Medan Tzu-Chi Center (Green Architecture)

(1)

MEDAN TZU-CHI CENTER

(GREEN ARCHITECTURE)

LAPORAN PERANCANGAN TKA 490 – TUGAS AKHIR

SEMESTER B TAHUN AJARAN 2010 / 2011

Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Arsitektur

Oleh :

HENDRA

070406032

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(2)

MEDAN TZU-CHI CENTER

(GREEN ARCHITECTURE)

OLEH :

HENDRA

070406032

Medan, 22 Juni 2011

Disetujui Oleh :

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Morida Siagian, MURP

Ir. Samsul Bahri, MT

NIP. 196008021986012004 NIP. 19650318199501101

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N. Vinky Rahman, M.T.

NIP. 196606221997021001


(3)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR (SHP2A)

Nama : Hendra

NIM : 07 0406 032

Judul Proyek Tugas Akhir : Medan Tzu-Chi Center

Tema : Green Architecture

Rekapitulasi Nilai :

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan :

No. Status

Waktu Pengumpulan

Laporan

Paraf Pembimbing I

Paraf Pembimbing II

Koordinator TKA-490 1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa Sidang

4. Perbaikan Dengan Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, 22 Juni 2011

A B+ B C+ C D E

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N. Vinky Rahman, M.T. NIP: 196606221997021001

Koordinator TKA-490,

Ir. N. Vinky Rahman, M.T. NIP: 196606221997021001


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah menjadi sumber kekuatan dan penghiburan selama berlangsungnya pengerjaan tugas akhir ini.

Tugas akhir ini mengambil judul: Medan Tzu Chi Center. Tugas akhir ini merupakan syarat yang diwajibkan bagi mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik.

Pada kesempatan ini, dengan tulus dan kerendahan hati, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan sebesar-besarnya kepada pembimbing tugas akhir ibu Ir. Morida Siagian , MURP dan kepada bapak Ir.Samsul Bahri, MT sebagai pembimbing tugas akhir, atas kesediaannya membimbing, brain storming , motivasi , pengarahan dan waktu beliau kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini.

Rasa hormat dan terima kasih yang sama juga penulis tujukan kepada:

1. Bapak Ir. N. Vinky Rahman, MT., Ketua Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dan Ibu dosen staff pengajar Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

3. Orang tua saya yang tercinta, Bapak Tjan Tjie Min dan Ibu Tjen Lien untuk semua kasih, perhatian, dukungan, doa, kesabaran dan segala pengorbanannya selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

4. Saudara saya, Hendri dan hendro yang memberikan motivasi , serta perhatiannya.

5. Pembimbing yang membantu saya mengenal dunia Tzu Chi, Bapak Leo Samuel Salim, sebagai motivator dan juga mentor saya dalam melaksanakan tugas akhir.

6. Semua teman - teman di Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara yang memotivasi saya untuk mengambil tugas akhir ini dan mendukung saya untuk tetap berjuang hingga akhir. Terutama kepada Sdr. Edy Saputra,ST, Yenfeni Riyawati,ST, Dian,ST atas bimbingan dan masukannya.


(5)

7. Semua teman – teman Studio Tugas Akhir Semester B TA 2010 / 2011, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Wilcen (2007), Anggrelany (2007), Catherine (2007), Claudia (2007), Shelly (2007), Jessica (2007), Julaiha (2007), Yohana (2007), Agus (2007), Maik (2007) dan semua teman-teman lainnya yang menaruh perhatian dan selalu siap membantu ketika saya mengahadapi masalah di dalam tugas akhir ini.

8. Adik – adik stambuk 2008 - 2010, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas dukungan, bantuan, pendapat, waktu, dan dorongan kepada penulis selama proses pengerjaan tugas akhir ini.

Kiranya Tuhan Yang Maha Esa memberikan dan melimpahkan kasih dan berkat-Nya bagi mereka atas segala yang telah diperbuat untuk penulis.

Penulis sungguh menyadari bahwa tugas akhir ini masih mempunyai banyak kekurangan. Karena itu penulis membuka diri terhadap kritikan dan saran bagi penyempurnaan tugas akhir ini. Dan, akhirnya penulis berharap tulisan ini memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di lingkungan Departemen Arsitektur USU.

Medan, Juni 2011 Hormat saya,

Hendra


(6)

DAFTAR ISI

LEMBARAN PENGESAHAN

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK AKHIR ( SHP2A ) ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI...iv

DAFTAR GAMBAR ...viii

DAFTAR TABEL ...xi

BAB I PENDAHULUAN 1 I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Maksud dan Tujuan ... 3

I.3 Perumusan Masalah ... 3

I.4 Pendekatan Masalah Perancangan ... 4

I.5 Lingkup dan Batasan Proyek ... 4

I.6 Kerangka Berpikir ... 5

I.7 Sistematika Penulisan Laporan ... 6

BAB II DESKRIPSI PROYEK 7 II.1. Pengertian Judul ... 7

II.2. Tinjauan Umum ... 7

II.2.1 Pengenalan tentang Tzu Chi ... 7

II.2.2 Sejarah Tzu Chi ... 8

II.2.3 Misi Amal ... 10

II.2.3.1 Membawa harapan kepada orang yang membutuhkan ... 10

II.2.3.2 Mengganti Penderitaan dengan memberikan Kasih Sayang ... 11

II.2.4 Misi Kesehatan ... 12

II.2.4.1 Mengurangi Penderitaan terhadap Penyakit ... 12


(7)

II.2.4.2 Perawatan Medis gratis terhadap

Yang membutuhkan ... 13

II.2.5 Misi Pendidikan ... 13

II.2.5.1 Sistem Pendidikan yang Yang Comprehensive ... 13

II.2.5.2 Menanamkan nilai-nilai yang bermanfaat/ berfaedah terhadap kaum muda ... 14

II.2.5.3 Usaha Pendidikan Luar Negeri ... 14

II.2.6 Misi Kebudayaan ... 15

II.2.6.1 Mengejar Kebaikan, Kepercayaan dan Keindahan ... 15

II.2.6.2 Perlindungan Lingkungan ... 15

II.2.6 Persyaratan Ruang yang dibutuhkan ... 15

II.3. Lokasi Proyek... 19

II.3.1 Kriteria Pemilihan Lokasi ... 19

II.3.2 Alternatif Lokasi ... 24

II.3.3 Deskripsi Kondisi Eksisting ... 28

II.4. Tinjauan Fungsi ... 29

II.4.1 .Deskripsi Pengguna dan Kegiatan ... 29

II.4.2 .Deskripsi Pelaku ... 31

II.4.3 .Deskripsi Kebutuhan Ruang ... 32

II.4.3.1 Fasilitas yang dibutuhkan ... 32

II.4.3.2 Kebutuhan Ruang berdasarkan Jenis Kegiatan ... 33

II.4.3.3 Kebutuhan Ruang berdasarkan Jenis Kegiatan ... 35

II.5. Studi Banding Arsitektur dengan Proyek Sejenis ... 36

BAB III. ELABORASI TEMA 39 III.1. Pengertian ... 39

III.2. Interpretasi Tema ... 45

III.3. Keterkaitan Tema Dengan Judul... 47


(8)

BAB IV ANALISA 56

IV.1. Analisa Eksisting ... 56

IV.1.1. Analisa Lokasi ... 56

IV.1.2. Kondisi Eksisting Lahan ... 57

IV.1.3. Tata Guna Lahan ... 58

IV.1.4. Batas-batas Site ... 59

IV.1.5. Skyline ... 60

IV.1.6. Analisa Sirkulasi ... 61

IV.1.7. Analisa Pencapaian ... 63

IV.1.8. Analisa View ... 65

IV.1.9. Analisa Vegetasi dan Matahari ... 67

IV.1.10. Analisa Kebisingan ... 68

IV.1.11. Analisa Bangunan Sekitar ... 70

IV.2. Analisa Bangunan ... 71

IV.2.1. Bentuk Bangunan ... 71

IV.2.2. Sirkulasi dan Penzoningan ... 73

IV.2.3. Struktur ... 77

IV.2.4. Utilitas ... 80

IV.3. Analisa Fungsional ... 87

IV.3.1. Program Ruang ... 87

IV.3.2. Hubungan antar ruang ... 91

BAB V KONSEP PERANCANGAN 92 V.1. Konsep Perancangan ... 92

V.1.1. Konsep Site ... 92

V.1.1.1 Penzoningan ... 92

V.1.1.2 Sirkulasi ... 93

V.1.2. Konsep Massa Bangunan ... 93

V.1.2.1 Penzoningan ... 93

V.1.2.2 Bentukan massa... 94

V.1.2.3 Sirkulasi ... 94

V.1.2.4 Vegetasi dan Ruang luar ... 94

V.1.2.5 Struktur... 95


(9)

BAB VI HASIL PERANCANGAN 97

VI.1. Gambar Perancangan ... 97

VI.1.1. SITE PLAN ... 97

VI.1.2. GROUND PLAN ... 98

VI.1.3. DENAH ... 99

VI.1.4. TAMPAK ... 101

VI.1.5. POTONGAN ... 103

VI.1.6. RENCANA PONDASI ... 104

VI.1.7. RENCANA PEMBALOKAN... 105

VI.1.8. RENCANA ATAP ... 106

VI.1.9. RENCANA ELEKTRIKAL ... 108

VI.1.10. RENCANA PROTEKSI KEBAKARAN ... 109

VI.1.11. RENCANA SANITASI ... 110

VI.1.12. DETIL KUDA-KUDA ATAP ... 111

VI.1.13. DETIL PONDASI ... 112

VI.1.14. DETIL KOLOM DAN PEMBALOKAN ... 113

VI.1.15. DETIL SUMUR RESAPAN, STP ... 114

VI.1.16. DETIL RESERVOIR AIR HUJAN ... 115

VI.1.17. 3D EKSTERIOR DAN SUASANA ... 116

VI.2. Gambar Maket ... ... 121


(10)

DAFTAR GAMBAR

HALAMAN

Gambar 1 Kerangka Berpikir ...5

Gambar 2 Tindakan kasihan merupakan sebuah jiwa mendasar dari Tzu Chi ...9

Gambar 3 Distribusi bantuan Tzu Chi pertama di tahun 1969 ...11

Gambar 4 Suasana didalam ruang auditorium ...16

Gambar 5 Suasana didalam Jing Si Books & Cafe ...17

Gambar 6 Suasana ruang dapur ...19

Gambar 7 Peta Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan ...22

Gambar 8 Peta Alternatif Lokasi ...24

Gambar 9 Alternatif Lokasi 1 ...25

Gambar 10 Alternatif Lokasi 2 ...26

Gambar 11 Alternatif Lokasi 3 ...26

Gambar 12 Aula Jing Si ...36

Gambar 13 Aula Jing Si Penang ...37

Gambar 14 Site Plan NTU, Singapore ...48

Gambar 15 Material kaca yang digunakan ...49

Gambar 16 Lansekap plaza dan pohon sebagai elemen estetis ...49

Gambar 17 Green Roof NTU ...50

Gambar 18 Green Roof Marina Barrage ...51

Gambar 19 Solar Park Marina Barrage ...52

Gambar 20 Lighting Automation Marina Barrage...52

Gambar 21 NASA AMES Building ...54

Gambar 22 Analisa lokasi site ...56

Gambar 23 Analisa kondisi sekitar site ...57

Gambar 24 Tata Guna Lahan ...58

Gambar 25 Analisa Batas Site ...59

Gambar 26 Analisa Skyline ...60

Gambar 27 Skyline ...60

Gambar 28 Analisa sirkulasi kenderaan ...61

Gambar 29 Analisa sirkulasi pejalan kaki ...62

Gambar 30 Analisa pencapaian ...63


(11)

Gambar 32 Analisa view ke luar ...65

Gambar 33 Analisa view ke dalam ...66

Gambar 34 Analisa vegetasi & matahari ...67

Gambar 35 Analisa Kebisingan ...68

Gambar 36 Analisa bangunan sekitar ...70

Gambar 37 Bagan sistem deteksi kebakaran ...84

Gambar 38 Bagan sistem listrik ...85

Gambar 39 Hubungan antar ruang ...91

Gambar 40 Penzoningan SITE...92

Gambar 41 Sirkulasi SITE ...93

Gambar 42 Penzoningan ...93

Gambar 43 Vegetasi dan ruang luar ...94

Gambar 44 Struktur...95

Gambar 45 SITE PLAN ...97

Gambar 46 GROUND PLAN ...98

Gambar 47 DENAH ...99

Gambar 48 TAMPAK AUDITORIUM ...101

Gambar 49 TAMPAK PUSAT INFORMASI & EDUKASI ...102

Gambar 50 POTONGAN ...103

Gambar 51 RENCANA PONDASI ...104

Gambar 52 RENCANA PEMBALOKAN...105

Gambar 53 RENCANA ATAP ...107

Gambar 54 RENCANA ELEKTRIKAL ...108

Gambar 55 RENCANA PROTEKSI KEBAKARAN ...109

Gambar 56 RENCANA SANITASI ...110

Gambar 57 DETIL KUDA KUDA ATAP ...111

Gambar 58 DETIL PONDASI ...112

Gambar 59 DETIL KOLOM DAN PEMBALOKAN ...113

Gambar 60 DETIL SUMUR RESAPAN, STP ...114

Gambar 61 DETIL RESERVOIR AIR HUJAN ...115

Gambar 62 Auditorium di pagi hari ...116

Gambar 63 Auditorium di malam hari ...116

Gambar 64 Suasana selasar di pagi hari ...117


(12)

Gambar 66 Suasana zona meditasi di pagi hari ...118

Gambar 67 Suasana zona meditasi di malam hari ...118

Gambar 68 Suasana zona meditasi di pagi hari ...119

Gambar 69 Suasana zona meditasi di malam hari ...119

Gambar 70 Suasana pusat informasi dan edukasi sosial di pagi hari ...120


(13)

DAFTAR TABEL

HALAMAN

Tabel 1 Kriteria Pemilihan Lokasi ...20

Tabel 2 Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan ...21

Tabel 3 Kepadatan Pemduduk menurut Kecamatan ...23

Tabel 4 Kepadatan Penduduk 10 Tahun mendatang (2016) menurut Kecamatan ...23

Tabel 5 Penilaian Alternatif Lokasi ...27

Tabel 6 Kelompok Kegiatan ...30

Tabel 7 Skema Aktivitas ...31

Tabel 8 Fasilitas Medan Tzu Chi Center ...33

Tabel 9 Kebutuhan Ruang berdasarkan jenis kegiatan ...35

Tabel 10 Pembagian Ruang berdasarkan tujuan Proyek ...36

Tabel 11 Kesimpulan Studi Banding ...38

Tabel 12 Kondisi eksisting site sekitar ...57

Tabel 13 Keadaan jalan eksisting sekitar site ...61

Tabel 14 Keterangan analisa sirkulasi pejalan kaki ...62

Tabel 15 Keterangan penempatan entrance berdasarkan analisa pencapaian ...64

Tabel 16 Keterangan Analisa view ke luar ...66

Tabel 17 Keterangan Analisa view ke dalam ...66

Tabel 18 Vegetasi disekitar site ...67

Tabel 19 Keterangan Analisa Kebisingan...69

Tabel 20 Deskripsi Penanganan kebisingan ...69

Tabel 21 Keadaan bangunan sekitar ...70

Tabel 22 Perbandingan bentuk dasar bangunan...71

Tabel 23 Jenis Sirkulasi ...74

Tabel 24 Pembagian zona bangunan ...76

Tabel 25 Struktur atas ...77

Tabel 26 Struktur bawah ...78

Tabel 27 Bahan Struktur ...78

Tabel 28 Jenis bahan bangunan ...79

Tabel 29 Anaslisa Sistem penangkal petir ...87


(14)

Bab I PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG

Buddha Tzu Chi merupakan sebuah organisasi sosial kemanusiaan yang lintas suku, agama, ras dan juga negara yang mendasar kepada prinsip cinta kasih universal, yang berpusat di Taiwan, Hualien. Sejak didirikannya oleh Master Cheng Yen pada tahun 1966, hingga saat ini Tzu Chi telah memiliki cabang di 47 negara, salah satunya yaitu: Indonesia. Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia yang berdiri pada tanggal 28 September 1994, merupakan kantor cabang dari Yayasan buddha Tzu Chi International di Taiwan. Aktivitas Tzu Chi dibagi dalam 4 misi utama, yaitu:

 Misi Amal

“ Mengajarkan kepada masyarakat kaya untuk membantu masyarakat yang kurang mampu; menginspirasikan kepada masyarakat yang kurang mampu untuk menyadari

akan kelebihan yang dimiliki.”

Tzu Chi memberikan perhatian tidak hanya pada efektivitas bantuan, tetapi juga fokus untuk memberikan yang terbaik kepada setiap orang. Dengan membantu orang yang kurang mampu, Seseorang yang kaya dapat merasakan kebahagian dari sebuah pemberian dan menemukan makna sebenarnya dari kehidupan. Demikian juga, masyarakat yang kurang mampu akan termotivasi mempunyai cinta kasih yang berlimpah dan membantu masyarakat yang lebih kurang beruntung dari diri mereka sendiri, sehingga mereka dapat melepaskan diri dari ketidakberdayaan dan juga putus asa. Akibatnya, lebih banyak orang menjadi bersedia untuk membantu orang lain sambil memperkaya diri mereka sendiri dengan cara saling berbagi.

 Misi Kesehatan

“ Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mengadakan pengobatan gratis, mendirikan rumah sakit, sekolah, kedokteran dan poliklinik.”

Staf-staf medis, yang didukung oleh tim-tim relawan, bertujuan untuk menyempurnakan Four Entireties dari perawatan pasien, yaitu: Proses pengobatan seluruhnya, seluruh tubuh pasien, seluruh keluarga pasien dan seluruh tim medis. Tujuannya adalah untuk memastikan perawatan yang tepat terhadap pikiran, tubuh, dan jiwa pasien.


(15)

 Misi Pendidikan

“ Membentuk manusia seutuhnya, tidak hanya mengajarkan pengetahuan dan

ketrampilan, tetapi juga budi pekerti dan nilai-nilai kemanusiaan.”

 Misi Budaya Kemanusiaan

“Menjernihkan batin manusia melalui media cetak, elektronik, dan internet dengan

melandaskan budaya cinta kasih universal.”

Setiap orang diharapkan untuk berperilaku secara bermoral dengan sikap yang tepat serta menghargai alam. Setiap orang juga diharapkan untuk mengembangkan integritas yang melekat dan untuk menjaga sikap yang tepat dalam berinteraksi dengan orang lain.

Sejak terbentuknya Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia sampai saat ini, sudah banyak kegiatan yang telah dikerjakan, seperti:

 Perumahan Cinta Kasih Cengkareng

 Perumahan Cinta Kasih Muara Angke

 Perumahan Cinta Kasih Panteriek

 Perumahan Cinta Kasih Neuheun

 Perumahan Cinta Kasih Meulaboh

 Perumahan Cinta Kasih Aceh 1 di Desa Panteriek

 Perumahan Cinta Kasih Aceh 2 di Desa Neuheun

 Perumahan Cinta Kasih Aceh 3 di Desa Paya Peunaga

 Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi Cingkareng

 Sekolah Cinta Kasih Tzu Chi di Yogyakarta, dan masih banyak lagi.

Selain itu, Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia juga menerima banyak penghargaan dari permerintah Indonesia, seperti: Adiupaya Puritama 2010 kategori apresiasi LSM Bidang Perumahan Swadaya, dan juga dianugerahi Padma Award 2006 karena telah banyak membantu masyarakat Indonesia dalam sejumlah bidang diantaranya bantuan bencana, masalah kesehatan, program bantuan anak asuh hingga pembangunan rumah.

Saat ini, banyak masyarakat Indonesia yang sudah tergabung menjadi relawan Tzu Chi Indonesia, terutama pulau Sumatera. Jumlah relawan Tzu Chi di Sumatera Utara saja sudah menyentuh angka ±1000 relawan. sehingga dibutuhkan sebuah bangunan yang dapat menampung para relawan dan berfungsi sebagai pusat kegiatan sosial Tzu Chi terutama di kota Medan. Selain itu, Yayasan Buddha Tzu Chi Medan direncanakan akan dicanangkan


(16)

sebagai kantor cabang dari Yayasan Buddha Tzu Chi International, yang akan membawahi seluruh insan Tzu Chi yang berada di pulau Sumatera.

I.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dari dilaksanakan proyek “Medan Tzu Chi Center” ini adalah:

 Merancang sebuah bangunan yang dapat berfungsi sebagai pusat yang menampung seluruh kegiatan organisasi Tzu Chi di kota Medan.

 Sebagai suatu sarana bagi organisasi sosial lintas suku, agama, ras, dan negara yang mengutamakan kepedulian dan pelayanan terhadap masyarakat (kesehatan, pendidikan, dan penanggulangan bencana) di Medan.

 Sebagai suatu sarana untuk membina diri, melatih diri, dan menjernihkan batin manusia.

 Sebagai suatu sarana untuk menciptakan manusia seutuhnya yang tidak hanya bermodalkan pengetahuan dan ketrampilan, tetapi juga budi pekerti dan nilai-nilai kemanusiaan.

I.3. Perumusan Masalah

Dalam merancang sebuah Medan Tzu Chi Center, perlu adanya standard-standard perancangan dan juga Studi banding. Rumusan-rumusan masalah yang akan dihadapi adalah sebagai berikut:

 Bagaimana mewujudkan rancangan bentuk bangunan yang sesuai dengan judul yang diangkat dan tujuan yang hendak dicapai untuk menunjang keberadaan proyek bangunan.

 Bagaimana memahami dan menerapkan tema yang dipakai sehingga sesuai dengan judul proyek yang bersangkutan.

 Bagaimana menerapkan dan menyesuaikan bentuk/ciri khas dari Yayasan Buddha Tzu Chi yang telah ada dengan proyek.

 Bagaimana merencanakan pencapaian/aksesbilitas yang mudah (easy accessbility).

 Bagaimana memilih lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan.


(17)

I.4. Pendekatan Masalah Perancangan

Untuk menyelesaikan beberapa permasalahan yang akan dihadapi dalam proses

perencanaan dan peracangan “Medan Tzu Chi Center” dilakukan berbagai pendekatan

desain, yaitu:

 Mengadakan survei untuk memperoleh data-data dan gambaran akan bagaimana sebuah Yayasan Buddha Tzu Chi itu diselenggarakan.

 Studi pustaka untuk yang berkaitan langsung dengan judul dan tema yang diangkat untuk mendapatkan informasi dan bahan berupa literatur yang sesuai dengan materi laporan yang berguna untuk memperkuat fakta secara ilmiah.

 Studi banding terhadap proyek dan tema sejenis dengan melihat keadaan yang sudah ada, sumber dapat berupa buku, majalah, internet, dan sebagainya.

 Wawancara dengan instansi terkait dan orang-orang yang dianggap ahli dan mengetahui tentang kasus proyek perancangan, yang meliputi informasi tapak, dan lain-lain.

I.5. Lingkup dan Batasan Proyek

Batasan-batasan dan lingkup kajian yang akan dibahas dalam kasus proyek ini adalah bagaimana mengembangkan berbagai konsep dalam merencanakan dan merancang Medan Tzu Chi Center. Lingkup pembahasan yang akan digunakan adalah:

 Menelusuri kebutuhan-kebutuhan akan ruang-ruang yang diperlukan sebuah Medan Tzu Chi Center.

 Menelusuri proses dan manajemen dari kegiatan Tzu Chi sehingga dapat diketahui ruang-ruang yang diperlukan.

 Menerapkan tema arsitektur yang digunakan kedalam proyek “Medan Tzu Chi Center”.

 Bagaimana hubungan antara sebuah proses dan kegiatan yang berlangsung dengan bentukan ruang dan massa.

Batasan-batasan dalam merencanakan proyek “Medan Tzu Chi Center” adalah:

 Membahas tentang masalah-masalah yang akan dihadapi dalam merancang Medan Tzu Chi Center, terutama ruang-ruang yang dibutuhkan.

 Kajian arsitektur akan dibatasi oleh tema dalam penyelesaian kasus ini yaitu Green Architecture.


(18)

I.6 Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Latar Belakang

- Jumlah relawan Tzu chi semakin lama semakin banyak, termasuk di Medan. - Tzu Chi mempunyai visi dan misi yang jelas dan sangat bermanfaat dan dapat

membantu pemerintah Indonesia di bidang kemanusiaan.

- Diperlukan sebuah sarana bagi insan Tzu Chi di Medan sebab kedepannya yayasan buddha Tzu Chi Medan akan dicanangkan menjadi kantor cabang dari yayasan buddha Tzu Chi internasional yang akan membawahi seluruh insan Tzu Chi di pulau Sumatera.

Tujuan dan Manfaat

- Sebagai suatu sarana bagi organisasi sosial lintas suku, agama, ras, dan negara yang mengutamakan kepedulian dan pelayanan terhadap masyarakat (kesehatan, pendidikan, dan penanggulangan bencana) di Medan.

- Sebagai suatu sarana untuk menciptakan manusia seutuhnya yang tidak hanya bermodalkan pengetahuan dan ketrampilan, tetapi juga budi pekerti dan nilai-nilai kemanusiaan. - Sebagai sebuah sarana untuk membina diri, melatih diri, dan

menjernihkan batin manusia.

Perumusan Masalah

 Bagaiamana menyesuaikan antara bentuk/ciri khas bangunan Tzu Chi yang telah ada dengan proyek yang dirancang.

 Bagaimana merencanakan pencapaian/aksesbilitas yang mudah (easy accessbility).

 Bagaimana memilih lokasi yang sesuai untuk dapat mewujudkan rancangan bangunan yang memuat kegiatan-kegiatan yang diinginkan.

 Bagaimana menerapkan tema dalam desain bangunan.

Judul Perancangan

Medan Tzu Chi Center

Tema Perancangan

Green Architecture

Data Perencanaan  Data Tapak

 Studi Literatur

 Studi Banding

 Survei Lapangan

 Wawancara

Desain Perancangan Konsep Perancangan

Konsep ruang luar, ruang dalam, massa, tema, struktur, dan utilitas.

Umpan balik Analisa

Analisa Tapak (Analisa Fisik)

View, sirkulasi, pencapaian, orientasi, dll.

Analisa Fungsional (Analisa Nonfisik)

Pengguna, alur kegiatan, dll

Programming

Program ruang dalam dan ruang luar


(19)

I. 7. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan ini meliputi: Bab I. Pendahuluan

Menjelaskan secara garis besar apa yang menjadi dasar perumusan perancangan yang meliputi: latar belakang, maksud dan tujuan pembahasan, sasaran, pendekatan, batasan masalah, kerangka berpikir dan sistematika pembahasan.

Bab II. Deskripsi Proyek

Berisi terminologi judul, alternatif lokasi, pemilihan lokasi, deskripsi kondisi eksisting, luas lahan, peraturan dan keistimewaan lahan, tinjauan fungsi dan studi banding arsitektur dengan fungsi sejenis.

Bab III. Elaborasi tema

Menjelaskan tentang pengertian tema yang diambil, interpretasi tema, keterkaitan tema dengan judul dan studi banding arsitektur dengan tema sejenis.

Bab IV. Analisa

Berisi analisa kondisi tapak dan lingkungan, analisa fungsional, analisa teknologi, analisa dan penerapan tema dan kesimpulan.

Bab V. Konsep Perancangan

Berisi konsep penerapan hasil analisis komprehensif yang digunakan sebagai alternatif pemecahan masalah.

Bab VI. Perancangan Arsitektur


(20)

BAB II

DESKRIPSI PROYEK

II.1. Pengertian Judul

Judul dari proyek ini adalah Medan Tzu Chi Medan. Berikut ini merupakan penjelasan terhadap judul kasus proyek tersebut:

 Medan, berarti:

 Ibukota provinsi Sumatera Utara.  Tzu Chi, berarti:

 Sebuah Organisasi sosial kemanusiaan yang lintas suku, agama, ras, dan negara yang aktivitasnya berlandaskan pada prnsip cinta kasih kasih universal1.

 Sebuah Organisasi yang beranggotakan relawan-relawan dan berpusat di Hualien, Taiwan2.

 Center, berarti:  Pusat3.

Jadi, Medan Tzu Chi Center adalah:

Sebuah sarana bagi insan Tzu Chi untuk mempelajari filosofi agama buddha, serta merupakan pusat kegiatan dan informasi Tzu Chi, yang terletak di kota Medan.

II.2. Tinjauan Umum

Tinjauan umum membahas tentang Organisasi Tzu Chi secara keseluruhan.

II.2.1. Pengenalan tentang Tzu Chi

Dewasa ini, penderitaan-penderitaan mulai merajalela. Perang, kemiskinan, penyakit, bencana alami, dan masalah kerusakan lingkungan telah menciptakan penderitaan bagi manusia, Penderitaan mencakup banyak tingkatan, yaitu: physical, psychological, dan spiritual.

1

http://www.tzuchi.or.id/tentang_kami.php diakses pada tanggal 15 Januari 2011 2

http://tw.tzuchi.org/en/ <36043934-Introductory-pamphlet-to-Tzu-Chi.pdf> diakses tanggal 15 Januari 2011 3


(21)

Mengacu terhadap hal-hal ini, Dharma Master Cheng Yen disimpulkan dapat membuat dunia menjadi lebih baik, dimulai dari mengarahkan hati dan pikiran manusia. Pokok dari semua permasalahan dimulai dari keegoisan manusia. Jika orang-orang dapat mengembangkan cinta kasih mereka yang dimiliki oleh diri sendiri beserta keluarga terhadap seluruh umat manusia, banyak masalah akan berhenti bermunculan. Ketika Cinta Kasih yang luar biasa (GreatLove), yaitu: Cinta kasih tanpa keegoisan merangkul seluruh umat manusia, dimunculkan terhadap segala hal, orang-orang akan merasakan kehidupan yang sangat berbeda, dan dunia secara alami akan menjadi sebuah tempat yang lebih baik.

Yayasan Buddha Tzu Chi, yang didirikan Master Cheng Yen, merupakan sebuah organisasil sosial international yang menyebarkan/mengembangkan Great Love melalui kegiatan-kegiatan yang berpedoman terhadap misi amal, kesehatan, pendidikan, dan budaya. Tzu Chi merupakan sebuah organisasi beranggotakan relawan-relawan yang berpusat di Hualien, Taiwan, didanai oleh donasi-donasi dari masyarakat umum. Saat ini, lebih dari 40 tahun sejak didirikan, Tu Chi sudah memiliki cabang di 45 negara, dengan jutaan supporter dan 10.000 relawan-relawan resmi yang mengembangkan misi-misi Tzu Chi diseluruh dunia.

Misi Tzu Chi tidak hanya kemurahan hati/amal, tetapi tujuan Tzu Chi adalah untuk menyebarkan jiwa dari cinta kasih luar biasa yang tidak mementingkan diri sendiri.Seperti sebuah benih yang menghasilkan lebih banyak benih, tindakan-tindakan menghibur orang lain dapat menginspirasikan cinta kasih yang berlebihan, menciptakan kehidupan masyarkat yang damai dan harmonis.

II.2.2. Sejarah Tzu Chi

Tzu Chi didirikan pada tahun 1966 oleh Master Cheng Yen, yang menjadi bhikkuni pada umur 29 tahun. Saat itu, pesisir timur Taiwan, tempat kediaman Master pertama kali, belum maju/berkembang dan sangat miskin. Master dan murid-muridnya memfasilitasi kehidupan mereka sendiri dengan menjahit sepatu-sepatu bayi, membuat karung beton menjadi tas-tas makanan binatang kecil, merajut kemeja dari wol, dan menanam sayur-sayur mereka sendiri.

Suatu hari pada tahun 1966, ketika Master mengunjungi seorang pasien di sebuah klinik lokal yang kecil, beliau melihat segenang darah di atas lantai. Master diberitahukan bahwa darah tersebut berasal dari penderitaan seorang wanita dari komplikasi-komplikasi kerja berat. Keluarganya sudah membawanya dari desa di pegunungan. Mereka telah berjalan selama 8 jam, tetapi ketika mereka tiba di rumah sakit, mereka tidak mempunyai biaya yang dibutuhkan sebesar NT$8,000. Jadi mereka hanya bisa membawanya kembali tanpa


(22)

perawatan. Mendengar hal ini, Master diselimuti dukacita. Beliau berpikir sendiri: Menjadi seorang bhikkhuni hampir tidak menyokong dirinya sendiri, apa yang harus beliau lakukan untuk dapat membantu orang miskin ini?

Gambar2. Tindakan kasihan merupakan sebuah jiwa mendasar dari Tzu chi

Beberapa waktu kemudian, 3 orang Catholic datang mengunjungi Master, dan mereka melakukan sebuah diskusi tentang pengajaran terhadap agama-agama yang diyakini mereka sendiri. Ketika Master menjelaskan tentang Buddha yang mengajarkan tentang cinta kasih dan perasaan kasihan terhadap seluruh kehidupan, salah seorang dari 3 orang Catholic

berkomentar: Mengapa kita belum melihat Buddhist melakukan tindakan-tindakan yang bagus terhadap masyarakat, seperti mendirikan klinik, panti jompo dan juga rumah sakit?

Pernyataan salah seorang Catholic tersebut menorehkan sebuah perasaan yang dalam terhadap Master. Master membalas dengan mengatakan Agama Buddha mengajarkan orang untuk berbuat baik tanpa penghargaan. Bagaimanapun, beliau mengetahui bahwa tanpa sebuah organisasi, apa yang dapat dikerjakan sangatlah terbatas. Master mempertimbangkan: Bagaimana bila murid-muridnya menjual sepasang sepatu bayi per hari? Bagaimana bila 30 orang ibu rumah tangga yang mendengarkan ajaran-ajaran beliau dapat menyumbangkan NT 50 cents per hari? Dalam satu tahun, beliau mengkalkulasikan bahwa mereka akan mendapatkan uang yang cukup untuk menyelamatkan wanita tersebut. Beliau menyadari bahwa sebuah upaya yang diselenggarakan bersema dapat membuat sebuah perubahan yang besar.


(23)

Dengan demikian, Master mendirikan Tzu Chi. Membuat celengan dari bambu, beliau mengatakan kepada pengikutnya untuk memasukkan NT 50 cent setiap hari di celengan bambu sebelum pergi ke pasar. “Mengapa tidak langsung menyumbangkan NT$15 per

bulan?” tanya seorang pengikutnya. Jumlahnya tetap sama, beliau menyatakan bahwa

terdapat spirit yang berbeda antara setiap hari dengan sebulan, beliau ingin setiap orang memikirkan untuk membantu yang lain setiap hari, tidak hanya sehari selama satu bulan.

Ketika kata-kata tersebut di sebarkan dan banyak orang berpatisipasi, datang untuk menjadi komisaris-komisaris Tzu Chi yang bertanggung jawab untuk mengumpulkan sumbangan. Komisaris-komisaris Tzu Chi berkeliling ke desa-desa untuk mengumpulkan hasil sumbangan yang telah disimpan dalam celengan bambu. Pada sebuah kejadian /peristiwa, seorang komisaris mengeluh bahwa seorang penyumbang tinggal di tempat yang jauh sehingga biaya perjalanan jauh lebih besar daripada hasil yang disumbangkan. Master mengatakan bahwa bagaimanapun memberikan kesempatan kepada seseorang untuk berpatisipasi jauh lebih penting daripada menyumbangkan sendiri. Dengan menggumpulkan sumbangan-sumbangan dari orang, komisaris-komisaris sudah menanamkan benih-benih kebaikan kepada setiap penyumbang. Benih-benih kebaikan, bukanlah sumbangan-sumbangan, tetapi merupakan misi-misi Master.

Master Cheng Yen percaya bahwa semua orang mempunyai kapasitas perasaan kasihan yang luar biasa seperti Buddha. Dalam mendirikan Tzu Chi, Master mengharapkan untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mewujudkan perasaan kasihan/keharuan ini, yang akan membawa kedamaian dan kebahagiaan terhadap masing-masing individual, dan membuka jalan untuk menciptakan dunia yang damai dan harmonis.

II.2.3. Misi Amal

II.2.3.1. Membawa harapan kepada orang yang membutuhkan

Tzu Chi memulai kegiatan organisasi dengan kegiatan amal. Pada awal tahun, Master akan mengujungi masyarakat yang kurang mampu secara personal untuk mempelajari keadaan/kondisi awal dimana mereka tinggal. Dari hal ini, beliau akan menetapkan keperluan yang dibutuhkan oleh keluarga atau pokok permasalahan yang mendasari kesulitan mereka. Saat ini, banyak relawan Tzu Chi yang mengadakan kegiatan amal Tzu Chi dengan spirit yang sama seperti kunjungan pertama Master terhadap yang membutuhkan. Tzu Chi bekerja keras untuk menyediakan bantuan dengan ukuran tertentu, tergantung terhadap bantuan-bantuan yang dibutuhkan oleh setiap individual, tetapi tetap dengan setiap tindakan unik yang mendasar, yaitu Memberikan Cinta kasih. Master percaya bahwa setiap kehidupan sangatlah


(24)

berharga. Ketika masyarakat kurang mampu diberikan kasih sayang yang asli dan rasa hormat, mereka dapat menyembuhkan hati mereka dan lebih bersemangat.

Gambar3. Distribusi bantuan Tzu Chi yang pertama pada musim dingin di tahun 1969 yang memberikan manfaat terhadap 40 keluarga.

Dasar dari kegiatan amal Tzu Chi adalah misi untuk mengilhami kasih sayang dan kebaikan terhadap setiap orang baik penerima maupun pemberi. Ketika perasaan orang-orang diisi dengan kasih sayang dari orang lain, mereka akan menjadi kaya dalam hal spiritual. Misi Tzu Chi adalah untuk menyenangkan setiap orang untuk menjadi kaya (spiritual), kedamaian, dan kebahagiaan.

II.2.3.2. Mengganti Penderitaan dengan memberikan Kasih Sayang

Penderitaan membawa banyak makna. Tidak hanya masyarakat yang miskin yang merasakan penderitaan, masyarakat yang kaya juga merasakan penderitaan. Master percaya bahwa untuk membebaskan penderitaan orang-orang, harus dimulai dengan mengganti perasaan mereka sendiri.

 Menginspirasi masyarakat yang mampu untuk membantu masyarakat yang kurang mampu. Tzu Chi mengajurkan dan menuntun untuk melakukan kebaikan tidak hanya melalui sumbangan-sumbangan, tetapi juga secara langsung membantu masyarakat yang membutuhkan. Secara langsung mengunjungi masyarakat yang kurang mampu dapat menjadi sebuah perubahan yang sangat berharga. Hal ini dapat membangkitkan perasaan kasih sayang orang-orang, mengizinkan mereka untuk menemukan kemampuan untuk membuat sebuah perbedaan terhadap kehidupan yang berbeda.


(25)

Perasaan terhadap penderitaan pada masyarakat yang membutuhkan, mereka akan akan menghargai dan memberikan perhatian terhadap mereka dengan sebuah perasaan yang iklhas.

 Menuntun masyarakat yang kurang mampu saat menawarkan bantuan. Ketiak memberikan bantuan terhadap masyarakat yang membutuhkan, Relawan-relawan Tzu Chi tidak hanya menyediakan bantuan material, tetapi juga menawarkan kasih sayang, perhatian dan bimbingan. Kemelaratan/kemiskinan sering membuat orang-orang untuk mengembangkan sebuah perasaan rendah terhadap diri sendiri.Masyarakat yang kurang mampu mungkin akan mengisolasi diri mereka sendiri, keluar dari rasa malu. Tujuan dari relawan-relawan ini adalah untuk membantu orang-orang sedikit demi sedikit untuk membukakan hati mereka dan menganti pandangan mereka tentang kehidupan. Dengan kasih sayang, simpati, relawan-relawan menuntun masyarakat yang kurang mampu untuk menyadari bahwa mereka tidak kekurangan bantuan. Master percaya bahwa bahkan masyarakat yang kurang beruntung juga dapat membantu yang lain, meskipun dengan sumbangan yang sangat sedikit atau sebagai seorang relawan. Mereka juga dapat mendapatkan pengalaman akan manfaat dari melihat orang lain terbebas dari kesulitannya.

II.2.4. Misi Kesehatan

II.2.4.1. Mengurangi Penderitaan terhadap Penyakit

Pada awal tahun kegiatan amal Tzu Chi, ketika Master Cheng Yen secara personal mengunjungi keluarga-keluarga yang membutuhkan, beliau menemukan suatu hubungan antara kemiskinan/kemelaratan dan penyakit. Penyakit sering menyebabkan keluarga-keluarga menjadi melarat/miskin. Pada waktu yang sama, keluarga-keluarga yang kurang mampu melakukan perawatan sendiri terhadap penyakit yang serius karena mereka tidak dapat memberikan pengobatan medis secara teratur untuk penyakit-penyakit biasa. Melihat hal ini, Master membentuk sebuah klinik gratis di kota Hualien pada tahun 1972. Dua minggu sekali, dokter-dokter dan suster-suster datang dan menawarkan pelayanan medis gratis terhadap keluarga yang kurang mampu.

Melalui pelayanan klinik gratis, Master menemukan kebutuhan terhadap sebuah rumah sakit yang modern dan memiliki perlengkapan yang bagus, yang terletak di Taiwan bagian utara. Rumah sakit lokal tidak dapat mengobati kondisi-kondisi yang serius, dan pasien-pasien sering menderita terhadap pengobatan yang tertunda sehingga mereka harus ditransfer ke area-area lain. Meskipun pembangunan sebuah rumah sakit merupakan sebuah


(26)

usaha yang besar, Master memiliki ketetapan hati untuk melakukannya, Beliau yakin bahwa setiap kehidupan seharusnya dapat terlindungi, baik kaya maupun miskin.

II.2.4.2. Perawatan Medis gratis terhadap yang membutuhkan

Tzu Chi juga mengatur sebuah asosiasi medis, Asosiasi Medis Tzu Chi International (TIMA), yang terdiri dari dokter-dokter, perawat-perawat, ahli medis, dan apoteker sukarelawan dari rumah sakit, klinik-klinik lain. Anggota-anggota TIMA mengadakan pengobatan medis bersama dengan relawan-relawan Tzu Chi, menyediakan pelayanan medis gratis pada area-area terpencil, off-islands, dan desa-desa di pegunungan, walaupun membayar semua biaya transportasi dengan menggunakan biaya mereka sendiri. Ketika perawatan medis yang disediakan gratis, hal ini memberikan suatu kesempatan terhadap masyarakat yang kurang mampu yaitu sebuah perlakuan. Perlakuan yang sering mengubah kehidupan mereka, dari pembersihan tumor-tumor yang telah menyerang mereka selama bertahun-tahun lalu Operasi katarak yang memberikan penglihatan mereka kembali.

Selain menjalankan kapasitas medis, dokter-dokter dan perawat-perawat ini juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan Tzu Chi non medis, seperti menolong masyarakat-masyarakat untuk membersihkan rumah mereka, merenovasi rumah-rumah yang kurang mampu, dan mendistribusikan bantuan terhadap disastersurvivors. Melalui aktivitas-aktivitas ini, profesional-profesional medis mendapatkan pengalaman kegembiraan yang iklhas dari membantu masyarakat yang membutuhkan. Beberapa mengatakan bahwa relawan mengembalikan mereka terhadap motivasi original mereka untuk terjun ke dunia medis.

Saat ini, terdapat anggota-anggota TIMA lebih dari 12 negara diseluruh dunia. Pada tahun 2009, lebih dari 7000 ahli medis dibelahan dunia sudah bergabung dengan TIMA, dengan cabang di Filipina, Thailand, Vietnam, Malaysia, Singapore, Indonesia, Australia, The United States, Brazil dan Paraguay.

II.2.5. Misi Pendidikan

II.2.5.1. Sistem Pendidikan yang Comprehensive

Seperti yang diyakini Master bahwa sebuah masyarakat tanpa nilai moral merupakan sesuatu yang bahaya terhadap kekacauan dan ketidakstabilan, beliau memulai upaya untuk menekankan moralitas didalam pendidikan. Saat Sekolah Tzu Chi yang pertama diluncurkan, merupakan Tzu Chi Junior College of Nursing, yang dibuka pada tahun 1989, tujuan master adalah untuk mendirikan sebuah sistem pendidikan yang komprehensif yang akan


(27)

menyediakan pendidikan mulai dari TK sampai tamat. Master percaya bahwa nilai kebaikan yang terpelihara dan karakter harus dimulai dari anak-anak yang masih kecil.

Pada tahun 2000, Tujuan master tercapai. Saat ini, Sistem pendidikan Tzu Chi yang komprehensif di Taiwan mencakup anak-anak yang belum masuk sekolah dan TK, SD,SMP, Universitas Tzu Chi tentang Teknologi dan Tzu Chi University of Fering Undergraduate dan Tamatan Pembelajaran dengan 4 Perguruan tinggi di bidang Pengobatan, Ilmu Kehidupan, Humanitas dan Ilmu sosial, dan pendidikan serta komunikasi. Misi dari keempat sekolah ini adalah untuk memelihara generasi penerus menjadi orang-orang yang mengasihani dan bertanggung jawab yang akan mengkontribusikan talenta dan kemampuan mereka untuk masyarakat.

II.2.5.2. Menanamkan Nilai-nilai yang bermanfaat/berfaedah terhadap kaum muda Menyadari pentingnya untuk menanamkan nilai-nilai yang berharga dan karakter yang kuat terhadap kaum muda, Tzu Chi mendirikan sebuah Tzu Chi Collegiate Youth Association. Melalui pembelajaran untuk membantu yang lain dan saling berinteraksi dengan orang-orang dari latar belakang yang berbeda, kamu muda ini dikenal dengan nama “Tzu

Chings,” yang mempelajari nilai dan arti kehidupan.

Pada tahun 2009, Cabang-cabang Tzu Ching sudah dibentuk di 81 Perguruan tinggi dan Universitas-universitas di Taiwan. Terdapat Tzu Chings di United States, Canada, United Kingdom, South Africa, Australia, New Zealand, Japan, China, Thailand, Vietnam, Singapore, Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

II.2.5.3. Usaha Pendidikan Luar Negeri

Sekolah-sekolah formal dengan dasar nilai-nilai pendidikan Tzu Chi juga sudah dibentuk diluar negeri. Seperti pada bulan desember 2009, terdapat 9 preschool dan TK Tzu Chi (di United States, Malaysia, dan Indonesia), 2 SD dan SMP Tzu Chi (di Indonesia dan Thailand), dan sebuah Sekolah Kejuruan (di Indonesia).

Cabang-cabang Tzu Chi di United States, Canada, Australia, dan Malaysia juga mengadakan sekolah-sekolah mingguan, yang dinamakan Akademi Tzu Chi di beberapa negara. Sekolah-sekolah ini mengajarkan bahasa Mandarin dan menanamkan spirit humanitas melalui program-program Jing Si Aphorisms, merangkai bunga, perayaan teh, daur ulang, dan komunitas kegiatan pelayanan.


(28)

II.2.6. Misi Kebudayaan

II.2.6.1. Mengejar Kebaikan, Kepercayaan dan Keindahan

Master mendirikan Tzu Chi dengan pendirian yang dalam bahwa setiap manusia dapat memiliki kebaikan yang melekat dan kesucian. Tujuan dari misi kebudayaan Tzu Chi adalah untuk memajukan nilai-nilai yang bermanfaat/berfaedah kepada masyarakat melalui aktivitas-aktivitas kebudayaan, sehingga akan ada kedamaian, harmonis, dan kestabilan.

Misi Kebudayaan Tzu Chi meliputi bentuk-bentuk yang berbeda dari media dan bentuk komunikasi, semua ditujukan untuk menyebarkan teladan dari kebaikan, kepercayaan dan keindahan. Sebagai penambahan, misi kebudayaan mencakup aktivitas-aktivitas lokal yang berusaha untuk merawat kesehatan, komunitas yang bersatu.

II.2.6.2. Perlindungan Lingkungan

Saat ini, planet kita mengalami perubahan iklim yang mengancam keselamatan semua kehidupan di planet bumi. Peneliti juga menginformasikan bahwa kegiatan manusia merupakan pokok permasalahan dari adanya Global Warming. Dalam hal untuk menangani masalah ini, Tzu Chi memulai sebuah program komunitas daur ulang. Tujuannya bukan hanya untuk mengurangi sampak tetapi juga memulihkan sumber daya alam, tetapi untuk membolehkan orang untuk mengembangkan kesadaran lingkungan. Dalam melaksanakan kegiatan daur ulang, orang-orang melihat dengan mata mereka sendiri konsekuensi dari suatu gaya hidup. Pengalaman ini membuat mereka sadar, dan mereka akan memulai kehidupan yang berbeda. Konservasi sumber daya dan menghargai alam sedikit demi sedikit menjadi suatu jalan kehidupan. Tzu Chi juga mengatur aktivitas-aktivitas komunitas lain untuk mengajak orang melaksanakan kegiatan perlindungan lingkungan dan meningkatkan kesadaran lingkungan.

II.2.7. Persyaratan Ruang yang dibutuhkan

Beberapa persyaratan ruang yang dibutuhkan pada bangunan “Medan Tzu Chi Center” adalah:

 Auditorium

Merupakan ruang utama dan ruang terbesar. Auditorium ini harus terletak di bagian tengah dan merupakan yang paling dominan di antara semua bangunan yang ada. Auditorium merupakan ruang yang dipakai sebagai ruang mendengarkan dharma, pertunjukkan, dll.


(29)

 Jing si Books and Cafe

Jing si Books and Cafe merupakan sebuah galeri buku dan cafe yang mempunyai konsep yang unik dengan suasana yang tenang sehingga kita dapat merelaksasi batin, menenangkan diri sekaligus mempelajari intisari ajaran Master Cheng Yen lewat buku-buku yang dapat dibaca di tempat tersebut. Kopi dan teh yang dijual juga daam kualitas terbaik dan menyegarkan. Didalam Jing si Books and Cafe dijual berbagai macam buku karangan Master Cheng Yen, CD, DVD lagu Tzu Chi dan kisah drama Da Ai TV.


(30)

Gambar5. Suasana didalam Jing si Books and Cafe

 Ruang Serbaguna

Ruang Serbaguna merupakan Ruang dimana insan Tzu Chi diberikan edukasi sosial, pengendalian diri dan juga kepemimpinan, yaitu:

 R. Belajar Bahasa Isyarat

 R. Yoga

 R. Belajar merangkai bunga

 R. Etika minum Teh

 R. Belajar Filosofi Hidup

 R. Belajar Kepemimpinan

 R. Fotografi dan lain-lain.

A course designed specially for the women by sister Li Ah Li helps to enhance the spiritual well being of the women, by promoting self-awareness, thus cultivating in these modern women desirable traditional virtues.


(31)

R. Staff Pengelola

Merupakan Ruang pengelola yang berupa kantor-kantor, meliputi:

o Ruang Sekretariat + Keuangan o Ruang 3 in one

o Ruang Staff Gudang (Logistic) o Ruang Data kasus

o Ruang HDR

o Ruang Pengurus Yayasan o Ruang Tata usaha

Dapur dan Ruang Makan

Dapur dan Ruang Makan yang terdapat pada Jing si hall harus lebar, sebab semua kegiatan masak-memasak yang di lakukan di bagian dapur. Ukuran Dapur minimal harus 10m x 10m. Begitu pula dengan ukuran ruang makan. Ukuran dapur dan ruang

The antique furniture coupled with simple yet elegant decorations instill a sense of calm. The students attend their courses in a warm and welcoming environment, cultivating and purifying their thoughts, thereby gaining further understanding of life philosophy.

Taiwan Tzu Chi University Continuing Education Centre administrative officer, Sister Ling Jia-Yin‟s „Bulletin of Tzu Chi University Continuing Education Centre‟, helps the volunteers to gain a better understanding of the ideas and development of continuing education.

At present, the Continuing Education Centre uses two classrooms. The classroom for Tea Appreciation is on the third floor. It is elegantly decorated with wooden furniture and Still Thoughts Aphorisms written in calligraphy. They portray the uniqueness of Tzu Chi‟s humanitarianism culture.

Taipei Continuing Education Centre Flower Arrangement instructor, Chen Xiu-Lan integrates Master Cheng Yan‟s wisdom into the art of flower arrangement, so as to inspire the overseas teachers to master this art.


(32)

makan harus disesuaikan dengan jumah relawan yang ada di dalam Yayasan Buddha Tzu chi tersebut.

Gambar6. Suasana Ruang Dapur  Hunian

Dibuat khusus untuk relawan dari luar kota yang datang untuk mengikuti pelatihan. Terbagi menjadi dua yaitu: Hunian pria dan Hunian wanita.

II.3. Lokasi Proyek

Pada pembahasan ini, akan diuraikan tentang deskripsi/tinjauan lokasi proyek.

II.3.1. Kriteria Pemilihan Proyek

Dalam memilih lokasi terdapat beberapa kriteria, mengingat fungsi bangunan yang dirancang merupakan bangunan sosial dan lebih merujuk ke daerah permukiman, berikut tabel pemilihan lokasi:

No Kriteria Pemilihan lokasi Keterangan

1 Tinjauan terhadap arsitektur kota Lokasi yang dipilih berada di bagian pinggiran kota dengan pertimbangan di bagian permukiman.

2 Pencapaian Lokasi yang dipilih harus dapat dicapai

dengan segala alternatif baik kenderaan umum, pribadi, dan pejalan kaki.

3 Persyaratan lain Lokasi harus jelas kepemilikannya,

terkait dengan pembebasan lahan, potensi dan peraturan yang berlaku.


(33)

mempunyai fungsi utama untuk melindungi sumber alam dan warisan budaya.

Tabel1. Kriteria Pemilihan Lokasi

Rencana Umum Tata Ruang Kota Medan ( RUTRK )

Kota medan sebagai pusat administrasi pemerintah, pusat industri, pusat distribusi, pusat jasa pelayanan keuangan, pusat komunikasi, pusat akomodasi jasa kepariwisataan, dan pusat perdagangan regional dan internasional, maka dalam pelaksanaannya studi Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP), dimana tujuan dari WPP ini adalah mengoptimalkan pembangunan di setiap sektor atau wilayah. WPP Kotamadya Medan dibagi menjadi lima wilayah, yaitu:

WPP Kecamatan Pusat

Pengembangan

Peruntukan Lahan

Program Pembangunan

A M. Belawan

M. Marelan M. Labuhan Belawan Pelabuhan, industri, Permukiman, Rekreasi, Maritim

Jalan baru, jaringan air minum, septic

tank, sarana

pendidikan dan permukiman.

B M. Deli

Tj. Mulia

Perkantoran, Perdagangan, Rekreasi Indoor, Permukiman

Jalan baru, jaringan

air minum,

pembuangan

sampah, sarana pendidikan.

C M. Timur

M. Perjuangan M. Tembung M. Area M. Denai M. Amplas Aksara Permukiman, Perdagangan, Rekreasi

Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan, dan kesehatan.


(34)

D M. Johor M. Baru M. Kota M. Maimoon M. Polonia

Inti Kota

CBD, Puat

pemerintahan, Hutan Kota, Pusat Pendidikan,

Perkantoran,

Rekreasi Indoor, Permukiman

Perumahan permanen, pembuangan

sampah, sarana pendidikan.

E M. Barat

M. Helvetia M. Petisah M. Sunggal M. Selayang M. tuntungan

Sei Sekambing

Permukiman, Perkantoran, Perdagangan, Konservasi,

Rekreasi, Lapangan Golf, Hutan Kota

Sambungan air minum, septic tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan.

Tabel2. Pembagian Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan.

Dari Tabel yang dipaparkan, maka wilayah yang memungkinkan untuk dibangun Medan Tzu Chi Center adalah di WPP C dan WPP E, karena WPP A, WPP B dan WPP D terletak dikawasan yang diperuntukkan bagi pelabuhan, industri, terminal dan pusat pemerintahan. Keberadaan kawasan perencanaan dapat dilihat pada peta di bawah ini:


(35)

Gambar7. Peta Wilayah Pengembangan Pembangunan kota Medan

Adapun pertimbangan-pertimbangan yang dilakukan dalam pemilihan alternatif lokasi, yaitu

Menurut Kepadatannya (Sesuai dengan visi dan misi proyek “Medan Tzu Chi Center”.

No Kecamatan Luas

Wilayah (Km2)

Penduduk Kepadatan Penduduk/Km2

Tingkat Kepadatan

1 Medan Timur 7,60 112 108 14 751 Sedang

2 Medan Perjuangan 4,40 103 759 23 582 Tinggi

3 Medan Area 3,90 107 558 27 579 Tinggi

4 Medan Denai 8,86 137 690 15 541 Sedang

5 Medan Tembung 6,8 139 065 20 451 Tinggi


(36)

7 Medan Barat 6,60 77 867 11 798 Sedang

8 Medan Petisah 4,50 67 057 14 902 Sedang

9 Medan Sunggal 15,70 108 496 6 910 Rendah

10 Medan Helvetia 11,60 142 187 12 258 Sedang

11 Medan Tuntungan 14,90 68 983 4 630 Rendah

12 Medan Selayang 19,80 48 208 2 435 Rendah

TABEL3. KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN Sumber: Medan dalam angka, 2007

Keterangan:

2319 – 10739 = Rendah 10740 – 19159 = Sedang 19160 – 27579 = Tinggi

No Kecamatan Tingkat Kepadatan

1 Medan Timur Tinggi

2 Medan Perjuangan Tinggi

3 Medan Area Tinggi

4 Medan Denai Tinggi

5 Medan Tembung Tinggi

6 Medan Amplas Tinggi

7 Medan Barat Tinggi

8 Medan Petisah Tinggi

9 Medan Sunggal Sedang

10 Medan Helvetia Tinggi

11 Medan Tuntungan Sedang

12 Medan Selayang Rendah

TABEL4.

KEPADATAN PENDUDUK 10 TAHUN MENDATANG (2016) MENURUT KECAMATAN. Nb: Dengan asumsi tidak ada perubahan luasan wilayah administrasi dari setiap wilayah yang ada di

Kota Medan


(37)

II.3.2. Alternatif Lokasi

Alternatif 3. Jl.Cemara, Kecamatan Medan

Timur. Alternatif 1. Persimpangan

Jl.Mawar dan Jl.Karya, Kecamatan Medan Helvetia.

Alternatif 2. Persimpangan Jl.Karya dan Jl.Pembangunan, Kecamatan

Medan Barat.

Gambar8. PETA ALTERNATIF LOKASI Sumber: Peta Medan


(38)

Terdapat 3 alternatif lokasi, yaitu: 1. Alternatif lokasi 1

Lokasi : Persimpangan Jl. Mawar dan Jl. Karya, Kecamatan Medan Helvetia. Luas : ± 2,6 Ha

Batas-batas:

 Sebelah Utara : Kecamatan Medan

 Sebelah Timur : Kecamatan Medan

 Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Sunggal

 Sebelah Barat : Kecamatan Medan

2. Alternatif Lokasi 2

Lokasi: Persimpangan Jl. Karya dan Jl. Pembangunan, Kecamatan Medan Barat. Luas : ± 3,4 Ha

Batas-batas :

 Sebelah utara : Kecamatan Medan Deli

 Sebelah Timur : Kecamatan Medan Timur dan Kecamatan Medan Area

 Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Maimun dan Kecamatan Medan petisah.

 Sebelah Barat : Kecamatan Medan Helvetia.

Jl. Karya Jl.Mawar

Gambar9. ALTERNATIF LOKASI 1 Sumber: Peta Medan


(39)

3. Alternatif Lokasi 3

Lokasi: Jl. Cemara, Kecamatan Medan Timur Luas : ± 2,4 Ha

Batas-batas:

 Sebelah Utara : Kecamatan Medan Deli

 Sebelah Timur : Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Perjuangan.

 Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Perjuangan dan Kecamatan Medan Area

 Sebelah Barat : Kecamatan Medan Barat.

Jl.Pembangunan

Jl. Karya

Gambar10. ALTERNATIF LOKASI 2 Sumber: Peta Medan

Jl.Krakatau Ujung

Jl.Cemara

Gambar11. ALTERNATIF LOKASI 3 Sumber: Peta Medan


(40)

Penilaian Alternatif Lokasi Proyek

Kriteria

Lokasi

Alternatif 1 Alternatif 2 Alternatif 3

RUTRK Sesuai (3) Sesuai (3) Sesuai (3) Tingkatan Jalan

Jalan arteri Primer, sering terjadi

kemacetan (1)

Jalan arteri Primer, sering terjadi

kemacetan (1)

Jalan arteri Primer (3) Pencapaian ke lokasi Sedang (2) Sedang (2) Mudah (3) Jangkauan terhadap struktur kota

Tidak terlalu dekat pusat kota Medan,

kepadatan penduduk sedang.

(3)

Tidak dekat pusat kota Medan,

kepadatan penduduk sedang.

(3)

Tidak dekat pusat kota Medan, kepadatan penduduk sedang. (3) Luas Lahan 2,6 Ha (2) 3,4 Ha (3) 2,4 Ha (1) Fungsi eksisting Pemukiman (2) Pemukiman (2) Permukiman (2) Kontur Relatif datar (3) Relatif datar (3) Relatif datar (3)

Total 16 17 18

Tabel5. PENILAIAN ALTERNATIF LOKASI

Keterangan: (1) : Kurang (2) : Cukup (3) : Baik

Kesimpulan: Ketiga alternatif diatas semuanya memiliki kriteria pembangunan proyek

“Medan Tzu Chi Center”, akan tetapi berdasarkan tabel penilaian Alternatif Lokasi, Site yang paling cocok/sesuai adalah Site yang berada di jalan Cemara dengan luas ±2,4 Ha.


(41)

II.3.3. Deskripsi Kondisi Eksisting Data-data umum mengenai proyek:

 Judul Proyek : Medan Tzu Chi Center

 Tema : Green Architecture

 Sifat Proyek : Fiktif

 Lokasi : Jl. Cemara, Kecamatan Medan Timur

o Batasan Proyek

Sebelah Utara : Pemukiman penduduk Sebelah Timur : Permukiman penduduk Sebelah Selatan : Jl. Cemara

Sebelah Barat : Permukiman penduduk

o Batasan Kecamatan

Sebelah Utara : Kecamatan Medan Deli

Sebelah Timur : Kecamatan Medan Tembung dan Medan Perjuangan Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Area Sebelah Timur : Kecamatan Medan Barat

o Luas Lahan : ± 2,4 Ha o Koefisien Dasar Bangunan : o Koefisien Lantai Bangunan :

 Pemilik Proyek : Yayasan Buddha Tzu Chi Medan

 Sumber Dana : Yayasan dan Donatur

 Kelengkapan Fasilitas :

 Fasilitas Kerohanian

 Fasilitas Kantor

 Fasilitas Pendidikan

 Fasilitas Hunian

 Fasilitas Rekreasi

 Potensi Lahan :

o Berada pada kawasan Permukiman

o Dekat dengan Fasilitas umum, seperti Pertamina o Transportasi lancar dan baik

o Luas site yang mendukung, yaitu: ±2.4 Ha o Memiliki jalur ultilitas yang baik.


(42)

II.4. Tinjauan Fungsi

Berikut ini akan diuraikan tinjauan fungsi berupa pengguna, kegiatan, kebutuhan ruang, dan persyaratan ruang.

II.4.1. Deskripsi Pengguna dan Kegiatan

Pelaku kegiatan yang terlibat dalam fasilitas Medan Tzu Chi Center ini dari hasil survei lapangan dan wawancara secara umum adalah:

1. Pengunjung

Melingkupi seluruh umat manusia, baik dari suku, ras, agama dan negara yang berbeda.

2. Relawan 3. Pengelola

 Ketua Yayasan  Relawan Resmi

Karakter kegiatan fasilitas Medan Tzu Chi Center dari hasil survei lapangan dan wawancara secara umum dibagi menjadi:

a. Pusat Informasi

Pusat Informasi yang tersedia dalam Medan Tzu Chi Center berupa kantor -kantor pengolahan, dimana pengunjung dapat mendapatkan informasi mengenai kegiatan & aktivitas Tzu Chi. Ruang-ruang yang dibutuhkan umumnya mempunyai besaran yang sama.

b. Moral Keagamaan

Medan Tzu Chi Center juga menyediakan sarana kebaktian, berupa ruang auditorium, dimana didalam ruang auditorium dapat dilakukan kebaktian, acara sharing dharma/dhamma, seminar amal, seminar sosial, dsb.

c. Edukasi Sosial

Medan Tzu Chi Center merupakan sebuah bangunan sosial yang menyediakan sarana untuk memberikan edukasi dalam bidang sosial kemanusiaan, sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai-nilai kemanusiaan dan kedamaian dalam masyarakat. d. Hunian

Medan Tzu Chi Center juga menyediakan hunian bagi relawan, berupa Tempa t tidur pria & wanita, yang diperuntukkan bagi relawan yang datang dari luar kota untuk mengadakan pelatihan untuk menjernihkan batin dan pikiran.


(43)

Kelompok kegiatan fasilitas Medan Tzu Chi Center dibagi menjadi:

No Kelompok kegiatan Uraian kegiatan

1 Utama  Memberikan informasi mengenai kegiatan & aktivitas yang dikerjakan oleh Tzu Chi.

 Menyediakan sarana moral keagamaan sebagai sarana untuk sharing dharma/dhamma, seminar sosial kemanusiaan, seminar amal, dsb.

 Memberikan edukasi dibidang sosial sehingga dapat membentuk manusia seutuhnya, yang tidak hanya mengajarkan pengetahuan serta ketrampilan, tetapi juga budi pekerti dan nilai-nilai kemanusiaan.

 menyediakan hunian, berupa tempat tidur pria & wanita, bagi relawan luar kota yang datang untuk mengadakan pelatihan.

2 Tambahan  Pemilahan + Penyimpanan SDA daur ulang

 Makan dan minum  Penyimpanan barang

3 Pelayanan  Memarkir kenderaan roda dua atau empat

 Menerima kedatangan relawan & pengunjung.  Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).

4 Pengelolaan  Kegiatan Manajemen

 Kegiatan Administratif  Kegiatan Operasional  Kegiatan Keamanan  Kegiatan Pengawasan

5 Teknikal  Kegiatan Pemeliharaan

 Kegiatan Pengawasan

 Kegiatan Perawatan & Kebersihan  Kegiatan Plumbing & Sanitasi


(44)

Tabel7. Skema Aktivitas II.4.2. Deskripsi Pelaku

Perilaku dari pengguna fasilitas Medan Tzu Chi Center ditunjukkan pada tabel berikut.

No Pengguna Alur Kegiatan

1 Pengunjung

2 Relawan

3 Pengelola

Datang

Parkir

Hall R.Resepsionis

Auditorium Jing si books

& Cafe

R.Tamu Toilet Pulang

Datang

Parkir

R.Tidur Toilet Pulang R.Pemilahan+ Pemyimpanan SDA Dapur R.Serbaguna R.Tamu R.Resepsionis Auditorium Jing si books

& Cafe

Hall

Datang

Parkir Auditorium

Hall R.Tata Usaha R.Staff

Gudang Toilet

Pulang

Jing si books

& Cafe R 3 in one R.Ketua Yayasan Rseketariat + Keuangan R.Staff Gudang R.Staff Gudang R.Staff Gudang


(45)

II.4.3. Deskripsi Kebutuhan Ruang

Pembahasan program kebutuhan ruang meliputi fasilitas yang dibutuhkan ,kebutuhan ruang berdasarkan jenis kegiatan , pembagian ruang berdasarkan tujuan proyek.

II.4.3.1. Fasilitas yang dibutuhkan

A. Ruang Penerimaan  Ruang Resepsionis  Lobi penerima B. Sarana Moral Keagamaan  Ruang Auditorium C. Kantor & Pusat Informasi  Ruang Tamu

 Ruang Informasi  Ruang Ketua Yayasan  Ruang Seketariat + Keuangan  Ruang 3 in one

 Ruang Staff Gudang (Logistic)  Ruang Data Kasus

 Ruang HDR

 Ruang Pengurus Yayasan  Ruang Tata Usaha  Ruang Rapat Yayasan

D. Sarana Edukatif  Jing si Books

 Ruang Belajar Bahasa Isyarat  Ruang Yoga

 Ruang Belajar Merangkai Bunga  Ruang Etika Minum Teh


(46)

 Ruang Belajar Filosofi Hidup  Ruang Belajar Kepemimpinan  Ruang Fotografi

E. Sarana Hunian  Ruang Tidur Pria

 Ruang Tidur Wanita

F. Fasilitas Umum  Ruang Pemilahan + Penyimpanan SDA daur ulang

 Hall  Cafe  Klinik  Toilet  Dapur

 Ruang Makan

G. Operasional  Keamanan

 Ruang Kontrol Lampu  Ruang Kontrol Suara  Ruang Proyektor  Ruang Genset  Ruang Chiller  Ruang AHU  Ruang Panel  Ruang Pompa Tabel8. Fasilitas Medan Tzu Chi Center


(47)

Kelompok Kegiatan

Unit Kegiatan Pengguna Jenis Kegiatan Kebutuhan Ruang

Penerima Penerima  Relawan

 Pengunjung  Pengelola  Menerima pengunjung.  Memberikan informasi.

 Ruang Resepsionis

 Lobi Penerima

Kegiatan Moral Keagamaan Pengarahan Moral Keagamaan  Relawan  Pengunjung  Pengelola  Kebaktian.

 Melakukan Sharring mengenai

Dharma/Dhamma.

 Melakukan seminar sosial kemanusiaan.

 Ruang Auditorium

Kantor & Pusat Informasi Pengelola & Pusat Informasi  Relawan  Pengunjung  Pengelola  Memberikan informasi mengenai Tzu Chi

 Memberikan pemahaman mengenai Tzu Chi

 Mengolah arsip data Studi kasus.

 Mengolah dana hasil sumbangan.

 Mengatur jadwal kegiatan Tzu Chi

 Berdiskusi

mengenai aktivitas Tzu Chi

 Ruang Tamu

 Ruang Informasi

 Ruang Ketua Yayasan

 Ruang Seketariat + Keuangan

 Ruang 3 in one

 Ruang Staff Gudang

 Ruang Data Kasus

 Ruang HDR

 Ruang Pengurus Yayasan

 Ruang Tata Usaha

 Ruang Rapat Yayasan


(48)

Edukatif Edukasi Sosial  Relawan

 Pengelola

 Mendapatkan Pendidikan mengenai cara beretika.

 Mendapatkan pengajaran mengenai cara bertutur kata.

 Mendapatkan pengajaran mengenai kepemimpinan.

 Mendapatkan pengajaran mengenai filosofi hidup

 Jing si Books

 Ruang Belajar Bahasa Isyarat

 Ruang Yoga

 Ruang Belajar Merangkai Bunga

 Ruang Etika Minum Teh

 Ruang Belajar Filosofi Hidup

 Ruang Belajar Kepemimpinan

 Ruang fotografi

Penunjang Hunian  Relawan

 Pengelola

 Menyediakan Hunian bagi relawan yang datang untuk mengadakan pelatihan.

 Menyediakan Hunian berupa ruang tidur bersama pria & ruang tidur bersama wanita, tapi bukan berupa Kuti.

 Ruang tidur bersama khusus Pria

 Ruang tidur bersama khusus Wanita


(49)

Pelayanan/util itas

Pelayanan teknis

Pengelola Pengaturan teknis bangunan

 Ruang Kontrol Lampu

 Ruang Kontrol Suara

 Ruang Proyektor

 Ruang Genset

 Ruang Chiller

 Ruang AHU

 Ruang Panel

 Ruang Pompa

Tabel9. Kebutuhan Ruang berdasarkan Jenis Kegiatan

II.4.3.3. Pembagian Ruang berdasarkan Tujuan Proyek

Tujuan Jenis Ruang

Sarana Moral Keagamaan  Ruang Auditorium Pusat Informasi & Kantor

pengelola

 Ruang Tamu

 Ruang Informasi

 Ruang Ketua Yayasan

 Ruang Seketariat + Keuangan

 Ruang 3 in one

 Ruang Staff Gudang (Logistic)

 Ruang Data Kasus

 Ruang HDR

 Ruang Pengurus Yayasan

 Ruang Tata Usaha

 Ruang Rapat Yayasan Edukasi Sosial Kemanusiaan  Jing si Books

 Ruang Belajar Bahasa Isyarat

 Ruang Yoga

 Ruang Belajar Merangkai Bunga

 Ruang Etika Minum Teh

 Ruang Belajar Filosofi Hidup

 Ruang Belajar Kepemimpinan

 Ruang Fotografi


(50)

 Ruang Tidur bersama khusus Wanita

Sarana KesehatanKlinik

Sarana Penunjang  Ruang Pemilahan + Penyimpanan SDA daur ulang

 Cafe

 Hall

 Toilet

 Dapur

 Ruang Makan Tabel10. Pembagian Ruang berdasarkan tujuan Proyek.

II.5. Studi Banding Arsitektur dengan Proyek Sejenis

1. Aula Jing-si Indonesia

Gambar12. Aula Jing si Indonesia

Aula Jing-si milik Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia ini mempunyai luas sebesar 10 Ha dan terletak di Jakarta Barat. Aula Jing-si ini terbagi menjadi 3 blok massa, yaitu pada bagian tengah merupakan ruang Auditorium/hall/R. Fo thang, dimana harus merupakan ruang yang besar serta berada dibagian tengah dan sangat mendominasi diantara semua blok massa dari Gedung Tzu Chi tersebut. Auditorium digunakan sebagai sarana kebaktian, sharring dharma/dhamma, seminar, dll. Selain terdapat Auditorium, juga terdapat ruang serbaguna yang dibuat di bagian kiri-kanan hall. Gedung Tzu Chi yang berada disebelah kiri itu merupakan ruang-ruang staff, penginapan pria dan wanita, dan jing si books and cafe, sedangkan Gedung Tzu Chi yang berada disebelah kanan itu merupakan gedung operasional DA AI TV.


(51)

2. The Penang Jing-si Hall

Gambar13. Aula Jing-si Penang

Aula Jing-si yang berada di Malaysia, Penang, merupakan kantor Penghubung Tzu Chi Malaysia yang didirikan pada tahun 1993, berada di Jl.Macalister 316 antara Solok Bell dan Lorong Bell. Jenis material dan atap yang digunakan oleh aula jing-si Penang ini memiliki kesamaan dengan aula-aula Jing-si yang lain diseluruh dunia. Material yang digunakan pada bagian dinding Gedung tersebut merupakan jenis granit berwarna abu-abu. Pada bagian tengah terdapat auditorium yang cukup lebar, dan diselingi dengan adanya galeri sejarah Tzu Chi. Dilantai dua merupakan kantor-kantor pengelola. Ruang-ruang yang terdapat pada aula Jing-si Penang mencakup: Ruang Auditorium, Ruang Serbaguna, Kantor, Jing-si Books & Cafe, Dapur & Ruang Makan.


(52)

No Studi Banding Kesimpulan

1 Aula Jing si Indonesia  Aula Jing-si/Jing-si Hall Indonesia merupakan Aula Jing-si yang terbesar diantara semua Aula Jing-si didunia, dengan luas sebesar 10 Ha.

 Aula Jing-si Indonesia merupakan sebuah rumah bagi insan Tzu Chi Indonesia untuk melatih diri, menjernihkan pikiran & batin.

 Ruang-ruang utama yang terdapat di dalam Aula Jing-si Indonesia, yaitu:

o Ruang Auditorium o Jing-si Books & Cafe o Ruang-ruang Serbaguna o Hunian

o Kantor

2 The Penang Jing-si Hall  The Penang Jing-si Hall merupakan kantor penghubung Tzu Chi Malaysia, yang berada di Jl. Macalister 316, Malaysia, Penang.

 The Penang Jing-si Hall merupakan sarana/wadah yang digunakan insan Tzu Chi Penang untuk membenah diri.

 Ruang-ruang utama yang terdapat di dalam Aula Jing-si Penang, yaitu:

o Ruang Auditorium o Jing-si Books & Cafe o Ruang-ruang Serbaguna o Kantor


(53)

BAB III

ELABORASI TEMA

III.1. Pengertian

Pendekatan tema perancangan proyek “Medan Tzu Chi Center” adalah melalui

pendekatan arsitektur hijau (Green Architecture). Kata “ GREEN “, berasal dari bahasa

Inggris yang berarti “ HIJAU “, hijau adalah suatu simbol warna yang mewakili daun

tumbuhan yag berklorofil, atau mewakili lingkungan alam. Kata “Green “ dalam arsitektur pada awalnya dianggap sebagai hal yang tabu seperti ketika

“postmodernisme” dan “dekonstruksi” muncul beberapa tahun sebelumnya. Awal munculnya

istilah “green” menimbulkan kesalahpahaman. Hal ini memancing respon untuk membicarakan masalah “green” itu sendiri.

Namun kemudian muncullah suatu kelompok-kelompok atau lembaga yang melakukan pendekatan dalam Green Movement dengan menekankan dan mengaplikasikannya sesuai dengan kemampuan dan interesnya masing-masing. Salah satunya dengan merancang sebuah rumah sementara yang menunjukkan manusia tidak menjadi asing dengan lingkungannya yang dilakukan oleh Walden Pond. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa Green Architecture adalah gerakan untuk pelestarian alam dan lingkungan dengan mengutamakan efisiensi energi (arsitektur ramah lingkungan).

Ciri-ciri Green Architecture antara lain :

 Peka terhadap lingkungan

 Konservasi energi (mengkonsumsi energi seminim mungkin)

 Mengusahakan pencahayaan alami

 Harmonis dengan lingkungan alam di mana bangunan berdiri

 Mengusahakan penghawaan alami

 Memakai material daur ulang atau material yang ekologis

Dalam penerapan Green Architecture lainnya dapat dilakukan dengan berbagai cara. Misalnya : penentuan tapak bangunan, pengolahan limbah yang muncul akibat kegiatan yang terjadi di kawasan proyek.


(54)

Beberapa pemahaman akan Green Architecture dikembangkan oleh beberapa teori dan kritik sebagai berikut:

a. Green Architecture oleh Brenda and Robert Vale, yaitu:

1. Konservasi energy

 Bangunan seharusnya meminimalkan penggunaan kebutuhan akan energy, seperti energi matahari, angin, dan air.

 Perlindungan sumber daya alam

 Pendayagunaan alam sebagai sumber energi bagi keperluan studi dan rekreasi.

 Memanfaatkan limbah sebaik-baiknya seperti dengan menjadikan limbah sebagai sumber energi biogas atau pupuk.

 Penentuan lokasi yang paling tepat guna dengan cara pemilihan sumber daya alam yang sesuai dengan kebutuhan dari fungsi bangunan atau proyek

2. Bekerja sama dengan iklim

 Bangunan bekerja sama dengan iklim dan sumber energi alam.

 Memanfaatkan energi yang tersedia di alam seperti matahari, angin, hujan, dan air.

 Pencahayaan alami pada siang hari.

 Penghawaan alami.

3. Meminimalisasi sumber-sumber daya baru

 Penggunaan material daur ulang.

 Penggunaan material yang dapat diperbaharui.

 Merancang bangunan dari sisa bangunan yang sebelumnya.

 Penggunaan material yang ramah lingkungan. 4. Menghargai pemakai

 Green Architecture menyadari bahwa pengguna atau pemakai dari bangunan harus diperhatikan kebutuhannya. Untuk itu dilakukan pendekatan yang memperhatikan kenyamanan penggunanya namun selaras dengan prinsip Green Architecture yang lainnya.


(55)

5. Menghargai site

 Seminimal mungkin merubah tapak. Misalnya dengan mempertahankan kontur tanah. Tidak mengambil jalan pintas dengan cara cut and fill site dalam pembangunan di tapak. Memberi pori-pori bagi tanah agar tetap memiliki aliran udara.

 Menurut seorang arsitek australia, Glenn Murcutt “Seseorang harus

menyentuh bumi secara ringan” yang ia kutip dari kata-kata orang Aboringin. Kata-kata ini meliputi interaksi bangunan dan site yang merupakan suatu hal yang sangat pentinga dalam penerapaan Green Architecture. Suatu bangunan yang menghabiskan banyak energi, menghasilkan sumber polusi dan menjadi asing bagi penggunanya tidak menyentuh bumi secara ringan.

6. Holistik

 Seluruh prinsip-prinsip Green Architecture digabungkan dalam suatu pendekatan holistik pada lingkungan yang dibangun.

b. Ecological Design oleh Sym Van der Ryn et.al. (1996:51)

1) Solusi berawal dari tempat perancangan

Sebuah desain ekologis berawal dari pengetahuan tentang tempat dimana bangunan akan dirancang. Respon tersebut berupa respon kepada kondisi lokal lahan dan penduduk lokal. Jika kita sensitif dengan nuansa tempat tersebut, kita dapat mendiami lingkungan tersebut tanpa harus merusak lingkungan.

2) Perhitungan Ekologis menginformasikan desain

Jejak lingkungan mempengaruhi eksisting pada desain. Gunakan informasi-informasi lingkungan untuk menentukan kemungkinan desain yang paling ekologis didaerah tersebut.

3) Mendesain dengan alam

Dengan bekerja pada proses kehidupan, kita menghargai semua spesies makhluk hidup. Melibatkan dalam proses yang meregenerasi daripada menganti secara keseluruhan, kita menjadi lebih hidup.

4) Semua orang adalah perancang

Dengarkan setiap suara pada proses desain ini. Tidak ada yang merupakan partisipan saja atau perancang saja: semua orang adalah perancang dan partisipan. Hargai pengetahuan special yang setiap orang bawakan. Jika manusia


(56)

bekerja bersama untuk merawat lingkungan mereka, mereka juga merawat diri mereka sendiri.

5) Membuat yang alami terlihat

Lingkungan yang mengubah sifat lingkungan tersebut mengabaikan kebutuhan kita dan potensi kita untuk belajar. Membuat siklus dan proses alami membawa lingkungan yang didesain kembali hidup. Desain yang efektif membawa menginformasikan ke kita tentang kealamian lingkungan tersebut.

c. Ecological Design oleh Ken Yeang (1995:187)

Desain ekologis adalah sebuah proses desain yang mana perancangnya meminimalisir efek yang merugikan dari produk desain dengan penuh pemahaman tentang ekosistem bumi, dan memberikan prioritas secara simultan untuk melanjutkan peminimalisasi efek merugikan tersebut.

1. Hemat energi

“Penurunan biaya sebagai hasil dari penurunan konsumsi energi dalam pengoperasian bangunan.”

“Penurunan konsumsi energi secara umum berasal dari penggunaan peralatan struktur pasif (non mekanikal).”

2. Humanisme

“Mempertinggi infera pengguna yang sesuai sambil mengingatkan mereka untuk sadar akan iklim eksternal dari daerah tersebut.”

3. Estetika natural dan kebebasan ekspresi

“Sosial-ekonomi dan kondisi politik dapat berubah secara nyata dalam satu periode, seperti juga rasa visual dan estetika, yang dapat mempengaruhi iklim dan mengubah siklus.”

“Menyediakan dengan prinsip teori dan bentuk bangunan yang akan memperbolehkan kebebasan interpretasi dari desain.”

“Membentuk fasad bangunan yang berlapis. Hal tersebut juga mengurangi dampak dari wajah bangunan yang rata dan keras pa da lingkungan ekternalnya dan menyediakan area shading pada bagian atas bangunan.”

“Faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi keuntungan baru dari fitur desain.”


(57)

4. Integrasi vegetasi horizontal dan vertikal

“Dasar pemikiran awal adalah vegetasi merupakan aspek yang paling penting dari daerah tersebut dan seharusnya menjadi faktor desain yang penting, disamping menjadi aspek ekologisnya.”

“Vegetasi butuh diperkenalkan kepada lingkungan bangunan dalam keadaan yang sangat umum.”

5. Pengudaraan natural

“Kreasi dari zona pengudaraan pada fasad bangunan, juga pada area transisi, area intersisi atau area pembuangan. Hal tersebut bisa merupakan bentuk atrim yang besar dengan ventilasi natural yang berasal dari louvered-covering, atau skycourt yang besar.”

6. Tanggap orientasi matahari

“Eksplorasi dalam lapisan dinding luar bangunan dari dalam ke luar lingkungan, dihubungkan melalui area transisi, menghadap ke concentrasi udara untuk desain dinding yang variable. Studi tentang dinding eksternal sebagai kulit yang bervariasi mengubah profil massa tergantung pada orientasi matahari.

d. Bioshelters oleh Nancy Jack Todd et.al.

1. Dunia ini adalah matriks dari semua desain.

2. Desain harusnya mengikuti, bukan melawan, hukum alam. 3. Keadilan biologis harus mengikuti desain.

4. Desain harus merefleksikan bioreionalitas.

5. Proyek harus didasarkan dalam penggunaan daur ulang sumber daya alam. 6. Desain harus berkelanjutan melalui integrasi sistem kehidupan.

7. Desain harus ikut berevolusi dengan alam.

8. Bangunan dan desain harus membantu menyehatkan planet. 9. Desain harus mengikuti ekologi sacral.

e. Green Architecture oleh standar Leadership in Energy and Evironmental Design

(LEED):

1. Penggunaan pemgembangan lahan berkelanjutan, jika mungkin, dapat menggunakan material-material dari bangunan yang telah dibangun dan memelihara lingkungan sekitar. Penggunaan roof garden dan penanaman vegetasi di sekitar bangunan dan didalam site sangat mendukung.


(58)

2. Penggunaan pendaur ulang air kotor (air yang telah digunakan) dan penginstalasian bangunan yang dapat menampung air hujan.

3. Efisiensi energi dapat ditingkatkan dengan cara yang bermacam-macam, contohnya: pengorientasi bangunan untuk mendapatkan keuntungan penuh dari perubahan musim dalam posisi matahari dan menggunakan alternatif energi seperti energi solar dan energi angin.

4. Penggunaan material yang didaur ulang yang tidak memerlukan ernergy yang banyak untuk membuatnya lagi. Selain itu, dapat juga menggunakan material lokal yang rendah polusi.

5. Pengkontrolan air indoor quality menggunakan fitur-fitur seperti pengkontrolan personal space, ventilasi, pengkontrolan suhu, dan menggunakan material yang tidak mengadung gas beracun.

f. Menurut buku Green Architecture, terbitan Taschen, tahun 2005, standar dari bangunan eco-friendly adalah:

1. Bangunan yang lebih kecil 2. Penggunaan material daur ulang 3. Penggunaan material hemat energy

4. Penggunaan kayu hasil panen daerah sekitar (untuk masa pembangunan dan furnishing) dan menghindari kayu import

5. Menggunakan sistem penggunaan air alternative 6. Perawatan bangunan yang murah

7. Pendaur ulangan bangunan

8. Pengurangan bahan kimia perusak ozon 9. Pemeliharaan lingkungan sekitar

10.Efisiensi energy 11.Orientasi matahari

12.Akses ke transportasi publik

Green Architecture merupakan salah satu aliran dalam arsitektur yang memperhatikan keberlangsungan lingkungan hidup di dalam melakukan proses desain. Green Architecture muncul sebagai suatu solusi untuk melestarikan lingkungan hidup yang semakin rusak akibat pembangunan yang tidak memperhatikan faktor – faktor lingkungan.

Tujuan dari Green Architecture itu sendiri adalah untuk menghasilkan suatu bangunan yang bersahabat dengan lingkungannya dengan tingkat efisiensi yang tinggi. Hal ini bisa dicapai melalui penerapan konsep green architecture itu sendiri pada bangunan seprti


(59)

penghematan energi , memperbanyak area hijau , menggunakan energi alamiah secara efektif , pendaurulangan air dan lain – lain. Dengan penerapan Green Architecture, dapat menjawab beberapa isu lingkungan global tentang kerusakan lingkungan yang sedang terjadi. Sedangkan penerapan Green Architecture pada sebuah proyek berskala urban bertujuan menciptakan sebuah kawasan perkotaan yang ramah lingkungan, yang memiliki tingkat efisiensi energi tinggi dan kebutuhan energi yang minim serta emisi berupa polusi dan panas yang minim pula.

III.2. Intepretasi tema

Banyak negara di dunia belakangan ini menghadapi masalah-masalah lingkungan hidup yang telah tercemar sehingga banyak muncul isu-isu seperti isu pemanasan global (Global Warming) yang akan menimbulkan masalah besar apabila tidak ditanggulangi dengan cermat. Banyak faktor yang mempengaruhi kerusakan lingkungan yang akan berakibat fatal bagi kehidupan manusia di bumi ini. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal tersebut adalah bentuk fisik dari suatu kawasan termasuk tersedianya lahan hijau sebagai produsen oksigen utama, bangunan yang memenuhi kawasan tersebut dan juga kesadaran akan masyarakat yang tinggal di kawasan tersebut.

Sebagai salah solusi pemecahan masalah pencemaran lingkungan hidup tersebut, pada saat ini banyak dikembangkan konsep-konsep kota yang hijau (Green City). Selain itu polusi yang timbuk juga menghasilkan dampak yang buruk terhadap lingkungan hidup. Dengan kata lain kelangsungan suatu kota sangat tergantung pada kualitas lingkungan perkotaan tersebut. Dibeberapa negara maju telah dikeluarkan berbagai peraturan yang berkaitan tentang lingkungan hidup seperti pembangunan kawasan yang haus ramah lingkungan, pembatasan terhadap jumlah kenderaan bermotor dan lain-lain.

Penerapan konsep green architecture sudah selayaknya diterapkan di Indonesia mengingat intensitas pembangunan yang sangat besar dan kerusakan lingkungan yang semakin parah yang banyak diakibatkan oleh pembangunan tersebut. Karena tanpa kita sadari apabila kita tidak menerapkan konsep tersebut sejak sekarang maka akan berakibat fatal dimasa yang akan datang, seperti: krisis akan air, energi, sumber daya alam serta kerusakan lingkungan yang parah yang pada akhirnya akan mempengaruhi kehidupan manusia.

Dari beberapa prinsip-prinsip Green Architecture yang telah diuraikan, dapat disimpulkan bahwa prinsip-prinsip Green Architecture itu merupakan:


(60)

 Sumber energy alternatif

Bangunan dan lingkungannya dapat mensuplai energi sendiri. Energi solar dan angin merupakan alternarif yang biasa digunakan untuk dimanfaatkan sebagai pengganti energi listrik.

 Konservasi energi

Bangunan mempunyai pengkondisian udara yang baik, sehingga tidak membuang energi untuk pengkondisian udara buatan dalam bangunan.

 Penggunaan material

Bangunan menggunakan material daur ulang dari bangunan yang telah dibangun. Selain itu, bangunan juga dapat menggunakan bahan material dari daerah setempat.

 Perletakan bangunan pada site

Perletakkan bangunan harus diperhatikan agar meminimalisasi perusakan ekosistem lingkungan sekitar site.

Aplikasi bangunan dengan menggunakan pendekatan Green Architecture dapat menggunakan filtur-filtur sebagai berikut:

 Meminimalisir perusakan terhadap site, bangunan mengikuti kemiringan kontur yang ada. Penggunaan material yang mudah diperoleh dan ramah lingkungan.

 Penggunaan material yang berasal dari daerah setempat yang ramah lingkungan, tidak mengandung zat-zat berbahaya yang dapat mencemari lingkungan dan menganggu kesehatan manusia.

 Pemakaian green roof tidak hanya mempertahankan daerah hijau yang hilang, tetapi juga dapat menjadi wadah penampung air hujan yang kemudian seterusnya dapat dimanfaatkan dan dipakai kembali untuk keperluan penyiraman tanaman bahkan untuk sanitasi bangunan seperti flush kloset.

 Memanfaatkan panas matahari daerah khatulistiwa yang bersiinar sepanjang tahun lalu mengubahnya menjadi energy listrik yang dapat digunakan untuk pemakaian listrik bangunan.


(1)

Gambar69. Suasana zona meditasi di malam hari

Gambar68. Suasana zona meditasi di pagi hari


(2)

(3)

(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Medan (2006) Medan Dalam Angka

Cooper , Paul , 1981. Perspectives In Music Theory : An Historical-Analytical Approach , Second Edition , New York :Harper & Row.

De Chiara.Joseph,and John Calender.1981.Time Saver Standart for Building Types.Mcgraw Hill Book Company.New York.

Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, (1995), Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. (1989) Pengantar Arsitektur, Jakarta: Erlangga, WJS Poerwadarminta, (1976) Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Pdf “ TZU-CHI Inspiring Great love Around the World”


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Medan (2006) Medan Dalam Angka

Cooper , Paul , 1981. Perspectives In Music Theory : An Historical-Analytical Approach , Second Edition , New York :Harper & Row.

De Chiara.Joseph,and John Calender.1981.Time Saver Standart for Building Types.Mcgraw Hill Book Company.New York.

Neufert, Ernst dan Sjamsu Amril, (1995), Data Arsitek, Jilid 2 Edisi Kedua, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Neufert, Ernst dan Sunarto Tjahjadi, (1997), Data Arsitek, Jilid 1 Edisi 33, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Snyder, James C.& Catanese, Anthony J. (1989) Pengantar Arsitektur, Jakarta: Erlangga, WJS Poerwadarminta, (1976) Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Pdf “ TZU-CHI Inspiring Great love Around the World”