promotif dan preventif sesuai dengan pengertian posyandu lansia sebagai tempat untuk peningkatan kesehatan, kemampuan untuk mandiri, produktif dan berperan
aktif Depkes RI, 2003. Tetapi hal ini berbeda dengan penelitian ini karena pengetahuan lansia tentang posyandu lansia dipengaruhi oleh pengalaman mereka
selama menjalani posyandu lansia bukan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir lansia. Berdasarkan pendidikan terakhir sebagian besar responden tamatan SD
sebanyak 37 orang 64,9. Asumsi peneliti menyatakan selama menjalani posyandu lansia pelayanan yang diperoleh lansia sangat baik. Hasil penelitian ini sesuai dengan
hasil penelitian Henniwati 2008, mengungkapkan bahwa faktor pendidikan Lansia memengaruhi pemanfaatan Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Kabupaten
Aceh Timur. Namun hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Sigalingging 2011, mengungkapkan bahwa faktor pendidikan Lansia tidak berpengaruh terhadap
pemanfaatan Posyandu Lansia di wilayah kerja Puskesmas Darussalam Medan.
5.2.2. Tujuan dan sasaran posyandu lansia
Pada komponen ini sebanyak 38 responden 66,7 mempunyai pengetahuan baik dan sebanyak 19 responden 33,3 pengetahuan cukup. Hal ini menunjukkan
bahwa tujuan dan sasaran posyandu lansia sesuai dengan yang diharapkan sebagian besar responden mengerti dan memahami tentang tujuan dari posyandu lansia, bahwa
tujuan posyandu lansia tersebut yaitu meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk mencapai masa tua yang bahagia dan berdaya guna dalam
kehidupan keluarga dan masyarakat Depkes RI, 2005. Kemudian pada sasaran posyandu lansia yaitu kelompok usia 60 tahun keatas hal ini sesuai dengan
Universitas Sumatera Utara
karakteristik responden mengenai usia yaitu sebagian besar responden berada pada usia 75-90 tahun sebanyak 24 orang 42,1.
5.2.3. Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan Posyandu Lansia
Pada komponen jenis-jenis pelayanan kesehatan posyandu lansia sebanyak 41 responden 71,9 mempunyai pengetahuan baik dan pengetahuan cukup sebanyak
16 responden 28,1 dari hasil tersebut diketahui bahwa jenis atau kegiatan yang dilakukan di posyandu lansia tersebut memenuhi kebutuhan dari lansia tersebut yaitu
pemeriksaan kesehatan, pemberian makanan tambahan, penimbangan berat badan, pengukuran tinggi badan, olah raga. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Notoatmojo 2003, kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Katz dalam
Notoatmojo 2003, seseorang dapat bertindak berperilaku positif terhadap objek demi pemenuhan kebutuhannya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Aswan 2006 di
Kabupaten Banggai Kepulauan Provinsi Sulawesi Tengah, bahwa persepsi lansia tentang posyandu lansia yang meliputi harapan terhadap pemeriksaan dan pengobatan yang lebih
lengkap dan jam buka sesuai jam kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan pemanfaatan posyandu lansia.
5.2.4. Kader Posyandu Lansia
Bila dilihat dari hasil distribusi frekuensi sebanyak 39 responden 68,4 mempunyai pengetahuan cukup dan pengetahuan baik sebanyak 2 responden 3,5.
Hal ini menunjukkan bahwa kader posyandu lansia cukup berperan besar dalam posyandu lansia tersebut. Asumsi peneliti menyatakan pada saat pelaksanaan
posyandu lansia ada beberapa kader yang terlambat hal ini yang menyebabkan
Universitas Sumatera Utara
pengetahuan lansia tentang kader posyandu lansia sebagian besar cukup. Kinerja kader yang belum optimal tidak terlepas dari peran dan tanggung jawab Departemen
Kesehatan dalam pengelolaan Posyandu. Menurut hasil penelitian Darmawan 2009 posyandu pada akhir-akhir mengalami stagnasi karena banyak faktor antara lain
terdapat banyak program titipan, kader kurang aktif dan kurang semangat, ada pendekatan proyek yang melemahkan inisiatif masyarakat, dan kurangnya
pemberdayaan, dan belum jelasnya siapa ”pemilik”posyandu, pokja dan pokjanal. Kader mempunyai peranan sentral dalam program integrasi di masyarakat dalam
konsep posyandu yaitu pelayanan dari masyarakat, untuk masyarakat dan oleh masyarakat.
Citra diri kader sebagai salah satu petugas dalam pelayanan Posyandu harus diperhatikan dan meningkatkan kualitas diri sebagai orang yang dianggap masyarakat
dapat memberi informasi terkini tentang kesehatan, melengkapi diri dengan keterampilan yang memadai, membuat kesan pertama yang baik dan memperhatikan
citra yang positif, menetapkan dan memutuskan perhatian lebih cermat pada kebutuhan masyarakat, menampilkan diri sebagai bagian dari anggota masyarakat itu
sendiri, mendorong keinginan masyarakat untuk datang ke Posyandu Depkes RI,2006. Sejalan dengan penelitian Khotimah 2003 tentang evaluasi keaktifan
kader dalam pelayanan posyandu menyimpulkan bahwa dengan adanya penurunan aktivitas kader di posyandu dan terlihat dari banyak kader yang drop out serta
kurangnya pembinaan, baik dari petugas maupun dari intitusi yang ada di desa, mengakibatkan turunnya aktivitas posyandu di lapangan. Kenyataan ini
mengakibatkan keberadaan posyandu makin terpuruk banyak posyandu yang tidak
Universitas Sumatera Utara
aktif. Di masyarakat muncul berbagai pendapat yang intinya terbagi 2 yaitu: 1 masyarakat yang merasa bahwa posyandu sudah tidak cocok lagi dan tidak mungkin
sulit untuk dilaksanakan, 2 masyarakat yang merasa posyandu masih sangat dibutuhkan dan masih banyak cara yang dapat dilaksanakan untuk mengaktifkan
posyandu
Peningkatan kualitas kader posyandu baik melalui peningkatan pengetahuan teknis kesehatan maupun keterampilan, khususnya keterampilan manajemen pengelolaan
posyandu berperan besar dalam upaya peningkatan fungsi posyandu. Di samping itu pemberian motivasi kepada kader posyandu mempunyai dampak yang positif guna
memacu semangat dan gairah kerja posyandu.
5.2.5. Penyelenggaraan Posyandu Lansia