Gambaran Persepsi Lansia Tentang Tugas Kader di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Tahun 2014
KELURAHAN SUKAMAJU BARU
KECAMATAN TAPOS
TAHUN 2014
SKRIPSIDiajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh:
RIZKINUARY HIDAYAH
1110104000017PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1435 H/ 2014 M
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
RIWAYAT HIDUP
Nama : Rizkinuary Hidayah
Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 15 Januari 1993
Agama : Islam
Status : Belum Menikah
Alamat : Jalan Pekapuran, Gang Langgar RT 001 RW 06
No. 19 Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Kota Depok 16955
Telepon : 0822 275 84 562
E-mail : hrizkinuary@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
1. SD Negeri Sukatani VII (1998–2004)
2. SMP Negeri 11 Depok (2004–2007)
3. SMA Negeri 4 Depok (2007– 2010)
4. S1 Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta (2010-Sekarang)
Pengalaman Organisasi
1. Anggota MPK (Majelis Permusyawaratan Kelas) SMA Negeri 4 Depok
Periode 2007 – 2008
2. Anggota Gema Nusantara Budaya SMA Negeri 4 Depok Angkatan IV
3. Anggota BEM PSIK Kementrian Riset dan Teknologi UIN Syarif
(7)
Pengalaman Seminar
1. Seminar Kesehatan “Perawatan Pasien Hipertensi dan Diabetes di Rumah” tahun 2010
2. Seminar Keperawatan “Nursing as Partner Society and Delivering Public Health” tahun 2011
3. Seminar Nasional Keperawatan “Uji Kompetensi Nasional Perawat: Meningkatkan Peran dan Mutu Profesi Keperawatan dalam Menghadapi
Tantangan Global” tahun 2012
4. Workhsop Keperawatan “Update Diagnosa NANDA, Aplikasi ISDA dan Diagnostic Reasoning” tahun 2012
(8)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juli 2014
Rizkinuary Hidayah, NIM : 1110104000017
Gambaran Persepsi Lansia Tentang Tugas Kader di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Tahun 2014
xx + 74 halaman + 16 tabel + 2 bagan + 5 lampiran ABSTRAK
Posyandu Lansia merupakan wadah pelayanan kepada lansia dan pra lansia di masyarakat yang prosesnya dilakukan oleh masyarakat baik bersama pemerintah maupun swasta untuk memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Indikator keberhasilan program pelayanan kesehatan lansia (Posyandu Lansia) salah satunya yaitu 70% lansia melakukan skrining kesehatan. Akan tetapi jumlah kunjungan di Posyandu Lansia Mawar hanya sebesar 25% dari total jumlah lansia, hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya pelaksanaan tugas kader terhadap terlaksananya Program Posyandu Lansia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi lansia tentang tugas kader di Posyandu Lansia Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Tahun 2014. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain deskriptif
dan pendekatan cross sectional. Data diperoleh melalui wawancara dengan
kuesioner pada 68 responden yang terdiri dari lansia dan pra lansia. Penelitian dilakukan di wilayah kerja Posyandu Lansia Mawar pada bulan Mei hingga Juni 2014.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi lansia dan pra lansia terhadap tugas kader adalah 76,5% berpersepsi cukup baik, 10,3% berpersepsi baik, dan 13,2% berpersepsi kurang baik. 76,5% lansia dan pra lansia berpersepsi cukup baik pada pelaksanaan tugas kader sebelum pelaksanaan Posyandu Lansia, 82,4% lansia dan pra lansia berpersepsi cukup baik pada pelaksanaan tugas kader saat pelaksanaan Posyandu Lansia, dan 70,0% berpersepsi cukup baik pada pelaksanaan tugas kader setelah pelaksanaan Posyandu Lansia.
Untuk meningkatkan motivasi lansia dalam memanfaatkan Posyandu Lansia perlu adanya pelatihan komunikasi maupun konseling untuk para kader
dari Puskesmas, pemberian reward kepada kader dan lansia yang aktif, pengadaan
senam lansia dan pemeriksaan laboratorium sederhana, dan lain-lain di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos.
Kata kunci : Posyandu Lansia, Kader, Persepsi Lansia
(9)
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
STATE ISLAMIC UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduated Thesis, July 2014
Rizkinuary Hidayah, NIM 1110104000017
Description of Elderly’s Perception About Cadre’s Duty at Elderly Posyandu Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos, 2014
xx + 74 pages + 16 tables + 2 charts + 5 attachments ABSTRACT
Elderly Posyandu is a form of service to elderly in community which its process is performed by the society itself together with governmennt or private to
give an easier way to get basic health care. One of the succes’ indicator of elderly
health care programme (elderly Posyandu) is 70% of elderly take health screening in there. But the number of visits at Mawar Elderly Posyandu only 25% from all total of elderly, this could be caused by many factors, one of them is performance
of cadre’s duties to held Elderly Posyandu programme.
This study is intended to recognize the elderly’s perception of cadre’s duty
at Mawar Elderly Posyandu. This study is a quantitative study with descriptive design and cross sectional approach. The data is obtained through interview 68 respondents consisting of elderly and pre-elderly using questionnaires in May until June 2014 at Mawar Elderly Posyandu working area.
The result shows that elderly and pre-elderly’s perception to cadre’s duty
is 76,5% good enough, 10,3% pretty good, and 13,2% is poor. 76,5% of elderly
and pre-elderly’s perception is good enough at cadre’s duty performance before
Elderly Posyandu was held, 82,4% of elderly and pre-elderly’s perception is good
enough at cadre’s duty performance when Elderly Posyandu was held, and 70,0%
of elderly and pre-elderly’s perception is good enough at cadre’s duty
performance after Elderly Posyandu was held.
To increase elderly’s motivation in utilize Elderly Posyandu the cadre
need to establised comunication and conseling coaching from Public Health Center, provision of reward to active cadre and elderly, held gymnastics for elderly, provide simple laboratory test or anything at Mawar Elderly Posyandu Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos.
Keywords : Elderly Posyandu, Cadre, Elderly’s Perception
(10)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin adalah untaian kata terindah sebagai ungkapan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Tuhan Yang Maha Adil lagi Maha Bijaksana, Tuhan Yang Maha Kuasa dari segala yang ada di langit dan di bumi, atas berkat dan RahmatNya lah
sehingga skripsi yang berjudul “Gambaran Persepsi Lansia Tentang Tugas Kader
di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos ” dapat
diselesaikan.
Shalawat dan salam, tidak lupa pula peneliti tujukan kepada junjungan kita
baginda Nabi Besar Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga dan para
sahabat. Salam dan rahmat semoga tetap tercurah kepada beliau beserta keluarga dan para sahabat dekat serta pengikutnya hingga akhir jaman.
Dengan penuh kerendahan hati peneliti memberikan ucapan terima kasih atas terselesaikannya skripsi ini kepada:
1. Prof. DR. (hc). Dr. M.K. Tadjudin, Sp. And selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ns. Waras Budi Utomo S. Kep, MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Tien Gartinah, MN., selaku Pembimbing I skripsi, serta kepada Bapak
Karyadi, M.Kep, Ph.D selaku pembimbing II, yang telah meluangkan waktunya serta dengan sabar membimbing dan memberikan arahan kepada peneliti.
(11)
4. Dosen-dosen yang telah membekali peneliti dengan berbagai ilmu dan pengetahuan, selama peneliti mengikuti perkuliahan.
5. Seluruh staf karyawan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Segenap Kader Posyandu Lansia Mawar dan Kenanga atas segala kesempatan
dan bantuannya untuk melakukan kegiatan penelitian yang telah diberikan kepada peneliti.
7. Ibunda, Ibu Wakhidatun yang telah sabar mendidik dan selalu mendoakan
peneliti untuk selalu sukses baik lahir maupun batin, terima kasih. Juga kepada Ayahanda, Bapak Yahmin yang telah mengamanahkan kepada peneliti untuk menyelesaikan segala sesuatu yang telah berani dimulai. Terima kasih juga peneliti ucapkan untuk Adik Galih Fahmi Mustaqim atas kehadirannya di rumah untuk menemani peneliti dalam menyelesaikan penelitian ini
8. Faris, sahabat-sahabat Cherry, dan PSIK 2010 yang tidak dapat peneliti
sebutkan satu persatu, terima kasih atas segala perhatian, dukungan, inspirasi serta bantuan yang telah diberikan.
Tiada gading yang tak retak. Oleh karenanya peneliti dengan penuh kesadaran menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun untuk kokohnya skripsi ini sangat diharapkan. Semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Amin ya Rabbal’alamin.
Ciputat, Juli 2014
(12)
DAFTAR ISI
JUDUL HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
RIWAYAT HIDUP ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR BAGAN ... xviii
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN ... xix
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Pertanyaan Penelitian ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 8
1. Tujuan Umum ... 8
2. Tujuan Khusus ... 8
(13)
F. Ruang Lingkup Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
A. Persepsi ... 11
1. Definisi Persepsi ... 11
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi ... 12
B. Lanjut Usia (Lansia) ... 13
1. Definisi Lanjut Usia ... 13
2. Klasifikasi Lansia ... 13
C. Pos Pelayanan Terpadu Lansia (Posyandu Lansia) ... 15
1. Pengertian Posyandu Lansia ... 15
2. Tujuan Posyandu Lansia ... 16
3. Sasaran Posyandu Lansia ... 17
4. Kegiatan Posyandu Lansia ... 18
5. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan ... 19
D. Kader Posyandu Lansia ... 20
1. Pengertian Kader ... 20
2. Kader Posyandu Lansia ... 20
3. Tugas-Tugas Kader ... 22
E. Model Pemanfaatan Kesehatan (Utilization Health Care) ... 23
F. Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 25
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 26
(14)
I. Kerangka Teori... 31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 32
A. Kerangka Konsep ... 32
B. Definisi Operasional... 33
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 37
A. Desain Penelitian ... 37
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37
C. Populasi dan Sampel ... 38
1. Populasi ... 38
2. Sampel ... 38
D. Teknik Sampling ... 39
E. Metode Pengumpulan Data ... 41
1. Jenis Data ... 41
2. Instrumen Penelitian ... 41
F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data ... 43
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 44
H. Pengolahan Data ... 46
I. Analisis Statistik ... 47
J. Etika Penelitian ... 48
BAB V HASIL PENELITIAN ... 49
(15)
B. Analisis Univariat ... 50
1. Karakteristik Responden ... 50
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur ... 50
b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50
c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 51
d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama. 52 e. Gambaran Pemanfaatan Posyandu Lansia ... 52
2. Gambaran Persepsi Responden Tentang Tugas Kader ... 53
a. Persepsi Responden Tentang Tugas Kader Sebelum Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 55
b. Persepsi Responden Tentang Tugas Kader Saat Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 57
c. Persepsi Responden Tentang Tugas Kader Setelah Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 59
BAB VI PEMBAHASAN ... 61
A. Karakteristik Responden ... 61
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 61
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 62
3. Karakteristik Responden BerdasarkanTingkat Pendidikan63 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Agama ... 63
(16)
B. Gambaran Persepsi Responden Tentang Tugas Kader ... 64
1. Persepsi Responden Tentang Tugas Kader Sebelum Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 65
2. Persepsi Responden Tentang Tugas Kader Saat Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 66
3. Persepsi Responden Tentang Tugas Kader Setelah Pelaksanaan Posyandu Lansia ... 67
C. Keterbatasan Penelitian ... 69
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 72
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(17)
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Tabel Halaman
Tabel 3.1 Definisi Operasional... 33 Tabel 4.1 Jumlah Sampel per RT... 40
Tabel 4.2 Distribusi Hasil Pernyataan Validitas Tugas Kader... 45
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di
Posyandu Lansia Mawar Tahun 2014... 50
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di
Posyandu Lansia Mawar Tahun 2014... 51
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Pendidikan di Posyandu Lansia Mawar Tahun 2014... 51
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di
Posyandu Lansia Mawar Tahun 2014 ... 52
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pemanfaatan Posyandu Lansia di
Posyandu Lansia Mawar Tahun 2014... 52
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Tugas Kader
di Posyandu Lansia Mawar Tahun 2014... 54
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pemanfaatan
Posyandu Lansia dan Persepsi Tentang Tugas Kader di
Posyandu Lansia Mawar Tahun 2014... 54
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Tugas Kader
Sebelum Pelaksanaan Posyandu Lansia di Posyandu Lansia
Mawar Tahun 2014... 55
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pemanfaatan
Posyandu Lansia dan Persepsi Tentang Tugas Kader di
Posyandu Lansia Mawar Tahun 2014... 56
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Persepsi Responden Tentang Tugas Kader
Saat Pelaksanaan Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Mawar Tahun 2014... 57
(18)
Posyandu Lansia dan Persepsi Tentang Tugas Kader di
Posyandu Lansia Mawar Tahun 2014... 58
Tael 5.12 Distribusi Frekuensi Persepsi Lansia tentang Tugas Kader
Setelah Pelaksanaan Posyandu Lansia di Posyandu Lansia
Mawar Tahun 2014... 59
Tabel 5.13 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Pemanfaatan
Posyandu Lansia dan Persepsi Tentang Tugas Kader di
(19)
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Judul Bagan Halaman
Gambar 2.1 Kerangka Teori...31
(20)
DAFTAR ISTILAH DAN SINGKATAN
BKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana
BPS : Badan Pusat Statistik
Depkes : Departemen Kesehatan
DNA : Deoxyribonucleic Acid
Kemenkes : Kementerian Kesehatan
Komnas : Komisi Nasional
Lansia : Lanjut Usia
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat
(21)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
Lampiran 2 Lembar Informed Consent
Lampiran 3 Instrumen Penelitian
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas
(22)
A. Latar Belakang
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan adalah semakin meningkatnya usia harapan hidup penduduk. Sensus Penduduk di Indonesia yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2012 menunjukkan jumlah lanjut usia (lansia) mengalami peningkatan yaitu dari 18,96 juta jiwa sekarang menjadi 20,05 juta jiwa atau 7,56% dari keseluruhan penduduk Indonesia (Kemenkes RI, 2013). Peningkatan jumlah lansia ini tentunya berdampak pada berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama kesehatan, karena semakin bertambahnya usia, fungsi organ tubuh akan semakin menurun. Hal ini dapat terjadi karena faktor alamiah maupun karena penyakit.
Peningkatan jumlah penduduk lansia ini selain menjadi salah satu indikator keberhasilan pembangunan sekaligus sebagai tantangan dalam pembangunan. Bila permasalahan tersebut tidak diantisipasi, maka tidak tertutup kemungkinan bahwa proses pembangunan akan mengalami berbagai hambatan. Oleh sebab itu, untuk menjadi lansia yang sehat, produktif dan mandiri, harus dimulai dengan pola hidup sehat dan mempersiapkan masa lanjut usia secara lebih baik. Dengan demikiaan, sasaran dari permasalahan lansia tidak hanya lansia itu sendiri, tetapi juga penduduk pra lansia (Kemenkes, 2010).
Permasalahan lanjut usia menjadi perhatian baik pemerintah, lembaga masyarakat maupun masyarakat itu sendiri. Untuk mengatasi
(23)
masalah kesehatan lansia tersebut, perlu upaya pembinaan kelompok lansia melalui Puskesmas dengan didirikan Posyandu lansia (Kemenkes, 2010). Posyandu khusus lanjut usia (lansia) atau biasa disebut Posyandu lansia adalah pos pelayanan terpadu untuk masyarakat usia lanjut yang berada di suatu wilayah tertentu. Pelayanan terpadu yang dimaksud yaitu pelayanan yang sudah disepakati dan digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Posyandu lansia juga merupakan kebijakan pemerintah untuk pengembangan pelayanan kesehatan bagi lansia yang penyelenggaraannya melalui program Puskesmas dengan melibatkan peran serta lansia, keluarga, tokoh masyarakat, dan organisasi sosial (Kemenkes, 2010).
Sasaran langsung dari Posyandu lansia yaitu kelompok pra usia lanjut 45-59 tahun, kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (70 tahun ke atas). Hal ini sesuai dengan
batasan lansia menurut WHO yaitu meliputi usia pertengahan (middle age)
yaitu usia antara 45 sampai 59 tahun, lanjut usia (elderly) yaitu usia antara
60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old) yaitu usia antara 76 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun (Depkes, 2003).
Perlunya upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia dengan membentuk Posyandu lansia tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 pasal 139 yang mengatakan bahwa pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi kelompok lansia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara
(24)
sosial dan ekonomis. Sehingga diharapkan dengan terbentuknya Posyandu lansia dapat meningkatkan kemudahan bagi para lansia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan maupun pelayanan lainnya yang dilaksanakan oleh berbagai unsur terkait. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah mengharapkan terjadinya perubahan perilaku kesehatan dari lansia dengan memanfaatkan pelayanan yang ada (Komnas Lansia, 2010).
Pemanfaatan pelayanan kesehatan bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, menurut Handayani (2012) salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang dalam memanfaatkan Posyandu lansia diantaranya dukungan keluarga, teman sebaya, peran kader dan petugas kesehatan, undang-undang, tokoh masyarakat dan lain sebagainya. Hasil dari penelitian yang dilakukan di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor tersebut menunjukkan bahwa peran kader merupakan variabel yang paling signifikan terhadap pemanfaatan posyandu lansia dengan P=0,000. Lansia yang tidak memanfaatkan Posyandu lansia lebih besar proporsinya pada lansia yang menyatakan kader tidak berperan (98,8%) dibandingkan dengan lansia yang menyatakan kader berperan aktif (2,0%).
Kader adalah seseorang atau tim yang berperan sebagai tenaga pelaksana pelayanan yang berasal dari dan dipilih oleh masyarakat setempat yang memenuhi ketentuan dan diberi tugas serta tanggung jawab untuk pelaksanaan, pemantauan, dan memfasilitasi kegiatan lainnya (Depkes, 2003). Peran kader adalah sebagai motivator atau penyuluh kesehatan yang membantu para petugas kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya hidup sehat dan memotivasi
(25)
mereka untuk melakukan tindakan pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana kesehatan yang ada (Sarwono, 2004).
Kader memiliki tugas yang harus dilakukan dari sebelum, saat dan setelah dilaksanakan Posyandu lansia diantaranya yaitu menggerakkan masyarakat untuk datang ke Posyandu (Ariyani, 2011). Kader selain mempunyai tugas dan fungsinya ia juga harus mampu berkomunikasi dengan efektif, baik dengan individu, kelompok maupun masyarakat. Kader juga harus dapat membina kerjasama dengan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan Posyandu lansia, serta dapat memantau perkembangan lansia pada hari buka (pelaksanaan) Posyandu lansia yaitu pendaftaran, penimbangan, pencatatan/pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS), penyuluhan dan pelayanan kesehatan sesuai kewenangannya, dan pemberian makanan tambahan, serta dapat melakukan rujukan jika diperlukan (Depkes, 2006).
Sebagai pelayanan kesehatan di tingkat masyarakat, Posyandu lansia memiliki arti penting demi meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia. Tidak terkecuali Posyandu Lansia Mawar yang berada di Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Kota Depok yang merupakan salah satu upaya pengembangan pelayanan kesehatan bagi lansia yang berada di RW 06 Desa Sukamaju Baru. Dari hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti didapatkan data yaitu rata-rata kunjungan lansia kurang lebih hanya sebesar 8,5% dari total lansia yang berada di wilayah cakupan Posyandu lansia tersebut yang berjumlah 406 orang.
(26)
Hal ini terlihat dalam daftar kehadiran bulan Januari sebanyak 34 orang, Februari 15 orang dan Maret 19 orang. Sedangkan target cakupan menurut Depkes RI mencapai 70% dari total jumlah lansia (Kemenkes, 2010). Hasil wawancara terhadap sepuluh orang lansia di RW 06, delapan diantaranya mengatakan selama ini kader tidak pernah menyarankan atau memotivasi mereka untuk datang ke Posyandu Lansia. Kader juga tidak mengingatkan mereka baik itu jadwal maupun dimana tempat pelaksanaan Posyandu Lansia setiap bulannya. Sehingga, lima dari delapan lansia tadi mengatakan malas mengunjungi atau memanfaatkan keberadaan Posyandu lansia, sementara lima diantaranya mengatakan kadang-kadang datang apabila tidak ada kesibukan di rumah.
Berbeda dengan delapan lansia tadi, dua lansia mengatakan bahwa mereka setiap bulan mengunjungi atau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di Posyandu lansia karena menurut mereka kader cukup memotivasi untuk datang ke Posyandu lansia. Motivasi yang diberikan berupa ajakan untuk datang ke Posyandu Lansia di hari sebelum pelaksanaan kegiatan Posyandu. Ini membuktikan bahwa sesungguhnya peran kader dalam memotivasi mereka untuk datang ke Posyandu lansia yang akan dilaksanakan cukup berpengaruh.
Menurut mereka kader sebenarnya dapat mengingatkan dengan cara membuat pengumuman dari Masjid atau dengan obrolan ringan antar tetangga tentang kegiatan yang akan dilakukan saat Posyandu lansia diselenggarakan. Mengingat kader juga aktif dalam kegiatan pengajian atau kegiatan lain di lingkungannya. Wawancara lain yang dilakukan
(27)
terhadap salah satu kader didapatkan pernyataan bahwa mereka tidak selalu mengingatkan kembali kapan jadwal Posyandu Lansia karena menurutnya para lansia di RW 06 telah mengetahui kapan tepatnya pelaksanaan Posyandu Lansia dan dimana, yaitu setiap tanggal 6 di Posyandu Lansia Mawar.
Oleh karena belum adanya data secara rinci mengenai bagaimana peran kader Posyandu Lansia Mawar di Kelurahan Sukamaju Baru, serta belum pernah ada penelitian mengenai persepsi lansia tentang peran kader Posyandu Lansia Mawar peneliti merasa perlu melakukan penelitian lebih
lanjut mengenai “Gambaran Persepsi Lansia Tentang Tugas Kader di
Posyandu Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Tahun 2014”.
B. Rumusan Masalah
Masalah utama yang paling sering dihadapi oleh lansia adalah masalah mengenai kesehatannya karena semakin menua, manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan akan menumpuk makin banyak distorsi (sampah) metabolik dan struktural yang
disebut “penyakit degeneratif” yang akan menyebabkan meningkatnya angka kesakitan lansia dan menghadapi akhir hidup dengan episode terminal yang dramatik (Dharmojo, 2006).
Demi mencegah hal-hal seperti ini pemerintah telah menyediakan wadah dengan mendirikan Posyandu Lansia di bawah naungan Puskesmas, salah satu Posyandu Lansia di Kota Depok yang masih aktif hingga saat ini adalah Posyandu Lansia Mawar yang berada di RW 06 Kelurahan
(28)
Sukamaju Baru Kecamatan Tapos. Indikator keberhasilan program pelayanan kesehatan lansia salah satunya yaitu 70% lansia melakukan skrining kesehatan di Posyandu Lansia. Namun, data menunjukkan bahwa tingkat berkunjung lansia ke Posyandu lansia hanya sebesar 8,5% dari total jumlah lansia.
Perilaku/tingkat berkunjung lansia tersebut bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya yaitu peran kader di Posyandu lansia yang ada dilakukan sebelum, saat, dan setelah pelaksanaan Posyandu Lansia, khususnya dalam memotivasi para lansia untuk datang mengunjungi Posyandu lansia, menginformasikan tentang manfaat maupun kegiatan yang bisa dilakukan di sana dsb. Berdasarkan uraian di atas, peneliti
merasa perlu melakukan penelitian lebih lanjut tentang “Gambaran
Persepsi Lansia Tentang Tugas Kader di Posyandu Lansia Mawar
Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Tahun 2014”.
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, pertanyaan penelitian ini adalah: Bagaimana gambaran persepsi lansia dan pra lansia tentang tugas kader di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos tahun 2014?
(29)
D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum
Diketahuinya gambaran persepsi lansia dan pra lansia tentang tugas kader di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos tahun 2014.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran karakteristik responden berdasarkan usia,
jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan agama di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos tahun 2014.
b. Diketahuinya gambaran persepsi lansia dan pra lansia tentang tugas
kader sebelum pelaksanaan Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos tahun 2014.
c. Diketahuinya gambaran persepsi lansia dan pralansia yang
memanfaatkan dan yang kurang memanfaatkan Posyandu Lansia tentang tugas kader sebelum pelaksanaan Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos tahun 2014.
d. Diketahuinya gambaran persepsi lansia dan pra lansia tentang tugas
kader saat pelaksanaan Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos tahun 2014.
e. Diketahuinya gambaran persepsi lansia dan pra lansia pralansia
yang memanfaatkan dan yang kurang memanfaatkan Posyandu Lansia tentang tugas kader saat pelaksanaan Posyandu Lansia di
(30)
Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos tahun 2014.
f. Diketahuinya gambaran persepsi lansia dan pra lansia tentang tugas
kader setelah pelaksanaan Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos tahun 2014.
g. Diketahuinya gambaran persepsi lansia dan pra lansia yang
memanfaatkan dan yang kurang memanfaatkan Posyandu Lansia tentang tugas kader setelah pelaksanaan Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos tahun 2014.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Meningkatkan kajian keilmuan bagi mahasiswa keperawatan tentang pelaksanaan Posyandu Lansia dan peran kader di dalamnya. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat memperkaya dunia kepustakaan pendidikan keperawatan Indonesia khususnya mata ajar keperawatan komunitas
2. Bagi Puskesmas dan Posyandu Lansia
Memberikan acuan dan masukan untuk meningkatkan pengembangan informasi kepada lansia agar program Posyandu lansia berjalan sesuai kebutuhan lansia di lapangan. Juga dapat sebagai bahan dalam mengevaluasi tugas kader dalam pelaksanaan Posyandu Lansia.
(31)
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data awal pengembangan penelitian selanjutnya terkait dengan Posyandu Lansia dan tugas kader terhadapnya.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah yang bertujuan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan persepsi lansia dan pra lansia tentang tugas kader di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos tahun 2014. Alasan dilakukan penelitian ini adalah belum diketahuinya gambaran persepsi lansia tentang tugas kader sebelum pelaksanaan Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos.
Sasaran penelitian ini adalah lansia yang berada dalam wilayah kerja Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos. Penelitian dilakukan dengan metode kuantitatif, dengan pendekatan
potong lintang (cross sectional). Metode pengambilan data dengan
menggunakan kuesioner yang valid dan reliabel dengan cara wawancara langsung yang dimulai dari tanggal 27 Mei sampai dengan 7 Juni 2014.
(32)
A. Persepsi
1. Definisi Persepsi
Menurut Sunaryo (2004) persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses penginderaan, yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indera, kemudian individu ada perhatian, diteruskan ke otak, dan individu menyadari tentang sesuatu. Dengan persepsi individu menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan.
Wahrunsyah (1995) dan Thoha (1995) dalam Sudaryanto (2008) mengatakan bahwa proses kognitif yang mengawali terjadinya persepsi seseorang dipengaruhi oleh faktor internal (pribadi) seperti pengalaman, pengetahuan, proses belajar, wawasan pemikiran, keinginan, motivasi, dan tujuan, sedangkan faktor eksternalnya meliputi lingkungan keluarga, fisik dan sosial budaya dimana orang bertempat.
Persepsi merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui alat indera atau juga disebut proses sensoris. Namun proses itu tidak begitu saja, melainkan stimulus yang diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi (Walgito dalam Nurmeilita, 2010). Selain itu, persepsi merupakan aktivitas yang terintegrasi dalam diri individu, maka apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif
(33)
dalam persepsi sehingga hasil persepsi mungkin akan berbeda antara individu yang satu dengan yang lain.
Hal ini diperkuat oleh Rahmat (1998) dalam Sudaryanto (2008) yang mengatakan bahwa persepsi adalah perjalanan tentang obyek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan mengumpulkan informasi dan menafsirkan pesan-pesan. Persepsi merupakan suatu proses untuk memberikan kesan terhadap pengalaman yang diperoleh mengenai suatu obyek di lingkungan yang diamati sehingga diperoleh hasil berupa pengetahuan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Persepsi yang terbentuk pada diri individu berbeda antara satu orang dengan orang lain. Perbedaan ini disebabkan oleh berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukannya. Pengalaman, pendidikan, serta kebudayaan mempengaruhi persepsi individu (Hardjana, 2003).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sebuah persepsi menurut Baltus (1983) dalam Astuti (2005) yaitu:
a. Kemampuan dan keterbatasan fisik panca indera, dimana faktor ini
dapat mempengaruhi persepsi untuk sementara waktu atau permanen.
b. Kondisi lingkungan.
(34)
d. Kebutuhan dan keinginan. Ketika individu membutuhkan atau menginginkan sesuatu, maka ia akan terus berfokus pada hal yang dibutuhkannnya.
B. Lanjut Usia (Lansia) 1. Definisi Lanjut Usia
Lanjut usia (Lansia) merupakan istilah tahap akhir dari proses penuaan. Menurut Undang-Undang No. 13 Tahun 1998 pasal 1 ayat 2, 3 dan 4 tentang kesehatan dikatakan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun.
Menurut Notoadmodjo (2007) usia lanjut adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang bertahap dalam jangka waktu beberapa dekade. Penuaan adalah suatu proses alami
yang tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus, dan
berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis, dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Kemenkes, 2010). Jadi, lanjut usia adalah suatu proses yang alami dan tidak dapat dihindari dan dialami secara alamiah oleh setiap orang yang akan mencapai tingkat umur tertentu.
2. Klasifikasi Lansia
Kemenkes (2010) mengklasifikasikan lansia menjadi lima yaitu:
(35)
Seseorang yang berusia 45-59 tahun
b. Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun ke atas
c. Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
d. Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan
kegiatan/kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa
e. Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
Sementara, batasan umur lansia terbagi menjadi empat, yaitu:
a. Kelompok Pertengahan Umur
Kelompok pertengahan umur adalah kelompok usia dalam masa virilitas, yaitu masa persiapan usia lanjut, yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan jiwa (45-54 tahun)
b. Kelompok Usia Lanjut Dini
Kelompok usia lanjut dini adalah kelompok dalam masa prasenium, yang mulai memasuki usia lanjut (55-64 tahun)
(36)
Kelompok usia lanjut adalah kelompok dalam masa senium (65 tahun ke atas)
d. Kelompok Usia Lanjut dengan Resiko Tinggi
Kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi adalah kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun, atau kelompok usia lanjut yang tinggal sendiri, terencil, tinggal dipanti, menderita penyakit berat, atau cacat.
Batasan lanjut usia (lansia) menurut WHO meliputi usia
pertengahan (middle age) yaitu usia antara 45 sampai 59 tahun, lanjut
usia (elderly) yaitu usia antara 60 sampai 74 tahun, lanjut usia tua (old)
yaitu usia antara 76 sampai 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) yaitu usia diatas 90 tahun (Depkes, 2003).
Dari batasan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. Pra lansia yaitu kelompok umur 45-59 tahun
b. Lansia yaitu kelompok umur 60 tahun ke atas
C. Pos Pelayanan Terpadu Lansia (Posyandu Lansia) 1. Pengertian Posyandu lansia
Posyandu lansia merupakan salah satu Upaya Kesehatan
Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam upaya pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat lansia dan memberikan kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar (Depkes, 2003). Posyandu lansia juga merupakan
(37)
salah satu program puskesmas dalam mencapai kesehatan masyarakat lansia yang optimal.
Menurut Komnas Lansia dalam buku Pedoman Pelaksanaan Posyandu Lansia, Posyandu Lansia adalah suatu wadah pelayanan kepada lanjut usia di masyarakat yang proses pembentukan dan pelaksanaannya dilakukan oleh masyarakat bersama Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), lintas sektor pemerintah dan non pemerintah, swasta, organisasi sosial dengan menitikberatkan pelayanan kesehatan pada upaya promotif dan preventif (Komnas Lansia, 2010).
2. Tujuan Posyandu Lansia
Tujuan Posyandu lansia yaitu untuk meningkatkan kemudahan bagi para lansia untuk mendapatkan berbagai pelayanan, baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan lainnya yang dilaksanakan oleh berbagai unsur terkait (Komnas Lansia, 2010). Adapun secara garis besar tujuan pembentukan Posyandu lansia menurut Kemenkes (2010) meliputi:
a. Meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan lansia di
masyarakat, sehingga terbentuk pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kebutuhan lansia.
b. Mendekatkan pelayanan dan meningkatkan peran serta
masyarakat dan swasta dalam pelayanan kesehatan di samping meningkatkan komunikasi antara masyarakat lansia.
(38)
Sementara itu penilaian keberhasilan upaya pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan kesehatan di Posyandu lansia dilakukan dengan menggunakan data pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan penilitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari:
a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan
berkembangnya jumlah organisasi masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya.
b. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah/swasta yang
memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia.
c. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga.
d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
e. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pada
lansia (Henniwati, 2008).
3. Sasaran Posyandu Lansia
Sasaran Posyandu lansia terbagi menjadi dua, yaitu:
a. Sasaran langsung, yaitu kelompok pra usia lanjut 45-59 tahun,
kelompok usia lanjut (60 tahun ke atas), dan kelompok usia lanjut dengan risiko tinggi (70 tahun ke atas).
b. Sasaran tidak langsung, yaitu keluarga dimana lansia berada,
organisasi sosial yang bergerak dalam pembinaan usia lanjut masyarakat luas (Depkes RI, 2006).
(39)
4. Kegiatan Posyandu lansia
Kegiatan Posyandu lansia meliputi kegiatan pelayanan kesehatan dan kegiatan lain yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup lansia serta mengatasi permasalahan lansia dalam hal biopsikososial dan ekonomi lansia. Kegiatan pemeriksaan dan pelayanan kesehatan fisik dan mental emosional dicatat dan dipantau dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) lansia untuk mengetahui lebih awal (deteksi dini) penyakit atau ancaman kesehatan yang dihadapi lansia tersebut. Adapun jenis kegiatan menurut Kemenkes (2010) yang dapat diberikan kepada lansia di Posyandu lansia antara lain:
a. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (activity of daily
living), meliputi kegiatan dasar dalam kehidupan seperti makan, minum, berjalan, mandi, berpakaian, naik turun tempat tidur, buang air besar/kecil dan sebagainya.
b. Pemeriksaan status mental emosional dengan menggunakan
pedoman 2 menit yang terdapat pada KMS lansia.
c. Pemeriksaan status gizi melalui penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan dan hasilnya dicatat pada grafik Indeks Masa Tubuh (IMT).
d. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter dan
stetoskop serta penghitungan denyut nadi selama satu menit.
e. Pemeriksaan hemoglobin dengan menggunakan Talquist, Sahli
(40)
f. Pemeriksaan adanya gula dalam air seni sebagai deteksi awal adanya penyakit gula (Diabetes Melitus).
g. Pemeriksaan adanya zat putih telur (protein) dalam air seni
sebagai deteksi awal adanya penyakit ginjal.
h. Pelaksanaan rujukan ke puskesmas bilamana ada keluhan dan
atau ditemukan kelainan pada pemeriksaan butir a sampai h.
i. Penyuluhan bisa dilakukan di dalam maupun di luar kelompok
dalam rangka kunjungan rumah dan konseling kesehatan dan gizi sesuai dengan masalah kesehatan yang dihadapi oleh individu dan atau kelompok lanjut usia.
j. Kunjungan rumah oleh kader disertai petugas bagi anggota
kelompok lanjut usia yang tidak datang, dalam rangka kegiatan
perawatan kesehatan masyarakat (Public Health Nursing).
5. Mekanisme Pelaksanaan Kegiatan
Untuk memberikan pelayanan yang prima terhadap lansia di Posyandu lansia maka sebaiknya menggunakan mekanisme kegiatan 5 sistem meja yaitu:
a. Tahap pertama
Pendaftaran anggota kelompok lanjut usia sebelum pelaksaan pelayanan.
b. Tahap kedua
Pencatatan kegiatan sehari-hari yang dilakukan lansia serta penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan.
(41)
c. Tahap ketiga
Pengukuran tekanan darah, pemeriksaan kesehatan dan pemeriksaan status mental.
d. Tahap keempat
Pemeriksaan laboratorium sederhana.
e. Tahap kelima
Pemberian penyuluhan dan konseling (Depkes RI, 2003)
D. Kader Posyandu Lansia 1. Pengertian Kader
Kader kesehatan adalah tenaga sukarela yang terdidik dan terlatih dalam bidang tertentu yang tumbuh di tengah-tengah masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan meningkatkan dan membina kesejahteraan masyarakat dengan rasa ikhlas tanpa pamrih dan
didasarkan panggilan jiwa untuk melaksanakan tugas-tugas
kemanusiaan (Depkes, 2003).
2. Kader Posyandu Lansia
Kader sebaiknya berasal dari anggota kelompok sendiri atau bilamana sulit mencari kader dari anggota kelompok dapat saja diambil dari anggota masyarakat lainnya yang bersedia menjadi kader (Depkes, 2003). Kader merupakan seseorang yang dianggap masyarakat dapat memberi informasi terkini tentang kesehatan, terampil dalam memberikan pelayanan di Posyandu, serta memiliki
(42)
andil dan peran dalam mendorong keinginan masyarakan untuk datang ke Posyandu Selain mempunyai tugas dan fungsinya, kader juga harus mampu berkomunikasi dengan efektif baik dengan individu, kelompok masyarakat, dapat membina kerjasama dengan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan Posyandu, serta dapat memantau pertumbuhan dan perkembangan Lansia (Depkes RI, 2006).
Jumlah kader Posyandu lansia di setiap kelompok tergantung pada jumlah anggota kelompok, volume dan jenis kegiatan yaitu sedikitnya 3 orang.
Untuk meningkatkan citra diri kader maka harus diperhatikan:
a. Meningkatkan kualitas diri sebagai orang yang dianggap
masyarakat dapat memberi informasi terkini tentang kesehatan,
b. Melengkapi diri dengan keterampilan yang memadai dalam
pelayanan di Posyandu lansia,
c. Membuat kesan pertama yang baik dan memperhatikan citra
yang positif,
d. Menetapkan dan memutuskan perhatian lebih cermat pada
kebutuhan masyarakat,
e. Menampilkan diri sebagai bagian dari anggota masyarakat itu
sendiri, dan
f. Mendorong keinginan untuk datang ke Posyandu lansia
(43)
3. Tugas-Tugas Kader
Secara umum tugas-tugas kader lansia adalah sebagai berikut:
a. Tugas sebelum hari buka Posyandu (H – Posyandu) yaitu
berupa tugas-tugas persiapan oleh kader agar kegiatan pada hari buka Posyandu berjalan dengan baik, meliputi:
i. Menyiapkan alat dan bahan: timbangan, tensimeter,
stetostoskop, KMS, alat peraga, obat-obatan yang dibutuhkan, bahan/materi penyuluhan dan lain-lain.
ii. Mengundang dan menggerakkan masyarakat, yaitu
memberi tahu para lansia untuk datang ke Posyandu lansia, serta melakukan pendekatan tokoh yang bisa membantu memotivasi masyarakat (lansia) untuk datang ke Posyandu.
iii. Menghubungi kelompok kerja (Pokja) Posyandu yaitu
menyampaikan rencana kegiatan kepada kantor desa dan meminta memastikan apakah petugas sektor bisa hadir pada hari buka Posyandu.
iv. Melaksanakan pembagian tugas: menentukan pembagian
tugas di antara kader Posyandu baik untuk persiapan maupun untuk pelaksanaan.
b. Tugas pada hari buka Posyandu (H Posyandu) yaitu berupa
tugas-tugas untuk melaksanakan pelayanan 5 meja.
c. Tugas sesudah hari buka Posyandu (H + Posyandu) yaitu
(44)
i. Memindahkan catatan-catatan pada KMS lansia ke dalam buku register atau buku bantu kader.
ii. Melakukan evaluasi hasil kegiatan dan merencanakan
kegiatan hari posyandu lansia pada bulan berikutnya.
iii. Melakukan diskusi kelompok (Penyuluhan Kelompok)
bersama lansia (Paguyuban Lansia).
iv. Melakukan kunjungan rumah untuk Penyuluhan
Perorangan/sekaligus tindak lanjut untuk mengajak lansia untuk datang ke Posyandu lansia pada kegiatan bulan berikutnya.
E. Model Pemanfaatan Kesehatan (Utilization Health Care)
Model ini dikembangkan oleh Andersen (1968) yaitu teori pemanfaatan terhadap pelayanan kesehatan. Di dalam model Andersen ini terdapat 3 karakteristik pelayanan kesehatan yaitu:
1. Karakteristik predisposisi (Predisposing characteristics)
Digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa setiap individu mempunyai suatu kecenderungan dalam menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Dikelompokkan dalam 3 kelompok:
a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan umur.
b. Struktur sosial, yakni pendidikan, pekerjaan,
(45)
c. Manfaat-manfaat kesehatan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong menyembuhkan suatu penyakit. Andersen juga percaya bahwa:
i. Setiap orang atau individu mempunyai karakteristik yang
berbeda dan punya tipe, frekuensi penyakit, pola penggunaan pelayanan kesehatan yang juga berbeda.
ii. Setiap individu mempunyai struktur sosial, gaya hidup yang
juga berbeda yang pada akhirnya juga membuat pola penggunaan pelayanan kesehatan juga berbeda.
iii. Setiap individu juga mempunyai kepercayaan terhadap
kemanjuran pengobatan di dalam pelayanan kesehatan.
2. Karakteristik pendukung (Enabling characteristic)
Digunakan untuk mencerminkan bahwa penggunaan pelayanan kesehatan tergantung pada kemampuan konsumen dalam membayar walaupun ia mempunyai predisposisi dalam menggunakan pelayanan kesehatan, ia tidak akan bertindak untuk menggunakannya kecuali ia mampu. Ketersediaan pelayanan kesehatan, jarak pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan sebagaimana asumsi Andersen bahwa semakin banyak dan dekat pelayanan kesehatan maka makin banyak yang memanfaatkan pelayanan kesehatan itu dan makin sedikit ongkos yang dikeluarkan oleh masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan.
(46)
Faktor predisposisi dan pemungkin dapat terwujud dalam tindakan mencari pengobatan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan, bilamana tingkat predisposisi dan enabling itu tidak ada.
Sementara itu penilaian keberhasilan upaya pembinaan lansia melalui kegiatan pelayanan kesehatan di Posyandu lansia dilakukan dengan menggunakan data pencatatan, pelaporan, pengamatan khusus dan penilitian. Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari:
a. Meningkatnya sosialisasi masyarakat lansia dengan
berkembangnya jumlah organisasi masyarakat lansia dengan berbagai aktivitas pengembangannya.
b. Berkembangnya jumlah lembaga pemerintah/swasta yang
memberikan pelayanan kesehatan bagi lansia.
c. Berkembangnya jenis pelayanan kesehatan pada lembaga.
d. Berkembangnya jangkauan pelayanan kesehatan bagi lansia
e. Penurunan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit pada
lansia (Henniwati, 2008).
F. Pemanfaatan Posyandu Lansia
Pemanfaatan Posyandu Lansia merupakan pernyataan lansia mengenai kehadirannya dalam kegiatan Posyandu Lansia selama kegiatan terakhir secara berturut-turut. Lansia dikatakan tidak memanfaatkan keberadaan Posyandu Lansia apabila ia dalam tiga kegiatan terakhir Posyandu Lansia tidak datang
(47)
untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sementara, lansia dikatakan memanfaatkan apabila ia datang satu hingga tiga kali dalam kegiatan Posyandu Lansia secara berturut-turut (Depkes RI, 2010 dalam Handayani, 2012). Pemanfaatan Posyandu Lansia dapat dilihat dari frekuensi kunjungan lansia dalam mengikuti kegiatan Posyandu Lansia (Sari, 2011)
G. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemanfaatan Posyandu Lansia
a. Pendidikan
Penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan bermakna antara pendidikan dengan pemanfaatan posyandu lansia (p=0,01) begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Sutanto (2006) dengan p=0,002, OR=10,31 bahwa lansia yang berpendidikan tinggi akan berpeluang 10,31 kali dalam pemanfaatan pelayanan posyandu dibandingkan dengan lanjut usia yang berpendidikan rendah.
b. Pengetahuan
Penelitian Handayani (2012) menunjukkan secara statistik adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan Posyandu Lansia di Kecamatan Ciomas Tahun 2012 (p=0,000), OR= 61,5. Responden lansia yang mempunyai pengetahuan rendah mempunyai peluang 61,5 kali dalam hal tidak memanfaatkan posyandu lansia dibandingkan dengan lansia yang mempunyai pengetahuan tinggi. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2005) dengan p=0,000)
(48)
menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan pemanfaatan pelayanan posyandu lansia.
c. Sikap
Penelitian Handayani (2012) menunjukkan ada hubungan bermakna antara sikap terhadap posyandu lansia dengna pemanfaatan posyandu lansia di kecamata ciomas dengan p=0,018 dan penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2005) di Puskesmas Kemiri Muka Depok juga menunjukkan ada hubungan bermakna antara sikap dengan pemanfaatan posyandu lansia dengan p=0,015.
d. Jarak dan transportasi
Hasil uji statistik pada penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) didapatkan nilai p=0,001, OR=3,2 yang menunjukkan bahwa ada hubungan bermakna antara jarak dengan pemanfaatan posyandu lansia. responden yang mempunyai jarak jauh mempunyai peluan 3,2 kali tidak memanfaatkan posyandu lansia dibandingkan dengan lansia yang mempunyai jarak yang dekat terhadap posyandu lansia. hal ini sesuai dengan penelitian yang idlakukan oleh Ariyani (2011), Sutanto (2006) yang menyatakan ada hubungan bermakna antara jarak dengan pemanfaatan posyandu lansia.
e. Dukungan keluarga
Handayani (2012), Ariyani (2011), Zarniyeti (2011), Sutanto (2006) dan Lestari (2005) dalam penelitiannya menyatakan ada hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan pemanfaatan posyandu lansia.
(49)
Handayani (2012) pada penelitiannya didapati kesimpulan bahwa ada hubungan bermakna antara peran petugas kesehatan dengan pemanfaatan posyandu lansia di kecamatan Ciomas dengan p=0,000.
g. Kebutuhan
Hasil uji statistik pada penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) menunjukkan ada hubungan bermakna antara kebutuhan terhadap posyandu lansia dengan pemanfaatan posyandu lansia dengan nilai p=0,000. Responden lansia merasa sangat penting untuk melakukan pendeteksian dini penyakit, senam lansia, bertemu sesama lansia untuk menjalin silaturahmi dan ini bisa didapati sengan cara mengikuti kegiatan yang ada di posyandu lansia.
h. Peran Kader
Kader kesehatan adalah orang dewasa, baik pria maupun wanita yang dipandang sebagai orang yang memiliki kelebihan di masyarakatnya, dapat berupa keberhasilan dalam kegiatan, keluwesan dalam hubungan kemanusiaan, status sosial ekonomi dan lain sebagainya (Kemenkes, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) mendapatkan responden lansia yang tidak memanfaatkan posyandu lansia lebih besar proporsinya pada lansia yang menyatakan kader tidak berperan aktif (98,8%) dibandingkan dengan responden lansia yang menyatakan kader berperan aktif (2,0%). Hasil uji statistik didapati nilai p=0,000 maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran kader dengan pemanfaatan posyandu lansia. Hal ini diperkuat oleh
(50)
penelitian yang dilakukan oleh Ariyani (2011) yang menyatakan ada hubungan peran kader dengan pemanfaatan Posyandu Lansia di Puskesmas Bambanglipuro D.I Yogyakarta tahun 2011.
H. Teori Lawrence Green
Berangkat dari analisis penyebab masalah kesehatan, Green dalam Kreuter (2005) membedakan ada dua determinan masalah kesehatan
tersebut, yakni Behavioral Factors (faktor perilaku) dan non Behavioral
Factors (faktor non perilaku). Selanjutnya Lawrence Green menganalisis perilaku kesehatan seseorang atau masyarakat terbentuk dari tiga faktor yaitu:
1. Predisposing factor yaitu faktor yang ada dalam diri seseorang atau faktor yang menjadi dasar/motivasi bagi perilaku dan menyebabkan ia melakukan sesuatu, yang meliputi pengetahuan, jenis kelamin, usia, etnis, sikap, persepsi, dll.
2. Enabling factor yaitu faktor pemungkin yang memungkinkan atau yang memfasilitasi seseorang untuk berperilaku atau melakukan tindakan tertentu. Seperti: sarana prasarana, fasilitas kesehatan untuk terjadinya perilaku seperti posyandu, puskesmas, rumah sakit, tempat pembuangan sampah, keterjangkauan berbagai sumber, daya, biaya, kesempatan dan jarak.
3. Reinforcing factor yaitu faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku, untuk berperilaku sehat perlu contoh dari tokoh masyarakat, teman sebaya, atau dari sikap petugas, dukungan
(51)
keluarga, serta kebijakan yang ada. Peran kader merupakan salah satu faktor pendukung yang berperan dalam perilaku kesehatan karena merupakan faktor penyerta perilaku yang memberikan ganjaran dan berperan bagi menetap atau lenyapnya perilaku. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2012) yang mengadopsi teori Lawrence Green tentang pemanfaatan Posyandu Lansia yang mengatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara peran kader dengan pemanfaatan Posyandu Lansia.
(52)
I. Kerangka Teori
Keterangan:
Variabel yang diteliti
Sumber: Modifikasi Teori Lawrence Green (1980), Depkes (2006) Lansia
Perilaku kesehatan
Persepsi
1. Predisposing Factor
2. Reinforcing Factor 3. Enabling Factor
Tokoh
masyarakat
Dukungan
Keluarga
Kader
1. Saat pelaksanaan
2. Sebelum
pelaksanaan
3. Setelah
pelaksanaan
Petugas
(53)
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
A. Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep dalam penelitian ini menjelaskan bahwa lansia memiliki persepsi tentang tugas kader yang meliputi sebelum pelaksanaan Posyandu Lansia, saat pelaksanaan Posyandu Lansia, dan setelah pelaksanaan Posyandu Lansia. Persepsi dibagi atas tiga kategori yaitu baik, cukup dan kurang. Apabila objek yang dipersepsi sesuai dengan penghayatan dan dapat diterima secara rasional dan emosional maka manusia akan memersepsikan baik atau cenderung menyukai dan menanggapi sesuai dengan objek yang dipersepsi. Sementara apabila tidak sesuai dengan penghayatannya maka persepsinya kurang atau cenderung menjauhi, menolak dan menanggapi secara berlawanan terhadap objek persepsi tersebut (Marvianti, 2010).
Persepsi lansia dan pra lansia tentang tugas kader:
Sebelum pelaksanaan Posyandu Lansia
Saat pelaksanaan Posyandu Lansia
(54)
B. Definisi Operasional
Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel No Variabel Sub variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat
Ukur
Hasil Ukur Skala
1. Persepsi
lansia tentang peran kader Posyandu lansia Pernyataan/pemahaman lansia dan pra lansia tentang tugas kader dalam pelaksanaan program Posyandu Lansia Dengan menghitung distribusi rata-rata persepsi lansia dan pra lansia terhadap 3 (tiga) variabel tugas kader, yaitu sebelum, saat dan setelah pelaksanaan Posyandu Lansia Pemberian skor menggunakan skala Likert:
Selalu = 3 Kadang-kadang = 2
Tidak Pernah = 1
Kuesioner Penilaian
1. Baik, jika skor X
≥ mean + SD
2. Cukup, jika skor
mean - SD ≤ X
<mean + SD
3. Kurang, jika skor
X <mean – SD (Suryabarata, 2008)
(55)
Tugas kader sebelum hari pelaksanaan Posyandu Lansia
Tanggapan lansia dan pra lansia tentang tugas kader di hari sebelum dilaksanaan program Posyandu Lansia (sebelum hari pelaksanaan) Dengan memberikan 6 buah pertanyaan yang berkaitan dengan tugas kader sebelum hari pelaksanaan Posyandu Lansia
Kuesioner Penilaian
a. Baik, jika skor
X ≥ mean + SD
b. Cukup, jika
skor mean - SD
≤ X <mean + SD
c. Kurang, jika
skor X <mean - SD
Ordinal
Tugas kader di hari saat pelaksanaan Posyandu Lansia
Tanggapan lansia dan pra lansia tentang tugas kader di hari saat pelaksanaan Posyandu Lansia Dengan memberikan 10 buah pertanyaan yang berkaitan dengan tugas kader di hari pelaksanaan Posyandu Lansia
Kuesioner Penilaian
a. Baik, jika skor
X ≥ mean + SD
b. Cukup, jika
skor mean - SD
≤ X <mean + SD
c. Kurang, jika
skor X <mean - SD
Ordinal
Tugas kader setelah kegiatan Posyandu Lansia dilaksanakan
Tanggapan lansia dan pra lansia tentang tugas kader setelah dilaksanakan Posyandu Lansia Dengan memberikan 4 buah pertanyaan yang berkaitan dengan tugas kader sebelum hari pelaksanaan Posyandu Lansia
Kuesioner Penilaian
a. Baik, jika skor
X ≥ mean + SD
b. Cukup, jika
skor mean - SD
≤ X <mean + SD
c. Kurang, jika
skor X <mean - SD
(56)
Lansia kehadirannya dalam kegiatan Posyandu Lansia selama satu tahun terakhir
jika responden tidak hadir dalam kegiatan Posyandu Lansia 3 bulan – 1 tahun terakhir. b. Memanfaatkan, jika responden hadir dalam pelaksanaan Posyandu Lansia 3 bulan terakhir.
3. Karakteristik
responden
Umur Usia responden pada
saat dilakukan penelitian
Wawancara Kuesioner 1. 45 – 59 tahun
2. ≥ 60 tahun
Ordinal
Jenis kelamin Ciri yang membedakan
identitas responden
Dilihat dari penampilan fisik
Kuesioner 0. Laki-laki
1. Perempuan
Nominal
Pendidikan terakhir Jenjang sekolah formal
terkahir yang pernah ditamatkan oleh responden
Wawancara Kuesioner 0. Tidak sekolah
1. SD 2. SMP 3. SMA 4. Perguruan Tinggi Ordinal
Agama Kepercayaan yang
dianut oleh responden
Wawancara Kuesioner 0. Islam
1. Kristen
(57)
BAB IV
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi lansia dan pra lansia tentang tugas kader dalam pelaksanaan program Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos, waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juni 2014. Alasan pemilihan lokasi di Posyandu Lansia Mawar adalah karena berdasarkan studi pendahuluan terhadap sepuluh orang lansia di RW 06, delapan diantaranya mengatakan selama ini kader tidak pernah menyarankan atau memotivasi mereka untuk datang ke Posyandu Lansia. Kader juga tidak mengingatkan mereka baik jadwal maupun tempat pelaksanaan Posyandu Lansia setiap bulannya, sehingga, lima dari delapan lansia tadi mengatakan malas mengunjungi atau memanfaatkan keberadaan Posyandu lansia.
Berbeda dengan delapan lansia tadi, dua lansia mengatakan bahwa mereka setiap bulan mengunjungi atau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada di Posyandu lansia karena menurut mereka kader cukup memotivasi untuk datang ke Posyandu lansia. Selain itu, di Posyandu
(58)
Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos juga belum pernah dilakukan penelitian mengenai persepsi lansia tentang tugas kader Posyandu Lansia.
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang akan diteliti (Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia yang berada dalam wilayah kerja Posyandu Lansia Mawar RW 06 Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos yang berjumlah 406 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Setiadi, 2007). Sampel dalam penelitian ini adalah lanjut usia dengan kriteria:
a. Kesadaran baik
b. Usia 45 – 59 tahun atau ≥ 60 tahun
c. Bersedia menjadi responden
d. Mampu berkomunikasi dengan baik
e. Pernah hadir dalam kegiatan Posyandu Lansia
Dalam menentukan jumlah sampel penelitian dihitung
berdasarkan rumus estimasi proporsi sebagai berikut:
(59)
N= Jumlah sampel yang dibutuhkan
p = Proporsi pada populasi (20% yang mengatakan kader cukup berperan= 0,2)
q = 100% - p → 0,8
Z = Nilai baku distribusi normal pada α tertentu α = Derajat kepercayaan (5%)
d = Derajat akurasi (presisi yang diinginkan)
Pada penelitian ini digunakan derajat kepercayaan 95% (Z1-α/2=
1,96) dengan presisi mutlak sebesar 10% (d = 0,1). Berdasarkan populasi tersebut, perhitungan besar sampel pada penelitian ini adalah:
= 61,46 sampel
Berdasarkan perhitungan di atas, diperoleh hasil jumlah sampel yang diperlukan untuk penelitian ini sebanyak 61,46 orang. Kemudian ditambahkan 10% untuk mengantisipasi adanya kemungkinan hilangnya data atau ketidaklengkapan pengisian kuesioner, dsb. Maka
total sampel dalam penelitian adalah 67,61 ≈ 68responden.
D. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2007).
(60)
metode probabilitas dengan membagi populasi lansia ke dalam kelompok-kelompok atau klaster dimana setiap lansia mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel dalam penelitian dengan cara lansia yang akan dijadikan penelitian diambil secara acak di setiap RT yang ada di wilayah kerja Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos sehingga setiap RT memiliki jatah terambil yang sama.
Pengambilan sampel dilakukan setelah semua lansia dibagi menurut jumlah lansia yang ada di setiap RT dengan menggunakan tabel yang
dibuat di dalam komputer, menggunakan Microsoft Excel kemudian di
random maka didapati jumlah sampel lansia yang menjadi responden, berikut tabel RT yang menjadi sampel dalam penelitian ini:
Tabel 4.1 Jumlah Sampel per RT
No RT Jumlah Sampel
1. 001 19
2. 002 11
3. 003 8
4 004 16
5. 005 14
(61)
E. Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data diperoleh dengan cara mengajukan pertanyaan tertutup melalui kuesioner yang akan dijawab oleh lansia.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk pengumpulan data primer adalah berupa kuesioner atau daftar pertanyaan. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang telah disusun untuk memperoleh data sesuai yang
diinginkan peneliti (Budiarto, 2008). Dalam penelitian ini
menggunakan kuesioner tertutup terdiri dari beberapa pernyataan yang berkaitan dengan persepsi lansia tentang tugas kader di Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos yang mana jawaban dari kuesioner tersebut telah disediakan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan beberapa
pertanyaan dan modifikasi skala Likert. Skala model Likert adalah
suatu himpunan butir pertanyaan sikap, pendapat, dan persepsi. Penentuan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut diambil dari banyak pertanyaan yang disaring melalui uji coba yang dikenakan pada subjek uji coba. Dari hasil uji coba dipilih pertanyaan atau pernyataan yang
cukup baik, yang bersifat favorable atau positif maupun unfavorable
(62)
Penelitian ini menggunakan tiga alternatif jawaban atau tanggapan atas pertanyaan-pertanyaan tersebut. Subjek yang diteliti memilih salah satu dari tiga alternatif jawaban yang disediakan. Tiga alternatif yang dikemukakan serta pembobotannya seperti:
Selalu = 3
Kadang – kadang = 2
Tidak Pernah = 1
Kuesioner dalam penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu:
1. Kuesioner A berisi pertanyaan tentang identitas responden berupa data
demografi responden.
2. Kuesioner B berisi pertanyaan tentang pemanfaatan Posyandu Lansia
oleh responden.
3. Kuesioner C berisi pertanyaan yang mencakup persepsi lansia tentang
tugas kader Posyandu Lansia terdiri dari 20 pertanyaan positif. Pertanyaan persepsi diberi skor 3 untuk selalu, kadang-kadang 2, tidak pernah 1.
Kemudian dikelompokkan menjadi dua kategori dengan
menggunakan standar skor di bawah ini:
Baik, jika skor X ≥ mean + SD
Cukup, jika skor mean - SD ≤ X < mean + SD
(63)
F. Langkah-Langkah Pengumpulan Data
Proses-proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap yaitu:
1. Setelah proposal penelitian disetujui oleh pembimbing dan penguji,
peneliti mengajukan surat pengantar permohonan izin penelitian dari Fakultas dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Peneliti terlebih dahulu melakukan uji validitas dan reabilitas
instrumen penelitian pada lansia dan pra lansia di wilayah kerja Posyandu Lansia Mawar Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos pada tanggal 7 Mei 2014.
3. Setelah instrumen dinyatakan valid dan reliabel, peneliti menyeleksi
calon responden yang sesuai dengan kriteria yang ditentukan sebelumnya.
4. Memberikan lembar persetujuan (informed consent) untuk
ditandatangani oleh calon responden apabila setuju menjadi subjek penelitian.
5. Selanjutnya diberikan penjelasan mengenai cara pengisian kuesioner
dan responden dianjurkan bertanya apabila ada pertanyaan ataupun pernyataan yang kurang jelas.
6. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner. Waktu
pengisian kuesioner selama kurang lebih 15 menit untuk masing-masing responden.
7. Kuesioner yang telah diisi selanjutnya diolah dan dianalisis oleh
(64)
G. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabel maka kuesioner tersebut harus diuji validitas dan reliabilitas. Sebelum kuesioner digunakan dalam penelitian, terlebih dahulu kuesioner dilakukan uji validitas dengan
rumus Pearson Product Moment dan dicari reliabilitas dengan
menggunakan metode Alpha Cronbach.
Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Dalam hal ini digunakan beberapa item pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Uji ini dilakukan dengan menghitung korelasi antara masing-masing skor item pertanyaan dari tiap variabel dengan total skor variabel tersebut. Uji validitas menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson. Suatu instrumen dikatakan valid apabilakorelasi tiap butiran memiliki nilai positif dan nilai t hitung > t tabel (Hidayat, 2007).
Tujuan dari uji coba kuesioner adalah untuk mengetahui apakah pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner penelitian mudah dimengerti atau sulit dimengerti oleh responden. Apabila hasil uji coba kuesioner ini terdapat pertanyaan yang belum memiliki validitas dan reliabilitas, maka akan dilakukan perbaikan atau penyempurnaan.
(65)
Pada survey awal peneliti melakukan uji validitas dan reliabilitas dari alat ukur (kuesioner) yang akan digunakan dalam penelitian. Alat ukur/kuesioner terdiri dari tiga kelompok pertanyaan, meliputi persepsi lansia tentang tugas kader sebelum pelaksanaan Posyandu Lansia, persepsi lansia tentang tugas kader saat pelaksanaan Posyandu Lansia, dan persepsi lansia tentang tugas kader setelah pelaksanaan Posyandu Lansia dengan jumlah pertanyaan 25 pertanyaan.
Uji coba dilakukan untuk menyempurnakan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner, sehingga sesuai dengan kondisi di Posyandu Lansia
Mawar. Uji coba kuesioner dilakukan pada tanggal 7 – 19 Mei 2014. Uji
coba dilakukan terhadap 30 lansia dan pra lansia di wilayah kerja Posyandu Mawar Kelurahan Sukamaju Baru. Peniliti menggunakan uji validitas konstruk terhadap instrumen, hasil uji validitas dari 25 pernyataan menunjukkan terdapat 8 pernyataan yang tidak valid. Pernyataan yang tidak valid yaitu nomor 8, 9, 11, 12, 17, 18, 21, 24.
Distribusi pernyataan kuesioner tugas kader yang valid dan tidak valid sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Hasil Pernyataan Validitas Tugas Kader
Tugas Kader Nomor Item Jumlah
Sebelum Pelaksanaan Posyandu Lansia
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7 7
Saat Pelaksanaan Posyandu Lansia
(8), (9), 10, (11), (12), 13, 14, 15, 16
9 Setelah Pelaksanaan
Posyandu Lansia
(17), (18), 19, 20, (21), 22, 23, (24), 25
9
Jumlah 25
(66)
Pernyataan yang tidak valid dimodifikasi dengan mengganti susunan kalimat yang lebih sederhana/lebih mudah dimengerti oleh responden dan dieliminasi sebagian yaitu item nomor 8, 12, 17, 18, dan 24. Sementara item nomor 9, 11 dan 21 dilakukan modifikasi. Dilakukan modifikasi karena apabila item-item tersebut hanya dieliminasi semua tidak dapat mewakili indikator.
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pengukuraan reliabilitas
menggunakan bantuan software komputer dengan rumus Alpha Cronbach.
Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Alpha Cronbach >
0,70 (Hidayat, 2007).
Dari hasil uji reliabilitas didapatkan nilai Alpha Cronbach dari
variabel tugas kader sebesar 0,884 sebelum item tidak valid dieliminasi dan dimodifikasi, dan setelah item tidak valid dieliminasi dan dimodifikasi
didapatkan nilai Alpha Cronbach sebesar 0,898 dengan 20 butir
(67)
H. Pengolahan Data
1. Penyuntingan data (Data Editing)
Data yang diperoleh secara manual perlu dilakukan pemeriksaan ulang terhadap kelengkapan pengisian, konsistensi antara pertanyaan dengan jawaban serta kesalahan pengisian.
2. Pengkodean data (Coding Data)
Yaitu seluruh jawaban pada kuesioner dikelompokkan per variabel dan diberi kode tertentu.
3. Pemasukan data (data entry) yaitu memasukkan data ke dalam
program komputer dengan menggunakan program tertentu kemudian membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan membuat tabel kontingensi.
4. Melakukan teknik analisis
Dalam melakukan analisis, khususnya terhadap data penelitian akan menggunakan ilmu statistik terapan yang disesuaikan dengan tujuan yang hendak dianalisis, apabila penelitiannya deskriptif, maka akan menggunakan statistika deskriptif, sedangkan analisis analitik akan menggunakan statistika inferensial (Hidayat, 2007).
I. Analisis Statistik
1. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan secara deskriptif, yaitu menampilkan tabel frekuensi tentang karakteristik responden. Variabel dalam penelitian ini yaitu persepsi tentang tugas kader dalam pelaksanaan
(68)
program Posyandu Lansia yang dibagi menjadi 3 aspek yaitu sebelum dilaksanakan Posyandu Lansia, saat dilaksanakan Posyandu Lansia, dan setelah dilaksanakan Posyandu Lansia.
J. Etika Penelitian
Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus dipahami oleh peneliti (Hidayat, 2007):
1. Prinsip manfaat
Segala bentuk penelitian yang dilakukan peneliti diharapkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Prinsip ini ditegakkan dengan membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi.
2. Prinsip menghormati manusia
Manusia memiliki hak dan merupakan makhluk yang mulia yang harus dihormati. Manusia berhak menentukan pilihan antara bersedia atau tidak untuk diikutsertakan menjadi subyek penelitian.
3. Prinsip keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan manusia seperti dengan menghargai hak dan menjaga privasi manusia.
(1)
Valid kurang 7 10.3 10.3 10.3
cukup 56 82.4 82.4 92.6
baik 5 7.4 7.4 100.0
Total 68 100.0 100.0
persepsi_kader_setelah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kurang 19 27.9 27.9 27.9
cukup 36 52.9 52.9 80.9
baik 13 19.1 19.1 100.0
(2)
persepsi_tugas_kader
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid kurang 9 13.2 13.2 13.2
cukup 52 76.5 76.5 89.7
baik 7 10.3 10.3 100.0
Total 68 100.0 100.0
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
(3)
Correlations
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18 P19 P20 score_
total
P1 Pearson Correlation
1 .648* *
.466* *
.355 .348 .163 -.007 .221 .107 .144 .094 .113 .083 .040 .280 .209 .185 .210 .121 .012 .409*
Sig. (2-tailed)
.000 .009 .054 .059 .390 .972 .241 .574 .449 .620 .553 .662 .834 .134 .267 .327 .265 .523 .949 .025
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P2 Pearson Correlation
.648* *
1 .841* *
.462* .658*
*
.275 .399*
.289 .275 .209 .430*
.176 .214 .404* .394*
.309 .272 .436*
.223 .408* .701**
Sig. (2-tailed)
.000 .000 .010 .000 .141 .029 .121 .141 .267 .018 .352 .255 .027 .031 .096 .145 .016 .237 .025 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P3 Pearson Correlation
.466* *
.841* *
1 .729* *
.710* *
.204 .388*
.174 .204 .227 .414*
.216 .316 .415*
.198 .186 .120 .477* *
.242 .383* .662**
Sig. (2-tailed)
.009 .000 .000 .000 .279 .034 .359 .279 .228 .023 .252 .089 .022 .294 .326 .527 .008 .197 .037 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P4 Pearson Correlation
.355 .462* .729*
*
1 .631* *
.153 .185 .077 .027 .072 .192 .029 .155 .278 .043 .070 .073 .304 .056 .146 .414*
Sig. (2-tailed)
.054 .010 .000 .000 .420 .328 .685 .886 .705 .309 .880 .414 .137 .823 .712 .700 .103 .770 .440 .023
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P5 Pearson Correlation
.348 .658* *
.710* *
.631* *
1 .090 .320 .190 .090 .112 .382*
-.029 .000 .286 .212 .166 .116 .405*
.071 .315 .499**
Sig. (2-tailed)
.059 .000 .000 .000 .638 .085 .314 .638 .554 .037 .880 1.00 0
.125 .262 .380 .541 .026 .709 .090 .005
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P6 Pearson Correlation
.163 .275 .204 .153 .090 1 .380* .425*
.578* *
.396*
.234 -.002 .234 .430* .824* * .545* * .927* *
.251 -.108 .292 .620**
Sig. (2-tailed)
.390 .141 .279 .420 .638 .038 .019 .001 .030 .214 .992 .213 .018 .000 .002 .000 .181 .570 .117 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P7 Pearson Correlation
-.007 .399* .388*
.185 .320 .380*
1 .286 .317 .338 .859* *
.200 .409* .898*
*
.346 .137 .333 .825* *
.134 .911* *
(4)
Sig. (2-tailed)
.972 .029 .034 .328 .085 .038 .125 .088 .068 .000 .289 .025 .000 .061 .470 .072 .000 .479 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P8 Pearson Correlation
.221 .289 .174 .077 .190 .425* .286 1 .425* .305 .246 .117 .279 .303 .540* *
.318 .418* .328 .143 .238 .533**
Sig. (2-tailed)
.241 .121 .359 .685 .314 .019 .125 .019 .102 .190 .537 .136 .103 .002 .087 .021 .077 .452 .205 .002
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P9 Pearson Correlation
.107 .275 .204 .027 .090 .578* *
.317 .425* 1 .279 .166 -.058 .130 .242 .585* *
.449* .547* *
.251 -.020 .407* .514**
Sig. (2-tailed)
.574 .141 .279 .886 .638 .001 .088 .019 .135 .381 .762 .494 .198 .001 .013 .002 .181 .915 .025 .004
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P1 0
Pearson Correlation
.144 .209 .227 .072 .112 .396* .338 .305 .279 1 .305 .419* .549* *
.213 .438* .296 .390* .374* .376* .286 .577**
Sig. (2-tailed)
.449 .267 .228 .705 .554 .030 .068 .102 .135 .101 .021 .002 .258 .016 .112 .033 .041 .040 .125 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P1 1
Pearson Correlation
.094 .430* .414* .192 .382* .234 .859* *
.246 .166 .305 1 .319 .302 .787* *
.278 .386* .290 .887* *
.400* .829* *
.730**
Sig. (2-tailed)
.620 .018 .023 .309 .037 .214 .000 .190 .381 .101 .086 .104 .000 .138 .035 .120 .000 .029 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P1 2
Pearson Correlation
.113 .176 .216 .029 -.029 -.002 .200 .117 -.058 .419* .319 1 .852* *
.057 .050 .221 .061 .265 .905* *
.187 .457*
Sig. (2-tailed)
.553 .352 .252 .880 .880 .992 .289 .537 .762 .021 .086 .000 .763 .791 .240 .748 .157 .000 .323 .011
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P1 3
Pearson Correlation
.083 .214 .316 .155 .000 .234 .409* .279 .130 .549* *
.302 .852* *
1 .309 .177 .024 .161 .365* .648* *
.341 .566**
Sig. (2-tailed)
.662 .255 .089 .414 1.00 0
.213 .025 .136 .494 .002 .104 .000 .097 .351 .901 .396 .047 .000 .065 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P1 4
Pearson Correlation
.040 .404* .415* .278 .286 .430* .898* *
.303 .242 .213 .787* *
.057 .309 1 .298 .027 .340 .751* *
-.045 .771* *
(5)
Sig. (2-tailed)
.834 .027 .022 .137 .125 .018 .000 .103 .198 .258 .000 .763 .097 .110 .889 .066 .000 .813 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P1 5
Pearson Correlation
.280 .394* .198 .043 .212 .824* *
.346 .540* *
.585* *
.438* .278 .050 .177 .298 1 .662* *
.886* *
.307 .060 .287 .673**
Sig. (2-tailed)
.134 .031 .294 .823 .262 .000 .061 .002 .001 .016 .138 .791 .351 .110 .000 .000 .099 .755 .124 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P1 6
Pearson Correlation
.209 .309 .186 .070 .166 .545* *
.137 .318 .449* .296 .386* .221 .024 .027 .662* *
1 .704* *
.295 .443* .224 .588**
Sig. (2-tailed)
.267 .096 .326 .712 .380 .002 .470 .087 .013 .112 .035 .240 .901 .889 .000 .000 .113 .014 .235 .001
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P1 7
Pearson Correlation
.185 .272 .120 .073 .116 .927* *
.333 .418* .547* *
.390* .290 .061 .161 .340 .886* *
.704* *
1 .246 .042 .230 .631**
Sig. (2-tailed)
.327 .145 .527 .700 .541 .000 .072 .021 .002 .033 .120 .748 .396 .066 .000 .000 .191 .825 .222 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P1 8
Pearson Correlation
.210 .436* .477* *
.304 .405* .251 .825* *
.328 .251 .374* .887* *
.265 .365* .751* *
.307 .295 .246 1 .304 .800* *
.750**
Sig. (2-tailed)
.265 .016 .008 .103 .026 .181 .000 .077 .181 .041 .000 .157 .047 .000 .099 .113 .191 .102 .000 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P1 9
Pearson Correlation
.121 .223 .242 .056 .071 -.108 .134 .143 -.020 .376* .400* .905* *
.648* *
-.045 .060 .443* .042 .304 1 .188 .467**
Sig. (2-tailed)
.523 .237 .197 .770 .709 .570 .479 .452 .915 .040 .029 .000 .000 .813 .755 .014 .825 .102 .319 .009
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
P2 0
Pearson Correlation
.012 .408* .383* .146 .315 .292 .911* *
.238 .407* .286 .829* *
.187 .341 .771* *
.287 .224 .230 .800* *
.188 1 .680**
Sig. (2-tailed)
.949 .025 .037 .440 .090 .117 .000 .205 .025 .125 .000 .323 .065 .000 .124 .235 .222 .000 .319 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
sc or
Pearson Correlation
.409* .701* *
.662* *
.414* .499* * .620* * .709* * .533* * .514* * .577* * .730* *
.457* .566* * .631* * .673* * .588* * .631* * .750* * .467* * .680* * 1
(6)
e_t or al
Sig. (2-tailed)
.025 .000 .000 .023 .005 .000 .000 .002 .004 .001 .000 .011 .001 .000 .000 .001 .000 .000 .009 .000
N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).