ELABORASI TEMA Batangkuis Eco Waterfront Integrated Hotel

59

BAB III ELABORASI TEMA

3.1. PENGERTIAN TEMA

ECO ARSITEKTUR DASAR – DASAR EKOLOGI Ekologi adalah hal – hal yang saling mempengaruhi : segala jenis makhluk hidup tumbuhan, binatang, manusia dan lingkungannya cahaya, suhu, curah hujan, kelembaban, topografi, dsb. Demikian juga proses kelahiran, kehidupan, pergantian generasi, dan kematian. Proses ini dinamakan dengan HUKUM ALAM PENGERTIAN EKOLOGI Istilah ekologi pertama diperkenalkan oleh Ernest Haeckel 54 : segala jenis makhluk hidup dan lingkungannya. Dalam bahasa Yunani Oikos berarti rumah tangga atau cara bertempat tinggal Logos adalah : ilmu atau ilmiah. Definisi ekologi adalah : ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dan lingkungannya. PENGERTIAN EKOSITEM Dalah semua sistem yang dalam hirarki lebih tinggi dari pada organisme. Oleh karena setiap sistem mengandung sistem sebelumnya yang lebih sederhana , maka makin tinggi organisasi, makin rumit sistemnya. KOMUNITAS : Adalah kumpulan populasi yang menempati suatu daerah tertentu sistem kerja antara gen– gen sehingga kelanjutan ciri–ciri keturunan dapat diwariskan bersama–sama secara utuh. SUKSESI DAN KLIMAKS Perubahan – perubahan atau pergantian – pergantian pad sebuah ekosistem terjadi tanpa ataupun dengan campur tangan manusia. Evolusi ekosistem ini disebut suksesi ekologi dan dapa diterangkan sebagai berikut: Perkembangan komunitas teratur menyangkut perubahan susunan spesies dan proses- proses komunitas. 54 Universitas Sumatera Utara 60 Perubahan – perubahan fisik akibat pengaruh pekerjaan komunitas mencapai puncak pada waktu terjadi ekosistem stabil dengan biomassa dan fungsi kerjasama antar organisme dan komunitas ada pada titik maksimum. EKOLOGI Istilah “ekologi” pertama kali diperkenalkan oleh Ernst Haeckel, ahli ilmu hewan pada tahun 1869 seagai ilmu interaksi antara segala jenis makhluk hidup dan lingkungannya. Eco Arsitektur berasal dari kata ekologi dan arsitektur. Pengertian ekologi dan arsitektur dapat dijabarkan sebagai berikut :  Ekologi yang berasal dari bahasa Yunani dapat diartikan sebagai : ‐ Ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya misalnya iklim, tanah, air, dll. ‐ Ilmu yang mempelajari interaksi antara organism dengan lingkungannya dan yang lainnya studi tentang sumber daya dan pengolahan energi dalam biosfer bumi.  Arsitektur : seni dan ilmu dalam merancang bangunan, yang mencakup perancangan keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan kota, arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain furniture dan produk.  Eco Arsitektur adalah dimensi ekologis dalam arsitektur yang penuh perhatian kepada lingkungan alam dan sumber alam terbatas.  Eco Arsitektur adalah pembangunan lingkungan binaan sebagai kebutuhan hidup manusia dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya. Arsitektur ekologi merupakan penggabungan arsitektur dan ekologi, yaitu konsep yang juga mempertimbangkan keberadaan dan kelestarian alam, disamping konsep-konsep arsitektur bangunan itu sendiri. DASAR – DASAR EKO – ARSITEKTUR KUALITAS ARSITEKTUR DAN TUGAS SI ARSITEK Universitas Sumatera Utara 61 Batu, kayu, dan semen, dengan bahan tersebut akan dibuat rumah dan istana , semunya adalah persoalan konstruksi. Penemuan yang berdaya cipta terwujud. Tiba- tiba hasilnya dapat menyentuh hati saya, saya merasa senang dan puas, saya berbahagia dan saya berkata: ’Inilah yang indah, inilah seni bangunan, inilah kesenian’. Christoper Alexander : alat ukur arsitektur atau eko –arsitektur. Kualitas tanpa nama: There is a central quality which is the root criterion of life and spirit in a man, a town, abuilding, or a wilderness. This quality is objective and precise , but it cannot be named. Penggolongan struktur bangunan adalah Unsur – unsur pokok eko – arsitektur a.Udara angin : untuk bernapas makin tercemar udara maka makin susah bernafas dan kualitas kehidupan menurun. Gambar 13 Eco Architecture Universitas Sumatera Utara 62 b. Air : dan perairan mengadakan dan membentuk bumi kita. Sungai, lautan dan lapisan es pada kutub, serta air di bawah tanah merupakan sumber yang luar bisa besar. Banyaknya air tersebut tidak bisa ditambah ataupun dikurangi. Meskipun demikian, air bersih dan air minum makin lama makin sulit di dapatkan oleh karena dari banyaknya air tersebut 97.4 nya adalah air asin dan hanya 2.6 air tawar. c. Api, energi, Pembangkitan energi apapun d. Bumi TUJUAN ECO ARSITEKTUR Adapun tujuan dari Eco Arsitektur itu sendiri adalah :  Menciptakan suatu bangunan hemat energi dengan memanfaatkan unsur-unsur iklim seperti matahari, angin, serta lingkungan landscape.  Memberikan kenyamanan pengguna dalam hal ini manusia dan melibatkannya upaya penyatuan unsur pasif struktur dengan lingkungan biosfer.  Mengurangi emisi gas rumah kaca, dengan memanfaatkan unsur-unsur vertical landscape.  Mengurangi suhu umum perkotaan yaitu mengurangi bidang albedo yang rendah. PRINSIP-PRINSIP ECO ARSITEKTUR Eko-Arsiitektur sebagai suatu konsep arsitektur yang penuh perhatian kepada lingkungan alam dan sumber alam yang terbatas, serta membangun lingkungan binaan sebagai kebutuhan hidup manusia dalam hubungan timbal balik dengan lingkungan alamnya mempunyi dasar-dasar sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 63  Holistis, hubungan dengan sistem keseluruhan, sebagai satu kesatuan yang penting dari sekedar kumpulan bagian.  Memanfaatkan pengalaman manusia tradisi dalam pembangunan dan pengalaman lingkungan alam terhadap manusia.  Pembangunan sebagai proses dan bukannya sebagai kenyataan tertentu yang statis.  Kerja sama antara manusia dengan alam sekitarnya demi keselamatan kedua belah pihak. Di mana perencanaannya memperhatikan arsitektur dari tiga tingkatan :  Perencana secara ekologis.  Pembangunan dan kesehatan manusia dan lingkungan.  Bahan bangunan yang sehat. Selain itu, menurut Heinz Frick, pola perencanaan Eco Arsitektur yang holistis selalu memanfaatkan peredaran alam sebagai berikut :  Penyesuaian terhadap lingkungan alam setempat.  Menghemat sumber energi alam yang tidak dapat diperbaharui dan menghemat penggunaan energi.  Memelihara sumber lingkungan udara, tanah, air.  memelihara dan memperbaiki peredaraan alam.  Mengurangi ketergantungan kepada sistem pusat energi listrik, air dan limbah air limbah dan sampah.  Penghuni ikut serta secara aktif dalam perencanaan pembangunan dan pemeliharaan perumahan.  Tempat kerja dan permukiman dekat.  Kemungkinan penghuni menghasilkan sendiri kebutuhannya sehari-hari.  Penggunaan teknologi sederhana.  Intensitas energi baik yang terkandung dalam bahan bangunan maupun yang digunakan pada saat pembangunan harus seminimal mungkin.  Kulit dinding dan atap sebuah gedung harus sesuai dengan tugasnya harus melindungi dirinya dari sinar panas, angin dan hujan. Bangunan sebaiknya diarahkan berorientasi ke timur-barat dengan bagian utara- selatan menerima cahaya alami tanpa kesilauan.  Dinding bangunan harus memberikan perlindungan terhadap panas, daya serap panas dan tebalnya dinding harus sesuai dengan kebutuhan iklim ruang dalamnya. Universitas Sumatera Utara 64  Bangunan yang memperhatikan penyegaran udara secara alami bisa menghemat energi.  Bangunan sebaiknya dibuat sedemikian rupa sehingga dapat manggunakan penyegaran secara alami yang memanfaatkan angin sepoi-sepoi untuk membuat ruang menjadi sejuk.  Semua gedung harus bisa mengadakan regenerasi dari segala bahan bangunan, bahan limah, dan mudah dipelihara. Pembangunan secara ekologis berarti pemanfaatan prinsip-prinsip ekologis pada perencanaan lingkungan buatan. Konsep dasar bangunan ekologis adalah bangunan dengan ciri sebagai berikut : a. bangunan yang dapat mengakomodasi fungsi dengan baik dengan memperhatikan kekhasan aktifitas manusia pemakainya serta potensi lingkungan sekitarnya dalam membentuk citra angunan. b. bangunan yang nyaman bagi kondisi thermal, auidial maupun visual dalam cara-cara alami. Untuk itu bangunan harus tanggap terhadap masalah dan potensi iklim dan konteks lingkungan setempat sehingga menghasilkan sisitem bangunan alami yang hemat energi. c. memenfaatkan sumer daya alam terbaharui yang terdapat di sekitar kawasan perencanaan untuk sistem bangunan, baik yang berkaitan dengan material bangunan maupun untuk utilitas bangunan sumber energi, penyediaan air. d. bangunan yang sehat, artinya yang tidak memerikan dampak negative bagi kesehatan manusia dalam proses, pengoperasianpurna huni, maupun saat pembongkaran di dalamnya juga termasuk lokasi yang sehat, bahan yang sehat, bentuk yang sehat dan suasana yang sehat. e. sistem bangunan yang mudah sehingga dapat dikerjakan dan dipelihara dengan tenaga kerja setempat. Selain itu Eco Arsitektur juga mempunyai komitmen-komitmen yaitu :  Pengurangan sistem ekologi Mengusahakan agar pembangunan tidak mengurangi mutu lingkungan bahkan meningkatkannya.  Penentuan kembali dimensi tata guna lahan Dalam proses pembangunan harus cukup ruang terbukanyapepohonan sebagai pelaku proses fotosintesis yang merupakan proses esensial untuk menjaga kelangsungan hidup di bumi.  Pengurangan polusi Universitas Sumatera Utara 65 1. menghindari atau mengurangi penggunaan bahan-bahan yang dapat menimbulkan polusi. 2. menanam pohon-pohon di perkotaan yang dapat berfungsi sebagai paru-paru kota.  Menghilangkan penggunaan energi yang tidak pada tempatnya hemat energi.  Pemecahan kembali masalah penipisan, distribusi dan penggunaan energi, yaitu dengan cara penghematan energi dan penganekaan sumber energi.  Peningkatan kepercayaan tentang kelestarian alam di masa datang. BAHAN BANGUNAN EKOLOGIS Bahan bangunan sangat penting dalam perancangan bangunan, yang diseleksi untuk tujuan-tujuan kenyamanan alamiah dengan rambu-rambu nilai ekolgis bahan. 1. Syarat bahan bangunan ekologis  Eksploitasi dan produksi menggunakan energi semini mungkin  Tidak mengalami transformasi yang tidak dapat dikembalikan kea lam  Eksploitasi,produksi,penggunaan,pemeliharaan seminim mungkinmencemari lingkungan.  Berasal dari sumber alam local. 2. Klasifikasi bahan berdasarkan tingkat transformasi  Bahan bangunan yang dapat dibudidayakan kembali regeneratif,umumnya bahan bangunan organic,seperti : kayu,rotan,bamboo,batang kelapa, ijuk,rumbia,dsb.  Bahan bangunan alam yang dapat digunakan kembali,misalnya : tanah,tanah liat,tras,batu kali,batu alam,dsb.  Bahan buatan yang dapat didaur ulang,misalnya : limbah,potongan sampah,serbuk kayu,botol kaca,ban bekas,dsb.  Bahan bangunan alam yang mengalami perubahan transformasi sederhana,misalnya bata,genteng.  Bahan bangunan yang mengalami beberapa tingkat perubahan transformasi,mis. Plastic dan bahan sintetis lain.  Bahan bangunan komposit,yaitu bahan bangunan yang tercampur menjadi satu yang tidak dapat diuraikan kembali ke bahan-bahan dasar pembuatnya,misalnya beton,semen berserat,cat kimia,perekat. 3. Material bangunan sebaiknya diperoleh dari pemanfaatan sumber daya alam setempat, terutama sumber daya yang terbarui renewable resources. Tujuannya adalah untuk : Universitas Sumatera Utara 66  Penghematan energi untuk transportasi  Sustainable keberlanjutan pergantian material MATERIAL BANGUNAN EKOLOGIS a. Sumber material organic yang potensial adalah kayu tanaman dari ladingkebun penduduk yang sudah tidak lagi produktif.  Kayu kelapa  Kayu buah-buahan,misalnya : kayu durian,kayu duku,kayu jengkolpetai  Kayu perkebunan,misalnya kayu karet. b. Material bangunan organic dari hutan yang tidak berpengaruh negative terhadap kelestarian hutan,seperti : ijuk,rumbia,bamboo. Sumber material lainnya yang umum dipakai oleh masyarakat setempat diperoleh dari Pancur Batu,seperti : batu bata,batu kali,dan pasir. Prinsip-prinsip desain Ken Yeang 1. Melindungi lingkungan kita adalah masalah terpenting yang harus ditanggapi oleh manusia sekarang ini. Untuk perancang, pertanyaan yang utama adalah : bagaimana kita mendesain untuk masa depan yang berkelanjutan? Pertanyaan ini,berhubungan dengan industri. Perusahaan-perusahaan sekarang dengan khawatir mencoba untuk mengerti konsekuensi-konsekuensi lingkungan dari bisnis mereka. Untuk bermimpi bagaimana jadinya bisnis mereka bila berkelanjutanbertahan. Dan untuk mencari cara untuk merealisasikan pandangan ini dengan strategi yang tidak bahaya secara ekologi,model-model bisnis baru,system-sistem produksi,material-material dan proses-prosesnya. Jika kita mempunyai lingkungan yang dibangun bergantian secara ekologis,itu akan mengubah cara kita bekerja dan cara hidup secara ekologis. 2. Pendekatan secara ekologis pada usaha dan desain kita adalah tentang penggabungan lingkungan.jika kita mmenggabungkan proses-proses usaha dan desain kita dan apapun yang kita lakukan atau yang kita buat di lingkungan yang dibangun yang terdiri dari bangunan-bangunan,fasilitas-fasilitas,infrastruktur- infrastruktur,produk-produk,kulkas-kulkas,mainan-mainan,dll. dengan lingkungan alami dalam cara yang tidak berbahaya,tidak akan ada masalah-masalah lingkungan apapun. Pernyataan yang sederhana adalah desain ekologis mendesain untuk penggabungan bio.ini dapat di amati dari 3 aspek : secara fisik,sistematis,dan sementarawaktu.dengan sukses,mencapai aspek-aspek itu,lebih mdah mengatakannya daripada melakukannya,tetapi didalamnya terdapat tantangan kita. Universitas Sumatera Utara 67 3. Kita memulai dengan melihat kealamian. Alami tanpa campur tangan manusia didalamnya. Dapatkah usaha kita dan lingkungan kita yang dibangun meniru proses- proses,struktur-struktur,fungsi-fungsi yang alami,khususnya ekosistem- ekosistemnya? Sebagai contoh,ekosistem tidak terbuang. Semuanya selalu kembali berulang. Demikian juga dengan meniru ini, lingkungan kita yang dibangun akan memproduksi yang tidak terbuang. Semua emisi-emisi dan produk-produk digunakan lagi secara terus-menerus.berputar ulang,dan akhirnya bergabung kembali dengan lingkungan alami, dalam menggunakan keduanya secara efisien baik dalam penggunaan energi maupun sumber material. Merancang untuk meniru ekosistem adalah ecomimesis. Ini yang menjadi dasar pikiran untuk desain yang ekologis. Lingkungan kita yang dibangun harus meniru ekosistem di dalam semua aspek. 4. Lingkungan alami memperhatikan manusia sebagai salah satu dari banyak spesies. Apa yang membedakan manusia adalah kemampuan mereka untuk merusak lingkungan dalam skala besar. Perubahan seperti ini adalah konsekuensi- konsekuensi dari buatan tangan,konstruksi,dan aktivitas lainnya.cthny rekreasi dan transportasi 5. Bentuk-bentuk bangunan kita pada dasarnya tegak memagari untuk melindungi kita dari iklim luar yang buruk, membolehkan beberapa aktivitas hunian,kantor,penghasilan,gudang,dlluntuk mengambil tempat. Secara ekologi, sebuah bangunan hanyalah sebuah konsentrasi tinggi dari material dalam suatu lokasi sering menggunakan sumber energi yang tidak dapat diperbarui di hasilkan dari beberapa tempat yang jauhtidak ramah dalam biosfer. Ditransportasikan ke dalam lokasi dan difabrikasi ke sebuah bentuk bangunan atau sebuah infrastruktur. Yang operasi-operasi berikutnya memikul lebih jauh konsekuensi-konsekuensi lingkungan dan yang akhinya kehidupanny sesudahnya harus bisa terakomodasi. 6. Terdapat pula salah persepsi tentang apa desain secara ekologis sekarang ini. Kita tidak boleh salah tanggap dengan persepsi yang jika kita memasang dalam 1 bangunan yang cukup memiliki alat-alat ekologis seperti solar collector, photovoltaics,system daur ulang secara biologis,system otomatis bangunan,dan double skin fasad,kita akan segera memiliki sebuah arsitektur yang ekollgis pada saat itu juga. Salah persepsi lainnya adalah jika bangunan kita mendapatkan sebuah nilai yang tinggi di dalam sebuah system penilaian konsep hijau,maka semuanya baik-baik saja. Tentu saja tidak ada yang akan lebih jauh dari kebenaran. Yang lebih buruk,kepuasan diri terpasang kemudian tidak yang lebih jauh dilakukan untuk memperbaiki penurunan lingkungan. Walaupun system teknologi ini adalah percobaan-percobaan yang relevan,mungkin menuju sebuah lingkungan yang Universitas Sumatera Utara 68 dibangun bergantian secara ekologis,pemasangan mereka dalam suatu bangunan tidak membuat itu dengan otomatis menjadi ekologis. 7. Desain yang ekologis adalah mendesain lingkungan yang dibangun sebagai suatu system didalam lingkungan alami. Keberadaan system ini memiliki konsekuensi ekologis dan pengaruh timbale baliknya,menjadi pemasukan dan pengeluarannya sama bagusnya seperti aspek lainnya.misalnya seperti transportasi yang melalui seluruh perputaran hidup,harus bisa digabungkan dengan aman dengan lingkungan alami. 8. Ekosistem di biosfer adalah unit-unit yang dapat diuraikan yang berisi bagian-bagian biotic dan abiotik yang beraksi bersama secara keseluruhan. Dari konsep ini,usaha kita dan lingkungan yang dibangun harus didesain sejalan dengan isi fisik ekosistem,komposisi,dan proses. Sebagai contoh,selain mengamati arsitektur kita sebagai suatu objek seni, atau sebagai pelayanan,kita juga harus mengamatinya sebagai suatu barang yang perlu dioperasionalkan dan akhirnya digabungkan dengan alam. 9. Sebagai bukti,komposisi material lingkungan buatan kita hampir menyeluruh adalah tidak organic.dimana ekosistem berisi kedua bagian biotic dan abiotik,atau komponen organic dan yang tidak organic. Konstruksi kita yang banyak,buatan tangan,dan aktivitas lainnya,menyebabkan pembuatan biosfer yang semakin tidak organic dan buatan. Untuk melanjutkan tanpa menyeimbangkan bagian biotic maksudnya dengan sederhana ditambahkan ke dalam biosfer buatan,dengaan cara demikian membuatnya bertambah tidak organic. Memperburuk ini adalah suatu kelakuan merusak lingkungan lainnya seperti penebangan hutan dan polusi. Hasil ini didalam penyederhanaan biologis biosfer dan pengurangan dari kompleksitas dan perbedaan. Kita harus mulai menyeimbangkan lingkungan kita yang dibangun dengan tanaman organic yang banyak,memperbaiki keragaman hewan dan tumbuhan,dan hubungan ekologis di dalam bentuk bangunan dan melengkapi bagian yang tidak organic dengan tanaman organic yang sesuai. 10. Kita harus memperbaiki hubungan ekologis antara desain kita dan proses usaha kita dengan lansekap.secara horizontal dan vertical. Mencapai hubungan ini memastikan hubungan sepsis yang lebih lebar, pengaruh timbale balik,pergerakan,dan pembagian sumber daya yang melewati batas. Perbaikan yang nyata akan menambah keragaman hewan dan tumbuhan dan lebih jauh menambah pertahanan habitat dan spesis. Menyediakan koridor-koridor ekologis dan hubungan dalam rencana regional sangat utama dalam membuat pola kota lebih hidup dengan biologis. Disamping hubungn horizontal yang telah diperbaiki, hubungan vertical dalam bentuk yang dibangun juga Universitas Sumatera Utara 69 penting sejak hampir semua bangunan tidak 1 lantai tetapi berlantai banyak. Desain harus melanjutkan hubungan ekologis ke atas dari bentuk bangunan sampai keatap. 11. Lebih dari memperbesar hubungan ekologis,kita harus menggabungkan secara biologis aspek tidak organic dan proses-proses dari lingkungan kita yang dibangun dengan lansekap jadi mereka menjadi ecosystem. Kita harus membuat ecosystem buatan manusia yang cocok dengan ekosistem di alam. Dengan melakukan ini,kita memperbesar kemampuan buatan manusia untuk melanjutkan hidup di biosfer. 12. Desain dengan ekologis juga menyangkut tentang ketajaman ekologi dari lahan. Aktivitas lainnya dari desain kita atau usaha kita mengambil tempat dengan tujuan untuk meggabungkan fisik dengan aman dengan ekosistem. Khususnya dalam perencanaan lahan,pertama-tama kita harus mengerti property dari ekosistem local sebelum menentukan aktivitas manusia yang melampaui batasnya. Setiap lahan memiliki ekologi dengan kapasitas yang terbatas untuk bertahan terhadap tekanan- tekanan yang ditentukan,dimana jika ditekan diatas kapasitasnya,akan menjadi kerusakan yang tidak dapat dikembalikan lagi. Konsekuensi-konsekuensi dapat memberi jarak dari memberi pengaruh minimal dari lokalisasi misalnya membersihkan area kecil untuk akses sampai dengan penghancuran total seluruh area seperti membersihkan semua pohon dan tumbuhan,meningkatkan topografi,mengalihkan aliran air yang ada 13. Untuk mengidentifikasi semua aspek dari kapasitas bawaan ini,kita harus mengeluarkan sebuah analisis dari ekologi lahan. Kita harus mengerti struktur ekosistemnya dan pergerakan arus energi,perbedaan sepsis dan masalah ekologi lainnya. Kemudian kita harus mengidentifikasi bagian mana dari lahan yang memiliki tipe struktur dan aktivitas yang berbeda,dan bagian mana yang khususnya sensitive. Akhirnya,kita harus mempertimbangkan pengaruh yang mungkin dari kostruksi yang dilanjutkan dan penggunaannya. 14. Ini tentunya adalah sebuah pengerjaan utama yang harus dilakukan …dan di dalam beberapa hal setelah bertahun-tahun. Untuk mengurangi usaha yang panjang ini, arsitek lansekap mengembangkan metode “kue lapis”, atau sebuah teknik pemetaan penyaringan dari pemetaan lansekap. Hal ini membuat perancang mampu untuk memetakan lansekap sebagai sebuah lapisan rangkaian dalam cara yang sederhana untuk mempelajari ekologinya. Setelah kita memetakan lapisan-lapisan tersebut, kita melapisinya, menentukan tujuan, mengevaluasi interaksi dalam hubungan tata guna lahan dan pola tata guna yang diusulkan, dan memproduksi gabungan peta atau menuntun rencana kita Universitas Sumatera Utara 70 misalnya penempatan akses jalan, pengaturan air, pola drainase, susunan bangunan, dan lain-lain.. Kita harus sadar bahwa metode pemetaan penyaringan umumnya merawat ekosistem site secara statis dan mungkin mengabaikan gaya dinamis yang terjadi antara lapisan-lapisan dengan sebuah ekosistem. Di antara masing-masing lapisan ini terdapat interaksi yang kompleks. Jadi, menganalisis sebuah ekosistem membutuhkan lebih dari sekedar pemetaan. Kita harus menguji hubungan lapisan dalam. 15. Kita juga harus memeriksa cara-cara untuk membentuk bangunan dan sistem operasional untuk lingkungan terbangun kita dan bisnis kita sebagai sistem yang hemat energi. Untuk menuju hal ini, kita harus memeriksa cara-cara untuk meningkatkan suasana nyaman internal. Pada dasarnya terdapat lima cara : Passive Mode atau desain bioklimatik, Mixed Mode, Full Mode, Productive Mode dan Composite Mode, cara yang terakhir merupakan campuran dari semua cara yang dihasilkan. Merancang berarti melihat strategi Passive Mode lebih dulu, kemudian Mixed Mode lalu Full Mode, Productive Mode dan kemudian Composite Mode, semua cara tersebut adalah untuk mengambil langkah yang progresif untuk meningkatkan suasana nyaman yang berhubungan dengan suasana ekstrenal. Dugaan sementara untuk suasana nyaman, khususnya dalam usaha pabrik, tidak dapat didapat hanya dengan Passive Mode dan Mixed Mode. Lingkungan internal seringnya perlu didukung oleh penggunaan sumber energi eksternal, sebagaimana dalam Full Mode. Full Mode menggunakan sistem mekanikal-elektikal untuk meningkatkan suasana nyaman internal, seringnya menggunakan sumber energi eksternal apakah dari sumber yang berasal dari bahan bakar fosil atau sumber lokal. Desain ekologis dari bangunan dan bisnis kita harus memperkecil penggunaan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui. Dalam hal ini, desain hemat energi merupakan sebuah sasaran yang penting. 16. Passive Mode dirancang untuk meningkatkan suasana nyaman melebihi suasana eksternal tanpa penggunaan sistem mekanikal elektrikal. Contoh dari strategi Passive Mode termasuk mengadopsi bentuk bangunan yang tepat dan orientasi dalam hubungannya dengan iklim local, desain fasade yang tepat misalnya, rasio area …dan level penyekatan yang cocok, penggunaan ventilasi alami, penggunaan vegetasi, dan lain-lain.. Strategi desain untuk bangunan terbangun harus diawali dengan Passive Mode atau desain bioklimatik. Hal ini dapat mempengaruhi secara signifikan susunan dari bangunan dan bentuk penutupnya. Jadi, hal ini harus dijadikan pertimbangan desain tingkat pertama di dalam proses, berikut merupakan cara-cara lain yang dapat kita adopsi untuk lebih mempertinggi Universitas Sumatera Utara 71 efisiensi energi. Passive Mode membutuhkan sebuah pengertian tentang kondisi iklim lokal, lalu merancang tidak hanya mecocokkan desain bentuk terbangun dengan kondisi iklim lokal, tetapi untuk mengoptimalkan energi alam lokal ke dalam sebuah desain bangunan dengan kondisi nyaman internal yang ditingkatkan tanpa penggunaan sistem mekanikal elektrikal. Dengan kata lain, jika kita menggunakan pendekatan khusus tanpa sebelumnya mengoptimalkan pilihan Passive Mode dalam bangunan, kita mungkin telah membuat keputusan desain non-energy-efficient yang harus mengkoreksi dengan pendukung sistem Full Mode. Hal ini akan membuat desain hemat energi yang omong kosong. Lebih jauh lagi jika desain mengoptimalkan Passive Mode-nya, itu tetap merupakan level kenyamanan yang ditingkatkan selama terjadi kegagalan power elektrikal. Jika kita tidak mengoptimalkan Passive Mode dalam bangunan, lalu jika tidak ada listrik atau sumber energi eksternal, bangunan tidak akan bertahan untuk digunakan. 17. Mixed Mode adalah ketika kita menggunakan sistem mekanikal-elektrikal. Misalnya, termasuk kipas pada langit-langit, fasade dobel, cerobong asap dan pendingin udara. 18. Full Mode adalah penggunaan sepenuhnya sistem mekanikal-elektrikal, sebagaimana terdapat pada bangunan konvensional. Jika pengguna memaksakan untuk merasakan kondisi nyaman yang konsisten sepanjang tahun, sistem desain harus merupakan desain Full Mode. Harus jelas bahwa desain hemat energi pada dasarnya merupakan kondisi yang dapat diatur oleh pengguna dan merupakan masalah gaya hidup. Kita harus menghargai bahwa desain Passive Mode dan Mixed Mode tidak akan pernah dapat bersaing dengan tingkat kenyamanan dengan energi yang tinggi boros energi, kondisi Full Mode. 19. Productive Mode adalah ketika sistem yang terbangun menghasilkan energinya sendiri misalnya, energi panas yang menggunakan photo-voltaics, atau energi angin. Ekosistem menggunakan energi panas, yang berubah bentuk menjadi energi kimia melalui fotosintesis tanaman hijau dan mengatur siklus ekologi. Jika desain ekologis harus ecomimetic , kita harus mencoba melakukan hal yang sama. Pada waktu penggunaan energi panas dibatasi untuk alat pengumpul panas yang bermacam-macam dan sistem photo-voltaic. Pada kasus Productive Modes misalnya, pengumpul panas, photo-voltaics dan energi angin, sistem-sistem ini membutuhkan sistem teknologi yang canggih. Kemudian mereka meningkatkan kadar anorganik dari bangunan, penambahan kandungan energi dan penggunaan sumber material, dengan meningkatkan pengaruh tambahan terhadap lingkungan. 20. Composite Mode adalah sebuah gabungan dari semua cara-cara di atas dan merupakan sebuah sistem yang bervariasi sepanjang musim di sepanjang tahun. Universitas Sumatera Utara 72 21. Desain ekologis juga membutuhkan designer untuk menggunakan material dan pemasangan material yang green , dan komponen yang memfasilitasi reuse, recycling dan reintegration untuk iintegrasi yang bersifat sementara dengan sistem ekologis. Kita harus menjadi ecomimetic dalam penggunaan material pada lingkungan terbangun. Di dalam ekosistem, semua makhluk hidup membutuhkan makanan secara terus menerus dan energi dari lingkungannya untuk bertahan hidup, dan semua makhluk hidup memproduksi sampah secara terus menerus. Di sini, sebuah ekosistem tidak menghasilkan sampah, sampah satu species menjadi makanan bagi species lainnya. Siklus ini terjadi secara terus menerus sepanjang jaring-jaring kehidupan. Ini adalah penutupan siklus dalam reuse dan recycling bahwa lingkungan buatan manusia harus menyamai. 22. Masalah besar desain lainnya adalah sistem integrasi dari bangunan dan sistem operasional dan proses internalnya dengan ekosisitem di alam. Integrasi ini sangat penting karena jika sistem yang dibangun tidak terintegrasi dengan sisitem alami di alam, akan tetap menjadi materi buatan dan polutan yang berpotensi yang berlainan. 23. Kita dapat membuat suatu analogi antara ecodesign dan prostetik dalam operasi kedokteran. Ecodesign pada dasarnya adalah desain yang mengintegrasi sistem buatan baik secara mekanikal maupun secara organic, dengan sistem utamanya yaitu ekosistem. Sama halnya dengan alat prostetik medikal harus terintegrasi dengan tuan rumahnya yaitu tubuh. Kegagalan dalam mengintegrasikan dengan baik akan membuatnya terlepas satu sama lain. Dengan menggunakan analogi, inilah ecodesign yang harus dicapai dalam lingkungan dan bisnis kita : integrasi buatan manusia yang total yang bersifat fisikal, sistematis dan sementara, lingkungan terbangun dengan cara yang ramah dan positif. 24. Diskusi dalam beberpa masalah utama akan membantu dalam mendekati desain ekologis dari artifak dan bisnis kita menjadi renponsif secara lingkungan. Tentu saja terdapat aspek-aspek lain. Masih banyak masalah teknikal dan teoritikal yang harus diselesaikan sebelum kita benar-benar membangun lingkungan yang ekologis. KONSEP RANCANGAN GEDUNG MESINIAGA Penafsiran atas marka-lingkungan dari pencakar langit milik perusahaan besar yang mencengangkan ini, menjelajahi arah baru dari tipe bangunan yang biasanya tidak bersahabat. Pihak arsitek menjuluki tipe baru ini “bangunan tinggi Universitas Sumatera Utara 73 beriklim-bio” dan memberinya pengendalian iklim serta penghematan energi yang peka. Yang patut dicatat adalah adanya dua spiral “taman angkasa” yang berputar ke atas sambil memberi bayangan dan kontras visual terhadap permukaan baja dan alumunium dari gedungnya. Rangka beton pra tekan pada gedung itu selanjutnya ditingkahi oleh dua tipe penangkis sinar matahari serta tirai baja dan kaca yang membuat citra High Tech yang organik, apalagi setelah dilengkapi dengan mahkota logam dan umpak pada bagian landasan bangunannya. Menara Mesiniaga merupakan sebuah penelitian arsiteknya atas prinsip-prinsip iklim-bio bagi perancangan gedung tinggi di daerah beriklim tropis. Menara Mesiniaga memiliki langgam arsitektur campuran dari langgam kolonial, Cina, Eropa dan Malaysia. Gedung Mesiniaga merupakan buah penelitian arsiteknya atas prinsip-prinsip iklim-bio bagi perancangan gedung tinggi di daerah beriklim tropis. Yang ditampilkan adalah suatu organisasi spasial memanjang yang diisi dengan hirarki tertentu. Bangunan tersebut memiliki tiga bagian struktur yaitu : umpak berselimut unsur hijau yang terangkat, badan yang bernuansa spiral dengan balkon untuk teras taman dan tirai yang memberi bayangan, dan bagian puncak tempat fasilitas rekreasi berupa kolam renang serta teras beratap. Struktur beton pratekan dan rangka baja bangunannya diperlihatkan seluruhnya dan penyejukannya dilakukan memlaui pengudaraan alami dan buatan. Sejalan dengan penjelasan diatas pembahasan selanjutnya berusaha untuk mengetahui sejauh mana pengertian dekonstruksi yang tanpa disadari oleh perancangan terdapat pada bangunan tersebut. Pembacaan dekonstruksi Gedung Mesiniaga karya Kenneth Yeang dalam pembahasan ini digunakan dengan menerapkan beberapa asas-asas ‘dekonstruksi’ yang digunakan seperti apa yang telah dilakukan oleh Benedikt dalam meninjau Museum Kimbell. Dengan demikian mudah-mudahan ‘dekonstruksi’ pada Gedung Mesiniaga ini dapat terbaca. PEMBACAAN DEKONSTRUKSI GEDUNG MESINIAGA KONSEP ‘DIFFERENCE’ PADA RANCANGAN MESINIAGA Konsep difference-nya Derrida nampaknya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan metafisikanya ‘ sebuah pohon raksasa’ -nya gedung Mesiniaga , dimana dengan pemaknaan bahwa tanda menghadirkan sesuatu yang tidak hadir. Dengan menempatkan konsep taman secara memutar dan kontiniu continuous planting spiraling up, hal ini telah memberikan suatu makna ingin menghadirkan suatu bangunan yang di metafora-kan sebagai sebuah ‘ pohon raksasa’. Universitas Sumatera Utara 74 Taman yang memutar dan bentuk bangunan yang berbentuk lingkaran adalah sebuah tanda yang menghadirkan sesuatu yang tidak hadir yaitu sebuah pohon yang dilengkapi dengan dedaunan. Sedangkan pohon itu sendiri merupakan tanda ‘ketidakhadiran yang tertunda’ dari apa yang semestinya dihadirkan. Pohon pada konsep bangunan ini merupakan sebuah metafora dari apa yang seharusnya hadir dalam sebuah pelestraian alam, dimana pohon merupakan suatu unsur yang terpenting dalam memberikan seuatu keseimbangan alam. Spiral ‘ taman angkasa’ yang dikembangan di dalam perencanaan bangunan Mesiniaga ini, dimana taman tersebut berputar ke atas dipakai sebagai alat yang memberikan bayangan yang kontras visual kepada permukaan baja dan alumunium dari gedung tersebut, hal ini juga merupakan sebuah metafor dari apa yang seharusnya hadir yaitu sebuah alam yang ditumbuhi oleh beberapa tanaman yang hijau dan asri. Konsep sebuah pohon, yaitu sebuah unsur alam yang hidup dan tumbuh serta berdiri pada sebuah bidang tanah, merupakan sebuah konsep yang dipergunakan oleh Ken Yeang untuk membuat dan membangun Gedung Mesiniaga. Metafisikanya sebuah pohon terlihat jelas sekali pada bangunan ini, dimana penundaan kehadiran yang seharusnya hadir, sudah merupakan sebuah bukti adanya ‘defference’-nya Derrida ada di obyek ini. Site yang ditata sedemikian rupa dan teratur dan ditumbuhi sebatang pohon pada areal sekitar site tersebut. Pohon-pohon menumbuhkan cabang-cabangnya, kolom-kolom menumbuhkan balok-balok. Pertumbuhan terus berlanjut, batang-batang menumbuhkan dedaunan. Bentuk yang sedang bertumbuh ini dapat kita lihat pada bangunan Gedung Mesiniaga dimana kolom-kolom tersebut dapat kita lihat karena berada luar bangunan. Selanjutnya kehadiran mahkota baja yang berada pada puncak bangunan ini juga dapat di metaforkan sebagai puncak sebuah pohon yang selalu dipenuhi oleh dedaunan, dimana pemaknaan tersebut merupakan sebuah tanda menghadiran sesuatu makna yang tidak hadir. Sebuah puncak pohon yang selalu dipenuhi dengan dedaunan tersebut merupakan sebuah tanda ketidakhadiran, dimana kehadirannya ditandai dengan hadirnya sebuah rangka baja yang menyerupai sebuah mahkota. Seperti telah diungkapkan pada pembahasan terdahulu tentang penataan tapak, bahwa tanaman di sekitar bangunan yang ditata membentuk spiral pada kulit bangunan juga dipandang sebagai alam yang hijau. Ini sesuai dengan teori Yoshinibu Ashihara, bahwa untuk membentuk sebuah tatanan ruang luar, kita dapat memperlakukan tanaman di taman sebagai masa yang dapat juga membentuk ruang luar, sama seperti masa bangunan, jadi kedudukan masa bangunan dan masa tanaman memang sama bila ditinjau dari pembentukan ruang luar. Kenneth Yeang mengatakan konsepnya tentang rancangannya ini sebagai proses bangunan bio - klimatik, tetapi apa yang terlihat ternyata melangkah lebih jauh dari proses terjadinya sebuah bentuk. Bila kita melihat sketsa dari tema space of one Universitas Sumatera Utara 75 hundred columns kita seolah diajak untuk membayangkan bahwa bentuk tersebut tumbuh dari site itu sendiri. Hal ini terlihat pada site dimana bangunan seakan muncul dari dalam tanah pada sebuah perbukitan. Gambar 14 Konsep “Continuous Palnting Spiraling Up” dari Gedung Mesiniaga Gambar 15 Penerapan konsep tersebut dengan menempatkan taman secara memutar keatas dan diakhiri oleh sebuah mahkota. Universitas Sumatera Utara 76 PEMBALIKAN HIRARKI PADA RANCANGAN MESINIAGA Filsafat modern dengan metafisika kehadirannya sangat menekankan kepastian yang tak tertunda karena segala sesuatu harus bisa diselesaikan dengan logika. Diferensiasi secara ketat menghasilkan perbedaan dua kutub yang dipertentangkan secara diamatral oposisi binari. Elemen yang pertama dianggap yang penting dan mendominasi yang kedua, secara hirarkis yang kedua sub-ordinansi terhadap yang pertama, sehingga kalau yang kedua harus ada, maka ia hanya berperan sebagai perlengkap penderita. Derrida melakukan dekonstruksi terhadap pandangan oposisi ini dengan menempatkan kedua elemen tersebut tidak secara hirarkis yang satu dibawah yang lain, tetapi sejajar sehingga secara bersama-sama dapat menguak makna kebenaran yang lebih luas, lebih mendalam pada suatu bingkai tanpa batas. Dalam konteks ini dan melihat konsep perencanaan Gedung Mesiniaga ada beberapa bagian yang dapat dilihat secara ‘pembalikan hirarki’ dekonstruksi. Salah satunya yaitu sebuah konsep penempatan fungsi penampungan air yang biasanya berada di dasar bangunan atau pada halaman sebuah bangunan, dalam hal ini sang arsitek Kenneth Yeang mengadakan suatu pembalikan hirarki dengan menempatkan sesuatu yang semestinya berada dibawah dalam hal ini diletakkan diatas bangunan, atau pada puncak bangunan lantai 20. Biasanya pada bangunan-bangunan pencakar langit, pada lantai puncak diletakkan fungsi darurat yanitu meletakan “Helipaid’. Fungsi penampungan air ini, digunakan sebagai media yang memberikan sumber kehidupan bagi ‘taman angkasa’ yang diciptakan Ken Yeang pada bangunan tersebut Gambar 16 Terlihat dikejauahan, memperlihatkan seakan-akan bangunan tersebut tumbuh dari sebuah perbukitan Universitas Sumatera Utara 77 Gambar 17 Perletakkan penampungan air hujan yang berfungsi sebagai penyuplai air bagi ‘taman angkasa’ spiral Gambar 18 Dengan menggunakan sifat air yang selalu berjalan ketempat yang lebih rendah maka dengan meletakkan penampungan air diatas bangunan maka air tersebut dapat memberikan sumber kehidupan bagi ‘taman angkasa’ yang berbentuk spiral. Universitas Sumatera Utara 78 KONTEKS PUSAT DAN MARJINAL PADA RANCANGAN MESINIAGA Perbedaan antara ‘ pusat’ dan ‘ marjinal ’ merupakan konsekuensi dari adanya hirarki yang ditimbulkan oposisi binari. Yang ‘marjinal’ adalah yang berada pada btas pad tepian, berada diluar outside, karenanya dianggap tidak penting. Sementara yang ‘pusat’ adalah yang terdalam yang dijantung daya tarik dan makna dimana setiap gerakan berasal dan merupakan tujuan gerakan dari yang marjinal. Dinding pada umumnya berfungsi sebagai kulit luar dari sebuah bangunan. Dinding pada umumnya berada pada bagian luar outside, dan merupakan bagian yang digunakan sebagai batas dari sebuah ruang. Dibalik dinding dapat dipastikan ada sebuah ruang, pada ruang tersebut ada bermacam-macam komponen penyusun ruang, antara lain perabotan. Apabila pada sebuah bangunan tinggi biasanya pada sebuah ruang ada salah satu unsur yang cukup penting sebagai struktur pendukung bangunan yanitu ‘tiang’, dimana biasanya tiang ini pada ruang-ruang tertentu muncul dan berada di dalamnya. Selanjutnya pada suatu perencanaan dapat juga memperlihatkan bahwa posisi tiang dan dinding berada pada dimensi yang sama. Melihat rancangan Ken Yeang, dimana posisi keduanya yaitu antara tiang dan dinding telah dibedakan dalam peletaknya. Pada konteks dekonstruksi tentang ‘ pusat ’ dan ‘ marjina l’ , dan melihat pengertian dari konsep ‘parergon’-nya Derrida, maka penempatan dinding yang seharusnya berada pada marjinal pada gedung tersebut ditempatkan seolah-olah pada pusat bangunan yang dilindungi oleh beberapa buah tiang yang melindunginya. Peran tiang yang merupakan fungsi struktur bangunan tinggi diusahakan juga berperan sebagai alat pelindung dinding yang ditarik kepusat untuk menghindari pencahayaan yang berlebihan. Dinding-dinding bangunan yang selama ini dibiarkan sebagai komponen yang tidak berguna tetapi pada bangunan Gedung Mesiniaga peranan dinding yang ditarik kepusat tersebut mempunyai peran yang sangat sentral dalam mengatur pencahayaan yang masunk kedalam gedung. Dinding-dinding tersebut dipenuhi oleh kaca-kaca yang berfungsi untuk memasukkan berkas-berkas cahaya sehingga kegelapan didalamnya terusir dan masuklah roh yang memberikan kehidupan pada bangunan ini sehingga terjadilah proses kehidupan yang terjadi pada pembahasan sebelumnya. Cahaya ini terus masuk pada siang hari dari bukaan- bukaan yang ada pada kulit-kulit bangunan dan diarahkan oleh lempengan- lempengan logam yang berada diluar dinding tersebut. Tetapi pada malam hari kita melihat proses sebaliknya, keluarnya roh itu dari dalam gedung Mesiniaga. Keluarnya cahaya dari bangunan sangat kuat terasa pada bangunan tengah. Dan pengeluaran cahaya ini terasa sangat memberikan arti bahwa bangunan tersebut mengisyaratkan pada lingkungan bahwa di dalamnya ada suatu roh dan kehidupan. Cahaya Universitas Sumatera Utara 79 disini tidak sekedar merasuk kedalam ruang tetapi juga keluar dari ruangan, sehingga bentuk di sini adalah wadah dari roh, seperti falsafah Lao Tze tentang ruang. Bahwa yang penting adalah yang ada di dalam, kekosongan yang ada di dalam itu, dan ini semakin diperkuat dengan adanya aliran kehidupan dari keluar-masuknya cahaya tersebut. Secara jelas terlihat peranan dinding yang berada dipusat dari lingkaran luar bangunaan tersebut sangat sentral dan penting sekali di dalam mengatur pencahayaan alami Gedung Mesiniaga, dalam hal ini ‘sang’ dinding meninggalkan ‘sang’ tiang yang tetap dengan kemarjinalannya. Gambar 19 Pada rancangan denah Gedung Mesiniaga terlihat perletakan kolom yang berada diluar dari dinding gedung tersebut. Proses penukaran antara pusat dan marjinal terlihat pada bagian ini Universitas Sumatera Utara 80 PENGULANGAN DAN MAKNA PADA RANCANGAN MESINIAGA Suatu kata atau tanda memperoleh maknanya dalam suatu proses berulang iteratif pada konteks yang berbeda dimana secara konotif maupun denotif artinya akan memperoleh struktur yang stabil. Dalam arsitektur, penggunaan metafora secara berulang- ulang akan membuka pemahaman yang lebih baik terhadap makna yang dimaksudkannya. Pengulangan serangkaian titik menunda kehadiran makna yang akan dimunculkan dalam konteks bahasa. Ia juga merupakan waktu istirahat, jedah, memperlambat tempo atau mengarah pada ketidakthuan. Serangkaian tanda tanya menunda kehadiran makna tentang kebingungan, kegalauan, ketidakpastian, dan seterusnya. Serangkaian tanda seru menunda kehadiran makna tentang kemarahan, kegeraman dan seteruanya. Dengan demikian pengulangan serangkaian titik, tanda tanya, tanda seru merupakan metafora dari ketidkthuan, kebingunan dan kemarahan. Pada bangunan Gedung Mesiniaga, pengulangan alat penangkis sinar matahari yang terbuat dari logam merupakan suatu tanda tanya tentang kehadiran suatu makna yang tersembunyi dibalik kehadirannya. Ibarat kepala seorang manusia yang ditutupi sebuah topi, artinya manusia tersebut melindungi kepal dari sengatan sinar matahari, tetapi selain topi dibutuhkan pula suatu bentuk dari topi tersebut sebuah penangkis cahaya yang dapat menghindarkan mata dari silaunya matahari. Kemudian apa bila seorang manusia merasa silau terhadap sinar matahari sedangkan dia tidak menggunakan topi, secara reflek tangannya akan digunakan sebagai penangkis sinar matahari. Kalau penangkis sinar matari tersebut hanya diletakkan cuma sebuah pada bangunan Gedung Mesiniaga tersebut, maka belum memberikan makna metafora dari sebuah ‘tangan manusia’ untuk menangkis matahari dari silaunya cahaya matahari, tetapi karena diberi secara berulang-ulang maka makna penangkis tersebut semakin jelas namun kehadiran makna sebenarnya dari sebuah ‘tangan manusia’ tetap tertunda dibalik kehadirannya, apalagi penempatannya berada pada bagian-bagian tertentu yang memang dibutuhkan akibat fungsi yang diembannya. Oleh karena itu akibat pemunculan lempengan tersebut semakin jelaslah makna melalui metafora ‘tangan manusia’ yang sedang menahan silaunya sinar matahari. Universitas Sumatera Utara 81 Gambar 20 Pada gambar terlihat lempengan baja yang diletakkan pada bagian-bagian tertentu secara berulang. Kehadirannya sebagai sebuah tanda tanya menunda sebuah kehadiran makna dari ‘tangan manusia’ yang sedang menahan silaunya matahari yang menyinari mata manusia tersebut. Gambar 21 Gambar yang memperlihatkan sebuah konsep Penempatan penangkis sinar matahari sebagai Sebuah metafora tangan manusia’ yang sedang Dari silaunya cahaya matahari Universitas Sumatera Utara 82 Ecoskycrapers : New Tall Building Typologies Dr. Ken Yeang, D.M.P.N., PhD., AA Dip., D.Lit., APAM, FSIA, RIBA, ARAIA Teori dan isu yang berkembang belakangan ini terutama dalam bidang arsitektur banyak menyagkut tentang hal kelangsungan lingkungan hidup. Bangunan – bangunan yang dibangun banyak yang tidak memperhatikan faktor lingkungan sehingga dapat meyebabkan kerusakan lingkungan baik dalam skala mikro maupun makro. Bangunan tinggi Skycrapers juga merupakan tipologi bangunan yang tergolong tidak ekologis boros energi. Untuk itu perlu dikembangkan suatu tipologi baru dari bangunan tinggi yang benar – benar memperhatikan faktor lingkungan sehingga tercipta suatu system bangunan tinggi yang ramah lingkungan Ecoskycrapers sebagai suatu solusi untuk memperbaiki kualitas lingkungan hidup. Ecoskyrapers Pada salah satu buku yang ditulis Dr. Kenneth Yeang yang berjudul ‘ Green Skycrapers ‘ , ia menagtakan bahwa : “Green skyscrapers serve three purposes. First is that ecological design or sustainable design is, at its most basic level, an approach that seeks to ensure that future generations continue to enjoy access to natural resources. Second, it is here contended that building designers the architects, engineers and other specialists involved with the production of the buildings can make a significant difference and can contribute to enabling the achievement of a sustainable future. Lastly, I believe that the skyscraper and other large buildings deserve greater attention in terms of “green design”. Contoh bangunan karya Dr. Kenneth Yeang yang tergolong dalam tipologi

3.2 STUDI BANDING BANGUNAN EKOLOGIS

Universitas Sumatera Utara 83

3.2.1 The EDITT Tower , Singapore

Desain untuk EDITT Tower , pada sudut kota Singapura , merupakan bentuk hybrid yang memenuhi keperluan pelanggan sebagai sebuah gedung Expo. Terdapat area retail , exhibition hall dan auditorium serta ruang office pada bagian atas. Bangunan 26 lantai ini menerapkan konsep ‘green vertical urbanism’ maksudnya pengembangan kota yang ramah lingkungan secara vertical. Dengan konsep bentuk yang organic pada bagian fasade bangunan yang rpengaruh pada ruang public dan sirkulasi untuk menghasilkan suatu bangunan yang memiliki estetika ekologi. Konsep ekologis terlihat pada taman yang ibuat hampir pada seluruh bagian bangunan serta pemanfaatan air secara efektif melalui sistem penampungan air hujan. Juga terdapat sun screen pada sisi sebelah timur sebagai alternatif energi untuk bangunan. Gambar.22 The EDITT Tower , Singapore Universitas Sumatera Utara TUGAS AKHIR M.IRFAN M.P.HAMID 05 04 06 033 8 4 The EDITT Tower, Singapore Gambar.23 Sistem Penampungan Air Hujan The EDITT Tower , Singapore Universitas Sumatera Utara TUGAS AKHIR M.IRFAN M.P.HAMID 05 04 06 033 8 5

3.2.2 Chong Qing Tower , China

Chong Qing Tower didesain untuk mengakomodasi kantor pusat dari perusahaan Jian She Industry Corporation Ltd di Chong Qing , China. Pada podium dari bangunan ini terdapat sebuah exhibition hall yang luas. Eco – cell didesain pada ramp di bagian podium sehingga membentuk spiral yang ditanami tanaman dimulai dari lantai basemen sampai ke atap dari podium untuk mentransferkan cahaya dan angin ke bagian dalam dari podium. Terdapat juga sebuah kolam yang dinamakan bio-swale untuk menampung air hujan , terdapat juga solar thermal collector dan panel photovoltaic. Hampir pada keseluruhan site tertutup oleh tanaman dari level tanah sampai ke level atas gedung. Hal ini mendukung sekali konsep bangunan ecoskycrapers. Air hujan yang telah di daur ulang dimanfaatkan untuk kloset , penyiraman taman atap , landscape dan lain – lain. Gambar.24 The Chong Qing Tower , China Universitas Sumatera Utara TUGAS AKHIR M.IRFAN M.P.HAMID 05 04 06 033 8 6 Gambar.25 Potongan Skematik Sistem Daur Ulang Air The Chong Qing Tower , China Universitas Sumatera Utara TUGAS AKHIR M.IRFAN M.P.HAMID 05 04 06 033 8 7

3.2.3 BIDV Tower , Vietnam

The Bank of Investment and Development Vietnam Tower terletak di boulevard Nguyen slah satu jalan arteri di kota Ho Chi Minh. Secara konsep , bentuk fisik bangunan menggabungkan suasana kota dengan bangunan itu sendiri baik secara fisik maupun social. Konsep ecoskycrapers terlihat pada adanya greenery taman pada setiap level dari bangunan yang memiliki jumlah lantai sebanyak 40 lantai.

3.2.4 K Tower , Kuwait City

K Tower merupakan salah satu bangunan ikonik yang menjadi landmark dari kota Kuwait. Dengan konsep bentuk yang diambil dari bunga gurun bernama Cynarium dengan jumlah lantai 65. Konsep ecoskycrapers terlihat jelas pad ataman yang mengelilingi bangunan ini secara vertical dan berbentuk spiral. Terdapat juga system pemanfaatan energi surya dan angin pada bangunan ini. Gambar.26 BIDV Tower , Vietnam Universitas Sumatera Utara TUGAS AKHIR M.IRFAN M.P.HAMID 05 04 06 033 8 8 Gambar.27 K Tower , Kuwait Universitas Sumatera Utara TUGAS AKHIR M.IRFAN M.P.HAMID 05 04 06 033 8 9

3.2.5 Eco Bay Complex , Abu Dhabi , UEA

Konsep yang diterapkan pada kawasan ini muncul dari sebuah ide yaitu ‘ green oasis of ecological living ‘ . Hal yang melatar belakangi pembangunan komplek dengan konsep ecoskycrapers ini adalah bahwa kota Abu Dhabi , seperti halnya Kuwait memiliki suhu yang cukup tinggi pada siang hari sehingga aktivitas di luar bangunan tidak dapat dilakukan secara nyaman. Jadi pada komplek bangunan ini konsep green architecture di wujudkan melalui penataan vegetasi yang baik terutama pada jalur pedestriannya. Sistem pendinginan bangunan yang hemat energi dan terdapat suatu ruang terbuka yang disebut eco-court pada tengah podium bangunan. Selain itu juga dibuat konsep green roof pada bangunan ini. Tujuan ekologis dari bangunan ini pertama adalah menciptakan suatu siklus kehidupan yang hemat energi dan yang kedua juga menciptakan sebuah symbol visual yang kuat tentang cara hidup yang sehat yang juga menjadi identitas dari kawasan Eco-bay ini. Gambar.28 Eco Bay Complex , Abu Dhabi , UEA Universitas Sumatera Utara TUGAS AKHIR M.IRFAN M.P.HAMID 05 04 06 033 9 0 Gambar.29 Konsep Eco Bay Complex , Abu Dhabi , UEA Universitas Sumatera Utara TUGAS AKHIR M.IRFAN M.P.HAMID 05 04 06 033 9 1 Kesimpulan Prinsip utama dalam mendesain bangunan tinggi sebagai suatu system ekologi buatan manusia human-made ecological system terlihat pada beberapa studi banding bangunan Ecoskyrapers seperti yang telah dibahas sebelumnya. Prinsip – prinsip tersebut perlu diterapkan dalam menata kembali lingkungan terbangun manusia human built environtment sehingga menjadi suatu lingkungan yang benar – benar tanggap terhadap lingkungan dimana bangunan tersebut berada. Selain itu juga perlu sistem eco-physical , eco-social , eco-political , eco-economic untuk mempertahankan kelestarian lingkungan demi menjaga kelangsungan hidup manusia. Universitas Sumatera Utara TUGAS AKHIR M.IRFAN M.P.HAMID 05 04 06 033 9 2

Bab IV ANALISA