Produksi Tanaman Cabai Capsicum annum L

Hasil pengamatan mingguan intensitas serangan penyakit C.capsici dari pengamatan 90-125 hst dapat dilihat pada lampiran 4-9. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dapat dilihat dari tabel 1. Kombinasi perlakuan pupuk, fungisida dan jarak tanam berpengaruh nyata terhadap penyakit C.capsici. Dari Tabel 1 diketahui bahwa serangan penyakit C.capsici yang paling tinggi terdapat pada perlakuan P0F0J3 pada pengamatan 125 HST yaitu 45.145 dan diikuti perlakuan P0F0J1 pada pengamatan 125 HST yaitu 18,577 dan serangan penyakit yang terendah terdapat pada perlakuan P1F2J2 pada pengamatan 125 HST yaitu 0,325.

b. Produksi Tanaman Cabai Capsicum annum L

Dari hasil pengamatan produksi tanaman cabai C. annum L yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan analisa sidik ragam, menunjukkan bahwa dengan perlakuan pupuk, fungisida dan jarak tanam berpengaruh nyata, hal ini dapat dilihat pada lampiran 7-15. Untuk mengetahui perlakuan mana yang berbeda nyata dapat dilihat pada tabel 2 dibawah ini. Universitas Sumatera Utara Tabel 2.Rata-rata produksi Tanaman Cabai dikonversikan ke tonha Perlakuan Tonha 110 HST 107 HST 114 HST 121 HST 128 HST 135 HST 142 HST 149 HST P0F0J1 0.000 0.208 ef 0.583 ghi 0.667 gh 0.250 g 0.292 j 0.700 hi 0.600 ij P1F0J1 0.000 0.208 ef 0.208 i 0.646 gh 0.896 g 0.813 hij 0.775 ghi 0.650 ij P2F0J1 0.000 0.250 ef 0.479 hi 0.333 h 0.604 g 0.500 ij 0.400 i 0.775 hij P0F0J2 0.250 0.708 cdef 0.646 fghi 0.854 gh 0.625 g 0.750 ij 1.025 fghi 0.775 hij P1F0J2 0.000 0.417 def 0.375 hi 1.333 gh 1.479 efg 1.500 hij 1.900 fghi 0.350 j P2F0J2 0.167 0.833 bcdef 1.083 fghi 1.688 fgh 1.417 efg 2.042 ghij 2.485 defg 1.300 ghij P0F0J3 0.000 0.104 f 0.625 fghi 0.750 gh 1.250 fg 1.354 hij 0.920 fghi 0.750 hij P1F0J3 0.000 1.292 abcde 1.438 efg 1.625 fgh 1.833 defg 1.604 ghij 1.950 fghi 1.725 efgh P2F0J3 0.000 0.792 bcdef 1.333 fgh 1.358 gh 2.254 cdefg 1.583 hij 1.910 fghi 1.460 ghij P0F1J1 0.417 0.792 bcdef 0.958 fghi 0.854 gh 2.500 cdefg 1.854 ghij 1.360 fghi 1.150 ghij P1F1J1 0.083 1.167 abcdef 2.292 bcd 3.292 cde 5.563 abc 4.667 de 3.950 bcdef 2.750 cde P2F1J1 0.000 1.021 abcdef 1.750 def 2.917 cdef 4.771 abcde 3.917 def 3.500 bcdef 2.100 efg P0F1J2 0.500 0.771 bcdef 1.188 fghi 2.188 efg 3.354 bcdefg 2.688 fgh 2.625 cdef 1.425 ghij P1F1J2 0.125 1.646 abc 2.792 bcd 3.708 bcd 6.917 ab 5.375 cd 4.452 bcdef 3.350 bcd P2F1J2 0.000 1.521 abcd 3.125 b 4.583 acb 7.688 a 5.917 bc 5.500 ab 3.750 bc P0F1J3 0.271 1.188 abcdef 1.333 fgh 1.667 fgh 2.521 cdefg 2.333 fghi 2.000 efghi 1.600 fghi P1F1J3 0.000 1.646 abc 4.667 a 5.438 a 7.792 a 7.083 a 6.525 a 5.600 a P2F1J3 0.417 2.000 a 3.000 bc 4.375 abc 6.771 ab 5.958 bc 5.250 ab 3.600 bcd P0F2J1 0.167 0.292 ef 0.708 fghi 0.958 gh 2.104 cdefg 1.375 hij 1.150 fghi 1.005 ghij P1F2J1 0.000 1.854 ab 2.863 bcd 4.875 b 7.208 a 6.188 b 6.310 a 4.160 b P2F2J1 0.208 1.438 abcd 4.542 a 4.167 abc 5.071 abcd 4.854 de 5.000 bcd 5.425 a P0F2J2 0.167 1.396 abcd 2.196 cde 2.246 defg 2.125 cdefg 2.000 ghij 2.695 cdef 2.635 def P1F2J2 0.438 1.396 abcd 3.271 ab 4.333 abc 6.542 ab 5.750 bcd 5.200 abc 3.925 bc P2F2J2 0.000 0.771 bcdef 1.000 fghi 1.563 fgh 4.438 abcdef 3.438 efg 1.875 fghi 0.925 hij P0F2J3 0.000 1.458 abcd 2.167 cde 1.979 efg 1.708 defg 1.979 ghij 2.375 efgh 2.600 def P1F2J3 0.292 1.833 ab 2.771 bcd 4.417 abc 7.292 a 5.500 bcd 5.300 ab 3.325 bcd P2F2J3 0.375 0.813 bcdef 2.625 bcd 4.375 abc 6.542 ab 4.521 de 5.520 ab 3.125 bcd Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama untuk masing – masing perlakuan pada setiap pengamatan berbeda tidak nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Duncan DMRT Universitas Sumatera Utara Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan P1F1J2 merupakan produksi cabai tertinggi pada pengamatan V 135 HST yaitu 7.792 tonha. Produksi terendah terdapat pada perlakuan P0F0J3 yaitu 0,25 tonha. Produksi berbanding terbalik dengan presentase serangan, presentase serangan penyakit tinggi diperoleh produksi yang rendah dan sebaliknya presentase serangan penyakit rendah diperoleh produksi tinggi. Pembahasan a. Presentase Serangan Penyakit Antaraknosa C.capsici Dari Table 1 dapat dilihat bahwa pada pengamatan 90 HST pada perlakuan P1F0J3, P0F0J1, P2F0J1, P0F1J3, P2F1J3, P0F1J2,P1F1J2, P0F2J3,P0F1J2, P1F1J2, P0F2J3, P0F2J1, P2F2J1 telah dijumpai serangan penyakit C.capsici, hal ini menandakan bahwa penyakit C.capsici telah menyerang buah cabai pada umur 90 hari dimana cabai pada umur tersebut telah berbuah. Dari table 1 perbedaan presentase serangan penyakit C. capsici pada setiap kombinasi perlakuan dapat dilihat seperti histogram berikut : Universitas Sumatera Utara 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 P 0F 0J 3 P 1F 0J 3 P 2F 0J 3 P 0F 0J 1 P 1F 0J 1 P 2F 0J 1 P 0F 0J 2 P 1F 0J 2 P 2F 0J 2 P 0F 1J 3 P 1F 1J 3 P 2F 1J 3 P 0F 1J 1 P 1F 1J 1 P 2F 1J 1 P 0F 1J 2 P 1F 1J 2 P 2F 1J 2 P 0F 2J 3 P 1F 2J 3 P 2F 2J 3 P 0F 2J 1 P 1F 2J 1 P 2F 2J 1 P 0F 2J 2 P 1F 2J 2 P 2F 2J 2 Perlakuan P r e s e n ta s e S e r a n g a n 90 hst 97 hst 104 hst 111 hst 118 hst 125 hst Gambar 3. Histogram rataan presentase serangan C.capsici Universitas Sumatera Utara Pengaruh Interaksi Perlakuan Pupuk dan Fungisida Dari hasil pengamatan persentase serangan penyakit C.capsici pada tanaman cabai yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan analisa sidik ragam, menunjukkan bahwa persentase dengan perlakuan pupuk dan fungisida menunjukkan berpengaruh nyata dan berpengaruh sangat nyata terhadap C.capsici. Hal ini dapat dilihat pada table 3 berikut: Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing- masing perlakuan pada setiap pengamatan berbeda tidak nyata pada taraf 5 dan 1 menurut Uji Jarak Duncan DMRT Hasil pengamatan mingguan intensitas serangan penyakit C.capsici dari pengamatan 90-125 hst dapat dilihat pada lampiran 4-9. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dan sangat berbeda nyata dapat dilihat dari tabel 3. Kombinasi perlakuan pupuk dan fungisida berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap penyakit C.capsici. Dari Tabel 3 diketahui bahwa serangan penyakit C.capsici yang paling tinggi terdapat pada perlakuan F0P0 pada pengamatan 125 HST yaitu 79,798 dan diikuti perlakuan F0P2 pada pengamatan 125 HST yaitu 43,501 dan serangan penyakit yang terendah terdapat pada perlakuan F2P1 pada pengamatan 125 HST yaitu 2,228. Tabel 3. Pengaruh Interaksi Perlakuan Pupuk dan Fungisida Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Perlakuan Presentase Seranganwaktu Pengamatan 90 hst 97 hst 104 hst 111 hst 118 hst 125 hst F0P0 2.082 23.390 A 33.567 a 45.845 a 58.880 a 79.798 A F1P0 4.277 3.482 C 2.068 d 6.762 c 6.811 c 7.864 C F2P0 9.243 4.127 C 13.790 c 5.456 c 5.752 c 5.641 C F0P1 4.165 18.180 B 27.766 ab 29.973 b 34.116 b 35.789 B F1P1 1.040 1.253 C 2.259 d 3.047 c 2.924 c 2.524 C F2P1 0.000 1.293 C 1.225 d 2.979 c 2.778 c 2.228 C F0P2 1.357 16.475 B 23.767 b 28.798 b 29.924 b 43.501 B F1P2 0.000 1.343 C 2.125 d 3.126 c 5.246 c 8.504 C F2P2 12.815 2.427 C 2.679 d 4.766 c 4.517 c 3.975 C Universitas Sumatera Utara Dari table 3 pengaruh Pupuk dan fungisida terhadap serangan penyakit C.capsici dapat dilihat pada histogram berikut. Gambar 4. Histogram pengaruh pupuk dan fungisida terhadap persentase serangan C.capsici Pengaruh Interaksi Perlakuan Fungisida dan Jarak Tanam Dari hasil pengamatan persentase serangan penyakit C.capsici pada tanaman cabai yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan analisa sidik ragam, menunjukkan bahwa persentase dengan perlakuan pupuk dan fungisida menunjukkan berpengaruh nyata dan berpengaruh sangat nyata terhadap C.capsici. Hal ini dapat dilihat pada table 4 berikut: Tabel 4. Pengaruh Interaksi Perlakuan Jarak Tanam dan Fungisida Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Perlakuan Presentase Seranganwaktu Pengamatan 90 hst 97 hst 104 hst 111 hst 118 hst 125 hst F0J1 4.165 22.092 A 30.013 a 43.975 A 54.490 A 71.230 A F1J1 1.722 2.680 AB 3.566 c 3.904 C 8.760 C 9.640 C F2J1 5.493 2.685 AB 13.191 b 3.988 C 4.862 C 4.100 C F0J2 3.439 13.673 A 27.899 a 31.673 AB 33.663 B 42.917 B F1J2 0.000 1.302 B 1.155 c 3.153 C 3.441 C 6.750 C F2J2 16.565 4.031 AB 3.112 c 4.672 C 4.048 C 3.379 C F0J3 0.000 22.280 A 27.188 b 28.969 B 34.767 B 44.940 B F1J3 3.595 2.097 AB 1.731 c 5.877 C 2.779 C 2.502 C F2J3 0.000 1.131 B 1.392 c 4.541 C 4.137 C 4.365 C Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing- masing perlakuan pada setiap pengamatan berbeda tidak nyata pada taraf 5 dan 1 menurut Uji Jarak Duncan DMRT Universitas Sumatera Utara Hasil pengamatan mingguan intensitas serangan penyakit C.capsici dari pengamatan 90-125 hst dapat dilihat pada lampiran 4-9. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dan sangat berbeda nyata dapat dilihat dari tabel 4. Kombinasi perlakuan jarak tanam dan fungisida berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap penyakit C.capsici . Dari Tabel 4 diketahui bahwa serangan penyakit C.capsici yang paling tinggi terdapat pada perlakuan F0J1 pada pengamatan 125 HST yaitu 71,23 dan diikuti perlakuan F0J3 pada pengamatan 125 HST yaitu 44,94 dan serangan penyakit yang terendah terdapat pada perlakuan F2J2 pada pengamatan 125 HST yaitu 3,379. Dari table 4 pengaruh jarak tanam dan fungisida terhadap serangan penyakit C.capsici dapat dilihat pada histogram berikut. Gambar 5. Histogram pengaruh jarak tanam dan fungisida terhadap persentase serangan C.capsici Universitas Sumatera Utara Pengaruh Interaksi Perlakuan Pupuk dan Jarak Tanam Dari hasil pengamatan persentase serangan penyakit C.capsici pada tanaman cabai yang telah dilakukan dan dilanjutkan dengan analisa sidik ragam, menunjukkan bahwa persentase dengan perlakuan pupuk danjarak tanam menunjukkan berpengaruh nyata dan berpengaruh sangat nyata terhadap C.capsici. Hal ini dapat dilihat pada table 5 berikut: Tabel 5. Pengaruh Interaksi Perlakuan Jarak Tanam dan Pupuk Terhadap Intensitas Serangan C.capsici Perlakuan Presentase Seranganwaktu Pengamatan 90 hst 97 hst 104 hst 111 hst 118 hst 125 hst P0J1 7.215 17.329 a 29.258 A 28.573 a 43.079 a 53.215 a P1J1 4.165 4.516 b 9.087 B 9.988 b 10.955 b 11.325 b P2J1 0.000 5.613 b 8.425 B 13.307 b 14.078 b 20.431 b P0J2 5.832 6.193 b 10.728 B 14.861 b 13.232 b 20.693 b P1J2 0.000 7.730 b 13.112 B 12.542 b 14.768 b 14.549 b P2J2 14.172 5.083 b 8.326 B 12.094 b 13.152 b 17.803 b P0J3 2.555 7.478 b 9.439 B 14.629 b 15.131 b 19.395 b P1J3 1.040 8.480 ab 9.052 B 13.468 b 14.094 b 14.667 b P2J3 0.000 9.550 ab 11.820 B 11.289 b 12.457 b 17.745 b Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama untuk masing- masing perlakuan pada setiap pengamatan berbeda tidak nyata pada taraf 5 dan 1 menurut Uji Jarak Duncan DMRT Hasil pengamatan mingguan intensitas serangan penyakit C.capsici dari pengamatan 90-125 hst dapat dilihat pada lampiran 4-9. Untuk mengetahui perlakuan yang berbeda nyata dan sangat berbeda nyata dapat dilihat dari tabel 5. Kombinasi perlakuan jarak tanam dan pupuk berpengaruh nyata dan sangat nyata terhadap penyakit C.capsici. Dari Tabel 5 diketahui bahwa serangan penyakit C.capsici yang paling tinggi terdapat pada perlakuan P0J1 pada pengamatan 125 HST yaitu 53,215 dan diikuti perlakuan P0J2 pada pengamatan 125 HST yaitu 20,693 dan serangan penyakit yang terendah terdapat pada perlakuan P1J1 pada pengamatan 125 HST yaitu 11,325. Universitas Sumatera Utara Dari table 5 pengaruh jarak tanam dan pupuk terhadap serangan penyakit C.capsici dapat dilihat pada histogram berikut. Gambar 6. Histogram pengaruh jarak tanam dan pupuk terhadap persentase serangan C.capsici Pengaruh Pupuk Dari hasil analisa sidik ragam dan tabel 1 dilihat Kombinasi Pupuk, Fungisida dan Jarak Tanam memberikan pengaruh sangat nyata, dan diantara uji pengaruh pupuk dengan dosis P0 : Tanpa pupuk, P1 : Pupuk 150 kgHa Urea + 200 kgHa TSP + 200 kgHa KCL, P2 : 200 kgHa Urea + 250 kgHa TSP + 250 kgHa KCl, memberikan pengaruh yang berbeda terhadap presentase serangan C.capsici. Untuk mengetahui beda pengaruh setiap perlakuan pupuk dapat dilihat pada tabel 5 dibawah. Universitas Sumatera Utara Tabel 6: Pengaruh Pupuk Terhadap Intensitas SeranganPenyakit C.capsici dengan Uji Jarak Duncan Perlakuan Presentase Serangan Waktu Pengamatan 90 HST 97 HST 104 HST 111 HST 118 HST 125 HST P0 1.734 10.333A 16.475A 19.354A 23.814A 31.101A P1 0.578 6.908B 10.417B 12.000B 13.273B 13.514B P2 1.575 6.748B 9.524B 12.230B 13.229B 18.660C Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 menurut Uji Jarak Duncan DMRT Dari tabel 6 dapat dilihat pada perlakuan P0 serangan lebih tinggi disebabkan perlakuan P0 sebagai pembanding atau kontrol pada perlakuan pupuk. Sedangkan P1 menunjukkan pengaruh sangat nyata, dengan tanpa pupuk P0 terhadap serangan penyakit C.capsici, dan P0 menunjukkan berbeda nyata dengan perlakuan P2 pada pengamatan 125 HST. Perlakuan P1 menunjukkan berbeda sangat nyata terhadap P2. Hal ini terjadi karena perlakuan P2 dengan pemberian pupuk lebih tinggi dari pada P1 yang tepat dosis menyebabkan tanaman lebih rentan terhadap penyakit yang sesuai dengan pernyataan Sudir dan Suparyono 2001 tentang pupuk yang menyatakan bahwa Unsur N, P dan K merupakan unsur hara makro yang sangat berpengaruh terhadap kecepatan berkembang penyakit . Unsur N yang berlebihan menyebabkan tanaman beranakan banyak, tumbuh sekulen, dan menipisnya lapisan silika pada jaringan epidermis tanaman. Secara keseluruhan tanaman yang diberi unsur N berlebihan akan menjadi lebih mudah terinfeksi patogen. Kekurangan unsur P berakibat memperlambat proses pemasakan buah yang mengakibatkan umur tanaman menjadi lebih panjang sehingga memberikan peluang lebih banyak patogen berinteraksi dengan tanaman. Unsur K berperan penting pada setiap proses metabolisme tanaman dan Universitas Sumatera Utara meningkatkan kekuatan mekanis tanaman sehingga tanaman lebih tahan terhadap penyakit. Dari table 6 pengaruh Pupuk terhadap serangan penyakit C.capsici dapat dilihat pada histogram berikut. 5 10 15 20 25 30 35 90 HST 97 HST 104 HST 111 HST 118 HST 125 HST Waktu Pengamatan HST P re s e n ta s e S e ra n g a n P0 P1 P2 Gambar 7. Histogram pengaruh pupuk terhadap persentase serangan C.capsici Pengaruh Fungisida Dari hasil analisa sidik ragam dan tabel 1 dilihat Kombinasi Pupuk, Fungisida dan Jarak Tanam memberikan pengaruh sangat nyata, dan diantara uji pengaruh Fungisida F0 : Tanpa Pestisida, F1 : Fungisida Sistemik bahan aktif Mankozeb dan F2:Fungisida Kontak bahan aktif Chlorothalonil memberikan pengaruh yang berbeda terhadap presentase serangan C.capsici. Untuk mengetahui beda pengaruh setiap perlakuan Fungisida dapat dilihat pada tabel 7 dibawah. Universitas Sumatera Utara Tabel 7: Pengaruh FungisidaTerhadap Intensitas SeranganPenyakit C.capsici dengan Uji Jarak Duncan Perlakuan Presentase Serangan Waktu Pengamatan 90 HST 97 HST 104 HST 111 HST 118 HST 125 HST F0 0.845 19.348A 28.367A 34.872A 40.973A 53.029A F1 0.591 2.026B 2.151B 4.312B 4.994B 6.297B F2 2.451 2.616B 5.895B 4.400B 4.349B 3.948C Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 1 menurut Uji Jarak Duncan DMRT Dari tabel 7 dapat dilihat pada perlakuan F0 serangan lebih tinggi disebabkan perlakuan F0 sebagai pembanding atau kontrol pada perlakuan fungisida. Sedangkan F1 menunjukkan pengaruh sangat nyata dengan tanpa Fungisida F0. Perlakuan F1 menunjukkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan F2 pada pengamatan 97-118 HST tetapi pada pengamatan 125 HST fungisida nonsistemik F2 berbeda nyata dengan fungisida sistemik F1. Hal ini disebabkan bahwa aplikasi fungisida nonsistemik atau sering disebut fungisida kontak dapat menekan perkembangan penyakit, jika fungisida ini mengenai sasaran jamur dalam arti bahan aktif bersentuhan atau kontak langsung dengan jamur. Jika hanya mengenai tanaman maka bahan aktif yang terkandung dalam fungisida tersebut tidak dapat menghambat perkembangan jamur patogen karena tidak bisa ditranslokasikan keseluruh tanaman. Sedangkan fungisida sistemik, jika diaplikasikan pada tanaman dapat ditranslokasikan keseluruh tanaman, tetapi membutuhkan waktu yang lebih lama disamping dosis yang sesuai. Sehingga F1 dan F2 pada pengamatan 97-118 HST efeknya sama, tetapi pada pengamatan 125 HST sudah berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan literatur Djojosumarto Universitas Sumatera Utara 2000, yang menyatakan fungisida sistemik dan kontak mempunyai cara kerja yang berbeda dimana cara kerja fungisida sistemik yaitu fungisida yang diabsorbsi oleh organ-organ tanaman yang ditranslokasikan kebagian tanaman lainnya lewat aliran cairan tanaman sedangkan fungisida nonsistemik yaitu fungisida yang tidak dapat diserap oleh jaringan tanaman, fungisida ini akan membentuk lapisan penghalang dipermukaan daun tanaman sehingga perkecambahan spora dan misellium akan terhambat Dari table 7 pengaruh Pupuk terhadap serangan penyakit C.capsici dapat dilihat pada histogram berikut. 10 20 30 40 50 60 90 HST 97 HST 104 HST 111 HST 118 HST 125 HST Waktu Pengamatan HST P re s e n ta s e S e ra n g a n F0 F1 F2 Gambar 8. Histogram pengaruh Fungisida terhadap persentase serangan C.capsici Pengaruh Jarak Tanam Dari hasil analisa sidik ragam dan tabel 1 dilihat Kombinasi Pupuk, Fungisida dan Jarak Tanam memberikan pengaruh sangat nyata, dan diantara uji pengaruh jarak tanam dengan J1 : 45cm x 45cm, J2 : 40cm x 50cm, J3 : 30 cm x 60cm memberikan pengaruh yang berbeda terhadap Universitas Sumatera Utara presentase serangan C.capsici. Untuk mengetahui beda pengaruh setiap perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada tabel 8 dibawah. Tabel 8: Pengaruh Jarak TanamTerhadap Intensitas SeranganPenyakit C.capsici dengan Uji Jarak Duncan Perlakuan Presentase Serangan Waktu Pengamatan 90 HST 97 HST 104 HST 111 HST 118 HST 125 HST J1 2.223 6.335b 10.722b 13.166b 13.717b 17.682b J2 0.399 8.502ab 10.104b 13.129b 13.894b 17.269b J3 1.264 9.152a 15.590a 17.289a 22.704a 28.323a Keterangan: angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada taraf 5 menurut Uji Jarak Duncan DMRT Dari tabel 8 dapat dilihat pada perlakuan J3 serangan lebih tinggi disebabkan perlakuan J3 adalah perlakuan Jarak Tanam yang lebih rapat. Sedangkan J3 menunjukkan pengaruh berbeda dengan J1. Perlakuan J1 menunjukkan tidak berbeda nyata dengan perlakuan J2. Hal ini terjadi kerapatan kerapatan tanaman akan mempengaruhi kelembaban pada tanaman cabai dan kecepatan spora jamur C.capsici menyebar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rompas 2001 yang menyatakan Periode inkubasi Colletotrichum sp., antara 5-7 hari atau 4-6 hari setelah inokulasi. Suhu optimum untuk pertumbuhan jamur antara 24-30ºC dengan kelembaban relatif antara 80-92 . Perlakuan J1 dan J2 pada pengamatan 97-125 HST menunjukkan pengaruh tidak berbeda nyata, kecuali pada J3. Perlakuan J3 dengan jarak tanam yang sangat rapat dan tidak sesuai dengan varietas ini dibanding J1 dan J2 menyebabkan diameter kanopi setiap tanaman akan bersentuhan dan rapat hal ini mengakibatkan daerah batang cabai akan lembab sehingga jamur akan lebih cepat berkembang. Perlakuan jarak Universitas Sumatera Utara tanam J2 dan J3 masih sesuai dengan lebar kanopi dari tanaman ini dimana lebar kanopi dari varietas ini tergolong kompak sehingga sesuai dengan jarak tanam J3 dan J2. Hal ini sesuai dengan literatur Setiadi 2005 yang menyatakan Jarak tanam ditentukan berdasarkan jenis cabai yang ditanam. Berdasarkan pengamatan dilapangan, jarak tanam yang lebar akan lebih baik untuk kesehatan tanaman. Bila menggunakan jarak tanam yang rapat atau sempit, situasi disekitar tanaman akan menjadi lembab. Situasi yang demikian akan dapat mengundang datangnya jamur. Selain tanah menjadi lembab, jarak tanam yang rapat akan berpengaruh terhadap pertumbuhan cabang dan ranting tanaman. Hal ini secara tidak langsung akan mempengaruhi produksi buah nantinya Dari table 8 pengaruh Jarak Tanam terhadap serangan penyakit C.capsici dapat dilihat pada histogram berikut. Gambar 9. histogram pengaruh Fungisida terhadap persentase serangan C.capsici Universitas Sumatera Utara Hasil pengamatan gejala serangan C.capsici diperoleh dari lapangan terlihat pada gambar dibawah. Gambar 10 : Gejala Serangan C.capsici

b. Produksi Tanaman Cabai

Dokumen yang terkait

Penghambatan Layu Fusarium Pada Benih Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Yang Dienkapsulasi Alginat-Kitosan Dan Tapioka Dengan Bakteri Kitinolitik

2 54 54

Uji Ketahanan Beberapa Varietas Tanaman Cabai (Capsicum annum L.) Terhadap Serangan Penyakit Antraknosa Dengan Pemakaian Mulsa Plastik

0 80 121

Uji Efektifitas Daun Cengkeh (Syzygium aromaticum L.) Dan Daun Serai (Adropogon nardus L.) Terhadap Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici (Syd) Butler dan Bisby) Pada Tanaman Cabai (Capsicum annuum L.) Di Lapangan

4 80 94

Uji Efektivitas Beberapa Pestisida Nabati Untuk Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) Pada Tanaman Cabai ( Capsicum annuum L ) Di Lapangan

1 49 66

Tanggap Beberapa Varietas Cabai (Capsicum Annum L.) Terhadap Aplikasi Pupuk Dengan Metode Hidroponik

0 28 105

Pengaruh Jenis Bahan Pengemas Terhadap Kualitas Produk Cabai Merah (Capsicum Annuum L.) Segar Kemasan Selama Penyimpanan Dingin

0 43 144

PENGARUH BEBERAPA JENIS EKSTRAK TUMBUHAN TERHADAP PENYAKIT ANTRAKNOSA PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.) DI LAPANGAN

1 9 33

PENGARUH KITOSAN DAN Trichoderma Sp. TERHADAP KEPARAHAN PENYAKIT ANTRAKNOSA (Colletotrichum capsici (Syd.) Butl. et Bisby) PADA BUAH CABAI (Capsicum annuum L.)

1 17 25

KETAHANAN KULTIVAR CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) TERHADAP JAMUR Colletotrichum capsici (Syd.) Butler & Bisby PENYEBAB PENYAKIT ANTRAKNOSA

8 110 31

Potensi Jamur Endofit dalam Mengendalikan Penyakit Antraknosa (Colletotrichum capsici) pada Tanaman Cabai (Capsicum annum)

0 0 16