Rumusan Masalah Penelitian Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Kebidanan

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang peneliti uraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah untuk mengetahui bladder training pada ibu-ibu pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2010.

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bladder training pada ibu-ibu pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui karakteristik responden b. Untuk mengetahui Bladder training terhadap jumlah BAK yang dikeluarkan pada ibu-ibu pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan. c. Untuk mengetahui Bladder training terhadap BAB yang dikeluarkan pada ibu- ibu pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan. d. Untuk mengetahui Bladder training terhadap lokea pada ibu-ibu pasca seksio sesarea di RSUD. Dr. Pirngadi Medan. Universitas Sumatera Utara

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi bagi bidan tentang penatalaksanaan bladder training dan manfaat bladder training terhadap penyembuhan pasien pasca seksio sesarea. 2. Bagi Peneliti selanjutnya Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai salah satu intervensi bagi penelitian selanjutnya yang sejenis. 3. Bagi Pendidikan Kebidanan Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengembangan ilmu pengetahuan dalam institusi kebidanan sehingga dapat meningkatkan pengetahuan peserta didik tentang manfaat bladder training pada pasien pasca seksio sesarea. Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Bladder Training

1. Defenisi

Bladder training melatih kembali kandung kemih ialah untuk mengembalikan pola normal perkemihan dengan menghambat atau menstimulasi pengeluaran air kemih AHCPR, 1992.

2. Tujuan bladder training

Mengembalikan pola kebiasaan berkemih.

3. Proses Berkemih

Berkemih mictio, mycturition, voiding, atau urination adalah proses pengosongan vesika urinaria kandung kemih. Proses ini dimulai dengan terkumpulnya urine dalam vesika urinaria yang merangsang saraf-saraf sensorik dalam dinding vesika urinaria bagian reseptor. Vesika urinaria dapat menimbulkan rangsangan saraf bila berisi kurang lebih 250-450 cc pada orang dewasa dan 200- 250 cc pada anak-anak. Mekanisme berkemih terjadi karena vesika urinaria berisi urine yang dapat menimbulkan rangsangan, melalui medulla spinalis dihantarkan kepusat pengontrol berkemih yang terdapat dikorteks serebral, kemudian otak memberikan implusrangsangan melalui medulla spinalis ke neuromotoris didaerah sakral, serta terjadi koneksasi otot detrosor dan relaksasi otot sfingter internal. Universitas Sumatera Utara