harus ditetapkan paling lama 2 dua hari. Dalam hal penahanan dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan di tingkat banding, hakim banding dapat melakukan penahanan paling lama 10 sepuluh hari. Jangka waktu sebagaimana dimaksud penjelasan diatas permintaan hakim banding dapat diperpanjang oleh Ketua Pengadilan Tinggi paling lama 15 lima belas hari. Dalam hal jangka 92 Selanjutnya disingkat dengan LPAS waktu, apabila telah berakhir dan hakim banding belum memberikan putusan, anak wajib dikeluarkan demi hukum. Dalam hal penahanan terpaksa dilakukan untuk kepentingan pemeriksaan di tingkat kasasi, hakim kasasi dapat melakukan penahanan paling lama 15 lima belas hari. Jangka waktu sebagaimana dimaksud diatas, permintaan hakim kasasi dapat diperpanjang oleh ketua Mahkamah Agung paling lama 20 dua puluh hari. Jika telah berakhir, hakim kasasi belum memberikan putusan, anak wajib dikeluarkan demi hukum. Disamping itu, pejabat yang melakukan penangkapan atau penahanan wajib memberitahukan kepada anak dan orang tuawali mengenai hak memperoleh bantuan hukum. Apabila pejabat tersebut tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud diatas, penangkapan atau penahanan terhadap anak batal demi hukum. Tabel Perbedaan Penahanan Menurut SPPA dengan KUHAP No Penahanan Menurut SPPA 93 Menurut KUHAP 94 1 Penahanan oleh penyidik 7 hari 20 hari 2 Perpanjangan oleh Penuntut Umum 8 hari 40 hari 3 Penahanan oleh Penuntut Umum 5 hari 20 hari 4 Perpanjangan oleh Hakim PN 5 hari 30 hari 5 Penahanan oleh Pengadilan Negeri 10 hari 30 hari 6 Perpanjangan oleh Ketua Pengadilan Negeri 15 hari 60 hari 7 Penahanan pada tingkat banding 10 hari 30 hari 8 Perpanjangan oleh ketua Pengadilan tinggi 15 hari 60 hari 9 Penahanan pada tingkat kasasi 15 hari 50 hari 10 Perpanjangan oleh Ketua Mahkamah Agung 20 hari 60 hari Total penahanan 110 hari 400 hari 3. Penuntutan Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan perkara pidana ke pengadilan negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan. 95 Penuntutan dalam acara pidana anak mengandung pengertian tindakan Penuntut Umum Anak untuk melimpahkan 93 Sistem Peradilan Pidana Anak pada pasal 33-38 94 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana pada pasal 20-28 95 Pasal 1 angka 7 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana perkara anak ke pengadilan anak dengan permintaan supaya diperiksa dan diputus oleh hakim anak dalam persidangan anak. Pasal 41 menentukan bahwa Penuntut Umum ditetapkan berdasarkan Keputusan Jaksa Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Jaksa Agung. Syarat untuk dapat ditetapkan sebagai Penuntut Umum sebagaimana dimaksud diatas meliputi : a. Telah berpengalaman sebagai Penuntut Umum; b. Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak; dan c. Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak. Apabila belum terdapat Penuntut Umum yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud, tugas penuntutan dilaksanakan oleh Penuntut Umum yang melakukan tugas penuntutan bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa. Penuntut Umum wajib mengupayakan diversi paling lama 7 tujuh hari setelah menerima berkas perkara dari Penyidik dan diversi sebagaimana dimaksud, dilaksanakan paling lama 30 tiga puluh hari. Dalam hal proses diversi berhasil mencapai kesepakatan, Penuntut Umum menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk dibuat penetapan. Apabila dalam hal diversi gagal, Penuntut Umum wajib menyampaikan berita acara diversi dan melimpahkan perkara ke pengadilan dengan melampirkan laporan hasil penelitian kemasyarakatan. 4. Hakim Pengadilan Anak a. Hakim Tingkat Pertama Hakim Pengadilan Anak, yaitu terhadap Hakim Tingkat Pertama, pemeriksaan di sidang pengadilan terhadap perkara anak dilakukan oleh hakim yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Ketua Mahkamah Agung atau pejabat lain yang ditunjuk oleh Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan melalui Ketua Pengadilan Tinggi. Syarat untuk dapat ditetapkan sebagai hakim meliputi : 1 Telah berpengalaman sebagai hakim dalam lingkungan peradilan umum; 2 Mempunyai minat, perhatian, dedikasi, dan memahami masalah anak; dan 3 Telah mengikuti pelatihan teknis tentang peradilan anak. Apabila belum ada hakim yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan diatas, maka tugas pemeriksaan di sidang anak dilaksanakan oleh hakim yang melakukan tugas pemeriksaan bagi tindak pidana yang dilakukan oleh orang dewasa. Disamping itu, hakim memeriksa dan memutus perkara anak dalam tingkat pertama dengan hakim tunggal, serta Ketua Pengadilan Negeri dapat menetapkan pemeriksaan perkara anak dengan hakim majelis dalam hal tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 7 tujuh tahun atau lebih atau sulit pembuktiannya bahkan didalam setiap persidangan Hakim dibantu oleh seseorang penitera atau panitera pengganti. b. Hakim Banding Begitu juga dengan hakim banding, dimana hakim banding ditetapkan berdasarkan keputusan Ketua Mahkamah Agung atas usul Ketua Pengadilan Tinggi yang bersangkutan. Hakim banding memeriksa dan memutus perkara anak dalam tingkat banding dengan hakim tunggal. Ketua Pengadilan Tinggi dapat menetapkan pemeriksaan perkara anak dengan hakim majelis dalam hal tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 7 tujuh tahun atau lebih atau sulit pembuktiannya serta didalam menjalankan tugasnya, hakim banding dibantu oleh seorang panitera atau seorang panitera pengganti. c. Hakim Kasasi Hakim kasasi ditetapkan berdasarkan keputusan Ketua Mahkamah Agung. Hakim Kasasi memeriksa dan memutus perkara anak dalam tingkat kasasi sebagai hakim tunggal. Ketua Mahkamah Agung dapat menetapkan pemeriksaan perkara anak dengan hakim majelis dalam hal tindak pidana yang diancam dengan pidana penjara 7 tujuh tahun atau lebih atau sulit pembuktiannya. Didalam menjalankan tugasnya, Hakim Kasasi dibantu oleh seorang panitera atau seorang panitera pengganti. d. Hakim Peninjauan Kembali Pada tahap proses Peninjauan Kembali terhadap putusan pengadilan mengenai perkara anak yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dapat dimohonkan Peninjauan Kembali oleh anak, orang tuawali danatau advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya kepada Ketua Mahkamah Agung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 5. Pemeriksaan di Sidang Pengadilan Pada proses pemeriksaan di sidang pengadilan, ketua pengadilan wajib menetapkan hakim atau majelis hakim untuk menangani perkara anak paling lama 3 tiga hari setelah menerima berkas perkara dari Penuntut Umum. Hakim wajib mengupayakan diversi paling lama 7 tujuh hari setelah ditetapkan oleh Ketua Pengadilan Negeri sebagai hakim, sehingga diversindilaksanakan paling lama 30 tiga puluh hari. Pada prinsipnya, proses diversi dapat dilaksanakan diruang mediasi Pengadilan Negeri. Apabila proses diversi berhasil mencapai kesepakatan, hakim menyampaikan berita acara diversi beserta kesepakatan diversi kepada Ketua Pengadilan Negeri untuk dibuat penetapannya. Bahkan, apabila proses diversi tidak berhasil dilaksanakan, perkara dilanjutkan ke tahap persidangan. Pada proses persidangan, pada prinsipnya anak disidangkan dalam ruang sidang khusus anak serta ruang tunggu sidang anak dipisahkan dari ruang tunggu sidang orang dewasa. Adapun waktu sidang anak didahulukan dari waktu sidang orang dewasa. Disamping itu, hakim memeriksa perkara anak dalam sidang yang dinyatakan tertutup untuk umum, kecuali pembacaan putusan. Dalam sidang anak, hakim wajib memerintahkan orang tuawali atau pendamping, advokat, atau pemberi bantuan hukum lainnya, dan Pembimbing Kemasyarakatan untuk mendampingi anak. Apabila orang tuawali danatau pendamping tidak hadir, sidang tetap dilanjutkan dengan didampingi advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya danatau Pembimbing Kemasyarakatan. Dalam hal hakim tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud diatas, sidang anak batal demi hukum. Setelah hakim membuka persidangan dan menyatakan sidang tertutup untuk umum, anak dipanggil masuk beserta orang tuawali, advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, dan Pembimbing Kemasyarakatan. Persidangan perkara anak bersifat tertutup agar tercipta suasana tenang dan penuh dengan kekeluargaan, sehingga anak dapat mengutarakan segala peristiwa dan perasaannya secara terbuka dan jujur selama sidang berjalan. Setelah surat dakwaan dibacakan, hakim memerintahkan Pembimbing Kemasyarakatan membacakan laporan hasil penelitian kemasyarakatan mengenai anak yang bersangkutan tanpa kehadiran anak, kecuali hakim berpendapat lain, laporan tersebut berisi tentang : 1 Data pribadi anak, keluarga, pendidikan, dan kehidupan sosial; 2 Latar belakang dilakukannya tindak pidana; 3 Keadaan korban dalam hal ada korban dalam tindak pidana terhadap tubuh dan nyawa; 4 Hal lain yang dianggap perlu; 5 Berita acara diversi; dan 6 Kesimpulan dan rekomendasi dari Pembimbing Kemasyarakatan. Pada saat pemeriksaan anak korban danatau anak saksi, hakim dapat memerintahkan agar anak dibawa keluar ruang sidang. Pada saat pemeriksaan anak korban danatau anak saksi, orang tuawali, advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, dan Pembimbing Kemasyarakatan tetap hadir. Maka, dalam hal anak korban danatau anak saksi tidak dapat hadir untuk memberikan keterangan di depan sidang pengadilan, hakim dapat memerintahkan anak korban danatau anak saksi didengar keterangannya : 1 Diluar sidang pengadilan melalui perekam elektronik yang dilakukan oleh Pembimbing Kemasyarakatan di daerah hukum setempat dengan dihadiri oleh penyidik atau Penuntut Umum dan advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya; atau 2 Melalui pemeriksaan langsung jarak jauh dengan alat komunikasi audiovisual dengan didampingi oleh orang tuawali, Pembimbing Kemasyarakatan atau pendamping lainnya. Pada dasarnya, sidang anak dilanjutkan setelah anak diberitahukan mengenai keterangan yang telah diberikan oleh anak korban danatau anak saksi pada saat Anak berada diluar ruang sidang pengadilan. Maka, sebelum menjatuhkan putusan, hakim memberikan kesempatan kepada orang tuawali danatau pendamping untuk mengemukakan hal yang bermanfaat bagi anak. Dalam hal tertentu anak korban diberi kesempatan oleh hakim untuk menyampaikan pendapat tentang perkara yang bersangkutan. Sehingga, hakim wajib mempertimbangkan laporan penelitian kemasyarakatan dari Pembimbing Kemasyarakatan sebelum menjatuhkan putusan perkara, serta dalam hal laporan penelitian kemasyarakatan sebagaimana dimaksud diatas tidak dipertimbangkan dalam putusan hakim, putusan batal demi hukum. Pada proses pembacaan putusan pengadilan dilakukan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan dapat tidak dihadiri oleh anak. Identitas anak, anak korban, danatau anak saksi tetap harus dirahasiakan oleh media massa sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 dengan hanya menggunakan inisial tanpa gambar. Untuk itu, pengadilan wajib memberikan petikan putusan pada hari putusan diucapkan kepada anak atau advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, Pembimbing Kemasyarakatan, dan Penuntut Umum serta pengadilan wajib memberikan salinan putusan paling lama 5 lima hari sejak putusan diucapkan kepada anak atau advokat atau pemberi bantuan hukum lainnya, Pembimbing Kemasyarakatan dan Penuntut Umum. BAB IV PEMBERIAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA OLEH LEMBAGA BANTUAN HUKUM MEDAN

A. Sejarah Singkat Berdirinya Lembaga Bantuan Hukum Medan

Dokumen yang terkait

PELAKSANAAN BANTUAN HUKUM CUMA-CUMA YANG DIBERIKAN OLEH ADVOKAT KEPADA MASYARAKAT YANG KURANG MAMPU.

1 13 17

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 2 11

PENDAHULUAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 3 15

PENUTUP PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 3 5

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 9

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 1

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 28

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 26

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan) Chapter III V

0 0 54

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

0 0 2