Nilai Batas Dosis yang Diberlakukan di Indonesia

• Menurunkan dosis tenggang menjadi 0,05 R 50 mR per hari atau 0,3 R 300 mR per minggu atau 15 R tahun • Menetapkan kulit sebagai organ kritis dengan dosis tenggangnya sebesar 0,6 R 600 mR per minggu. Perkembangan dalam dosimetri radiasi membuktikan bahwa nilai paparan tidak tepat jika digunakan sebagai ukuran untuk menyatakan dosis radiasi pada jaringan. Oleh karena itu, pada tahun 1953 ICRU memperkenalkan dosis serap dengan satuan rad radiation absorbed dose. Pada tahun 1955 ICRP memperkenalkan konsep dosis ekuivalen dengan satuan rem roentgen equivalent man sebagai satuan untuk menyatakan dosis serap yang sudah dikalikan dengan faktor kualitas dari radiasi yang bersangkutan. ICRP selalu menggunakan besaran dosis ekuivalen dengan satuan rem untuk menyatakan dosis radiasi. 2

2.2 Nilai Batas Dosis yang Diberlakukan di Indonesia

Setelah membahas lebih jauh tentang nilai batas dosis NBD, pada bagian ini akan dibahas lebih lanjut mengenai NBD yang diberlakukan di Indonesia. Penentuan NBD agak tinggi dimasa lalu semata-mata disebabkan oleh tingkat pemahaman efek biologi radiasi pada saat itu yang masih agak terbatas. Sifat dari rekomendasi ICRP ini juga tidak mengikat, dalam arti setiap negara diberikan kebebasan untuk memilih sistem proteksi radiasi yang paling sesuai dengan kondisi negara masing-masing. 2 Universitas Sumatera Utara Nilai batas dosis yang diberlakukan di Indonesia dicantumkan dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Nasional Nomor: PN 03160DJ89 menekankan bahwa pekerja yang berumur kurang dari 18 tahun tidak diizinkan untuk bertugas sebagai pekerja radiasi ataupun diberi tugas yang memungkinkan pekerja tersebut mendapatkan penyinaran radiasi. Selain itu, pekerja wanita dalam masa menyusui tidak diizinkan mendapat tugas yang mengandung resiko kontaminasi radioaktif yang tinggi, jika perlu terhadap wanita ini dilakukan pengecekan khusus terhadap kemungkinan kontaminasi. Untuk itu, tujuan pemonitoran dan pembatasan penyinaran dibedakan dua kategori pekerja radiasi yakni: 2 • Kategori A, untuk pekerja radiasi yang mungkin menerima dosis sama dengan atau lebih besar dari 15 mSv 1500 mrem per tahun • Kategori B, untuk pekerja radiasi yang mungkin menerima dosis sama dengan atau lebih kecil dari 15 mSv 1500 mrem per tahun Adapun nilai batas dosis untuk seluruh tubuh yang bergantung pada pekerja radiasinya dengan pengecualian wanita hamil dan wanita masa usia subur adalah: 2 • NBD untuk pekerja radiasi yang memperoleh penyinaran seluruh tubuh ditetapkan 50 mSv 5000 mrem per tahun • Batas tertinggi penerimaan pada abdomen pada pekerja radiasi wanita dalam masa subur ditetapkan tidak lebih dari 13 mSv 1300 mrem dalam jangka waktu 13 minggu dan tidak melebihi NBD pekerja radiasi • Pekerja wanita yang mengandung harus dilakukan pengaturan agar saat bekerja dosis yang diterima janin terhitung sejak dinyatakan mengandung hingga saat Universitas Sumatera Utara kelahiran diusahakan serendah–rendahnya dan sama sekali tidak boleh melebihi 10 mSv 1000 mrem dimana umumnya kondisi ini biasanya bekerja pada kategori B Penyinaran yang bersifat lokal yaitu pada bagian tubuh tertentu ditetapkan sebagai berikut: 2 • Batas dosis efektif yang dievaluasi adalah 50 mSv 5.000 mrem dalam setahun dengan dosis rata-rata pada setiap organ tidak melebihi 500 mSv 50.000 mrem dalam setahun • Batas dosis untuk lensa mata adalah 150 mSv 15.000 mrem dalam setahun • Batas dosis untuk kulit dalah 500 mSv 50.000 mrem dalam setahun. Apabila penyinaran berasal dari kontaminasi radioaktif pada kulit, batas ini berlaku untuk dosis yang rara-rata pada setiap permukaan 100 cm 2 • Batas dosis untuk tangan, kaki dan tungkai adalah 500 mSv 50.000 mrem dalam setahun Menurut White pada tahun 1990 yang mempublikasi ICRP mereferensikan nilai batas dosis dalam bidang kedokteran gigi seperti terlihat dalam tabel berikut: 16 Tabel 1. Nilai dosis pada setiap jenis teknik radiografi. Teknik Sinar‐X Dosis Efektif μSv Dosis resiko terkena kanker fatal per juta Raiografi Intraoral 1 – 8,3 0,02 – 0,6 Universitas Sumatera Utara Bitewingperiapikal Oklusal Anterior Maksila 8 0,4 Panoramik 3.85 – 30 0,21 – 1,9 Radiograf lateral sefalometri 2 – 3 0,34 Cross ‐Sectional Tomography per potong 1 – 189 1 – 14 CT ‐ Scan Mandibula 364 – 1202 18,2 – 88 CT ‐Scan Maksila 100 – 3324 8 ‐ 242 Universitas Sumatera Utara Bab 3 Efek Biologi dari Radiasi Pengion Setiap ionisasi radiasi bersifat berbahaya dan dapat mengakibatkan perubahan biologis pada jaringan hidup. Efek kerusakan biologis dari radiasi sinar-x merupakan yang pertama kali sampai setelah ditemukannya sinar-x. Walaupun terdapat keuntungan dalam penggunaa radiografi, namun perlu ditetapkan keputusan yang baik dalam menjalani pemeriksaan radiografi. Informasi tentang efek yang berbahaya akibat ekspos radiasi dalam jumlah yang besar berkembang seiring dengan berkembangnya penelitian, pengalaman yang didapat dari para pegawai yang terekspos materi radioaktif dan pasien-pasien yang sedang menjalani terapi radioaktif. Walaupun jumlah radiasi sinar-x yang digunakan dalam radiologi dental hanya sedikit, namun kerusakan biologis dapat muncul. Pada umumnya berdasarkan jumlah dan durasi ekspos yang menyebabkan efek biologisnya dapat dibagi atas: efek stokastik dan efek determinastik non-stokastik. 1,4,5

3.1 Efek Stokastik