Metode Penelitian Biaya Pembelian Purchasing Cost

c. Menjadi bahan masukan dan informasi untuk perusahan dalam upaya mengendalikan persediaan dalam proses pendistribusian obat ke seluruh instansi.

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi kasus pada perusahaan yang bergerak di bidang distribusi obat-obatan dan alat kesehatan. Langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Pengumpulan Data . Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari dan mengutip arsip-arsip dan catatan yang ada di dalam laporan persediaan dalam perusahaan tersebut. Data yang dibutuhkan adalah data persediaan tahun Januari 2010- Desember 2012 yaitu: a. Jumlah dan Jenis Bahan baku yang dibutuhkan. b. Ongkos pemesanan bahan baku c. Ongkos penyimpanan bahan baku d. Harga bahan baku per unit e. Banyaknya permintaan produk 2. Pengolahan data Tahapan yang dilakukan pada pengolahan data adalah sebagai berikut: a. Meramalkan benyaknya permintaan produk tahun 2013 b. Meramalkan jumlah kebutuhan bahan baku tahun 2013 c. Menentukan total harga setiap bahan baku lateks d. Menentukan jumlah pemesanan ekonomis menurut model economic order quantity EOQ e. Menentukan persediaan pengaman safety stock bahan baku f. Menentukan reorder point ROP bahan baku Universitas Sumatera Utara g. Menentukan persediaan maksimal maximum inventory bahan baku h. Menentukan total biaya persediaan total cost dengan menggunakan model EOQ dan membandingkan dengan biaya total persediaan menurut perusahaan. 3. Menarik kesimpulan dan saran dari pembahasan yang telah dilakukan Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Peramalan

Peramalan adalah bagian yang penting dan bersatu dengan kegiatan pengambilan keputusan didalam suatu perusahaan, terutama untuk melakukan perencanaan ke masa depan. Semakin meningkatnya kebutuhan akan peramalan dapat terlihat pada keadaan masa kini yang sangat ingin menghindari keadaan yang tidak pastioleh sebab itu telah tersedia berbagai metode peramalan untuk mendukung kebutuhan tersebut. Masalahnya adalah bagaimana memakai berbagai jenis karakteristik peramalan tersebut agar sesuai dengan yang dibutuhkan. Pemilihan metode peramalan tersebut harus mempertimbangkan situasi pada saat peramalan tersebut dilakukan. Situasi peramalan tersebut sangat beragam, tergantung pada horizon waktu peramalan, pola data, tingkat ketelitian, persediaan data dan biaya yang dibutuhkan. Pada dasarnya peramalan itu dikelompokkan dalam dua kategori utama yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif meliputi deret berkala time series dan metode kausal sebab-akibat, sedangkan metode kualitatif meliputi eksploratories dan metode normatif. Peramalan dengan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat kondisi sebagai berikut: 1. Tersedianya informasi tentang masa lalu 2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam numerik 3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan berlanjut di masa mendatang Metode kualitatif dibagi dua, yaitu metode eksploratoris dan metode normatif. metode eksploratoris seperti metode Delphi, kurva S, analog dimulai dengan masa lalu dan masa kini sebagai titik awalnya dan bergerak kearah masa depan dengan melihat semua kemungkinan yang ada. Metode normatif seperti metode matriks keputusan , pohon relevansi, analisa sistem dimulai dengan menetapkan sasaran dan Universitas Sumatera Utara tujuan yang kan datang. Kemudian bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai berdasarkan kendala sumber daya dan teknologi yang tersedia. 2.1.1 Model Deret Berkala Time Series 2.1.1.1 Pola Data Model Deret Berkala Ada empat jenis pola data untuk deret berkala, yaitu: 1. Pola Horizon H Pola horizon ini terjadi jika nilai data berfluktuasi disekitar harga rata-rata yang konstan. Penjualan produk tidak bertambah atau tidak berkurang disepanjang waktu. Pola horizon dapat digambarkan pada gambar 2.1 berikut. 2. Pola Musiman S Pola ini terjadi bila deret berkala dipengaruhi oleh faktor-faktor musiman misalnya tahunan, kwartal, bulanan, mingguan atau harian. Model ini dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut. Universitas Sumatera Utara 3. Pola Siklis C Pola ini terjadi bila data dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi yang waktunya relatif panjang dan gerakanya tidak beraturan.pola siklis ini dapat dilihat pada gambar 2.3 berikut. 4. Pola Trend T Pola ini dapat terjadi bila secara umum terjadi penambahan atau penurunan pada data yang ada. Pola ini dapat digambarka seperti terlihat pada gambar 2.4 berikut.

2.1.1.2 Teknik peramalan Deret Berkala

Metode dan teknik peramalan deret berkala adalah metode peramalan berdasarkan periode waktu. Metode yang termasuk dalam deret berkala adalah : a. Metode Penghalusan Smoothing Universitas Sumatera Utara 1. Metode Rata-rata Bergerak Moving Average: Single Moving Average SMA dan Linier Moving Average LMA. 2. Metode Exponential Smoothing: Single Exponential Smoothing, Double Exponential Smoothing, Triple Exponential Smoothing, Adaptive Response Rate ES ARRES, Holt 2-Parameters Linier ES, dan Witer 3-Parameters Linier ES. b. Metode Regresi : Konstan, Regresi Linier Trend, kuadratis , Eksponensial dan Siklis. c. Metode Dekomposisi Metode yang akan digunakan pada peramalan dalam analisis masalah dan pemecahan masalah adalah: a. Metode Single Exponential Smooting Pengertian dasar dari metode ini adalah nilai ramalan pada t+1 merupakan nilai actual pada periode t ditambah dengan penyesuaian yang berasal dari kesalahan nilai peramalan yang terjadi pada periode t tersebut. Nilai peramalan dapat dicari dengan persamaan berikut: � �+1 = ∝ � � + 1 −∝� � Dimana: � � = data permintaan pada periode –t α = Faktorkonstanta pemulusan � �+1 = peramalan untuk period ke – t+1 b. Metode Regresi Linier Metode kecenderungan dengan regresi merupakan dasar garis kecenderungan untuk satu persamaan, sehingga dengan persamaan tersebut, dapat diproyeksikan hal-hal yang akan diteliti pada masa yang akan datang. Untuk peramalan jangka pendek dan jangka panjang, ketepatan peramalan metode ini sangat baik. Data yang dibutuhkan untuk metode ini adalah tahunan, semakin banyak data yang dimiliki semakain baik hasil yang diperoleh. fungsi peramalan untuk regresi adalah: � � = � + �� Universitas Sumatera Utara Dimana: � = � ∑ � � � � − ∑ �∑ � �� � 2 − ∑ � � 2 � = � ∑ � � − �∑ � � � Keterangan : c. Metode Dekomposisi Metode dekomposisi merupakan pendekatan peramalan yang tertua. Terdapat beberapa pendekatan alternatif untuk mendekomposisikan suatu deret berkala yang semuanya bertujuan memisahkan setiap komponen deret data seteliti mungkin. Konsep dasar pemisahan bersifat empiris dan tetap, yang mula-mula memisahkan unsur musiman, kemudaian trend dan akhirnya unsur siklis. Langkah peramalan secara umum adalah sebagai berikut: 1. Ramalkan fungsi regresi linier biasa 2. Hitung nilai indeks untuk unsur musiman yang ada 3. Gabungkan nilai perolehan indeks, lalu ramalakan nilai baru dengan mengalikan nilai indeks dengan nilai peramalan memakai fungsi regresi linier tersebut. d. Metode Pemulusan Eksponensial Musiman Winter’s Three Parameter Trend and Seasonality Method Salah satu metode peramalan yang daigunakan khusus untuk data musiman adalah metode pemulusan eksponensial musiman. Metode ini didasarkan pada tiga persamaan, yaitu unsure stasioner,trend dan musiman, yang dirumuskan sebagai berikut: � � = � � � � � �−� � + 1 − �� �−1 + � �−1 � � = �� � + � �−1 + 1 − �� �−1 � � = � � � � � � � + 1 − �� �−1 � �+� = � � + � � . �� �−�+� Universitas Sumatera Utara Dimana: L = jumlah periode dalam satu siklus I = faktor penyesuaian musiman indeks musiman Sebagaimana dengan perhitungan eksponensial tunggal, nilai inisial � � dapat disamakan dengan nilai aktualnya atau berupa rata-rata dari beberapa nilai pada musim yang sama. Sedangkan nilai inisial T dapat dicari dengan menggunakan rumus sebagai berikut: � � = 1 � �� � �+1 − � 1 � � + � � �+2 − � 2 � � + ⋯ + � � �+� − � � � ��

2.1.1.3 Kriteria Pemilihan Trend

Untuk menentukan teknik atau metode peramlan yang paling mendekati digunakan harga Standard Error Estimate SEE rumusa yang digunakan adalah sebagi berikut: ��� = � ∑ � � − �� � 2 � �=1 � − � Dimana : SEE = Standard Error Estimate � � = Relasi kebutuhan masa lalu �� � = Nilai trend atau ramalan kebutuhan n = Jumlah pengamatan f = Derajat kebebasan f = 1, untuk data konstan f = 2, untuk data linier f = 3, untuk data eksponensial Trend peramalan yang dipilih adalah trend yang memiliki SEE yang terkecil. Universitas Sumatera Utara

2.2 Persediaan Inventory

Persedian Iventory merupakan salah satu unsur yang paling sangat aktif dalam operasional perusahaan, tanpa adanya persediaan yang baik perusahaan akan dihadapkan pada kesulitan dalam mememnuhi permintaan konsumen. Hal ini mengakibatkan kontinuitas perusahaan yang sangat besar kemungkinannya akan terganggu. Bila hal ini terjadi maka akan merugikan perusahaan karena laba perusahaan akan menurun. Secara umum persediaan meliputi barang atau bahan yang diperlukan perusahaan dalam proses produksi dan proses distribusi barang. Produksi tidak akan berjalan lancar bila persediaan bahan baku kurang, demikian juga dengan penjualan tidak akan berhasil jika persediaan kurang. Mengingat hal itu ada kecenderungan bahwa perusahaan akan lebih suka untuk mempunyai persediaan yang besar karena perusahaan akan mempunyai fleksibilitas dalam melakukan produksi dan penjualan. Namun hal itu juga mempunyai dampak pada biaya penyimpanan, biaya keamanan, dan biaya pemeliharaan. Oleh karena itu manager perusahaan harus menentukan jumlah yang seimbang antara perolehan laba dan resiko. Untuk memahami arti persediaan, maka akan dijelaskan beberapa definisi persediaan sebagai berikut: 1. Menurut Eddy Herjanto 1999;219: mengatakan bahwa persediaan adalah “bahan atau barang yang disimpan untuk tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk dijual kembali”. 2. Sofjan Assauri 1993, menjelaskan bahwa persediaan adalah “Suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha yang normal”. 3. James L. Riggs 1993 mengatakan bahwa “inventory in a production contex is an idle resource. The resource can be animate or inanimate”. Most commonly it is production material: tolls, purchased part, raw material, office supplies, product in process, etc. Universitas Sumatera Utara 4. Sri Mulyono 2002, menjelaskan bahwa persediaan adalah “Sumber daya yang disimpan untuk memenuhi permintaan saat ini dan mendatang” Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah material yang berupa bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi yang disimpan dalam suatu tempat atau gudang dimana barang barang tersebut menunggu untuk diproses atau diproduksi lebih lanjut.

2.1.1 Jenis – Jenis Persediaan

Persediaan dapat dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk, yaitu: 1. Persediaan Bahan Baku Raw Materials Stock Persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, yang mana barang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. 2. Persediaan bagian produk atau parts yang dibeli purchased parts Persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. 3. Persediaan barang-barang perlengkapan supplies stock Persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi atau yang digunakan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. 4. Persediaan barang setengah jadi work in processprogress stock Universitas Sumatera Utara Persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. 5. Persediaan barang jadi finished goods stock Persediaan barang-barang yang telah selesai diproses dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau perusahaan lain. Jadi barang jadi ini merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual. Disamping itu persediaan dapat dikelompokkan berdasarkan fungsinya, yaitu: 1. Batch Stock atau Lot Size Inventory Dalam Batch Stock atau Lot Size Inventory, pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar, sedangkan penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahanbarang yang dilakukan lebih banyak dari pada yang dibutuhkan. 2. Fluctuation Stock Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan lebih dahulu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini fluctuation stock dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut. 3. Anticipation Stock Anticipation Stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat Universitas Sumatera Utara

2.1.2 Biaya-Biaya dalam Persediaan

Tujuan yang ingin dicapai dalam penyelesaian masalah persediaan adalah meminimumkan biaya total persediaan. Biaya persediaan adalah semua pengeluaran atau kerugian yang timbul akibat persediaan. Berikut akan diuraikan komponen biaya dalam persediaan:

a. Biaya Pembelian Purchasing Cost

Biaya pembelian adalah harga pembelian setiap unit item jika item tersebut berasal dari sumber-sumber eksternal, atau biaya produksi per unit bila item tersebut berasal dari internal perusahaan. Biaya pembelian item-item selama satu periode pengendalian persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut: �� = � . � . . . 1 Di mana: �� = Biaya pembelian selama satu periode � = Biaya pembelian per unit � = Jumlah pemesanan

b. Biaya Pengadaan Procurement Cost