Hubungan antara Pengetahuan dengan Cara Pencegahan Hipertensi pada Lansia di Kecamatan Medan Johor

(1)

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN CARA PENCEGAHAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI KECAMATAN MEDAN JOHOR

SKRIPSI Oleh Firdayani Ginting

061101066

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

Judul : Hubungan antara Pengetahuan dengan Cara Pencegahan Hipertensi pada Lansia di Kecamatan Medan Johor

Peneliti : Firdayani Ginting

Fakultas : Keperawatan Universitas Sumatera Utara Nim : 061101066

Tahun : 2009/2010 Tanggal Lulus : 26 Juni 2010

Pembimbing Penguji I

(Iwan Rusdi, S.Kp, MNS) (Siti Zahara, S.Kp, MNS) NIP. 19730909 200003 1 001 NIP. 19710305 200112 2 001

Penguji II

(Anna Kasfi, S.Kep, Ns)

Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara telah menyetujui skripsi ini sebagai bagian dari persyaratan kelulusan Sarjana Keperawatan (S.Kep).

Medan, 30 Juni 2010 Pembantu Dekan 1


(3)

Prakata

Segala puji kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Hubungan antara Pengetahuan dengan Cara Pencegahan Hipertensi pada Lansia di Kecamatan Medan Johor”.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini, sebagai berikut:

1. Dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku penasehat akademik yang senantiasa meluangkan waktu, masukan dan saran yang berharga bagi penulis di setiap semester.

4. Iwan Rusdi, S.Kp, MNS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan skripsi ini.

5. Siti Zahara, S.Kp, MNS selaku dosen penguji I dan Anna Kasfi, S.Kep, Ns selaku dosen penguji II yang telah memberikan saran dan kritik.

6. Ayahanda tersayang (Alm) Kamaluddin Ginting dan Ibunda Maharani tercinta yang telah memberikan kasih sayang, semangat, doa dan motivasi serta dukungan moril maupun material kepada penulis sampai skripsi ini selesai. 7. Adik-adikku tersayang Firmansyah Ginting, Siti Rachma Ginting dan Rahmad

Syafrizal Ginting, lanjutkan perjuangan kalian dalam menuntut ilmu meski dunia tak seindah surga.

8. Astika Handayani, Elis Suryani dan Purnama Anggi selaku anggota “Yani Bersaudara” yang telah memberikan persahabatan sekaligus persaudaraan yang luar biasa super “One for All, All for One”. Semoga kita tetap istiqomah di jalan-Nya.


(4)

9. Kak Sua’da Maiyuda, bang Roby Pranata dan Arif Miftah Khoir “Om Khoir” yang selalu membuat penulis tersenyum disaat lelah menyelesaikan skripsi. Terima kasih atas kebersamaan, ukhuwah, dorongan serta semangat yang selalu kalian berikan.

10.Seluruh staf pengajar dan staf administrasi Fakultas Keperawatan, rekan-rekan mahasiswa S1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, khususnya stambuk 2006 dan 2005, D4_syst (Devi, Ridha dan Adek) terutama Nanda Masraini Daulay selaku “Adik Ipar” yang selalu cerewet jika penulis lalai mengerjakan skripsi, Echi, Paula, dan Heppy selaku teman seperjuangan bimbingan skripsi serta Penghuni Kost 15 M. Yusuf yang telah memberikan semangat.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan yang lebih baik di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan.

Medan, Juni 2010


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ...i

Halaman Lembar Pengesahan ...ii

Prakata ...iii

Daftar Isi ...v

Daftar Tabel ...vii

Daftar Skema ...viii

Abstrak ...ix

BAB 1. Pendahuluan ...1

1. Latar Belakang ...1

2. Pertanyaan Penelitian...4

3. Hipotesa Penelitian ...5

4. Tujuan Penelitian ...5

5. Manfaat Penelitian ...5

BAB 2. Tinjauan Pustaka ...7

1. Pengetahuan ...7

1.1. Defenisi Pengetahuan ...7

1.2. Tingkat pengetahuan ...8

1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ...10

1.4. Sumber-Sumber pengetahuan ...11

2. Hipertensi ...13

2.1. Defenisi hipertensi ...13

2.2. Patofisiologi ...14

2.3. Penyebab...15

2.4. Klasifikasi ...16

2.5. Gejala Hipertensi ...17

2.6. Faktor Resiko ...17

2.7. Tindakan pencegahan ...20

BAB 3. Kerangka Penelitian ...28

1. Kerangka Konseptual...28

2. Defenisi Operasional ...28

BAB 4. Metodologi Penelitian...30

1. Desain Penelitian ...30

2. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ...30

2.1. Populasi ...30


(6)

2.3. Teknik Pengambilan Sampel ...31

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ...31

4. Pertimbangan Etik ...32

5. Instrumen Penelitian ...32

6. Uji Validitas dan Reliabilitas ...34

7. Pengumpulan Data ...35

8. Analisa Data ...36

BAB 5. Hasil dan Pembahasan ...38

1. Hasil Penelitian...38

1.1. Karakreristik Responden ...38

1.2. Pengetahuan Responden tentang Hipertensi ...40

1.3. Upaya Responden dalam Pencegahan Hipertensi ...40

1.4. Hubungan antara Pengetahuan dengan Pencegahan Hipertensi ...48

2. Pembahasan ...48

2.1. Pengetahuan Responden tentang Hipertensi ...48

2.2. Upaya Responden dalam Pencegahan Hipertensi ...50

2.3. Hubungan Pengetahuan dan Pencegahan Hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor ...55

BAB 6. Kesimpulan dan Saran ...58

1. Kesimpulan ...58

2. Saran ...59

Daftar Pustaka ...61

Lampiran-lampiran ...64

1. Lembar Persetujuan Responden ...64

2. Jadwal Tentatif Penelitian ...66

3. Taksasi Dana ...67

4. Instumen Penelitian ...68

5. Reliabilitas ...74

6. Hasil Analisa Data ...77

7. Surat Izin Pengambilan Data ...86


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Tabel Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO/ ISH ...16 Tabel 2.2. Tabel Klasifikasi Pengukuran Tekanan Darah Orang Dewasa dengan Usia Di Atas 18 Tahun Menurut The Sixth Report Of The Joint

National Committee On Prevention Detection. Evaluation And

Treatment Of High Blood Pressure ...16

Tabel 2.3. Kandungan Natrium Pada Beberapa Makanan ...22 Tabel 2.4. Kategori Ambang Batas IMT ...26 Tabel 4.5. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi ...37


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1. Kerangka konseptual penelitian hubungan antara pengetahuan


(9)

Judul :Hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia di Kecamatan Medan Johor

Nama Mahasiswa : Firdayani Ginting NIM : 061101066

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun : 2006

Abstrak

Hipertensi adalah salah satu penyakit degeneratif yang banyak dialami lansia, yaitu terjadinya peningkatan secara abnormal dan terus menerus tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. Lansia yang kurang pengetahuannya mengenai hipertensi dan upaya yang kurang tepat mempunyai risiko lebih tinggi terjadinya penyakit kardiovaskular.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan tindakan pencegahan yang dilakukan lansia serta mengidentifikasi hubungan pengetahuan terhadap tindakan pencegahan yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan sampel sebanyak 88 orang lansia berusia diatas 60 tahun yang berada di Kecamatan Medan Johor, berdasarkan tabel Population Correlation Coeffition pada tingkat signifikansi (α) = 0.05, power (β) = 0.80 dan efek size (γ) = 0.30. Kriteria sampel yaitu responden yang tidak mengalami gangguan pendengaran, bisa berbahasa Indonesia, pernah mengalami hipertensi atau penyakit kardiovaskular atau gejala-gejala hipertensi, pernah memeriksakan tekanan darah dan bersedia menjadi responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling jenis purposive sampling dengan instrument menggunakan kuisioner. Metode analisa menggunakan analisa deskriptif dengan frekuensi dan persentase, dan analisa korelasi menggunakan koefisien korelasi Spearmen’s Rho.

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa mayoritas usia responden berada antara 60-74 tahun (85.2%), berjenis kelamin perempuan (70.5%), pekerjaan ibu rumah tangga/ tidak bekerja (40.9%), pendapatan < 800 ribu rupiah (62.5%), pendidikan SD/ Sederajat (35.2%), dan mayoritas responden berasal dari suku Jawa (42.0%). Dan diketahui bahwa tingkat pengetahuan lansia di Kecamatan Medan Johor baik (69.3%) dengan tindakan pencegahan baik sebesar 75%. Dari hasil analisa koefisien korelasi Spearmen’s Rho didapatkan nilai korelasi (ρ) 0.367 yang artinya korelasi lemah dengan nilai signifikansi (p) 0.000 yang artinya hipotesis alternatif diterima.

Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia di Kecamatan Medan Johor. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor lain seperti dukungan keluarga dalam mempengaruhi cara pencegahan dan memperhatikan bias yang muncul.

Kata kunci : Hipertensi, pengetahuan mengenai hipertensi, tindakan pencegahan hipertensi.


(10)

Judul :Hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia di Kecamatan Medan Johor

Nama Mahasiswa : Firdayani Ginting NIM : 061101066

Jurusan : Sarjana Keperawatan Tahun : 2006

Abstrak

Hipertensi adalah salah satu penyakit degeneratif yang banyak dialami lansia, yaitu terjadinya peningkatan secara abnormal dan terus menerus tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal. Lansia yang kurang pengetahuannya mengenai hipertensi dan upaya yang kurang tepat mempunyai risiko lebih tinggi terjadinya penyakit kardiovaskular.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan dan tindakan pencegahan yang dilakukan lansia serta mengidentifikasi hubungan pengetahuan terhadap tindakan pencegahan yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelatif dengan sampel sebanyak 88 orang lansia berusia diatas 60 tahun yang berada di Kecamatan Medan Johor, berdasarkan tabel Population Correlation Coeffition pada tingkat signifikansi (α) = 0.05, power (β) = 0.80 dan efek size (γ) = 0.30. Kriteria sampel yaitu responden yang tidak mengalami gangguan pendengaran, bisa berbahasa Indonesia, pernah mengalami hipertensi atau penyakit kardiovaskular atau gejala-gejala hipertensi, pernah memeriksakan tekanan darah dan bersedia menjadi responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling jenis purposive sampling dengan instrument menggunakan kuisioner. Metode analisa menggunakan analisa deskriptif dengan frekuensi dan persentase, dan analisa korelasi menggunakan koefisien korelasi Spearmen’s Rho.

Dari penelitian yang telah dilakukan didapatkan bahwa mayoritas usia responden berada antara 60-74 tahun (85.2%), berjenis kelamin perempuan (70.5%), pekerjaan ibu rumah tangga/ tidak bekerja (40.9%), pendapatan < 800 ribu rupiah (62.5%), pendidikan SD/ Sederajat (35.2%), dan mayoritas responden berasal dari suku Jawa (42.0%). Dan diketahui bahwa tingkat pengetahuan lansia di Kecamatan Medan Johor baik (69.3%) dengan tindakan pencegahan baik sebesar 75%. Dari hasil analisa koefisien korelasi Spearmen’s Rho didapatkan nilai korelasi (ρ) 0.367 yang artinya korelasi lemah dengan nilai signifikansi (p) 0.000 yang artinya hipotesis alternatif diterima.

Dari hasil analisa dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia di Kecamatan Medan Johor. Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti faktor lain seperti dukungan keluarga dalam mempengaruhi cara pencegahan dan memperhatikan bias yang muncul.


(11)

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kemajuan di bidang kesehatan, meningkatnya sosial ekonomi masyarakat dan meningkatnya pengetahuan masyarakat yang bermuara dengan meningkatnya pada kesejahteraan rakyat akan meningkatkan usia harapan hidup sehingga menyebabkan jumlah penduduk usia lanjut dari tahun ke tahun semakin meningkat (Nugroho, 2000). Pada tahun 2000 jumlah usia lanjut di Indonesia sekitar 15.1 juta jiwa atau 7.2% dari seluruh penduduk (Depsos, 2005). Pada tahun 2010 diperkirakan jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia, sebesar 24 juta jiwa atau 9.77% dari total jumlah penduduk (Depkes, 2008).

Usia lanjut sebagai tahap akhir siklus kehidupan merupakan tahap perkembangan normal yang akan dialami oleh setiap individu yang sudah mencapai usia lanjut tersebut dan merupakan kenyataan yang tidak dapat dihalangi (Stanley, 2006). Pada lanjut usia terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang dapat berakibat pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama penyakit degeneratif. Hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial, ekonomi dan psikologis (Depkes, 2008).

Salah satu masalah kesehatan yang sering terjadi pada masa usia lanjut adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan terjadinya peningkatan secara abnormal dan terus menerus tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Levine & Fodor, 2003). Hipertensi pada usia lanjut sebagian


(12)

besar merupakan hipertensi sistolik terisolasi (HST) (Kuswardhani, 2006). Hipertensi sistolik terisolasi adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas normal (Wahid, 2008).

Sekitar 60% lansia akan mengalami hipertensi setelah berusia 75 tahun. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES) menunjukkan bahwa dari tahun 1999-2000, insiden hipertensi pada orang dewasa adalah sekitar 29-31%, yang berarti terdapat 58-65 juta penderita hipertensi di Amerika (Yogiantoro, 2006). Berdasarkan data Depkes (2008), prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 31.7%. Cakupan diagnosis hipertensi oleh tenaga kesehatan hanya mencapai 24.0%, atau dengan kata lain sebanyak 76.0% kejadian hipertensi dalam masyarakat belum terdiagnosis. Dari hasil studi tentang kondisi sosial ekonomi dan kesehatan lanjut usia yang dilaksanakan Komnas Lansia di 10 propinsi tahun 2006, diketahui bahwa hipertensi menduduki peringkat kedua penyakit terbanyak yang diderita lansia setelah penyakit sendi (Depkes, 2008).

Di Medan, jumlah penderita hipertensi cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari data Dinas Kesehatan dalam Laporan Tahunan Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Sumatera Utara tentang jumlah kunjung penderita sepuluh penyakit utama di Medan tahun 2002-2006. Penderita hipertensi pada tahun 2002 sebanyak 44.660 orang, pada tahun 2003 sebanyak 61.654 orang, pada tahun 2004 sebanyak 69.615 orang, dan pada tahun 2005 sebanyak 82.715 orang. Di tahun 2006, jumlah penderita hipertensi di Medan Johor adalah sebanyak 2.828 orang (BPS, 2007).


(13)

Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya lebih dahulu (Vitahealth, 2006). Selain itu, hipertensi juga merupakan faktor risiko utama untuk stroke, gagal jantung dan penyakit koroner, dimana peranannya diperkirakan lebih besar dibandingkan pada orang yang lebih muda (Kuswardhani, 2006). Hipertensi pada lansia sebenarnya dapat dicegah dan dikontrol dengan membudayakan perilaku hidup sehat yang intinya mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang yang memenuhi kebutuhan nutrisi dengan unsur kaya serat, rendah lemak dan rendah natrium (kurang dari 6 gr natrium perhari), berolahraga secara teratur, istirahat yang cukup, berpikir positif, tidak merokok, dan tidak mengonsumsi alkohol karena rokok dan alkohol dapat meningkatkan resiko hipertensi, namun kurangnya pengetahuan masyarakat yang memadai tentang hipertensi dan pencegahannya cenderung meningkatkan angka kejadian hipertensi (Wahid, 2008).

Menurut Notoadmojo (2007), pengetahuan yang dimiliki seseorang mempengaruhi perilakunya, semakin baik pengetahuan seseorang maka perilakunya pun akan semakin baik dan pengetahuan itu sendiri dipengaruhi tingkat pendidikan, sumber informasi, dan pengalaman. Pengetahuan merupakan hasil dari penggunaan pancaindera yang didasarkan atas intuisi dan kebetulan, otoritas dan kewibawaan, tradisi, dan pendapat umum (Effendy, 2006). Menurut Soejati (2005 dalam Kristina dkk, 2008), salah satu faktor yang menyebabkan timbulnya perubahan, pemahaman, sikap dan perilaku seseorang, sehingga seseorang mau mengadopsi perilaku baru, yaitu kesiapan psikologis yang ditentukan oleh tingkat pengetahuan. Dijelaskan pula


(14)

oleh Green dkk (2000 dalam Kristina dkk, 2008), bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi agar suatu sikap menjadi perbuatan.

Sumadi (2009) dalam penelitiannya mengenai pengaruh pengetahuan dan upaya mengendalikan hipertensi pada lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Semin I Yogyakarta menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pengetahuan dengan upaya mengendalikan hipertensi. Lansia yang kurang pengetahuannya mengenai hipertensi dan upaya yang kurang tepat mempunyai risiko lebih tinggi terjadinya penyakit kardiovaskular.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui dan meneliti lebih jauh mengenai hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia di Kecamatan Medan Johor.

1.2. Pertanyaan Penelitian

Adapun pertanyaan penelitian adalah :

1.2.1 Bagaimana gambaran pengetahuan lansia tentang hipertensi di Kecamatan Medan Johor.

1.2.2 Bagaimana cara pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor.

1.2.3 Adakah hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor.


(15)

1.3. Hipotesa Penelitian

Hipotesa dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan lansia mengenai hipertensi terhadap cara pencegahan hipertensi pada lansia di Kecamatan Medan Johor.

1.4. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk :

1.4.1 Mengidentifikasi pengetahuan lansia tentang hipertensi di Kecamatan Medan Johor.

1.4.2 Mengidentifikasi cara pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor.

1.4.3 Menguji hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor.

1.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan akan bermanfaat untuk :

1.5.1 Pendidikan kesehatan

Sebagai informasi bagi pendidikan kesehatan terutama bagi pendidikan keperawatan tentang pengetahuan dan pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor dan dapat dijadikan sebagai tambahan dalam pembuatan bahan mata ajar terutama bagian keperawatan medikal bedah dan keperawatan komunitas.


(16)

1.5.2 Praktek keperawatan

Sebagai informasi bagi praktek keperawatan komunitas dalam memberikan asuhan keperawatan dan penyuluhan kepada masyarakat terutama lansia dan untuk meningkatkan pengetahuan dan pencegahan terhadap hipertensi.

1.5.3 Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber data untuk kepentingan penelitian selanjutnya.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan, kata dasarnya ‘tahu’, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan

an. Imbuhan ‘pe-an’ berarti menunjukkan adanya proses (Suhartono, 2005). Menurut

Notoatmodjo (2007), pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Notoatmodjo (2007) mendefinisikan pengetahuan tentang kesehatan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh seseorang terhadap cara-cara memelihara kesehatan. Pengetahuan tentang cara-cara memelihara kesehatan meliputi: 1) Pengetahuan tentang penyakit menular dan tidak menular (jenis penyakit, gejala-gejala penyakit, penyebab penyakit, cara penularan dan pencegahan penyakit, 2) Pengetahuan tentang faktor-faktor mempengaruhi kesehatan antara lain: gizi makanan, sarana air bersih, pembuangan air limbah, sampah, perumahan sehat, polusi udara dan sebagainya, 3) Pengetahuan tentang fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional


(18)

maupun tradisional, 4) Pengetahuan untuk menghindari kecelakaan baik kecelakaan rumah tangga, kecelakaan lalu lintas dan tempat-tempat umum.

2.1.2 Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo (2007) yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja yang bisa digunakan antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang sudah paham suatu materi atau objek harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang telah dipelajari.

c. Aplikasi (aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya (real). Misalnya penggunaan rumus, hukum-hukum, metode, prinsip dan sebagainya.


(19)

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Biasanya menggunakan kata kerja membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

e. Sintesis (syntesis)

Sintesis menunjuk kepada kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintesis adalah kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi. Penilaian tersebut didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri ataupun yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi.


(20)

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2007), pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1) Pendidikan

Pendidikan adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau perubahan ke arah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri individu, keluarga, dan masyarakat. Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh.

2) Persepsi

Persepsi yaitu mengenal dan memilih objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

3) Motivasi

Motivasi merupakan suatu dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengesampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Agar motivasi muncul diperlukan rangsangan dari dalam dan dari luar individu. 4) Pengalaman

Pengalaman merupakan guru yang terbaik. Pengalaman adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan) juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia.


(21)

5) Informasi

Informasi akan memberikan pengaruh pada pengetahuan seseorang. Meskipun seseorang memiliki pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapatkan informasi yang baik dari berbagai media misalnya TV, radio, atau surat kabar maka hal itu akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang.

2.1.4 Sumber-Sumber Pengetahuan

Sumber-sumber pengetahuan ada beberapa, yaitu (1). Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat-istiadat dan agama adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya berbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Di dalam norma dan kaidah itu terkandung pengetahuan yang kebenarannya boleh jadi tidak dapat dibuktikan secara rasional dan empiris, tetapi sulit dikritik untuk diubah begitu saja. Jadi, harus diikuti dengan tanpa keraguan, dengan percaya secara bulat. Pengetahuan yang bersumber dari kepercayaan cenderung bersifat tetap (permanen) tetapi subjektif. (2). Otoritas kesaksian orang lain, sumber pengetahuan ini dari pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercayai adalah orangtua, guru, ulama, orang yang dituakan. Apa pun yang mereka katakan benar atau salah, baik atau buruk, dan indah atau jelek, pada umumnya diikuti dan dijalankan dengan patuh tanpa kritik. Karena, kebanyakan orang telah mempercayai mereka sebagai orang-orang yang cukup berpengalaman dan berpengetahuan lebih luas dan benar. Boleh jadi sumber pengetahuan ini mengandung kebenaran, tetapi persoalannya terletak pada sejauh mana orang-orang itu bisa


(22)

dipercaya. Lebih dari itu, sejauh mana kesaksian pengetahuannya itu merupakan hasil pemikiran dan pengalaman yang telah teruji kebenarannya. Jika kesaksian adalah kebohongan, hal ini akan membahayakan kehidupan manusia dan masyarakat itu sendiri. (3). Pancaindera (pengalaman), sumber ketiga pengetahuan ini merupakan pengalaman indrawi. Bagi manusia, pengalaman indrawi adalah alat vital penyelenggaraan kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan mata, telinga, hidung, lidah dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung dan bisa pula melakukan kegiatan hidup. Kemampuan pancaindera ini sering diragukan kebenarannnya. (4). Sumber yang keempat yaitu akal pikiran. Akal pikiran senantiasa bersifat meragukan, pengetahuan semu dan menyesatkan. (5). Intuisi merupakan sumber pengetahuan berupa gerak hati atau bersifat spiritual. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Ketika dengan serta merta seseorang memutuskan untuk berbuat atau tidak dengan tanpa alasan yg jelas, maka ia berada di dalam pengetahuan yang intuitif. Dengan demikian, pengetahuan intuitif ini kebenarannya tidak dapat diuji baik menurut ukuran pengalaman indrawi maupun akal pikiran. Karena itu tidak bisa berlaku umum, hanya berlaku secara personal belaka (Suhartono, 2005).


(23)

2.2 Hipertensi

2.2.1 Defenisi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu keadaan peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus yang disebabkan oleh satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Levine & Fodor, 2003). Menurut Hull (1996) tekanan darah dinyatakan dalam dua angka misalnya 120/80 mmHg. Angka 120 disebut dengan tekanan darah atas (sistolik) dan angka 80 disebut dengan tekanan darah bawah (diastolik). Tekanan sistolik menunjukkan tekanan pada pembuluh arteri ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan diastolik adalah tekanan ketika jantung sedang berelaksasi. Menurut World Health Organization (WHO) batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 120/80 mmHg. Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

Peninggian tekanan sistolik tanpa diikuti oleh peninggian tekanan diastolik disebut hipertensi sistolik terisolasi (isolated sytolic hypertension). Hipertensi sistolik terisolasi umumnya dijumpai pada usia lanjut. Dikatakan hipertensi jika pada dua kali atau lebih kunjungan yang berbeda didapatkan tekanan darah rata-rata dari dua atau lebih pengukuran setiap kunjungan, diastoliknya 90 mmHg atau lebih, atau sistoliknya 140 mmHg atau lebih (Suheni, 2007).


(24)

2.2.2 Patofisiologi

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama.

Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah.

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah (Suheni, 2007).


(25)

2.2.3 Penyebab

Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibedakan menjadi dua bagian yaitu hipertensi primer (esensial) dan hipertensi sekunder.

1. Hipertensi Primer (Esensial)

Hipertensi primer (esensial) atau hipertensi idiopatik adalah hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Hipertensi jenis ini merupakan 90% kasus hipertensi yang banyak terjadi di masyarakat. Hipertensi ini merupakan proses kompleks dari beberapa organ utama dan sistem, meliputi jantung, pembuluh darah, saraf, hormon dan ginjal.

2. Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang disebabkan oleh beberapa penyakit antara lain: 1) Penyakit parenkim ginjal, 2) Penyakit renovaskuler, 3) Hiperaldeseronisme primer, 4) Sindrom Crusig, 5) Obat kontrasepsi dan 6) Koartasio aorta.. Hipertensi jenis ini terjadi pada 5% kasus yang terjadi di masyarakat. Selain itu ada beberapa jenis hipertensi dengan ciri khas khusus. Isolated Systolic Hypertension (ISH) adalah hipertensi yang terjadi ketika tekanan sistolik lebih dari 140 mmHg namun tekanan diastolik dalam batas normal. Keadaan ini berhubungan dengan arteriosclerosis (pengerasan dinding arteri) (Vita Health, 2006).


(26)

2.2.4 Klasifikasi

Tabel 2.1. Klasifikasi hipertensi menurut WHO/ISH

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normotensi <140 <90

Hipertensi Ringan 140-180 90-105

Hipertensi Perbatasan 140-160 90-95

Hipertensi Sedang dan Berat >180 >105 Hipertensi Sistolik Terisolasi >140 <90 Hipertensi Sistolik Perbatasan 140-160 <90 (Arif Mansjoer dkk, 2000)

Tabel 2.2. Klasifikasi Pengukuran tekanan darah orang dewasa dengan usia di atas 18 tahun menurut The Sixth Report Of The Joint National Committee On Prevention

Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure

Klasifikasi Tekanan Darah Tekanan Sistolik dan Diastolik (mmHg)

Normal <120 dan <80

Prehipertensi 120-139 dan 80-89

Hipertensi Stadium I 140-159 dan 90-99 Hipertensi Stadium II >160 dan >100 Hipertensi Stadium III >180 dan >110 (Arif Mansjoer dkk, 2000)


(27)

2.2.5 Gejala Hipertensi

Menurut Puspita (2002) hipertensi tidak memberikan gejala atau simptom pada tingkat awal. Kebanyakan orang menganggap bahwa sakit kepala terutama pada pagi hari, pusing, jantung berdebar-debar dan telinga berdengung merupakan gejala dari hipertensi. Namun tanda tersebut sebenarnya dapat terjadi pada tekanan darah normal bahkan sering kali tekanan darah yang relatif tinggi tidak memiliki tanda-tanda atau gejala tersebut. Cara yang tepat untuk meyakinkan seseorang memiliki tekanan darah tinggi adalah dengan mengukur tekanan darahnya. Hipertensi yang sudah mencapai taraf lanjut, yang berarti telah berlangsung beberapa tahun dapat menyebabkan sakit kepala, pusing, napas pendek, pandangan mata kabur dan gangguan tidur.

2.2.6 Faktor Resiko

Para ahli membagi dua kelompok faktor resiko pemicu timbulnya hipertensi, yaitu faktor yang tidak dapat dikontrol dan faktor yang dapat dikontrol.

1. Faktor yang tidak dapat dikontrol a. Keturunan

Sekitar 70-80% penderita hipertensi esensial ditemukan riwayat hipertensi di dalam keluarga. Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita yang kembar monozigot (satu telur) apabila salah satunya menderita hipertensi. Dugaan ini menyokong bahwa faktor genetik mempunyai peran dalam terjadinya hipertensi.

b. Jenis Kelamin

Hipertensi lebih mudah menyerang kaum laki-laki daripada perempuan. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar


(28)

kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun.

c. Usia

Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Pada umumnya, hipertensi menyerang pria pada usia di atas 31 tahun, sedangkan pada wanita terjadi setelah usia 45 tahun (menopause). Setelah umur 45 tahun, dinding arteri akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat sampai dekade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung menurun.

Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu refleks baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang,


(29)

sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.

2. Faktor yang dapat dikontrol a. Kegemukan (obesitas)

Berat badan berlebih akan membuat seseorang susah bergerak dengan bebas. Jantungnya harus bekerja lebih keras untuk memompa darah agar bisa menggerakkan beban berlebihan dari tubuh tersebut.

Penelitian membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingkan dengan penderita hipertensi dengan berat badan normal.

b. Konsumsi garam berlebihan

Natrium bersama klorida dalam garam dapur sebenarnya membantu tubuh mempertahankan keseimbangan cairan tubuh dan mengatur tekanan darah. Namun, natrium dalam jumlah berlebih dapat menahan air (retensi), sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya jantung harus bekerja lebih keras untuk memompanya dan tekanan darah menjadi naik. Selain itu natrium yang berlebihan akan menggumpal di dinding pembuluh darah dan mengikisnya sehingga terkelupas. Kotoran tersebut akan menyumbat pembuluh darah.

WHO merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko

terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 6 gram atau satu sendok teh) perhari.


(30)

c. Kurang olahraga

Olahraga seperti bersepeda, joging, dan aerobik yang teratur dapat memperlancar peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Orang yang kurang olahraga cenderung mengalami kegemukan. Olahraga juga dapat mengurangi atau mencegah obesitas serta mengurangi asupan garam ke dalam tubuh. Garam akan keluar dari dalam tubuh bersama keringat.

d. Merokok

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam pembuluh darah. Selain itu, nikotin juga dapat menyebabkan terjadinya pengapuran pada dinding pembuluh darah.

e. Konsumsi alkohol

Efek dari konsumsi alkohol juga merangsang hipertensi karena adanya peningkatan sintesis katekholamin yang dalam jumlah besar dapat memicu kenaikkan tekanan darah (Suheni, 2007).

2.2.7 Tindakan Pencegahan a. Mengelola Stres

Stres adalah yang dirasakan saat tntutan emosi, fisik atau lingkungan tak mudah diatasi atau melebihi daya dan kemampuan untuk mengatasinya dengan efektif. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika sedang ketakutan, tegang, atau dikejar deadline maka tekanan darah akan meningkat. Tapi akan kembali turun bila kondisi tubuh rileks.


(31)

terpacu untuk menghadapi tantangan (fight, melawan) atau mengumpulkan cukup kekuatan untuk menjauh (flight, lari). Reaksi melawan atau lari (fight or flight

response) ini adalah hasil dari pelepasan hormon epinefrin (adrenalin) dan kortisol

yang menyebabkan denyut jantung bertambah cepat dan tekanan darah meningkat. Cara untuk menghadapi stres adalah perubahan pola hidup, merencanakan semua aktivitas dengan baik dan sesuai jadwal, berpikir positif, tidur dan istirahat yang cukup, menyiapkan cadangan keuangan, berolahraga, makan makanan yang bergizi, membina hubungan sosial dengan baik, menyediakan waktu untuk hal-hal yang khusus, tertawa dan rekreasi. Penggunaan teknik relaksasi seperti napas dalam, meditasi dan relaksasi progresif juga dapat membantu menurunkan stres (Mayo Clinic, 2005)

b. Mengurangi Asupan Natrium

Natrium adalah mineral esensial yang berfungsi untuk membantu keseimbangan cairan dalam tubuh dan membantu menghantar impuls saraf yang mengatur kontraksi dan relaksasi otot.

Garam (natrium klorida) merupakan sumber natrium yang paling umum. Kandungannya terdiri atas 40% natrium dan 60% klorida. Asupan garam yang disarankan adalah kurang dari 6 gr natrium atau kurang dari 1 sendok teh penuh. Batasi pemakaian garam dan makanan yang diasinkan seperti cumi asin, ikan asin, telur asin dan kecap asin, juga makanan yang diproses di pabrik seperti makanan siap saji, kripik, dendeng, sarden, terasi, biskuit dan saus.

Jumlah natrium dalam tubuh diatur oleh ginjal. Jika kadar natrium rendah maka ginjal akan menahan natrium. Jika kadarnya tinggi maka kelebihannya akan


(32)

dikeluarkan lewat urin. Kadang-kadang ginjal tidak dapat membuang kelebihan natrium dan menumpuknya dalam darah. Karena natrium menarik dan menahan air maka volume darah meningkat, jantung harus memompa lebih keras untuk mengalirkan volume darah yang meningkat melalui pembuluh darah sehingga tekanan dalam arteri meningkat. Penyakit ginjal, jantung, hati dan paru-paru dapat menyebabkan kegagalan pengaturan natrium (Mayo Clinic, 2005).

Tabel 2.3. Kandungan natrium pada beberapa makanan

No. Jenis Makanan Ukuran Rumah Tangga

Kadar Natrium 200-400 mg

Kadar Natrium >400 mg

1. Ikan asin 1 potong sedang √ -

2. Kerang ½ gelas √ -

3. Ayam goreng 1 potong √ -

4. Biskuit 4 buah besar √ -

5. Roti putih 3 iris √ -

6. Kecap - - √

7. Tauco - - √

8. Keju 1 potong kecil - √

9. Sarden kaleng - - √

10. Mentega - - √

(Waspadji S, 2004)

c. Olahraga

Aktivitas fisik sangat penting untuk mengendalikan tekanan darah sebab membuat jantung memompa lebih banyak darah. Makin ringan kerja jantung untuk memompa darah makin sedikit beban tekanan pada arteri. Dengan aktivitas yang


(33)

teratur juga dapat menurunkan berat badan. Aktivitas fisik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg.

Latihan aerobik adalah aktivitas yang efektif untuk mengendalikan tekanan darah karena menyebabkan peningkatan kemampuan jantung, paru-paru, otot dan peningkatan kebutuhan oksigen. Membersihkan rumah, joging, bersepeda, atau berenang sudah merupakan aktivitas aerobik jika menggunakan usaha cukup ringan sampai berat. Kegiatan tersebut bisa dilakukan selama 30 menit. Jika sulit untuk mengambil waktu selama 30 menit di antara kesibukan, bisa saja membagi-bagi aktivitas dengan jangka waktu masing-masing 5-10 menit dan menjumlahkannya dalam sehari (Mayo Clinic, 2005).

d. Pola Makan, Kurangi Alkohol, Kopi dan Hentikan Merokok

Selain pengurangan asupan natrium, pengaturan pola makan juga diperlukan guna mencegah peningkatan tekanan darah. Diet rendah lemak dengan mengurangi atau menghindari makanan berminyak seperti gorengan, daging yang berlemak, susu

full cream dan kuning telur. Hindari konsumsi daging kambing, buah durian dan

minuman beralkohol tinggi. Perbanyak makan makanan segar seperti buah-buahan, sayuran dan produk susu rendah lemak serta mengurangi makanan yang diproses atau diawetkan.

Kira-kira satu diantara tiga penderita hipertensi adalah perokok. Nikotin dalam tembakau menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Nikotin diserap oleh pembuluh-pembuluh darah di dalam paru-paru dan diedarkan ke aliran darah. Dalam beberapa detik nikotin mencapai otak. Otak bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin). Pengeluaran hormon ini


(34)

akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Menurut penelitian, setelah merokok dua batang saja maka baik tekanan sistolik maupun diastolik akan meningkat 10 mmHg. Tekanan darah akan tetap pada ketinggian tersebut sampai 30 menit setelah kita berhenti menghisap rokok.

Tidak ada satu cara yang sempurna untuk berhenti merokok. Ada orang-orang tertentu yang mudah berhenti begitu saja dan tidak pernah merokok lagi. Tetapi orang lain sampai harus berulang kali mencoba dan gagal, untuk itu cobalah mengumpulkan informasi mengenai kerugian merokok, konsultasi ke dokter, dan buatlah target waktu untuk berhenti merokok.

Alkohol juga dapat memicu naiknya tekanan darah. Cara kerjanya sama seperti nikotin dalam rokok yaitu merangsang pelepasan epinefrin (adrenalin), selain itu mengonsumsi alkohol dalam jumlah besar juga dapat menurunkan kadar kalsium dan magnesium.

Pada orang-orang tertentu kafein pada kopi dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Hal ini terjadi karena kafein memblokir efek adenosin yaitu hormon yang menjaga agar pembuluh darah tetap lebar dan merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan kortisol dan adrenalin lebih banyak (Mayo Clinic, 2005).

e. Penurunan Berat Badan

Ada hubungan yang erat antara berat badan dan tekanan darah. Jika berat berat badan meningkat maka tekanan darah akan meningkat pula. Penelitian pada tahun 1998 terhadap 82.000 orang wanita menemukan bahwa pada wanita yang mengalami


(35)

meningkat 70% dibanding dengan wanita yang tidak meningkat berat badannya sejak usia 18 tahun.

Jika berat badan meningkat maka terjadi peningkatan jumlah jaringan lemak, kebutuhan oksigen dan zat makanan juga akan meningkat, sehingga jumlah darah yang beredar akan meningkat. Makin banyak darah yang melalui arteri makin besar tekanan terhadap dinding arteri. Selain itu peningkatan berat badan juga akan meningkatkan kadar insulin dalam darah. Peningkatan insulin ini terkait dengan retensi natrium dan air sehingga volume darah meningkat (Mayo Clinic, 2005).

Untuk menurunkan berat badan tidak perlu secara drastis. Jika berat badan dapat diturunkan sebesar 10% maka tekanan darah dapat diturunkan ke tingkat yang lebih sehat. Penurunan sistolik dan diastolik rata-rata per kg penurunan berat badan adalah 1.6/1.1 mmHg. Sehingga dianjurkan untuk selalu menjaga berat badan normal, untuk menghindari terjadinya hipertensi. Massa tubuh dapat dihitung dengan indeks massa tubuh (body massa index (BMI)) melalui pengukuran tinggi badan dan berat badan.

Kategori ambang batas IMT menurut Depkes RI (2003) :

Tabel 2.4. Kategori Ambang Batas IMT

Kategori IMT

Kurus Kekurangan Berat Badan Tingkat Berat Kekurangan Berat Badan Tingkat Ringan

<17.0 17.0-18.5

Normal 18.5-25.0

Gemuk (Obesitas)

Kelebihan Berat Badan Tingkat Ringan Kelebihan Berat Badan Tingkat Berat

25.0-27.0 >27.0 (Depkes RI, 2003)


(36)

Banyak produk dan berbagai program yang menawarkan bantuan untuk menurunkan berat badan. Namun cara terbaik untuk menurunkan berat badan dan memperbaiki tekanan darah adalah dengan mengubah pola hidup dan olahraga yang dilakukan scara bertahap dan rutin.

f. Konsultasi dengan Petugas Kesehatan

Konsultasi dengan petugas kesehatan profesional mengenai hipertensi yang diderita akan membantu kita lebih mengerti tentang resiko, pencegahan dan pilihan pengobatan dari hipertensi. Beberapa pertanyaan yang harus ditanyakan dengan petugas kesehatan antara lain :

• Berdasarkan riwayat pengobatan, gaya hidup, dan riwayat keluarga, apakah saya beresiko menderita hipertensi?

• Seberapa tinggi tekanan darah saya? • Berapa tekanan darah saya seharusnya?

• Apakah yang sebaiknya saya lakukan untuk mencegah/ mengobati hipertensi?

• Perubahan gaya hidup seperti apa yang seharusnya saya lakukan? • Olahraga apa yang sebaiknya saya lakukan?

Jika kita menderita hipertensi atau petugas medis menyatakan beresiko tinggi terhadap hipertensi, maka yang harus kita tanyakan adalah :

• Pengobatan apa yang bisa menolong saya?


(37)

• Apakah obat ini dapat menyebabkan efek samping?

• Bagaimana saya tahu jika pengobatan yang saya jalani efektif? (Palmer & Williams, 2007).


(38)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan adanya hubungan antara pengetahuan mengenai hipertensi (pengertian, patofisiologi, faktor resiko, pencegahan) dengan cara pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia (pengelolaan stres, pengaturan pola makan, olahraga, penurunan berat badan, konsultasi dengan petugas kesehatan).

Skema 3.1. Kerangka konseptual penelitian hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia.

3.2 Definisi Operasional

Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui lansia yang ada di kecamatan Medan Johor, mengenai pengertian hipertensi, patofisiologi dan faktor

Upaya pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia

- Mengelola stres

- Pengaturan pola makan

- Olahraga

- Penurunan berat badan

- Konsultasi dengan petugas kesehatan Pengetahuan lansia

mengenai hipertensi

- Pengertian

- Patofisiologi

- Faktor resiko


(39)

Pengertian hipertensi yaitu apa yang dimaksud dengan hipertensi dan apakah hipertensi itu bisa dicegah atau tidak, patofisiologi hipertensi yaitu mengapa hipertensi itu bisa terjadi, faktor resiko hipertensi yaitu hal-hal yang menyebabkan seseorang memiliki resiko yang lebih tinggi untuk menderita hipertensi seperti usia, jenis kelamin, faktor keturunan, kegemukan, konsumsi alkohol, perokok, kurang olahraga, stres, dan konsumsi garam berlebih.

Pencegahan adalah semua tindakan yang dilakukan untuk mencegah hipertensi yang akan dilakukan lansia di kecamatan Medan Johor dalam kurun waktu sebulan terakhir seperti mengelola stres, pengaturan pola makan, olahraga, penurunan berat badan dan konsultasi dengan petugas kesehatan.

Mengelola stres yaitu berpikir positif, rileks, tidur dan istirahat yang cukup, pengaturan pola makan yaitu makan seimbang dengan cukup sayur dan buah serta mengurangi asupan garam, kopi, alkohol dan rokok. Olahraga yaitu aktivitas atau latihan fisik yang biasa dilakukan seperti joging, bersepeda atau senam minimal 30 menit. Konsultasi dengan petugas kesehatan yaitu menanyakan kepada petugas kesehatan bila mengalami sakit kepala atau bila memiliki resiko mengalami hipertensi.


(40)

BAB 4

METODELOGI PENELITIAN 4.1 Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara pengetahuan dengan cara pencegahan hipertensi pada lansia di kecamatan Medan Johor. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif korelatif yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel, peneliti dapat mencari, menjelaskan suatu hubungan, memperkirakan, menguji berdasarkan teori yang ada (Nursalam, 2003).

4.2 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua penduduk yang berada di kecamatan Medan Johor yang telah berusia di atas 60 tahun.

4.2.2 Sampel

Penentuan jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan metode power

analysis (Polit & Hungler, 1995) yang memperkirakan jumlah minimal sampel

berdasarkan ketetapan alpha (α, tingkat kepercayaan), 1-beta (1-β, kekuatan), dan

gamma (γ, efek populasi). Berdasarkan tabel Population Correlation Coefficient (Polit

& Hungler, 1995) pada tingkat signifikansi (α) = 0.05, power (β) = 0.80, dan efek size (γ) = 0.30, maka jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 88 orang lansia yang berada di kecamatan Medan Johor.


(41)

4.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik nonprobability sampling jenis purposive sampling yaitu dengan memilih kelompok subyek yang didasarkan atas ciri-ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Nursalam, 2003).

Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Berusia diatas 60 tahun

b. Lansia yang tidak mengalami gangguan pendengaran c. Lansia yang mampu berbahasa Indonesia

d. Pernah mengalami hipertensi atau penyakit kardiovaskular atau gejala-gejala hipertensi

e. Responden pernah memeriksakan tekanan darah f. Lansia yang bersedia menjadi responden

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Medan Johor. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena saat ini Kecamatan Medan Johor merupakan wilayah binaan Fakultas Keperawatan serta kapasitas usia lanjut yang cukup di tempat tersebut sehingga memungkinkan untuk mendapatkan sampel memadai sesuai dengan kriteria penelitian, selain itu di daerah tersebut juga belum pernah dilakukan penelitian mengenai hipertensi. Penelitian ini dilakukan pada 1 Februari sampai dengan 1 April 2010.


(42)

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini dilakukan pertimbangan etik yaitu pertama peneliti memperkenalkan diri kemudian memberikan penjelasan kepada calon responden penelitian tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Apabila calon responden bersedia maka responden dipersilahkan untuk menandatangani

informed consent.

Peneliti juga menjelaskan bahwa responden yang diteliti bersifat sukarela dan jika calon responden tidak bersedia, maka calon responden berhak untuk menolak dan mengundurkan diri selama proses pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan risiko bagi individu yang menjadi responden, baik risiko fisik maupun psikologis. Kerahasiaan mengenai data responden dijaga dengan tidak menuliskan nama responden pada instrument tetapi hanya menuliskan nomor kode yang digunakan untuk menjaga kerahasiaan semua informasi yang diberikan. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5 Instrument Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuisioner sebagai instrument untuk mendapatkan informasi dan data dari responden.

Ada tiga bagian kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini yang dibuat oleh peneliti berdasarkan tinjauan kepustakaan. Bagian pertama kuisioner yaitu data demografi yang diisi oleh responden. Kuisioner demografi berisi tentang : usia, jenis kelamin, suku bangsa, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan.


(43)

dan 6 pernyataan negatif dengan alternatif jawaban benar atau salah. Kuisioner pengetahuan tentang hipertensi terdiri dari 16 pernyataan maka dibuat ketentuan bahwa pada pernyataan positif setiap alternatif jawaban betul bernilai 1 (satu) dan 0 (nol) untuk alternatif jawaban salah, sedangkan pada pernyataan negatif setiap alternatif jawaban salah bernilai 1 (satu) dan 0 (nol) untuk alternatif jawaban benar. Jadi nilai tertinggi yang diperoleh adalah 16 dan nilai terendah adalah 0 (nol).

Berdasarkan rumus statistika menurut Sudjana (1995)

P =

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 16 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas 2 (pengetahuan baik dan kurang) maka didapatkan panjang kelas sebesar 16/2 = 8 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, sehingga pengetahuan lansia mengenai hipertensi dikategorikan atas interval sebagai berikut :

0-8 = pengetahuan kurang

9-16 = pengetahuan baik

Bagian ketiga instrument ini adalah mengenai cara pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia yang terdiri dari 16 pernyataan. Pernyataan menggunakan skala likert dengan alternatif jawaban Tidak Pernah (TP), Kadang-Kadang (KK), dan Sering (S). Dimana jawaban TP bernilai 1, KK bernilai 2, dan S bernilai 3. Jadi nilai tertinggi yang mungkin dicapai adalah 48 dan nilai terendah adalah 16.

rentang banyak kelas


(44)

Pencegahan dibagi menjadi pencegahan baik dan kurang, maka menurut rumus statistik Sudjana (1995) panjang kelas sebesar 32/2 = 16 dan nilai 16 sebagai batas interval pertama. Pencegahan hipertensi dikategorikan sebagai berikut :

16-32 = pencegahan kurang

33-48 = pencegahan baik

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas digunakan untuk mengetahui apakah alat ukur yang digunakan benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2002). Validitas instrument diuji oleh Bapak Iwan Rusdi, S.Kp, MNS.

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas konsistensi internal karena pemberian kuisioner hanya satu kali dengan satu bentuk instrument pada subjek studi (Dempsey & Dempsey, 2002).

Uji tes pengetahuan dilakukan pada 10 responden yang sesuai dengan kriteria yang sudah ditentukan dengan menggunakan uji Kuder-Richardson 21 (KR-21) dan uji tes pencegahan akan dilakukan pada 10 responden dengan menggunakan uji cronbach

alpha. Uji reliabilitas pengetahuan dengan KR-21 didapat 0.81 dan reliabilitas

pencegahan dengan cronbach alpha didapat 0.702. Kuesioner dikatakan reliabel jika hasil uji reliabilitasnya >0,7 (Arikunto, 2005).


(45)

4.7 Pengumpulan Data

Setelah seminar proposal penelitian dan mendapatkan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan, peneliti selanjutnya membawa surat permohonan penelitian kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan, setelah mendapat izin, kemudian mengantarkan surat izin ke Camat Medan Johor, peneliti melakukan pengumpulan data 1 Februari sampai dengan 1 April 2010. Peneliti mendatangi kelurahan yang ada di kecamatan Medan Johor. Peneliti mendatangi responden yang sesuai dengan kriteria peneliti dari rumah ke rumah, selanjutnya peneliti menerapkan pertimbangan etik kepada calon responden, jika setuju dan telah menandatangani lembar persetujuan penelitian (informed consent), peneliti terlebih dahulu menjelaskan prosedur pengambilan data yaitu menggunakan kuisioner, selanjutnya peneliti menjelaskan petunjuk pengisian dan memberikan kuisioner kepada responden yang diisi sendiri oleh responden atau membacakannya dan membantu menuliskan jika responden menginginkan, responden diberi kesempatan untuk bertanya apabila ada pernyataan yang tidak dipahami, responden mengisi kuisioner dalam waktu 20-30 menit. Demikian selanjutnya sampai semua data terkumpul dan dilakukan analisa data.

4.8 Analisa Data

Setelah semua data berupa kuisioner terkumpul maka dilakukan analisa data. Setiap data dan jawaban pertanyaan dalam kuisioner diberi kode untuk mempermudah proses tabulasi dan analisa data. Peneliti memeriksa kelengkapan identitas dan data responden dan memastikan bahwa semua jawaban sudah terisi. Data demografi dianalisa untuk mengetahui karakteristik responden.


(46)

Untuk mengidentifikasi pengetahuan mengenai hipertensi dan cara pencegahan hipertensi pada lansia dianalisa menggunakan skala ordinal dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan persentase.

Untuk menguji hubungan pengetahuan mengenai hipertensi terhadap cara pencegahan hipertensi pada lansia dianalisa secara statistik dengan menggunakan koefisien korelasi Spearmen’s Rho, interpretasi hasil korelasi didasarkan pada nilai p, kekuatan korelasi, serta arah korelasinya. Tabel 5 merupakan tabel panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi.


(47)

Tabel 4.5. Panduan interpretasi hasil uji hipotesis berdasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi (Dahlan, 2004).

No Parameter Nilai Nilai

1 Kekuatan korelasi (r) 0.000-0.199 0.20-0.399 0.40-0.599 0.60-0.799 0.80-1.000

Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat 2 Nilai p P < 0.05

P > 0.05

Terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji. Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara dua variabel yang diuji. 3 Arah korelasi + (positif)

– (negatif)

Searah. Semakin besar nilai satu variabel, semakin besar pula nilai variabel lainnya.

Semakin besar nilai satu variabel, semakin kecil variabel lainnya


(48)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian

Pengumpulan data dilakukan dari tanggal 1 Februari sampai dengan 1 April 2010 di Kecamatan Medan Johor. Jumlah sampel yang didapat sebagai responden yang memenuhi kriteria penelitian adalah sebanyak 88 responden.

Hasil dari penelitian mengenai hubungan pengetahuan terhadap perilaku pencegahan hipertensi di Kecamatan Medan Johor adalah sebagai berikut:

5.1.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan tabel dibawah dapat dilihat bahwa mayoritas usia responden berada antara 60-74 tahun (85.2%), berjenis kelamin perempuan (70.5%), pekerjaan ibu rumah tangga/ tidak bekerja (40.9%), pendapatan < 800 ribu rupiah (62.5%), pendidikan SD/ Sederajat (35.2%), dan mayoritas responden berasal dari suku Jawa (42.0%).


(49)

Tabel 5.6. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan karakteristik responden di Kecamatan Medan Johor (N=88).

Karakteristik Frekuensi (%)

Usia

60-74 tahun 75 85.2

75-90 tahun 13 14.8

Jenis Kelamin

Laki-laki 26 29.5

Perempuan 62 70.5

Pekerjaan

Pensiunan PNS 22 25.0

Pedagang 14 25.9

Petani 7 8.0

Pegawai Swasta 4 4.5

Buruh 5 5.7

Tidak Bekerja/ IRT 36 40.9

Pendapatan

<800 ribu rupiah 55 62.5

800 ribu – 1 juta rupiah 19 21.6

>1 juta rupiah 14 15.9

Pendidikan

SD/ Sederajat 31 35.2

SMP/ Sederajat 16 18.2

SMA/ Sederajat 18 20.5

Perguruan Tinggi 10 11.4

Tidak Sekolah 13 14.8

Suku Bangsa

Minang 3 3.4

Batak 22 25.0

Jawa 37 42.0

Melayu 9 10.2

Mandailing 8 9.1


(50)

5.1.2 Pengetahuan Responden tentang Hipertensi

Pengetahuan responden mengenai hipertensi dinilai berdasarkan kemampuan responden dalam menjawab benar kuisioner yang meliputi pertanyaan mengenai pengertian, patofisiologi dan faktor resiko hipertensi. Pengetahuan responden mengenai hipertensi dikategorikan menjadi pengetahuan kurang dan pengetahuan baik. Dari hasil penelitian didapatkan responden yang memiliki pengetahuan kurang sebanyak 27 orang (30.7%) dan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 61 orang (69.3%).

Tabel 5.7. Tingkat pengetahuan responden tentang hipertensi

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Persentase (%) Pengetahuan kurang 27 30.7

Pengetahuan baik 61 69.3

Tabel 5.8. Deskripsi statistik pengetahuan responden tentang hipertensi N Mean Std.Deviation

Pengetahuan 88 10.36 3.31

5.1.3 Upaya Responden dalam Pencegahan Hipertensi

Upaya pencegahan terjadinya hipertensi pada penelitian ini dinilai dari tindakan yang dilakukan responden selama 1 bulan terakhir dalam upaya pencegahan hipertensi. Upaya pencegahan terdiri dari 5 item yaitu mengelola stres, olahraga,


(51)

Tabel 5.9. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pengelolaan stres

Pengelolaan Stres Frekuensi Persentase (%)

TP K S TP K S

1. Tidur dan istirahat 15 30 43 17.0 34.1 48.9 dengan cukup.

2. Berpikir positif agar 1 36 51 1.1 40.9 58.0 pikiran dan tubuh

sehat.

3. Melakukan pekerjaan 1 32 55 1.1 36.4 62.5 sehari-hari dengan

rileks/ santai.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 43 orang responden (48.9%) tidur dan istirahat dengan cukup, 30 orang responden (34.1%) kadang-kadang tidur dan istirahat dengan cukup sedangkan 15 orang responden (17.0%) tidak pernah tidur dan istirahat dengan cukup, 51 orang responden (58.0%) selalu berpikir positif agar pikiran dan tubuh sehat serta hanya 1 orang responden (1.1%) yang tidak pernah berpikir positif agar pikiran dan tubuh sehat, 36 orang responden (40.9%) yang kadang-kadang berpikir positif agar pikiran dan tubuh sehat dan 55 orang responden (62.5%) melakukan pekerjaan sehari-hari dengan rileks/ santai, 32 orang responden (36.4%) melakukan pekerjaan sehari-hari dengan rileks/ santai dan hanya 1 orang responden (1.1%) tidak pernah melakukan pekerjaan sehari-hari dengan rileks/ santai.


(52)

Tabel 5.10. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan olahraga

Olahraga Frekuensi Persentase (%) TP K S TP K S 1. Melakukan latihan 44 26 18 50.0 29.5 20.5

fisik seperti joging, bersepeda, atau senam.

2. Berolahraga minimal 47 21 20 53.4 23.9 22.7 30 menit.

Responden yang selalu melakukan latihan fisik seperti jogging, bersepeda, atau senam setiap hari hanya 18 orang responden (20.5%) dan 26 orang responden (29.5%) kadang-kadang melakukan latihan fisik seperti jogging, bersepeda atau senam sedangkan 44 orang responden (50.0%) tidak pernah melakukan latihan fisik seperti jogging, bersepeda atau senam setiap hari dan hanya 20 orang responden (22.7%) yang selalu berolahraga minimal 30 menit setiap hari, 21 orang responden kadang-kadang berolahraga minimal 30 menit sedangkan 47 orang responden (53.4%) tidak pernah berolahraga selama 30 menit setiap hari.


(53)

Tabel 5.11. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan pengaturan pola makan

Pengaturan Pola Makan Frekuensi Persentase (%) TP K S TP K S 1. Makan makanan bergizi 0 17 71 0 19.3 80.7

seperti sayur, ikan atau tahu tempe dan atau buah-buahan.

2. Membatasi jumlah garam 23 39 26 26.1 44.3 29.5 yang dimakan.

3. Membatasi penyedap rasa 14 22 52 15.9 25.0 59.1 pada makanan.

4. Mengonsumsi makanan 38 37 13 43.2 42.0 14.8 yang mengandung pengawet

seperti sarden atau saus.

5. Menghindari alkohol dan 10 10 68 11.4 11.4 77.3 atau rokok.

6. Menghindari minum kopi. 17 24 47 19.3 27.7 53.4

Sebanyak 71 orang responden (80.7%) setiap hari selalu makan makanan yang bergizi seperti sayur, ikan atau tempe tahu dan buah-buahan, 17 orang responden (19.3%) kadang-kadang makan makanan yang bergizi seperti sayur, ikan atau tahu tempe dan tidak ada responden yang tidak pernah makan makanan bergizi setiap harinya. Sebanyak 26 orang responden (29.5%) selalu membatasi jumlah garam yang dimakan, 39 orang responden (44.3%) kadang-kadang membatasi jumlah garam yang


(54)

dimakan sedangkan 23 orang responden (26.1%) menyatakan bahwa tidak pernah membatasi jumlah garam yang dimakan. Sebanyak 52 orang responden (59.1%) membatasi penyedap rasa pada makanannya, 22 orang resonden (25.0%) kadang-kadang membatasi penyedap rasa pada makanannya sedangkan 14 orang responden (15.9%) tidak pernah membatasi penyedap rasa pada makanannya. Responden yang selalu mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet seperti sarden dan saus ada 13 orang responden (14.8%), 37 orang responden (42.0%) mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet seperti sarde dan saus sedangkan 38 orang responden (43.2%) menyatakan tidak pernah mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet seperti sarden dan saus. Sebanyak 68 orang responden (77.3%) selalu menghindari alkohol dan atau rokok, 10 orang responden (11.4%) kadang-kadang menghindari alkohol dan atau rokok sedangkan 10 orang responden (11.4%) tidak pernah menghindari alkohol dan atau rokok, responden yang selalu menghindari minum kopi ada 47 orang responden (53.9%), 24 orang responden (27.7%) kadang-kadang menghindari kopi dan 17 orang responden (19.3%) tidak pernah menghindari minum kopi.


(55)

Tabel 5.12. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan penurunan berat badan

Penurunan Berat Badan Frekuensi Persentase (%) TP K S TP K S 1. Makan cemilan pada 19 23 46 21.6 26.1 52.3

waktu senggang.

2. Mengurangi makanan 9 46 33 10.2 52.3 37.5 yang berlemak tinggi.

Sebanyak 46 orang responden (52.3%) pada waktu senggangnya selalu makan cemilan seperti biskuit atau krekers, 23 orang responden (26.1%) kadang-kadang makan cemilan seperti biskuit atau krekers di waktu senggang sedangkan 19 orang responden (21.6%) tidak pernah makan cemilan seperti biskuit atau krekers pada waktu senggangnya. Responden yang selalu mengurangi makanan yang berlemak tinggi ada 33 orang responden (37.5%), 46 orang responden (52.3%) kadang-kadang mengurangi makan makanan yang mengandung lemak tinggi dan 9 orang responden (10.2%) tidak pernah mengurangi makanan yang berlemak tinggi.


(56)

Tabel 5.13. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan konsultasi dengan petugas kesehatan

Konsultasi dengan Petugas Kesehatan Frekuensi Persentase (%) TP K S TP K S 1. Memeriksakan tekanan darah 6 36 46 6.8 40.9 52.3

ke petugas kesehatan.

2. Bertanya kepada petugas 18 23 47 20.5 26.1 53.4 kesehatan tentang penyebab,

faktor resiko, dan cara pencegahan dan atau pengobatan tekanan darah tinggi pada saat pemeriksaan tekanan darah.

3. Mengkonsultasikan diri bila 11 30 47 12.5 34.1 53.4 merasa sakit kepala dan atau

jantung berdebar-debar.

Pada item terakhir 46 orang responden (52.3%) yang selalu memeriksakan tekanan darah ke petugas kesehatan, 36 orang responden (40.9%) kadang-kadang memeriksakan tekaanan darah ke petugas kesehatan sedangkan sebanyak 6 orang responden (6.8%) tidak pernah memeriksakan tekanan darah ke petugas kesehatan, ada 47 orang responden (53.4%) yang bertanya kepada petugas kesehatan tentang penyebab, faktor resiko, dan cara pencegahan dan atau pengobatan tekanan darah tinggi pada saat pemeriksaan tekanan darah, sebanyak 23 orang responden (26.1%)


(57)

dan cara pencegahan tekanan darah tinggi sedangkan 18 orang responden (20.5%) tidak pernah bertanya kepada petugas kesehatan tentang penyebab, faktor resiko, dan cara pencegahan dan atau pengobatan tekanan darah tinggi pada saat pemeriksaan tekanan darah. Demikian pula dengan responden yang mengkonsultasikan diri ke petugas kesehatan bila merasa sakit kepala dan atau jantung berdebar-debar sekitar 47 orang responden (53.4%), 30 orang responden (34.1%) kadang-kadang mengkonsultasikan diri ke petugas kesehatan bila merasa sakit kepala dan atau jantung berdebar-debar sedangkan 11 orang responden (12.5%) tidak pernah mengkonsultasikan diri ke petugas kesehatan bila merasa sakit kepala dan atau jantung berdebar-debar.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 22 orang responden (20.5%) upaya pencegahannya kurang dan 66 orang responden (79.5%) upaya pencegahannya baik.

Tabel 5.14. Upaya responden dalam pencegahan hipertensi

Upaya Pencegahan Frekuensi Persentase (%)

Kurang 22 25

Baik 66 75

Tabel 5.15. Deskripsi statistik pencegahan hipertensi responden

N Mean Std.Deviation Pencegahan 88 36.55 5.00


(58)

5.1.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Pencegahan Hipertensi

Hasil uji statistik korelasi Spearmen dengan komputerisasi didapatkan ρ (rho) = +0.367. Angka tersebut menunjukkan korelasi antara pengetahuan dengan perilaku pencegahan lemah, sedangkan tanda “+” menunjukkan bahwa semakin tinggi pengetahuan seseorang akan semakin baik perilakunya, begitu pula sebaliknya. Tingkat signifikansi (P) dari hasil korelasi Spearmen diperoleh P sebesar 0.000 dimana nilai ini lebih kecil dari level of significance (α) yaitu 0.05 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan terhadap pencegahan hipertensi.

Tabel 5.16. Hubungan pengetahuan terhadap pencegahan hipertensi di Kecamatan Medan Johor berdasarkan uji Spearmen’s Rho

Spearmen’s Rho Tindakan Pencegahan Tingkat Pengetahuan

- Correlation Coefficient 0.367

- Sig. (2-tailed) 0.000

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Responden tentang Hipertensi

Secara biologis penuaan menjadikan manusia rentan terhadap berbagai penyakit, demikian pula dengan lansia yang kesehatannya rentan karena menurunnya fungsi berbagai alat tubuh dan pada umumnya penyakit pada lansia mempunyai karakteristik seperti komplikasi, saling terkait dan kronis, degeneratif, dan sering


(59)

Hipertensi merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit kardiovaskuler. Menurut WHO (1995) penyakit kardiovaskular merupakan sebab kematian terbesar pada populasi usia 65 tahun ke atas di seluruh dunia dengan jumlah kematian lebih banyak di negara sedang berkembang. Di Indonesia kasus hipertensi menduduki peringkat kedua penyakit terbanyak setelah penyakit sendi (Depkes, 2008).

Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan pancaindra. Semakin berkembang fisik dan psikis seseorang, maka semakin banyak pula yang diketahui dan ingin diketahuinya, sebab selain mengetahui segala sesuatu yang dialami di lingkungan keluarganya dia juga akan memperoleh pengetahuan dari lingkungan yang lebih luas serta ingin mengetahui apa yang belum dan tidak diketahuinya. Pada akhirnya dia akan tahu apa yang boleh dan harus dilakukan serta baik dan buruk bila dilakukan (Efendy, 2006).

Dari hasil penelitian yang dilakukan, peneliti mendapatkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat terutama lansia mengenai hipertensi di Kecamatan Medan Johor baik (69.3%). Menurut Notoadmodjo (2007) pengetahuan dipengaruhi oleh pendidikan, sumber informasi dan pengalaman. Dari hasil penelitian, pengetahuan responden mayoritas dipengaruhi oleh faktor sumber informasi karena mayoritas tingkat pendidikan responden adalah SD/ sederajat (35.2%). Beberapa responden mendapatkan informasi mengenai hipertensi selain melalui penyuluhan, informasi dari teman dan media elektronik. Seperti yang kita ketahui, iklan terutama iklan di media televisi, merupakan media yang sangat ampuh untuk mempengaruhi konsep pemikiran masyarakat dan memberikan pengaruh yang sangat beragam, baik pengaruh ekonomi,


(60)

psikologis maupun sosial budaya dan merambah berbagai bidang kehidupan manusia mulai dari tingkat individu, keluarga hingga masyarakat (Raharjo, 2008).

5.2.2 Upaya Responden dalam Pencegahan Hipertensi

Dulu hipertensi pada usia lanjut pernah diabaikan karena dianggap bukan masalah. Individu sering menganggap sakit kepala, rasa berat di tengkuk, mudah lelah atau pusing merupakan gangguan biasa. Padahal hal tersebut termasuk gejala-gejala hipertensi yang seringkali disebut sebagai “silent killer” karena termasuk penyakit yang mematikan. Mencegah dan mengendalikan hipertensi dapat menurunkan resiko terjadinya stroke, gagal jantung, gagal ginjal selain itu juga dapat meningkatkan kualitas hidup (Mayo Clinic, 2005).

Terdapat lima item pencegahan hipertensi yang tercantum dalam kuisioner. Item pertama yaitu pencegahan melalui pengelolaan stres yaitu tidur dan istirahat yang cukup pada pernyataan pertama, berpikir positif pada pernyataan kedua dan melakukan kegiatan dengan rileks/ santai pada pernyataan ketiga. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa 48.9% responden tidur dan istirahat dengan cukup, 58.0% responden selalu berpikir positif agar pikiran dan tubuh sehat serta 62.5% responden melakukan pekerjaan sehari-hari dengan rileks/ santai. Stres dapat meningkatkan tekanan darah untuk sementara. Jika sedang ketakutan atau tegang maka tekanan darah akan meningkat. Bagi penderita hipertensi, menghilangkan stres saja tidak akan cukup untuk menurunkan tekanan darah dengan sempurna. Namun, berkurangnya stres berpengaruh pada tekanan darah jadi lebih terkontrol dan sikap jadi lebih positif sehingga kondisi rileks dan bahagia. Untuk meredakan stres dapat dilakukan teknik


(61)

relaksasi, mengalihkan perhatian, mencuci muka, dan memanfaatkan energi gravitasi (Vitahealth, 2006).

Stres tidak dapat dihindari oleh siapapun namun hanya dapat dilakukan dengan mengatasi, mengendalikan atau mengelola stres tersebut agar tidak mengakibatkan gangguan kesehatan baik fisik maupun mental. Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh, istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Meluangkan waktu tidak berarti minta istirahat lebih banyak dari pada bekerja produktif sampai melebihi kepatuhan. Dari hasil penelitian, didapatkan bahwa mayoritas 40.9% responden adalah IRT atau tidak bekerja sehingga punya waktu luang untuk beristirahat dan bersantai. Meluangkan waktu istirahat itu perlu dilakukan secara rutin diantara ketegangan jam sibuk bekerja sehari–hari. Bersantai juga bukan berarti melakukan rekreasi yang melelahkan, tetapi yang dimaksudkan dengan istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan keseimbangan hormon dalam tubuh (Puspita, 2009).

Pada item kedua yaitu olahraga atau latihan fisik ringan untuk mencegah hipertensi seperti jalan kaki, jalan cepat, bersepeda atau senam. Menurut penelitian aktivitas fisik dalam porsi cukup dan teratur dapat memberi rangsangan pada sistem peredaran darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 5-10 mmHg. Jika seseorang beresiko mengidap hipertensi, penurunan sebesar itu cukup untuk mencegah agar kondisi hipertensi tidak berkembang. Jika sudah menderita hipertensi, aktivitas fisik dapat membantu menurunkan tekanan darah. Untuk mencapai hasil yang optimal, aktivitas dapat dilakukan sebanyak 3-5 kali dalam seminggu selama 30-60 menit setiap kali aktivitas (Mayo Clinic, 2005). Namun, dari hasil penelitian diketahui


(62)

bahwa hanya 20.5% responden pernah melakukan latihan fisik seperti jogging, bersepeda atau senam setiap hari dan hanya 22.7% responden yang selalu berolahraga minimal 30 menit setiap hari. Hal ini terjadi karena selain saat usia lanjut fungsi tubuh sudah banyak berkurang sehingga aktivitas pun terhambat ditambah lagi persepsi keluarga terutama pada responden yang mayoritas bersuku Jawa (42.0%) terhadap lansia yang menganggap lansia tidak boleh banyak bergerak dan sebaiknya hanya duduk dan istirahat saja (Istiany, 2006). Selain itu, tersedianya sarana transportasi membuat orang lebih memilih naik kendaraan daripada berjalan kaki walaupun pada jarak yang tidak jauh. Akibatnya aktivitas fisik menurun yang berarti makin sedikit energi yang digunakan dan makin banyak energi yang ditimbun (Raharjo, 2008).

Pengaturan pola makan merupakan item ketiga dari upaya pencegahan hipertensi. Salah satu kunci untuk mencegah atau mengendalikan hipertensi adalah pola makan yang sehat dan 80.7% responden menyatakan bahwa setiap harinya mereka makan makanan yang bergizi. Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa mayoritas 62.5% responden memiliki pendapatan < 800 ribu rupiah sebulan. Hal ini terjadi karena cakupan makanan bergizi sudah mulai dipahami masyarakat bahwa makanan bergizi itu tidak hanya terdapat dalam daging dan ikan tetapi juga terdapat pada sayur-sayuran, tahu, tempe dan buah-buahan. Selain itu, menurut Irza (2009) banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan, diantaranya adalah perbedaan etnis, tingkat sosial ekonomi, geografi, iklim, agama dan kepercayaan, serta tingkat kemajuan teknologi, misalnya masyarakat bersuku Jawa lebih sering mengkonsumsi sayuran, buah-buahan dan biji-bijian serta makanan manis. Selanjutnya 59.1%


(63)

mengonsumsi makanan yang mengandung pengawet namun hanya 29.5% responden membatasi jumlah garam yang dikonsumsinya, hal ini berkaitan dengan budaya masak memasak masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG (Anggraini, 2009). Gizi seimbang, kaya serat dan buah segar, rendah lemak dan garam, mengurangi makanan yang manis, minum air putih 6-8 gelas sehari, olahraga teratur, menyelesaikan masalah dengan bersikap lebih santai dan sabar adalah rumus untuk hidup sehat (Renny, 2007).

Responden yang menghindari alkohol dan atau rokok sebanyak 77.3% responden, karena adanya persepsi negatif masyarakat terhadap alkohol dan ajaran agama yang melarang mengonsumsi alkohol sedangkan merokok selain dapat merusak paru-paru juga di dalam tembakau terdapat nikotin yang dapat merusak dinding arteri sehingga lebih rentan terhadap penumpukan plak yang membuat kerja jantung lebih keras karena terjadi penyempitan pembuluh darah yang dapat meningkatkan tekanan darah (Viosta, 2009). Sebagian orang menganggap merokok bisa meningkatkan kewibawaan, dapat menghilangkan stres, menambah semangat kerja dan dapat mengelakkan kegemukan, meskipun penelitian membuktikan bahwa kebanyakan orang berhenti merokok tidak menjadi gemuk kecuali orang tersebut mengalihkan perhatiannya dari rokok dengan makan berlebihan bukan dengan olahraga atau kegiatan lainnya (Ekawati, 2008).

Mengonsumsi minuman berkafein seperti kopi menurut penelitian satu cangkir kopi mengandung 7200 mg kafein yang berpotensi meningkatkan tekanan darah 5-10 mmHg dan 53.4% responden menghindari minum kopi, sedangkan 19.3% responden masih rutin mengonsumsi kopi. Hal ini dikarenakan kopi sudah akrab


(64)

dikonsumsi semua lapisan masyarakat bahkan sudah menjadi gaya hidup masyarakat urban yang dinikmati di warung, kafe dan tempat-tempat bersosialisasi dimanapun (Viosta, 2009).

Item keempat pada upaya pencegahan hipertensi usia lanjut adalah penurunan berat badan. Obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Obesitas berarti ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi yang disimpan dalam bentuk lemak pada jaringan sub kutan usus, jantung, paru-paru dan hati sehingga menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak in aktif dan ini akan meningkatkan beban atau kerja jantung. Hasil penelitian didapatkan 37.5% responden mengurangi makanan yang berlemak tinggi karena kebiasaan mengonsumsi makanan berlemak erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang beresiko terjadinya hipertensi dan ada 52.3% responden yang pada waktu senggang sering mengonsumsi cemilan, bagi lansia dianjurkan untuk makan dengan porsi kecil tapi sering dan jadwal makan juga harus diatur agar tidak terjadi peningkatan berat badan, tapi cemilan seperti biskuit atau krekers mengandung kadar garam yang tinggi sehingga dapat meningkatkan tekanan darah. Pada individu yang gemuk jumlah darah yang beredar (cardiac out put) dan reabsorbsi natrium di ginjal akan naik, sehingga tekanan darah juga akan naik. Banyak penelitian menunjukkan penurunan berat badan akan mengakibatkan menurunnya tekanan darah pada penderita hipertensi. Program penurunan berat badan yang baik mengutamakan penurunan bertahap, perubahan gaya hidup serta olah raga. (Irza, 2005).


(65)

memeriksakan tekanan darah ke petugas kesehatan dan 53.4% responden bertanya kepada petugas kesehatan tentang penyebab dan cara pencegahan atau pengobatan hipertensi serta 53.4% responden langsung mengkonsultasikan dirinya jika merasa sakit kepala dan jantung berdebar-debar. Hal ini dikarenakan peningkatan usia yang semakin rentan terhadap penyakit dan adanya media yang berperan dalam penyampaian informasi mengenai gejala-gejala hipertensi sehingga membuat masyarakat lebih mawas akan bahaya peningkatan tekanan darah dan segera memeriksakan dirinya ke petugas kesehatan (Mayo Clinic, 2005).

5.2.3 Hubungan Pengetahuan dan Pencegahan Hipertensi yang Dilakukan Lansia di Kecamatan Medan Johor

Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 88 orang lansia yang berada di Kecamatan Medan Johor didapatkan nilai korelasi (ρ) 0.367 yang artinya korelasi lemah, dengan nilai signifikansi (p) 0.000 yang artinya hipotesis alternatif diterima atau terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan mengenai hipertensi terhadap pencegahan hipertensi yang dilakukan lansia di Kecamatan Medan Johor. Hal ini sesuai dengan penelitian Sumadi (2009), yang menyatakan bahwa semakin baik pengetahuan lansia mengenai hipertensi maka semakin baik pula upaya lansia untuk mengendalikan hipertensi yang dideritanya.

Menurut Soejoeti (2005 dalam Kristina, 2008) ada 3 faktor yang menyebabkan timbulnya perubahan pemahaman, sikap, dan perilaku seseorang, sehingga seseorang mau mengadopsi perilaku baru yaitu kesiapan psikologis yang ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan kepercayaan, adanya tekanan positif dari kelompok atau individu dan adanya dukungan lingkungan. Dalam penelitian ini pengetahuan dan upaya


(1)

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid tp 44 50.0 50.0 50.0

kk 26 29.5 29.5 79.5

sl 18 20.5 20.5 100.0

Total 88 100.0 100.0

P5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tp 47 53.4 53.4 53.4

kk 21 23.9 23.9 77.3

sl 20 22.7 22.7 100.0

Total 88 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tp 23 26.1 26.1 26.1

kk 39 44.3 44.3 70.5

sl 26 29.5 29.5 100.0


(2)

P7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tp 14 15.9 15.9 15.9

kk 22 25.0 25.0 40.9

sl 52 59.1 59.1 100.0

Total 88 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tp 38 43.2 43.2 43.2

kk 37 42.0 42.0 85.2

sl 13 14.8 14.8 100.0

Total 88 100.0 100.0

P9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tp 19 21.6 21.6 21.6

kk 23 26.1 26.1 47.7

sl 46 52.3 52.3 100.0


(3)

Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kk 17 19.3 19.3 19.3

sl 71 80.7 80.7 100.0

Total 88 100.0 100.0

P11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tp 9 10.2 10.2 10.2

kk 46 52.3 52.3 62.5

sl 33 37.5 37.5 100.0

Total 88 100.0 100.0

P12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tp 10 11.4 11.4 11.4

kk 10 11.4 11.4 22.7

sl 68 77.3 77.3 100.0


(4)

P3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tp 17 19.3 19.3 19.3

kk 24 27.3 27.3 46.6

sl 47 53.4 53.4 100.0

Total 88 100.0 100.0

P14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tp 6 6.8 6.8 6.8

kk 36 40.9 40.9 47.7

sl 46 52.3 52.3 100.0

Total 88 100.0 100.0

P15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tp 18 20.5 20.5 20.5

kk 23 26.1 26.1 46.6

sl 47 53.4 53.4 100.0


(5)

Valid tp 11 12.5 12.5 12.5

kk 30 34.1 34.1 46.6

sl 47 53.4 53.4 100.0

Total 88 100.0 100.0

Frequencies Tingkat Perilaku

TingkatPerilaku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Kurang 22 25 25 25

Baik 66 75 75 100.0

Total 88 100.0 100.0

Nonparametric Correlations

Correlations

Pengetahuan Pencegahan Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient 1.000 .367**

Sig. (2-tailed) . .000

N 88 88

Pencegahan Correlation Coefficient .367** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 88 88


(6)

Lampiran 8

Daftar Riwayat Hidup

Nama : Firdayani Ginting

Tempat/Tanggal Lahir : Kisaran/ 29 Mei 1988 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Syech Ismail II No.9, Kamp. Teladan Kecamatan Kisaran Timur, Kabupaten Asahan Riwayat Pendidikan :

1. SD Negeri 010086 Kisaran 1994-2000

2. SLTP N 1 Kisaran 2000-2003

3. SMU N 1 Kisaran 2003-2006


Dokumen yang terkait

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

13 96 93

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DIIT HIPERTENSI DENGAN KEKAMBUHAN HIPERTENSI PADA LANSIA DI Hubungan antara pengetahuan keluarga tentang diit hipertensi dengan kekambuhan hipertensi pada lansia di posyandu Setya Budi desa Reksosari kecamata

0 2 18

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

0 0 15

PENDAHULUAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

0 4 6

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI DENGAN UPAYA PENCEGAHAN Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Hipertensi Dengan Upaya Pencegahan Kekambuhan Hipertensi Pada Lansia Di Desa Blulukan Kecamatan Colomadu Kabupaten Karanganyar.

0 0 18

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

0 0 4

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

0 0 2

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

0 0 5

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

0 0 27

Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di Pelayanan Kesehatan Puskesmas Medan Johor

0 0 23