Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011

(1)

PROGR

RESP

SESARE

RSU

RAM D-IV

U

PON IBU

EA SET

UD Dr.PI

KAR

V BIDAN

UNIVERS

U YANG

ELAH P

IRNGAD

RINCI PA 11510

RYA TUL

PENDID

SITAS SU

20

G MENG

PERSAL

DI MEDA

ARDEDE 02003

LIS ILMI

IK FAKU

UMATERA

12

GALAMI

LINAN N

AN TAH

IAH

ULTAS K

A UTARA

I SEKSI

NORMA

HUN 201

KEPERAW

A

IO

AL DI

11

WATAN


(2)

Judul : Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Nama : Rinci Pardede NIM : 115102003

Jurusan : D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun : 2012

Abstrak

Latar belakang : Saat ini kejadian seksio sesarea meningkat. WHO memperkirakan bahwa kejadian seksio sesarea adalah sekitar 10-15% dari semua persalinan disetiap negara. Tingginya angka seksio sesarea diperkirakan karena riwayat seksio, distress janin dan presentase bokong.

Tujuan penelitian : untuk mengeksplorasi bagaimana respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011. Metodologi : Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Waktu penelitian Februari-April 2012. Jumlah partisipan sebanyak 6 orang. Sampel yang diambil adalah ibu yang pernah mengalami persalinan normal, ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 dan ibu yang bersedia untuk diwawancarai.

Hasil penelitian : Dari penelitian diperoleh respon yang berkaitan dengan alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal adalah karena rasa sakit yang hilang timbul, kelainan letak pada janin disertai ketuban pecah sebelum waktunya, kehamilan kembar dan peningkatan tekanan darah pada ibu. Respon ibu pre operasi adalah merasa takut, pasrah, tenang dan perasaan biasa saja. Mayoritas bayi yang lahir dengan seksio sesarea adalah segera menangis. Respon ibu saat melihat bayi adalah merasa senang, bahagia dan haru. Respon terhadap perawatan dua jam post operasi, ada partisipan belum merasakan sakit dan ada juga yang sudah merasa nyeri pada bekas operasi. Proses mobilisasi yang dilakukan ibu post operasi adalah miring ke kiri dan miring ke kanan. Lama perawatan post operasi di rumah sakit empat sampai lima hari. Aktivitas ibu dalam merawat bayi masih terbatas seperti memangku bayi, memberi ASI, memandikan bayi dan tetap dibantu keluarga. Mayoritas partisipan terkesan dengan persalinan normal karena pemulihan yang lebih cepat dari pada operasi. Mayoritas partisipan memilih melahirkan normal jika hamil kembali.

Kesimpulan : Diharapkan agar petugas kesehatan dapat mendukung ibu menyangkut pilihannya untuk melakukan persalinan normal.


(3)

(4)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada TuhanYang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini yang berjudul “Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011”. Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan pada Program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan penelitian ini penulis mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat membuat karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Ibu Nur Afidarti, SKep, MKep selaku dosen pembimbing karya tulis ilmiah ini yang dengan penuh keihklasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, serta ilmu yang bermanfaat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. 2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Ketua Program D-IV Bidan

Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Direktur Utama RSUD Dr. Pirngadi Medan beserta Staf pegawai yang telah memberikan izin peneliti untuk mengadakan penelitian di RSUD Dr. Pirngadi Medan.

4. Seluruh dosen, staf dan pegawai administrasi program studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.


(5)

5. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moril maupun materil serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penulis hingga membuat semangat penulis terus terpacu dalam membuat proposal penelitian. Serta kakak dan adik-adik tercinta yang selalu mendoakan dan memotivasi penulis.

6. Kepada seluruh teman-teman di Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, yang tak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi banyak bantuan dan semangat.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih memerlukan perbaikan untuk kesempurnaan hasil penelitian, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi sempurnanya penelitian ini sekian dan terimakasih.

Medan, Juni 2012 Penulis

(Rinci Pardede)

     


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Respon ……… 7

B. Kecemasan ... 7

C. Persalinan ... 8

1. Defenisi Persalinan ... 8

2. Jenis Persalinan ... 8

3. Proses Persalinan Melalui Jalan Lahir ... 10

D. Persalinan Seksio Sesarea ... 12

1. Indikasi Persalinan Seksio Sesarea ... 12

2. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melakukan Seksio Sesarea ... 13

3. Jenis Seksio Sesarea ... 16

4. Perawatan Praoperasi ... 17

5. Perawatan Pascaoperasi ... 17

6. Risiko Opersai Seksio Sesarea ... 18

7. Menghindari Bedah Sesar Yang Tidak Perlu ... 21


(7)

E. Metode Penelitian Kualitatif Fenomenologi ... 23

F. Respon Ibu Terhadap Seksio Sesarea ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 27

B. Populasi Dan Sampel ... 28

C. Tempat Penelitian ... 29

D. Waktu Penelitian ... 29

E. Etika Penelitian ... 29

F. Alat Pengumpulan Data ... 30

G. Pengumpulan Data ... 31

H. Analisis Data ... 32

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Partisipan ……….. 35

B. Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal ……… 36

1. Alasan ibu melahirkan dengan seksio sesarea setelah persalin normal ... 37

2. Respon pre operasi ... 39

3. Respon tentang keadaan bayi saat lahir ... 41

4. Respon ibu saat melihat bayi ... 42

5. Respon ibu tentang perawatan post operasi di rumah sakit ... 43

6. Respon terhadap lama waktu perawatan post operasi di rumah sakit ... 44

7. Respon ibu terhadap aktivitas dalam merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit ... 45

8. Respon tentang proses pemulihan setelah melahirkan normal dan seksio sesarea ... 46


(8)

9. Respon ibu tentang pengalaman melahirkan yang paling

berkesan ... 46 10. Jenis persalinan yang dipilih ibu jika ibu hamil

kembali ... 48 C. Interprestasi dan Diskusi Hasil ……….... 50 D. Keterbatasan Penelitian ………... 57 E. Implikasi Untuk Asuhan Kebidanan/Pendidikan

Kebidanan ………... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ………. 60 B. Saran ……… 61

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

                         


(9)

Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Menjadi Partisipan Penelitian

Lampiran 2 : Kuesioner Data Demografi

Lampiran 3 : Panduan Wawancara

Lampiran 4 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian

Lampiran 5 : Surat Selesai Meneliti

Lampiran 6 : Daftar Riwayat Hidup  

   


(10)

Judul : Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011

Nama : Rinci Pardede NIM : 115102003

Jurusan : D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Tahun : 2012

Abstrak

Latar belakang : Saat ini kejadian seksio sesarea meningkat. WHO memperkirakan bahwa kejadian seksio sesarea adalah sekitar 10-15% dari semua persalinan disetiap negara. Tingginya angka seksio sesarea diperkirakan karena riwayat seksio, distress janin dan presentase bokong.

Tujuan penelitian : untuk mengeksplorasi bagaimana respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di Rumah Sakit Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011. Metodologi : Desain penelitian yang digunakan adalah kualitatif fenomenologi. Waktu penelitian Februari-April 2012. Jumlah partisipan sebanyak 6 orang. Sampel yang diambil adalah ibu yang pernah mengalami persalinan normal, ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011 dan ibu yang bersedia untuk diwawancarai.

Hasil penelitian : Dari penelitian diperoleh respon yang berkaitan dengan alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal adalah karena rasa sakit yang hilang timbul, kelainan letak pada janin disertai ketuban pecah sebelum waktunya, kehamilan kembar dan peningkatan tekanan darah pada ibu. Respon ibu pre operasi adalah merasa takut, pasrah, tenang dan perasaan biasa saja. Mayoritas bayi yang lahir dengan seksio sesarea adalah segera menangis. Respon ibu saat melihat bayi adalah merasa senang, bahagia dan haru. Respon terhadap perawatan dua jam post operasi, ada partisipan belum merasakan sakit dan ada juga yang sudah merasa nyeri pada bekas operasi. Proses mobilisasi yang dilakukan ibu post operasi adalah miring ke kiri dan miring ke kanan. Lama perawatan post operasi di rumah sakit empat sampai lima hari. Aktivitas ibu dalam merawat bayi masih terbatas seperti memangku bayi, memberi ASI, memandikan bayi dan tetap dibantu keluarga. Mayoritas partisipan terkesan dengan persalinan normal karena pemulihan yang lebih cepat dari pada operasi. Mayoritas partisipan memilih melahirkan normal jika hamil kembali.

Kesimpulan : Diharapkan agar petugas kesehatan dapat mendukung ibu menyangkut pilihannya untuk melakukan persalinan normal.


(11)

A.Latar Belakang

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung tidak lebih 18 jam tanpa komplikasi baik bagi ibu maupun janin yang terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (Yeyeh dkk, 2009).

Persalinan dimulai sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada servik dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. Namun ada kalanya persalinan itu terganggu sehingga kehamilan harus diakhiri dengan tindakan operasi caesar (seksio sesarea) dengan segala pertimbangan dan risikonya (Manuaba, 2007).

Persalinan seksio sesarea didefenisikan sebagai kelahiran janin melalui insisi di dinding abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerotomi). Semula operasi sesar merupakan tindakan darurat, yaitu dilakukan karena terpaksa yaitu untuk menyelamatkan nyawa ibu maupun janin. Keadaan darurat yang memerlukan tindakan operasi sesar ini pada dasarnya jika ada ancaman akan terjadi pada ibu atau bayi dan jika bayi menunjukkan adanya tanda-tanda bahaya (Musbikin, 2005).

Seiring dengan perkembangan bidang ilmu kedokteran kebidanan, kini seksio sesarea menjadi alternatif persalinan tanpa pertimbangan medis. Masyarakat semakin mengerti akan hak diri untuk meminta bentuk pertolongan medis teknik yang diinginkan. Seksio sesarea menjadi pilihan sebagian masyarakat dengan salah satu


(12)

alasannya adalah demi keharmonisan keluarga dalam kehidupan seksual (Manuaba, 2007).

Sebagian besar indikasi seksio sesarea bersifat relatif dan bergantung pada penilaian penolong persalinan. Setiap keadaan yang membuat kelahiran lewat jalan lahir tidak mungkin terlaksana merupakan indikasi absolut untuk melakukan seksio abdominal. Diantaranya adalah kesempitan panggul yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan lahir. Pada indikasi relatif, kelahiran lewat vagina bisa terlaksana tetapi keadaan adalah sedemikian rupa sehingga kelahiran lewat seksio sesarea akan lebih aman bagi ibu dan bayi. Angka seksio sesarea terus meningkat dari insidensi 3 hingga 4 persen hingga 15 tahun yang lalu sampai insidensi 10 hingga 15 persen sekarang ini (Oxorn, 2010).

Kejadian seksio sesarea lebih dari 85% dilakukan karena riwayat seksio, distosia persalinan, distres janin dan presentasi bokong. Selain itu operasi seksio sesarea dilakukan untuk mengatasi disproporsi sefalo-pelvik dan aktivitas uterus yang abnormal sehingga operasi mempercepat kelahiran untuk keselamatan ibu dan janin. Keuntungan persalinan seksio sesarea selain dapat mengurangi trauma pada janin, juga memungkinkan ibu untuk menjalankan pilihan sesuai keinginannya (Liu, 2007).

Insiden kelahiran seksio sesarea meningkat secara dramatis dalam 25 tahun terakhir. Angka kelahiran seksio sesarea di Amerika Serikat telah meningkat kurang dari 5% sampai 24%. Alasan peningkatan ini yang tercatat adalah peningkatan pemantauan janin secara elektronik, peningkatan kehamilan pertama kali, peningkatan kehamilan pada usia lebih tua dan insiden kelahiran seksio sesarea berulang yang tinggi (Bobak, 2005).


(13)

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan peneliti di RSUD Dr. Pirngadi Medan, jumlah orang yang mengalami persalinan seksio sesarea pada tahun 2011 sebanyak 365 orang.

Komplikasi anastesi memberi sumbangan 10% dari keseluruhan kematian ibu. Karena itu anastesi tetap merupakan penyebab kelima atau keenam kematian ibu. Angka kematian ibu pada seksio sesarea adalah 40-80/100.000, lebih besar 25 kali angka kematian ibu pada persalinan per vaginam. Angka kesakitan dan kematian karena infeksi 80 kali lebih tinggi pada seksio sesarea dibanding persalinan per vaginam (Benson, 2009).

Mortalitas janin pada seksio sesarea angkanya masih dua kali lipat dari angka mortalitas pada persalinan per vaginam yaitu sekitar 5,5%. Di satu pihak seksio sesarea telah mengurangi jumlah bayi yang cedera akibat prosedur vaginal yang traumatik. Di lain pihak sejumlah bayi yang memiliki defek kongenital yang tidak mungkin atau layak bertahan hidup dilahirkan dalam keadaan hidup. Angka mortalitas kasar yang belum dikoreksi di negara Kanada dan Amerika Serikat kira-kira 30:10.000 seksio sesarea. Namun demikian Evrard dan Gold mendapatkan risiko kematian ibu yang menyertai seksio sesarea adalah 26 kali lebih besar dari pada persalinan per vaginam. Dicatat peningkatan risiko kematian ibu pada pembedahannya sendiri sebanyak sepuluh kali lipat. Bertambahnya penggunaan seksio sesarea untuk melindungi bayi dapat menimbulkan bahaya yang lebih besar bagi ibu (Oxorn, 2010).

Morbiditas ibu meningkat secara drastis pada sesar dibanding dengan persalinan per vaginam. Penyebab utamanya adalah endomiometritis, perdarahan, infeksi saluran


(14)

kemih dan tromboembolisme. Infeksi panggul dan infeksi luka operasi meningkat dan meskipun jarang dapat menyebabkan fasitis nekrotikans. Beberapa peneliti telah membuktikan adanya kemungkinan untuk menurunkan angka seksio sesarea secara bermakna di institusi kesehatan tanpa meningkatkan morbiditas atau mortalitas perinatal. Program-program yang ditujukan untuk mengurangi seksio sesarea yang tidak diperlukan umunya difokuskan pada upaya pendidikan dan pengawasan oleh sesama kolega, mendorong percobaan persalinan pada wanita dengan riwayat seksio sesarea transversal, dan membatasi seksio sesarea atas indikasi distosia persalinan pada wanita yang memenuhi kriteria yang ditentukan secara ketat (Chapman, 2006).

Tindakan operasi seksio sesarea merupakan salah satu bentuk intervensi medis. Pembedahan dapat menimbulkan respon stress psikologis yang tinggi. Ibu merasa cemas tentang pembedahan dan implikasinya, operasi yang ditunggu pelaksanaannya akan menyebabkan rasa takut dan ansietas pada klien yang menghubungkan pembedahan dengan rasa yeri, kemungkinan cacat dan mungkin kematian (Poter dan Perry, 2006). Pada ibu yang mengalami kecemasan berat dapat mengakibatkan terhambatnya proses pembedahan, menghambat bayi untuk mendapatkan asi ekslusif, bonding attactmen dan memperlambat pemulihan pasca operasi, bahkan pada ibu yang menghadapi pembedahan dapat menimbulkan kecemasan, rasa takut, nyeri dan ketidak nyamanan (Ester, 2005). Untuk itu peneliti tertarik melakukan penelitian ini ”bagaimanakah Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal?”. Beberapa pertanyaan yang muncul sehubungan dengan keadaan ini ialah mengapa para ibu melahirkan dengan seksio sesarea pada hal sudah pernah melahirkan normal? apakah


(15)

karena alasan medis atau bukan. Dengan alasan yang tepat tindakan sesarea dapat dilakukan dan mengurangi angka kejadian seksio sesarea yang tidak perlu.

B. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011?”. C. Tujuan Penelitian

Untuk mengeksplorasi bagaimana respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi tenaga kesehatan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kepada tenaga kesehatan tentang pengalaman seksio sesarea yang dilakukan karena ada indikasi maupun tanpa indikasi medis melalui respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal.

2. Bagi pendidikan

Manfaat penelitian ini bagi pendidikan adalah untuk menjadi tambahan pengetahuan mengenai respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal.

3. Bagi para ibu

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi kesehatan kepada para ibu tentang respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal, sehingga para ibu dapat lebih cerdas dalam menentukan pilihan untuk melahirkan yang aman.


(16)

4. Bagi peneliti lanjut

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan informasi tentang penelitian fenomenologi atau bahan perbandingan terhadap penelitian yang akan dilakukan.

BAB II


(17)

A. Respon

Respon adalah tanggapan, reaksi atau jawaban terhadap sesuatu rangsangan baik dari dalam maupun dari luar dirinya sendiri. Sedangkan respon psikologis adalah tanggapan atau reaksi seseorang yang bersifat kejiwaan terhadap sesuatu (Chandra, 2010). Respon psikologis didefenisikan sebagai derajat afek (penilaian) positif atau negatif terhadap suatu subyek psikologis. Manusia akan selalu menerima rangsangan atau stimulus baik dari lingkungan maupun dari dalam dirinya sendiri yang dapat menyebabkan manusia mengadakan respon terhadap stimulus yang mengenainya (Setiawati, 2009).

B. Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan yang tergeneralisasikan atas kecemasan dan kekhawatiran yang mengeluhkan bahwa sesuatu yang buruk dan segera terjadi (Tarwoto, 2010). Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah:

a. Dukungan Keluarga. Adanya dukungan keluarga akan menyebabkan seorang lebih siap dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh Kasdu (2002).

b.Kondisi Lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar ibu dapat menyebabkan seseorang menjadi lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, misalnya lingkungan pekerjaan atau lingkungan bergaul yang tidak memberikan cerita negatif tentang efek negatif suatu permasalahan menyebabkan seseorang lebih kuat dalam menghadapi permasalahan, hal ini dinyatakan oleh (Baso, 2000).


(18)

C. Persalinan

1. Defenisi Persalinan

Setelah ibu menjalani proses kehamilan, maka ibu akan mengalami proses yang kedua yaitu melahirkan. Pada proses persalinan ibu akan mengeluarkan bayi yang dikandungnya selama sembilan bulan dalam keadaan hidup. Persalinan merupakan rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2008).

Pada persalinan ditandai dengan kontraksi uterus yang menyebabkan penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir. Ibu merasakan mules yang menjalar dari perut sampai ke pinggang. Respon tubuh tidak akan sama dirasakan pada setiap ibu, karena diakhir kehamilan terjadi peningkatan hormone oksitosin yang menyebabkan respon aktif his pada rahim ibu (Sarwono, 2008).

Persalinan adalah proses yang diawali dengan membuka dan menipisnya serviks, dan janin akan turun kedalam jalan lahir. Bayi akan melalui jalan lahir lunak dan jalan lahir keras. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin, 2006).

2. Jenis persalinan

Kehamilan dan persalinan merupakan proses yang normal dan alamiah, yang akan dialami oleh setiap wanita sepanjang siklus kehidupannya. Namun, dalam beberapa kasus kehamilan yang tadinya berjalan normal dan fisiologis, bisa berubah menjadi kehamilan yang patologis dan harus mendapatkan perawatan yang khusus, seperti pada kasus ibu hamil dengan solutio plasenta.


(19)

Demikian juga dengan proses persalinan, pada awalnya kita hanya mengenal proses persalinan yang normal melalui jalan lahir normal yaitu persalinan pervaginam, tetapi karena ada masalah yang menyebabkan ibu tidak dapat melahirkan normal, maka dokter akan menganjurkan persalinan melalui proses pembedahan di bagian perut ibu (Musbikin, 2005).

Saifuddin (2006) jenis persalinan ada dua, yaitu persalinan melalui jalan lahir (persalinan per vaginam) dan persalinan melalui jalan lain (persalinan perabdominal).

2.1 Persalinan melalui jalan lahir (persalinan per vaginam)

Menurut Yeyeh, dkk (2009) persalinan berdasarkan proses terjadinya terbagi menjadi tiga yaitu persalinan spontan, persalinan buatan dan persalinan anjuran. Persalinan spontan yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri dan melalui jalan lahir. Persalinan buatan adalah persalinan dengan tenaga dari luar dengann ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan seksio sesarea.Persalinan anjuran dimana persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin aprostaglandin.

2.2 Persalinan melalui jalan lain (persalinan perabdominal)

Menurut Saifuddin (2006) persalinan melalui jalan lain (persalinan perabdominal) yang juga disebut dengan seksio sesarea adalah suatu tindakan untuk melahirkan bayi, melalui sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Pada proses persalinan perabdominal atau seksio sesarea, sebelum janin


(20)

dikeluarkan terlebih dahulu ibu dibius, sehingga ibu tidak merasa sakit saat dokter melakukan pembedahan pada dinding perut ibu.

3.Proses persalinan melalui jalan lahir (persalinan pervaginam)

Pada proses persalinan normal, ibu akan mengalami berbagai tahapan sebelum janin benar-benar keluar ke dunia. Menurut Yeyeh (2009), partus (persalinan) dibagi menjadi 4 kala. Pada kala I seviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I dinamakan pula kala pembukaan. Kala II disebut pula kala pengeluaran, oleh karena his yang adekuat dan kekuatan mengedan ibu janin didorong ke luar sampai lahir. Dalam kala III atau kala uri, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 1 jam. Pada kala IV ibu akan lebih diawasi dan dipantau, apakah ada ancaman terjadi perdarahan postpartum atau tidak.

a. Kala I

Secara klinis dinyatakan partus dimulai bila timbul his dan wanita tersebut mengeluarkan lendir yang bercampur darah (bloody show). Lendir yang bercampur darah ini berasal dari lendir kanalis servikalis karena serviks mulai membuka atau mendatar. Sedangkan darahnya berasal dari pembuluh-pembuluh kapiler yang berada di sekitar kanalis servikalis itu pecah karena pergeseran-pergeseran ketika serviks membuka. Proses membukanya serviks sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu fase laten : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan berlangsung sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm, fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yakni fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi menjadi 4 cm, fase dilatasi maksimal dalam waktu 2


(21)

jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm, fase deselerasi pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan dari 9 cm menjadi lengkap. Fase-fase ini dijumpai pada primigravida. Pada multigravida pun terjadi demikian, akan tetapi fase laten, fase aktif dan fase deselerasi terjadi lebih pendek dan lebih cepat.

b. Kala II

Kala II disebut juga kala pengeluaran, pada kala II merupakan tahap dimana bayi akan dilahirkan sehingga kondisi yang terjadi pada kala II ini his akan menjadi lebih kuat dan lebih cepat, kira-kira 2 sampai 3 menit sekali. Karena biasanya dalam hal ini kepala janin sudah masuk diruang panggul, maka pada his dirasakan tekanan pada otot-otot dasar panggul, yang secara reflektoris menimbulkan rasa mengedan, semakin kuat dan teraturnya his, maka akan mendorong janin untuk dilahirkan dengan pimpinan persalinan oleh bidan atau dokter kebidanan. Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam dan pada multigravida kala II berlangsung rata-rata 0,5 jam.

c. Kala III

Kala III merupakan kala pengeluaran uri atau plasenta. Setelah bayi lahir, maka pada perabaan uterus akan terasa keras dengan fundus uteri agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus akan berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta atau uri, yang ditandai dengan tersemburnya darah tiba-tiba dan pada saat dilakukan peregangan tali pusat akan bertambah panjang, biasanya plasenta akan keluar setelah 15 menit secara spontan atau dengan


(22)

tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasentadisertai dengan pengeluaran darah.

d. Kala IV

Pada kala ini perlu diamati apakah ada perdarahan postpartum, sehingga kala IV disebut juga kala pengawasan, ibu akan diobservasi selama 2 jam memperbaiki keadaan umum ibu dengan pemberian cairan yang cukup, pemeriksaan vital sign dan pengawasan kontraksi uterus dan ibu juga bisa memberikan ASI pertamanya bagi bayi (Sarwono, 2008).

D. Persalinan Seksio Sesarea

1. Indikasi persalinan seksio sesarea

Banyak indikasi yang dapat menyebabkan seorang ibu harus melahirkan secara seksio sesarea. Untuk itu, perlu adanya pengawasan dan pemeriksaan yang lengkap selama kehamilan. Menurut Liu (2007), seksio sesarea dilakukan untuk mengatasi disproporsi sefalo-pelvik dan aktifitas uterus yang abnormal, mempercepat kelahiran untuk keselamatan ibu atau janin. Beberapa indikasi seksio sesarea sebagai berikut:

a. Menghindari janin dari resiko tertular infeksi herpetik atau HIV b. Plasenta previa sentralis dan lateralis

c. Ruptur uteri mengancam d. Partus tak maju

e. Distosia servik f. Malpresentase janin g. Gameli


(23)

h. Mengurangi resiko pada ibu (misalnya hipertensi akibat kehamilan, gangguan jantung tertentu, lesi intrakranial atau keganasan pada serviks). Selain itu seksio sesarea juga memungkinkan ibu untuk menjalankan pilihan sesuai keinginannya (Musbikin, 2005).

2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan seksio sesarea

Agar proses persalinan secara seksio sesarea dapat berjalan dengan baik, perlu adanya kerjasama yang baik antara ibu dan petugas kesehatan. Menurut Benson (2009) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam seksio sesarea, antara lain :

2.1 Seksio elektif

Pertimbangkan dengan cermat tindakan-tindakan elektif yang dapat dilakukan bersama dengan seksio sesarea. Hal ini meliputi lama operasi, kebutuhan transfusi dan kemungkinan infeksi. Seksio sesarea ini direncanakan lebih dahulu karena sudah diketahui bahwa kehamilan harus diselesaikan dengan cara operasi, ibu hamil harus melakukan pemeriksaan selama kehamilan minimal empat kali, sehingga akan dapat diketahui apakah kehamilan ibu nantinya dapat diakhiri dengan normal tanpa komplikasi atau harus melalui persalinan seksio, keuntungannya seksio elektif adalah waktu pembedahan dapat ditentukan dan direncanakan oleh dokter yang akan menolongnya dan dapat dilakukan persiapan yang lebih baik. Kerugiannya ialah oleh karena persalinan belum mulai, segmen bawah uterus belum terbentuk dengan baik sehingga menyulitkan pembedahan, dan lebih mudah terjadi atonia uteri dengan perdarahan karena uterus belum mulai berkontraksi.


(24)

2.2 Anestesia

Menurut Mundy (2005), sebelum dilakukan proses operasi ibu terlebih dahulu dibius.

a. Bius Total (Bius Umum)

Bius total membuat ibu akan tertidur dan tidak akan mengetahui apapun yang terjadi. Bius total biasanya digunakan dalam kondisi darurat. Bius ini juga dilakukan pada saat dokter harus memasukkan tangannya untuk memutar posisi bayi ditahap kedua persalinan, pada persalinan sungsang, untuk mengambil sisa plasenta dalam rahim, atau untuk memperbaiki vagina yang robek pada saat persalinan. Anastesi ini diberikan lewat suntikan penthotal intravena dan dilanjutkan dengan campuran nitro oksida dan oksigen.

Anestesia atau pembiusan total mempunyai pengaruh depresif pada pusat pernafasan janin, sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnea yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Selain itu ada pengaruh terhadap tonus uterus sehingga kadang-kadang timbul perdarahan postpartum karena atonia uteri. Akan tetapi, bahaya terbesar pada pemberian anestesia umum pada lambung penderita tidak kosong. Pada wanita yang tidak sadar karena anestesia ada kemungkinan isi lambung masuk kedalam jalan pernapasan, dan ini merupakan hal yang berbahaya. Anestesia spinal aman untuk janin, akan tetapi selalu ada kemungkinan tekanan darah penderita turun dengan akibat yang buruk bagi ibu dan janin.


(25)

b. Bius Lokal

Bius lokal merupakan alternatif yang paling aman. Anastesi ini dilakukan jika fasilitas anastesi lain tidak mungkin dilaksanakan. Misalnya, pada keadaan gawat ibu hamil karena edema paru, gagal ginjal, jantung, atau gawat janin. Anastesi ini tidak dianjurkan dilakukan pada ibu hamil yang menderita eklampsia, preeklampsia berat, obesitas, atau alergi terhadap lignokain (obat bius lokal). Pembiusan dilakukan dengan cara penyuntikan dibagian perut ibu yang akan dibedah (Mundy, 2004). 2.3 Transfusi darah

Pada umumnya perdarahan pada seksio sesarea lebih banyak dari pada persalinan pervaginam. Perdarahan tersebut akibat insisi pada uterus, ketika pelepasan plasenta, mungkin juga karena terjadinya atonia uteri postpartum. Oleh sebab itu pada setiap akan dilakukan tindakan seksio sesarea perlu diadakan persediaan darah dan sebelumnya dilakukan pemeriksaan golongan darah pasien. Transfusi diperlukan apabila Hb di bawah 8 g%.

2.4 Pemberian antibiotika

Pemberian antibiotik sudah umum dilakukan dokter. Apabila ada tanda infeksi atau pasien mengalami demam, antibiotik diberikan sampai demam menghilang selama 48 jam. Antibiotika profilaksis pada semua seksio sesarea dapat menurunkan angka kesakitan karena infeksi.


(26)

Menurut Cunningham (2005) berdasarkan jenis insisi pada perut dan rahim, maka seksio sesarea dibagi 2 yaitu insisi abdominal dan insisi uterus.

3.1 Insisi Horizontal (SC Profunda)

Insisi ini adalah sayatan melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simpisis) diatas batas rambut kemaluan. Keuntungan insisi ini lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik, tumpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran insisi uterus ke rongga peritoneum, tidak menyebabkan perlekatan usus pada garis insisi, risiko perdarahan dan infeksi yang sedikit. Memiliki kemungkinan besar untuk dapat menjalani proses persalinan normal pada kehamilan berikutnya (karena terletak pada lokasi yang sangat kecil kemungkinannya mengalami rupture uteri ).

3.2 Insisi Vertikal (SC Corvora)

Sayatan dibuat secara vertikal (median) tegak lurus mulai dari bawah pusar sampai tulang kemaluan skitar 12 cm. Pembedahan ini dilakukan lapis demi lapis, mulai dari kulit perut sampai rahim. Risiko dari insisi ini 4 kali lebih besar terkena rupture uteri pada kehamilan selanjutnya, otot-otot rahim lebih tebal dan lebih banyak pembuluh darahnya shingga sayatan ini lebih banyak mengeluarkan darah, infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonialisasi yang baik dan harus menjalani seksio sesarea berulang pada kehamilan berikutnya (Mundy, 2004).


(27)

Menurut Liu (2007), perawatan praoperasi yang harus dikerjakan sebelum tindakan bedah dimulai terdiri atas : pastikan alasan untuk pembedahan adalah valid dan tepat. Dokter, bidan atau perawat yang bersangkutan harus mengemukakan alasan ini dan mendiskusikannya secara jelas dengan ibu dan pasangannya. Riwayat obstetri dan riwayat medis harus ditinjau ulang. Diskusikan jenis anestesia dengan dokter anesthesia dan ibu, beritahu dokter pediatri pada saat yang tepat, pemeriksaan laboratorium darah, tersedianya 2 unit darah untuk keadaan darurat, berikan antasida, dapatkan persetujuan tertulis, berikan antibiotika profilaksis. Ibu dianjurkan untuk puasa, perawat akan melakukan persiapan pada ibu, seperti pemasangan kateter, pemasangan infus, pemeriksaan vital sign yang lengkap. Kesemua hal tersebut sangat penting diperhatikan, agar proses operasi dapat berjalan dengan baik.

5. Perawatan pascaoperasi

Menurut Kasdu (2003) ibu yang mengalami komplikasi obstetri atau medis memerlukan observasi ketat setelah seksio sesarea, perawatan umum untuk semua ibu meliputi : kaji tanda-tanda vital baik tekanan darah, pernapasan, frekuensi jantung maupun suhu tubuh, dengan interval teratur (15 menit), pastikan kondisinya stabil. Lihat tinggi fundus pastikan rahim berkontraksi dengan baik, adanya perdarahan dari luka dan jumlah lokia, pertahankan keseimbangan cairan, pastikan analgesia yang adekuat, tangani kebutuhan khusus dengan indikasi langsung untuk seksio sesarea, misalnya diabetes mellitus.


(28)

Sebelum pemulangan harus diberikan kesempatan sesuai dengan keadaan dan menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien tentang hal-hal yang berhubungan dengan perawatan luka seksio dan lainnya, jadwalkan untuk melakukan pengkajian ulang pasca melahirkan guna memastikan penyembuhan total, mendiskusikan kehamilan berikutnya dan pemakain alat kontrasepsi, dan memastikan tindak lanjut perawatan untuk kondisi medisnya.

6. Risiko operasi seksio sesarea

Operasi seksio sesarea sebaiknya dilakukan karena pertimbangan medis, bukan karena keinginan pasien yang tidak mau menanggung rasa sakit, hal ini karena risiko operasi sesarea lebih besar dari pada persalinan alami. Menurut Benson, 2009) dalam kondisi ibu dan bayi yang sehat dan tidak ada kesulitan, bedah sesarea memiliki risiko. Indikasi untuk melakukan operasi dengan berbagai penyebabnya mengakibatkan angka kesakitan ibu 15%, dan sekitar 90%nya disebabkan infeksi. Risiko pada janin yaitu lahir prematur jika usia gestasi tidak dikaji dengan akurat dan risiko cedera janin dapat terjadi selama pembedahan.. Pada 774 persalinan berikutnya, terjadi 1,03% rupture uteri (rahim yang robek). Risiko ini bisa menimpa ibu maupun bayinya.

Persalinan dengan operasi memiliki kemungkinan risiko lima kali lebih besar terjadi komplikasi dibandingkan persalinan normal. Faktor risiko paling banyak dari operasi sesarea adalah akibat dari tindakan anestesi, jumlah darah yang dikeluarkan oleh ibu selama operasi berlangsung, komplikasi penyulit, endometritis (radang endometrium), tromboplebilitis (pembekuan darah


(29)

pembuluh balik), embolisme (penyumbatan pembuluh darah), paru-paru, dan pemulihan bentuk serta letak rahim menjadi tidak sempurna.

Berikut ini adalah risiko-risiko yang mungkin dialami oleh wanita yang melahirkan dengan operasi seksio sesarea yang dapat mengakibatkan cedera pada ibu maupun bayi, dan risiko ini bersifat individual, yaitu tidak terjadi pada semua orang.

a. Alergi

Biasanya risiko ini terjadi pada pasien yang alergi terhadap obat tertentu, seperti antibiotik, oleh sebab itu perlu dilakukan skin tes. Pada awalnya, yaitu pada saat pembedahan, segalanya bisa berjalan lancar sehingga bayi pun lahir dengan selamat. Namun, beberapa jam kemudian, ketika dokter sudah pulang, obat yang diberikan baru bereaksi sehingga jalan pernapasan pasien dapat tertutup. Perlu diketahui, penggunaan obat-obatan pada pasien dengan operasi sesarea lebih banyak dibandingkan dengan cara melahirkan alami. Jenis obat-obatan ini beragam, mulai dari antibiotik, obat untuk pembiusan, penghilang rasa sakit, serta beberapa cairan infus. Oleh karena itu, biasanya sebelum operasi akan ditanyakan kepada pasien apakah mempunyai alergi tertentu (Kasdu, 2003).

b. Perdarahan

Perdarahan dapat mengakibatkan terbentuknya bekuan-bekuan darah pada pembuluh darah balik di kaki dan rongga panggul. Oleh karena itu, sebelum operasi seorang wanita harus melakukan


(30)

pemeriksaan darah lengkap. Salah satunya untuk mengetahui masalah pembekuan darahnya. Selain itu, perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang-cabang arteri uteri ikut terbuka atau karena atonia uteri. Kehilangan darah yang cukup banyak dapat menyebabkan syok secara mendadak. Kalau perdarahan tidak dapat diatasi, kadang perlu tindakan histerektomi atau pengangkatan rahim, terutama pada kasus atonia uteri yang berlanjut (Oxorn, 2010).

c. Cedera pada organ lain

Jika tidak dilakukan secara hati-hati, kemungkinan pembedahan dapat mengakibatkan terlukanya organ lain, seperti rektum atau kandung kemih. Penyembuhan luka bekas bedah sesarea yang tidak sempurna dapat menyebabkan infeksi pada organ rahim atau kandung kemih (Benson, 2009).

d. Parut dalam rahim

Seorang wanita yang sudah pernah mengalami pembedahan akan memiliki parut dalam rahim. Oleh karena itu, pada tiap kehamilan dan persalinan berikutnya memerlukan pengawasan yang cermat sehubungan dengan bahaya rupture uteri, meskipun jika opersai dilakukan secara sempurna risiko ini sangat kecil terjadi. Sekitar 1-3% angka kejadian akibat operasi menyebabkan rupture uteri. Biasanya, kondisi ini terjadi apabila menggunakan sayatan klasik atau vertical.


(31)

e. Demam

Kadang-kadang, demam setelah operasi tidak bisa dijelaskan penyebabnya. Namun, kondisi ini bisa terjadi karena infeksi. Komplikasi ringan yang sering terjadi adalah kenaikan suhu tubuh selama beberapa hari dalam masa nifas, sedangkan komplikasi berat, seperti peritonitis (radang selaput perut), sepsis (reaksi umum disertai demam karena kegiatan bakteri), atau disebut juga terjadi infeksi puerperal. Infeksi pascaoperasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah ada gejala-gejala infeksi intrapartum atau ada faktor-faktor yang merupakan predisposisi terhadap kelainan itu. Misalnya, persalinannya berlangsung lama, khususnya setelah ketuban pecah, telah diupayakan tindakan vaginal sebelumnya (Sarwono, 2008).

7. Menghindarkan bedah sesarea yang tidak perlu

Beberapa peneliti telah membuktikan adanya kemungkinan utuk menurunkan angka seksio sesarea secara bermakna di institusi kesehatan tanpa meningkatkan morbiditas atau mortalitas perinatal. Program-program yang ditujukan untuk mengurangi seksio sesarea yang tidak diperlukan umumnya difokuskan pada upaya pendidikan dan pengawasan sesama kolega. Mendorong percobaan persalinan pada wanita dengan riwayat seksio sesarea transversal dan membatasi seksio sesarea atas indikasi distosia persalinan pada wanita yang memenuhi kriteria yang ditentukan secara ketat (Kasdu, 2003).


(32)

8. Partisipasi pasien untuk pengendalian angka bedah seksio sesarea 8.1.Sebelum persalinan

Para ibu harus dianjurkan untuk banyak membaca dan mempelajari berbagai hal yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan, kalau perlu ikut mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh bidan, dokter, ataupun Rumah Sakit. Selain itu disarankan pula (bila memungkinkan) untuk melihat fasilitas empatnya bersalin kelak, lalu bertanya kepada lebih dari satu orang tenaga kesehatan yang mengetahui mengenai persalinan. Jika direncanakan untuk bedah sesarea, mintalah dokter untuk menjelaskan dan membuktikan indikasi medisnya.

8.2.Dalam persalinan

Diusahakan untuk dapat tinggal selama mungkin dirumah, sampai dirasakan bahwa kontraksi rahim sudah sedemikian sering dan kuat sehingga tidak memungkinkan untuk berjalan-jalan atau melakukan aktivitas. Kedatangan yang terlalu dini ke tempat bersalin seringkali justru menimbulkan stres. Para ibu akan mengalami nyeri atau rasa sakit, tetapi sebaiknya tidak meminta untuk dibius (regional maupun umum). Dalam kaitan ini, dukungan dari suami menjadi salah satu faktor penting. Dukungan tersebut harus diarahkan kepada dorongan agar sang istri yang sedang bersalin itu berusaha sekuat tenaga untuk menghindari bedah sesarea. Semua pihak harus menyadari bahwa persalinan atau


(33)

kelahiran yang alamiah adalah yang terbaik, sedangkan bedah sesarea sebenarnya merupakan alternatif (Dewi dkk, 2007).

E. Metode Penelitian Kualitatif Fenomenologi

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan partisipan, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Bungin, 2007).

Bogdan dan Taylor (1975, dalam Moleong, 2006) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi yang alamiah dan bersifat penemuan. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya pengalaman, perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Denzin dan Lincoln (1987 dalam Moleong, 2006) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada. Dari segi pengertian ini, latar alamiah dengan maksud agar


(34)

hasilnya dapat digunakan untuk dapat menafsirkan fenomena dan yang dimanfaatkan untuk penelitian kualitatif adalah berbagai macam metode penelitian, dalam penelitian kualitatif metode yang biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan dokumen.

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai intrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiono, 2009).

Bogdan dan Biklen (1982) dalam Sugiyono, 2009) mengemukakan bahwa penelitian kualitatif memiliki karakteristik, yaitu : dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci, penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses dari pada produk atau outcome. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati).

F. Respon Ibu Terhadap Seksio Sesarea


(35)

sebelumnya. Seperti yang dialami oleh seorang ibu yang akan melahirkan anak pertamanya, berikut ini kisahnya:

“Bedah cesar datang begitu mengejutkan. Maksud saya, walaupun persalinan saya perlu waktu yang panjang untuk dimulai, saya terus berusaha ketika persalinan saya mulai terasa sulit. Lalu, ketika tiba saatnya mendorong, saya merasa senang karena saya piker saya akan segera bertemu Tommy kecil. Yah,saya mendorong dan mendorong untuk sekian lama, saya tidak tahu berapa lama. Perawat terus memeriksa saya sementara saya mengejan-memasukkan jarinya kedalam tubuh saya untuk merasakan kepala bayi. Tak lama kemudian, dokter melakukan hal yang sama. Ia berkata bayi saya terjepit dan tidak turun. Ia sangat baik ketika berkata, “Anda telah bekerja dengan sangat keras dan melakukannya dengan sangat baik. Tetapi kami harus melakukan sesuatu tindakan yang lain, demi keselamatan bayi anda, kami sebaiknya akan melakukan bedah cesar.” Saya sulit mempercayainya!, bagaimana bisa?saya sudah begitu dekat dengan bayi, kenapa malah tidak bisa keluar? Saya menangis, namun saya tahu mereka benar, jadi saya berkata, “Baiklah, setidaknya persalinan akan segera berakhir.”

Dari kisah pengalaman ibu tersebut, dapat dinilai bahwa persalinan yang awalnya fisiologis dapat berubah menjadi persalinan yang patologis dan membutuhkan penanganan segera yaitu dengan cara seksio sesarea ( Keppler, 2009). Hal ini bisa menjadi pengalaman yang sangat traumatik. Wanita yang menjalani operasi seksio sesarea dengan tiba-tiba biasanya menghadapi pembedahan dengan letih dan tidak bersemangat bila ternyata persalinan tidak memberi hasil yang memuaskan. Selain


(36)

merasa takut terhadap kondisi ibu dan bayinya, tingkat kecemasan ibu dan keluarga juga sangat tinggi (Bobak, 2005).


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain fenomenologi, yaitu penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal.

Menurut (Creswell, 1998) penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Moleong (2006) penelitian fenomenologi diartikan sebagai : 1) Pengalaman subjektif atau pengalaman fenomenologikal; 2) suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari seseorang. Ada beberapa ciri pokok fenomenologi yang dilakukan oleh peneliti fenomenologis, yaitu: fenomenologis cenderung mempertentangkannya dengan naturalisme yaitu yang disebut objektivisme dan positivisme. Secara pasti, fenomenologis cenderung memastikan kognisi yang mengacu pada apa yang dinamakan kesadaran tentang sesuatu benda itu sendiri secara jelas dan berbeda dengan yang lainnya dan mencakup dari segala segi.


(38)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang melahirkan dengan seksio sesarea setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tahun 2011.

2. Sampel

Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purpossive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan memperhitungkan dan memperhatikan hubungan antara waktu, biaya dan tenaga yang akan digunakan peneliti sesuai dengan tujuan yang akan dicapai (Sugiyono, 2011). Dengan metode ini partisipan yang memiliki kriteria yang sesuai selama pengambilan data akan dilibatkan sebagai subjek penelitian. Jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 6 orang. Adapun sampel yang diambil memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Ibu yang pernah mengalami persalinan normal .

b. Ibu yang pernah mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2011.


(39)

C. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan dengan mengambil data dan sampel, yang mana di rumah sakit tersebut dilakukan persalinan pada ibu secara seksio sesarea yang sebelumnya ibu telah mengalami persalinan normal dan memiliki catatan rekam medik.

D. Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari sampai dengan April 2012.

E. Etika Penelitian

Peneliti lapangan adalah mereka yang banyak berjumpa dengan masyarakat. Dalam proses penelitian peneliti terjun langsung ke lapangan, peneliti berinteraksi langsung dengan masyarakat. Menurut Nurchasanah (2007) agar proses penelitian dapat berjalan dengan baik, maka peneliti harus berpegang teguh dengan etika penelitian yang ditegakkan dengan cara sebagai berikut : setelah peneliti mengajukan surat permohonan izin kepada pihak rumah sakit barulah peneliti mengajukan surat persetujuan penelitian yang dibagikan pada setiap partisipan dengan tetap menghormati hak setiap partisipan kemudian peneliti memberikan penjelasan kepada semua partisipan bahwa maksud dan tujuan penelitian kepada setiap partisipan adalah untuk memperoleh informasi tentang bagaimana respon ibu yang mengalami persalinan seksio sesarea setelah persalinan normal .

Peneliti telah menjelaskan kepada setiap partisipan bahwa tidak akan ada efek samping apapun yang akan mengganggu kehidupan partisipan selama proses penelitian


(40)

dan setelah selesai proses penelitian, semua data yang diberikan oleh partisipan dijaga kerahasiaan identitasnya dengan cara tidak menuliskan nama maupun alamat partisipan. Semua informasi yang diberikan akan diberi kode atau penomoran dan data tersebut hanya digunakan dengan semestinya untuk meningkatkan kualitas pendidikan, menghargai setiap jawaban yang diberikan oleh partisipan dengan cara tidak memotong

pembicaraan dan tidak menyalahkan pendapat dari partisipan yang tidak sesuai.

F. Alat Pengumpulan Data

Dalam melakukan pengumpulan data di lapangan peneliti sendiri merupakan alat atau pengumpul data utama, yang berjumpa langsung dengan masyarakat yang menjadi sampel penelitian. Agar peneliti dapat menjalankan perannya sebagai instrumen penelitian, peneliti bersikap menjaga hubungan baik dengan setiap partisipan, menyesuaikan diri dengan kondisi dan situasi pada saat pengumpulan data. Peneliti menemukan kondisi partisipan yang tidak memungkinkan untuk diwawancarai, maka peneliti tidak melanjutkan wawancara dan menggantinya dengan waktu yang lain sesuai dengan kesepakatan bersama (Nurchasanah, 2007).

Peneliti mampu memperoleh informasi yang sangat luas dari setiap partisipan dengan melakukan wawancara mendalam dengan cara bertatap muka langsung dengan setiap partisipan dan dilakukan dengan berulang-ulang. Dengan menggunakan kuesioner yang berisi data demografi, peneliti mengetahui identitas secara umum setiap partisipan yang meliputi, umur, agama, pendidikan terakhir, pekerjaan, riwayat persalinan yang lalu dan indikasi dilakukan seksio sesarea. Panduan wawancara berisi


(41)

pertanyaan yang diajukan mengenai respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal.

G. Pengumpulan Data

1. Setelah mendapatkan izin dari Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan dan izin dari Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan, peneliti mengambil data melalui rekam medik untuk memperoleh data calon partisipan.

2. Setelah data diperoleh, peneliti melakukan wawancara awal sebagai pilot study dimana hasil wawancara tersebut diperiksa oleh pembimbing untuk melihat proses wawancara yang dimulai dengan probing sampai menganalisis data sudah benar serta melanjutkan penelitian selanjutnya.

3. Setelah pilot study dilakukan, peneliti melakukan pendekatan kepada calon partisipan untuk mendapat persetujuan sebagai sampel penelitian.

4. Untuk setiap partisipan yang diperoleh dari RSUD Dr. Pirngadi Medan, peneliti melakukan prolonged engangement kepada partisipan sebanyak 2 kali, ada yang dekat kunjungan dilakukan lebih dari 2 kali (setiap kunjungan lamanya 30-45 menit) kunjungan ke rumah sakit tempat ibu dirawat dan kunjungan ke rumah masing-masing partisipan, setelah kunjungan awal tersebut peneliti merasa cukup dekat dengan partisipan, kemudian peneliti membuat janji dengan partisipan mengenai waktu wawancara, maka wawancara dilakukan sesuai waktu yang telah disepakati.


(42)

5. Peneliti memberikan kuesioner data demografi untuk diisi oleh partisipan dan panduan wawancara yang berisi beberapa pertanyaan untuk terlebih dahulu dipahami oleh partisipan. Partisipan diberi waktu untuk memahami pertanyaan dan mengingat kembali peristiwa yang dialaminya sehingga pada waktu wawancara partisipan dapat mengungkapkan hal-hal yang dialaminya secara jelas.

6. Dalam melakukan wawancara, peneliti merekam hasil wawancara dengan menggunakan alat perekam suara.

7. Setelah selesai wawancara yang pertama kemudian wawancara dilakukan kembali, jumlah disesuaikan dengan kebutuhan data yang dikumpul pada setiap partisipan lamanya 30-45 menit, peneliti langsung membuat transkrip hasil wawancara, tanpa harus menunggu wawancara berikutnya kemudian melakukan analisis data.

8. Peneliti mengidentifikasi tindak lanjut hasil wawancara yang telah diperoleh.

9. Setelah diperoleh saturasi data, maka peneliti melakukan member check .

H. Analisis Data

Analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah metode analisis menurut Giorgi (1985). Adapun langkah-langkah analisis data yang dilakukan peneliti adalah : mulai mengelompokkan semua data hasil dari wawancara mengenai respon ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal dan dibuat dalam sebuah transkrip wawancara, kemudian membaca masing-masing transkrip, dan membuat catatan pinggir


(43)

untuk memilih pernyataan-pernyataan penting yang diungkapkan oleh setiap partisipan dengan menggunakan pengkodean, mengelompokkan pernyataan-pernyataan penting yang sejenis sehingga diperoleh beberapa kelompok yang memiliki pernyataan sejenis, membaca kembali pernyataan-pernyataan sejenis setiap kelompok sehingga dapat ditentukan kesimpulan yang menjadi tema dari kelompok pernyataan-pernyataan itu. Setelah diperoleh beberapa tema dari tiap-tiap kelompok, baru kemudian ditulis dan disajikan dalam bentuk narasi.

- Tingkat Keabsahan Data

Untuk memperoleh tingkat keabsahan atau kepercayaan data hasil penelitian kualitatif, maka harus memenuhi beberapa kriteria, menurut Lincoln dan Guba (1985) dalam Danim (2003) tingkat kepercayaan hasil penelitian dapat dicapai jika peneliti berpegang pada empat prinsip yaitu : credibility, dependability, confirmability dan transferability.

Tingkat kepercayaan data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini hanya menggunakan tiga prinsip yaitu :

1. Kredibilitas

Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian adalah : peneliti melakukan wawancara dan prolonged engagement yaitu pendekatan yang lebih mendalam kepada partisipan sehingga partisipan dan peneliti saling mengenal dan mempercayai. Pendekatan dilakukan sebanyak 2 kali (setiap kunjungan lamanya 30-45 menit), namun ada yang belum terbina hubungan yang baik


(44)

sehingga dilakukan lebih dari 2 kali kunjungan ke rumah masing-masing partisipan. Hal ini dilakukan agar peneliti dan partisipan dapat menjalin hubungan yang baik, sehingga tidak ada informasi yang disembunyikan. Kemudian dilakukan member check yaitu mengevaluasi kembali hasil dari seluruh wawancara yang telah dilakukan, dengan cara menanyakan kembali kepada partisipan apakah sudah sesuai hasil penelitian yang dilakukan peneliti dengan yang dialami oleh partisipan.

2. Dependability

Dependability direncanakan oleh peneliti yaitu dengan membuat catatan lengkap yang berisi keseluruhan aktivitas peneliti selama proses penelitian, mulai dari awal penelitian, proses pengumpulan data, turun ke lapangan, proses wawancara, proses analisis data, proses pengujian keabsahan data, sampai proses membuat kesimpulan dari data yang diperoleh. Semua proses tersebut harus dapat ditunjukkan peneliti sebagai bukti bahwa hasil penelitian tersebut memiliki keandalan atau reliabilitas.

3. Konfirmabilitas

Agar hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan, dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif. Untuk itu penelitian ini selalu dibicarakan kepada orang yang berkompeten yaitu dosen pembimbing peneliti, karena pembimbing orang yang ahli dalam bidang penelitian kualitatif


(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian fenomenologi ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pengalaman ibu yang melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal. Adapun partisipan dalam penelitian ini adalah sebanyak enam orang. Semua partisipan melahirkan seksio sesarea di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2011. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara secara mendalam dengan menggunakan alat perekam suara.

A. Karakteristik Partisipan

Enam partisipan yang menjadi sampel penelitian ini adalah partisipan yang memenuhi kriteria dan bersedia untuk diwawancarai. Dari kuesioner data demografi diperoleh bahwa lima partisipan berusia reproduktif, yaitu 19-35 tahun dan seorang partisipan dengan resiko tinggi berusia 35 tahun keatas. Semua partisipan mengalami secsio sesarea pada bulan Oktober-Desember 2011.

Partisipan pertama berusia 28 tahun beragama Islam, pendidikan terakhir diploma tiga dan pekerjaanya sebagai PNS. Mengalami persalinan normal pada tahun 2010. Dilakukan persalinan seksio sesarea dengan alasan rasa sakit yang hilang timbul disertai air ketuban yang sudah berkurang.

Partisipan kedua berusia 34 tahun beragama Islam, pendidikan terakhir diploma tiga dan pekerjaannya sebagai wiraswasta. Mengalami persalinan normal pada


(46)

tahun 2002. Dilakukan persalinan seksio sesarea dengan alasan kelainan letak pada janin.

Partisipan ketiga berusia 31 tahun beragama Kristen, pendidikan terakhir SMA dan pekerjaannya sebagai wiraswasta. Mengalami persalinan normal pada tahun 2011. Dilakukan persalinan seksio sesarea dengan alasan janin kembar dengan posisi letak sungsang pada salah satu janin.

Partisipan keempat berusia 31 tahun beragama Kristen, pendidikan terakhir SMA dan pakerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Mengalami persalinan normal pada tahun 2007. Dilakukan persalinan seksio sesarea dengan alasan janin kembar dengan posisi melintang pada salah satu janin.

Partisipan kelima berusia 40 tahun beragama Kristen, pendidikan terakhir SMA dan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Mengalami persalinan normal pada tahun 2010. Dilakukan persalinan seksio sesarea dengan alasan peningkatan tekanan darah pada ibu.

Partisipan keenam berusia 33 tahun beragama Kristen, pendidikan terakhir Diploma satu dan pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga. Mengalami persalinan normal pada tahun 2009. Dilakukan persalinan seksio sesarea dengan alasan kelainan letak pada janin disertai ketuban pecah sebelum waktunya.

B. Respon Ibu yang Mengalami Seksio Sesarea Setelah Persalinan Normal

Dari hasil wawancara dengan enam partisipan telah ditemukan respon (tanggapan) ibu yang mengalami seksio sesarea setelah persalinan normal. Mulai dari


(47)

alasan dilakukannya operasi seksio sesarea setelah persalinan normal, respon pre operasi, respon terhadap keadaan bayi saat lahir, respon saat melihat bayi, respon tentang perawatan post operasi di rumah sakit, respon terhadap lama waktu perawatan post operasi di rumah sakit, respon terhadap aktivitas dalam merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit, respon terhadap proses pemulihan setelah melahirkan normal dan seksio sesarea, respon terhadap proses melahirkan yang paling berkesan yang telah dialami ibu dan jenis persalinan yang akan dipilih ibu jika ibu hamil kembali.

1. Alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal

Ada beberapa alasan yang dikemukakan oleh partisipan berkaitan dengan pilihan dalam melahirkan anaknya secara seksio sesarea setelah persalinan normal, yakni rasa sakit yang hilang timbul, kelainan letak pada janin, ketuban pecah sebelum waktunya, kehamilan kembar, peningkatan tekanan darah pada ibu .

a. Rasa sakit yang hilang timbul

Satu dari enam partisipan menyatakan bahwa mereka melahirkan anak secara seksio sesarea karena rasa sakit yang hilang timbul, yaitu kurangnya kontraksi pada rahim ibu, yang bisa disebabkan karena kurangnya produksi hormon oksitosin yang berfungsi untuk merangsang kontraksi. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“ ..Sakitnya sebentar-sebentar aja, lima menit sekali, gitu-gitu aja,

hilang-hilang!…”


(48)

b. Kelainan letak pada janin dan ketuban pecah sebelum waktunya

Dua dari enam partisipan menyatakan bahwa mereka melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal karena kelainan letak janin. Dan satu orang diantaranya menyatakan bahwa kelainan letak pada janin disertai dengan ketubannya pecah sebelum waktunya, sehingga cairan yang ada dalam rahim berkurang. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“..Bidannya bilang: anaknya sungsang, tapi agak mereng, pinggulnya

yang dijalan lahirnya itu!…”

(Partisipan 2)

“..Pas diperiksa dokternya wajahnya ini yang ada di jalan lahir, jadi susahlah keluarnya.Trus kata dokternya , ini udah kering air ketubannya, katanya gitu. Makanya itu harus operasi..!”

(Partisipan 6)

c. Dua dari enam orang partisipan menyatakan bahwa secsio sesarea dilakukan karena janin kembar, dengan kelainan letak pada salah satu janin. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut:

“..Karena aku takut melahirkan normal, anakku kembar kan, posisinya pun satu sungsang pantatnya dibawah, trus satu lagi posisinya normal kepala yang di bawah. Makanya operasi ajalah!..”

(Partisipan 3)

“..Dokter bilang: anakku kembar di dalam. Posisinya satu kepalanya di bawah, yang satunya lagi melintang jadi tertutuplah jalan lahirnya itu,

ya,, harus dioperasilah!..”


(49)

d. Satu dari enam partisipan menyatakan bahwa seksio sesarea dilakukan karena partisipan yang mengalami peningkatan tekanan darah. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut:

“..Kata bidannya tensiku tinggi, sebelum dioperasi tensinya sampe 270

waktu itu!..”

(Partisipan 5)

2. Respon pre operasi

Sebelum proses persalinan secara seksio sesarea berlangsung, semua partisipan mengalami respon psikologis yakni perasaan takut, pasrah, tenang dan biasa saja.

a. Perasaan takut

Dua dari enam partisipan merasa takut sewaktu melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal. Ketakutan yang dirasakan ibu bisa berasal dari ketakutan akan kondisi anaknya yang akan dilahirkan, takut kalau terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Bisa juga rasa takut itu muncul karena yang ada dalam benak ibu jika dilakukan operasi maka perutnya akan dibelah sehingga takut akan rasa sakit dan ketakutan lainnya yang dapat membuat ibu stres sebelum menjalani proses operasi terutama bagi ibu yang belum punya pengalaman tentang proses persalinan secara seksio sesarea. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…takutlah,, cemas, gimanalah antara hidup dan mati yang operasi ini, takut terjadi sesuatu yang gak diinginkan,..”

(Partisipan 4)

“..sedikit takut sih,, selamat gak aku nanti pas operasi, kan dibelah

gitu…”


(50)

b. Pasrah

Satu dari enam partisipan merasa pasrah sebelum seksio sesarea, tidak merasa takut dan cemas. Ibu merasa siap dengan segala resiko yang akan terjadi, walaupun kondisi yang terjadi tidak sesuai dengan yang ibu harapkan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“ ..Pas mau dioperasi pasrah lah,,terserah Allah mau kasih apa yang penting aku sama bayiku selamat. Kalau apa yang terjadi terjadilah,

cemas dan takut itu tidak ada..”

(Partisipan 1) c. Perasaan tenang

Satu dari enam partisipan merasa tenang sebelum menjalani proses persalinan secara seksio sesarea, ibu merasa lebih tenang disebabkan karena ibu sudah mempersiapkan diri sebelumnya dan sudah mendapat dukungan dari keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…Aku gak ada ngerasa takut, karena semenjak aku tau anakku kembar di dalam aku sudah berprinsip harus operasi aku takut melahirkan

normal, jadi tenang aja rasaku…”

(Partisipan 3) d. Perasaan biasa saja

Tiga dari enam partisipan merasa biasa saja sebelum menjalani proses persalinan secara seksio sesarea, ibu akan merasa lebih santai karena sudah mempersiapkan diri secara matang sebelum ia menjalani proses persalinan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“…Ya,,, gak ada apa-apa, biasa aja, karena dari rumah pun sudah dibilang keluarga operasi aja karena ini sudah lewat tanggal. (Partisipan 1)


(51)

“..Gak ada apa-apa,,, aku gak pernah takut untuk melahirkan jadi biasa aja, yang kupikirkan gimanalah anakku ini biar cepat keluar,,,” (Partisipan 2)

“…Aku sih biasa aja, karena udah sering dengar-dengar tentang operasi melahirkan ini! Sehat-sehat kok semua yang udah pernah operasi itu.

Jadi biasa aja..”

(Partisipan 6)

3. Respon tentang keadaan bayi saat lahir

a. Lima dari enam partisipan yang melahirkan secara seksio sesarea keadaan bayi saat lahir adalah segera menangis, karena kelima dari partisipan tersebut proses operasi yang dialaminya menggunakan anastesi lokal. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut:

“…anaknya sehat,, waktu operasi kan saya sadar.Udah anaknya

dibersihkan barulah anaknya menangis…”

(partisipan 1)

“…Sadar kali pun, selama operasi ngomong terus. Aku dengar waktu itu suaranya nangis,…”

(Partisipan 2)

“…Sehat, sampai sekarang sehat. Waktu operasi itu aku dengar suara

tangisannya...”

(Partisipan 3)

“…Sadar, aku liat pun anakku udah lahir , langsung nangis anakku

waktu itu. .

(Partisipan 5)

“..Sehat juga, sehat-sehat sampai sekarang!!!. Disitu diangkat,

dibersihkan, langsung nangis anakku…”

(Partisipan 6)

b. Satu dari enam partisipan menggunakan anastesi umum. Sehingga ibu tidak mengetahui keadaan bayi saat lahir segera menangis atau tidak. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :


(52)

“…Gak ada ditanya, soalnya aku gak sadar waktu dioperasi, dibius total. (Partisipan 4)

4. Respon ibu saat melihat bayi

Perasaan keenam partisipan saat mendengar bayinya telah lahir partisipan merasa senang, bahagia dan haru pada saat mendengar bahwa bayi mereka yang telah ditunggu selama sembilan bulan telah lahir dengan selamat. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“…Saya tanya dokternya: sehat dok?, sehat bu, kata dokternya…senang

kali rasanya waktu itu..”

(Partisipan 1)

“…Soalnya anak yang kami tunggu-tunggu kan laki-laki, lahirlah

anaknya laki-laki, senang kalilah rasaku…”

(Partisipan 2)

“…Udah dibilang susternya anakku sehat, senang kali rasaku…” (Partisipan 3)

...Tapi waktu anakku sama aku,anaknya laki-laki, yang kami harapkan kan anak laki-laki. Bahagia kalilah rasanya, sehat lagi anaknya…” (Partisipan 4)

“…Terharu kali rasaku waktu itu, ternyata kami berdua selamat…” (Partisipan 5)

“…Gitu lihat anakku, macam merasa terharu gitu!!..” (Partisipan 6)

5. Respon ibu tentang perawatan post operasi di rumah sakit

Ada beberapa respon yang disampaikan partisipan dari yang dialaminya setelah menjalani proses operasi seksio sesarea selama ibu dirawat di rumah sakit, yakni kondisi ibu post operasi selama dua jam, mobilisasi dini yang ibu lakukan post operasi.


(53)

a. Kondisi ibu post operasi selama 2 jam

Dua dari enam partisipan mengalami beberapa kondisi setelah selesai operasi sampai dua jam seperti belum bisa bergerak, ada yang sudah merasakan respon reflex nyeri atau denyut pada bagian bekas operasi, ada juga yang belum merasakan apa-apa karena respon tubuh terhadap obat bius berbeda-beda. Hal ini dapa-apat dilihat dari pernyataan partisipan berikut:

“..gak ada terasa sakit, sampai di ruang perawatan pun, tapiudah mulai terasa dingin kurasa waktu itu, kan dah agak hilang biusnya…”

(Partisipan 3)

“…Siap operasi terasa sakit kalilah bekas operasinya itu. Gak bisa bergerak waktu itu, macam berdenyut-denyut gitu…”

(Partisipan 5)

b. Respon ibu tentang mobilisasi dini yang dilakukan ibu post operasi

Semua partisipan yang melahirkan secara seksio sesarea melakukan mobilisasi dini post operasi, selama dirawat di rumah sakit ibu dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini agar proses penyembuhan dapat berlangsung dengan baik. Proses mobilisasi yang dapat ibu lakukan setelah operasi antara lain, miring ke kiri dan ke kanan. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“…Siap operasi besoknya dah bisalah miring kiri-miring kanan, itu pun payah merengnya gitu!!!!! Blom bisa turun dari tempat tidur, hari ketiga

baru bisa…”

(Partisipan 1)

“…Bayangkanlah hari pertama cuma bisa miring kanan, miring kiri,

gitu-gitu aja, sakit kalau banyak bergerak….”

(Partisipan 5)

“…Hari pertama setelah operasi itu, aku sudah disuruh mereng-mereng, biar gak kaku biar elastis kata dokter lukanya,!


(54)

6. Respon terhadap lama waktu perawatan post operasi yang diperlukan ibu di rumah sakit

Lama waktu perawatan di rumah sakit yang dialami oleh semua partisipan yang post seksio sesarea adalah empat sampai lima hari. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut:

a. Empat hari

“…Waktu itu empat hari baru bisa pulang dari rumah sakit, di rumah

istirahat lagi…”

(Partisipan 1)

…Empat hari baru bisa pulang ke rumah, nyampe di rumah istirahat

lagi…”

(Partisipan 2)

“…Waktu itu , empat hari baru dikasih pulang ke rumah, di rumah pun

blom bisa ngapa-ngapain masih istirahat…”

(Partisipan 4) b. Lima hari

“…Siap operasi, lima hari kemudian baru bisa pulang ke rumah, itu pun

belum sehat, dirawat lagi di rumah…”

(Partisipan 3)

“…Tunggu agak sehat dulu baru dikasih pulang, ada lima hari lamanya waktu itu di Rumah Sakit,itu pun dilanjut lagi perawatnnya di rumah

karna blom sehat kali…”

(Partisipan 5)

“…lima hari sesudah operasi udah pulang ke rumah, udah sehat

kurasa…”


(55)

7. Respon ibu terhadap aktivitas merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit

Semua partisipan dapat melakukan aktivitas dalam merawat bayi, walaupun masih terbatas seperti memangku bayi, memberikan ASI pada bayi dan ibu tetap dibantu oleh perawat atau bidan maupun keluarga dalam melakukan aktivitas merawat bayi di rumah. Satu orang partisipan yang sudah bisa memandikan bayinya karena kondisi ibu sudah mulai sehat. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“..Blom bisa, kakak saya yang ngurus bayinya jadinya, hampir sebulanlah gak bisa ngapa-ngapain, gak bisa kerja. Bisanya cuma mangku aja..”

(Partisipan 1)

“…Kalau mandiin blom bisalah, yang mandiin masih perawatnya..” (Partisipan 2)

“…Paling cuma bisa mangku si adek aja, nyusui juga la…” (Partisipan 3)

“…Anaknya kan dua, repot nyusuinya, harus jaga-jaga bekas operasinya, harus diatur posisinya pas nyusu…”

(Partisipan 4)

“… Blom bisa, untunglah ada adekku waktu itu, dialah yang ngurus jadinya sampe aku sehat…”

(Partisipan 5)

“…Udah pulang ke rumah, besoknya udah bisa kumandikan anakku itu…”

(Partisipan 6)

8. Respon tentang proses pemulihan setelah melahirkan normal dan operasi

Proses penyembuhan post operasi yang ibu alami tidak sama, ada yang proses penyembuhannya berjalan lancar, ada yang proses penyembuhannya lambat, bahkan ada


(56)

yang infeksi sehingga menggangu dalam menyusui bayinya. Ibu juga masih mengalami nyeri pada bekas operasi dan ibu juga harus menjaga bekas operasi. Lima dari enam partisipan menyatakan bahwa proses pemulihan yang lebih cepat adalah persalinan normal. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan berikut :

“..Normal itu cepat sehatnya dibanding operasi. 2 hari siap melahirkan

normal udah sehat, operasi ini lama…”

(Partisipan 1)

“..Lebih cepat aku sehatnya waktu normal, anaknya lahir pagi, sorenya udah sehat kurasa. Operasi ini, aku infeksi, sampe sekarang ini agak dalam dia berlobang, sampe 2 ½ bulan lamanya masih bernanah-nanah. Nyusui anakku pun jadi terganggu, cuma sebelah sini aja bisa disusui, sebelahnya ini gak bisa, terhalang karena infeksinya..”

(Partisipan 2)

“..Jauh lebih cepat normal, 2 hari udah sehat. Kalau operasi hampir sebulanlah gak bisa ngapa-ngapai, gak bisa kerja. ..”

(Partisipan 3)

“…Melahirkan normal itu 2 hari kita udah sehat, udah bisa ngapa-ngapain. Kalau operasi itu sampai berbulan-bulan lamany baru sehat…” (Partisipan 4)

“…Kalau yang normal sakitnya sebentar, waktu ngedan itu aja, udah lahir anaknya gak ada sakit lagi. Kalau yang operasi lama sehatnya…” (Partisipan 5)

9. Respon ibu tentang pengalaman melahirkan yang paling berkesan

Semua partisipan yang melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal lima orang diantaranya lebih suka melahirkan dengan cara normal dari pada melahirkan dengan cara seksio sesarea karena dengan melahirkan secara normal proses penyembuhan lebih cepat dan menyusui bayi pun lancar. Dan satu orang memilih lebih suka melahirkan secara secsio sesarea karena sewaktu melahirkan normal mengalami perdarahan sehingga proses pemulihannya lama dan membutuhkan istirahat yang lama. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan berikut:


(57)

a. Terkesan dengan persalinan normal

“..Yaah,, kalau itu lebih suka normal lah, sakitnya gak seberapa

dibanding yang normal itu. Yang normal itu sebentar aja sakitnya pas mau ngedan itu aja, udah lahir anaknya uda gak sakit lagi, uda sehat

kurasa..”

(Partisipan 1)

“..Suka normal lah,, sakitnya sebentar aja, cepat lagi sehatnya. Kalau yang operasi berbulan-bulan lamanya baru sehat, nyusui anak pun

terganggu…

(Partisipan 2)

“..Lebih berkesan normal lah,, gak repot aku dibuatnya. Repot nyusui

bayi, repot lagi perawatan lukanya..”

(Partisipan 3)

“..Lebih suka normal lah, 2 hari aja aku uda sehat, udah bisa ngapa-ngapain. Kalau yang operasi ini udah berbulan-bulan sampai sekarang masih terasa sakitnya, macam berdenyut-denyut gitu!!…”

(Partisipan 4)

“..Ya pasti normal lah, lebih berkesan, melahirkan dengan tenaga sendiri, sakitnya pas ngedan itu aja, udah lahir anknya gak ada sakit

lagi. Kalau operasi sakitnya lama kali..”

(Partisipan 5) b. Terkesan dengan operasi

“Maulah,, lebih berkesan operasi kurasa. Udah pulang kerumah, udah sehat kurasa, udah bisa aku nyuci sama masak. Waktu normal aku lama

sehatnya karena perdarahan itu harus istirahat yang banyak lah,,,” (Partisipan 6)

10. Jenis persalinan yang akan dipilih ibu jika ibu hamil kembali

Untuk jenis persalinan yang akan dipilih ibu jika ibu hamil kembali, ada partisipan memilih untuk melahirkan normal, memilih operasi melahirkan, mengikuti saran dokter dan dua orang partisipan yang mengalami seksio sesarea diikuti dengan KB tutup. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan partisipan sebagai berikut:


(58)

a. Memilih normal

“…Yaa pilih normal lah, gak repot aku dibuatnya…” (Partisipan 3)

b. Memilih operasi

“…Operasi ajalah, lebih enak rasaku!!!...”

(Partisipan 6) c. Mengikuti saran dokter

“…Maunya normal sih,, tapi gimana ya,, kalau dokternya bilang harus

operasi mau gimana lagi!!!...”

(Partisipan 1)

“…Pengennya normal, tapi kalau dokternya bilang gak bisa normal harus operasi seperti yang sekarang, yaa harus operasi!…” (Partisipan 4)

d. KB tutup

“…Aku udah tutup, udah sekalian pas operasi itu!!...” (Partisipan 2)

“…Sekalian KB aku waktu itu. Dokternya bilang: Kalau seandainya hamil lagi, bisa jadi ini yang buat aku meninggal, yaudahlah sekalian

tutup aja!...”

(Partisipan 5)

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa beberapa respon yang disampaikan ibu sebagai alasan dilakukannya seksio sesarea setelah persalinan normal adalah karena rasa sakit yang hilang timbul, kelainan letak janin disertai ketuban pecah sebelum waktunya, kehamilan dengan kembar janin dan peningkatan tekanan darah pada ibu .

Respon psikologis yang ibu alami pre operasi ada yang merasa takut, pasrah dan ada juga yang merasa tenang dan biasa saja. Keadaan bayi saat lahir adalah lima dari


(59)

enam partisipan mengatakan keadaan bayi saat lahir segera menangis, perasaan ibu saat mendengar bayinya telah lahir berbeda-beda ada yang merasa bahagia, senang dan haru.

Respon tentang perawatan post operasi di rumah sakit antara lain kondisi ibu post operasi selama 2 jam, mobilisasi dini yang ibu lakukan post operasi adalah miring kiri dan kanan, aktivitas dalam merawat bayi masih terbatas seperti memangku bayi, memberikan ASI dan ibu tetap dibantu oleh perawat atau bidan maupun keluarga dalam melakukan aktivitas merawat bayi. Lama waktu perawatan yang dialami partisipan di rumah sakit post secsio sesarae adalah empat sampai lima hari.

Proses pemulihan post operasi yang ibu alami tidak sama, ada yang proses penyembuhannya berjalan lancar, ada yang proses penyembuhannya lambat, bahkan ada yang infeksi sehingga menggangu dalam menyusui bayinya. Ibu juga menyampaikan respon reflex nyeri pada bekas operasi dan ibu juga harus menjaga bekas operasi. Lima dari enam partisipan menyatakan bahwa proses pemulihan yang lebih cepat adalah persalinan normal.

Dari semua partisipan yang melahirkan secara secsio sesarea setelah persalinan normal lima orang diantaranya lebih suka melahirkan dengan cara normal dari pada melahirkan dengan cara secsio sesarea karena dengan melahirkan secara normal proses penyembuhan lebih cepat dan menyusui bayi pun lancar. Dan satu orang lagi mengatakan lebih suka dengan operasi melahirkan karena merasa trauma mengalami perdarahan sewaktu melahirkan normal.


(60)

Untuk jenis persalinan yang akan dipilih ibu jika ibu hamil kembali, ada partisipan memilih untuk melahirkan normal, memilih operasi melahirkan dan mengikuti saran dokter.

C. Interprestasi dan Diskusi Hasil

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh melalui wawancara akan diuraikan pembahasan dengan beberapa literatur yang ada, yakni hal-hal yang berkaitan dengan alasan ibu melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal, respon ibu pre operasi, keadaan bayi saat lahir, respon saat melihat bayi, respon tentang perawatan post operasi di rumah sakit, respon terhadap lama waktu perawatan post operasi yang diperlukan di rumah sakit, respon terhadap aktivitas merawat bayi setelah pulang dari rumah sakit, respon tentang proses pemulihan setelah melahirkan normal dan melahirkan seksio sesarea, respon tentang pengalaman melahirkan yang paling berkesan dan jenis persalinan yang akan dipilih ibu jika ibu hamil kembali.

1. Respon ibu yang melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal

Ada beberapa respon yang disampaikan oleh partisipan berkaitan dengan alasan mengapa ibu melahirkan secara seksio sesarea setelah persalinan normal, yakni rasa sakit yang hilang timbul, kelainan letak pada janin dan disertai dengan ketuban pecah sebelum waktunya, kehamilan kembar, peningkatan tekanan darah pada ibu .

Alasan rasa sakit yang hilang timbul merupakan salah satu penyebab ibu melahirkan secara seksio sesarea, salah satu tanda-tanda ibu akan melahirkan adalah adanya kontraksi pada rahim ibu yang akan membuka servik dan mendorong janin untuk


(61)

segera lahir, jika kontraksi lemah atau tidak ada maka akan terjadi kegagalan proses persalinan normal, sebagaimana menurut Cendika dan Indarwati (2010) bahwa salah satu sebab seksio sesarea pada proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (dystocia). Biasanya, sebelum diambil tindakan operasi, dokter akan memberikan induksi untuk membantu kontraksi. Namun, jika belum berhasil juga, untuk menyelematkan bayi dari stress dan komplikasi lain, maka akan dilakukan seksio sesarea.

Sebab lain yang menjadi alasan ibu melahirkan seksio sesarea adalah karena ketuban pecah sebelum waktunya atau disebut juga ketuban pecah dini (KPD) yaitu keluarnya cairan ketuban sebelum ibu memasuki fase persalinan. Menurut Sarwono (2008), ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu apabila pembukaan pada primipara kurang dari 3 cm dan pada multipara kurang dari 5 cm.

Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam bidang kesehatan yang berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis, serta menyebabkan infeksi pada ibu yang menyebabkan meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2002). Ketuban pecah dini kemungkinan besar menimbulkan risiko tinggi infeksi dan bahaya kompresi tali pusat, maka dalam penatalaksanaan perawatannya dianjurkan untuk pemantauan ibu maupun janin dengan ketat (Sarwono, 2008), untuk menghindari terjadinya bahaya pada ibu dan janin, maka persalinan harus segera dilakukan, bila dalam 24 jam setelah kulit ketuban pecah belum ada tanda-tanda persalinan maka dilakukan induksi persalinan dan bila gagal dilakukan bedah caesar.


(62)

Kelainan letak janin atau malpresentase adalah bagian terendah janin yang berada di segmen bawah rahim. Dalam keadaan normal, presentasi janin adalah belakang kepala dengan penunjuk ubun-ubun kecil dalam posisi transversal (saaat masuk pintu atas pangul) dan posisi anterior (setelah melewati pintu tengah panggul). Apabila janin dalam keadaan malpresentase atau malposisi, maka dapat terjadi persalinan yang lama bahkan macet sehingga memerlukan tindakan seksio sesarea (Sarwono, 2008).

Gameli atau kehamilan kembar adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Pada kehamilan kembar sering terjadi kesalahan presentasi dan kedua posisi janin. Bila ada kelinan letak pada anak kedua, misalnya melintang atau terjadi prolaps tali pusat dan solusio plasenta, maka janin dilahirkan dengan tindakan secsio sesarea (Kasdu, 2003).

Peningkatan tekanan darah atau hipertensi adalah tekanan darah sistolik dan diastolic >140/90 mmHg. Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin (Sarwono, 2008). Untuk mengurangi resiko pada ibu dengan hipertensi saat bersalin dilakukan tindakan secsio sesarea (Liu, 2007).

2. Respon ibu pre operasi

Respon psikologis telah dikemukakan oleh partisipan, bahwa sebelum ibu menjalani proses operasi ibu mengatakan adanya rasa takut, pasrah dan bahkan ada juga yang merasa tenang dan biasa saja. Seperti apa yang dikemukakan Nolan (2010) selama masa persalinan berlangsung, ada kemungkinan seseorang menjadi tidak terkontrol.


(63)

bagi sebagian besar wanita. Namun, bagi wanita yang sudah mempersiapkan diri secara matang sebelum ia menjalani proses persalinan maka biasanya wanita tersebut akan merasa lebih tenang (Kaufman, 2006).

3. Respon terhadap keadaan bayi saat lahir

Dari hasil penelitian diperoleh keadaan bayi saat lahir adalah lima dari enam partisipan mengatakan kondisi bayinya saat lahir segera menangis, itulah reaksi yang menandakan responnya terhadap perbedaan dunia dalam rahim dan luar rahim. Selain itu, tangisan bayi bisa dijadikan petunjuk bahwa paru-parunya sudah mampu bekerja dengan baik (Kasdu, 2003).

4. Respon ibu saat melihat bayinya telah lahir meliputi perasaan bahagia, senang dan haru. Setiap ibu pasti menunggu kelahiran bayi mereka dengan selamat, anugerah yang terbesar bagi seorang wanita ketika mampu melahirkan seorang bayi yang akan menjadi penerus garis keturunan. Ibu lebih bahagia dengan bayi yang berwarna merah muda dan bernapas sendiri dibanding bayi yang kebiruan, tidak sadar dan memerlukan intervensi segera (Kaufman, 2006).

5. Respon terhadap perawatan post operasi di rumah sakit

Dari hasil penelitian diperoleh ada beberapa respon yang disampaikan ibu mengenai perawatan post operasi di rumah sakit antara lain kondisi ibu post operasi selama dua jam berbeda-beda, ada yang belum bisa bergerak, ada yang sudah merasakan reflex nyeri pada bagian operasi. Mobilisasi dini yang ibu lakukan post operasi yakni mereng kanan-kiri. Pada dua jam pertama post operasi ibu juga belum bisa bergerak, dan


(1)

b. Makrosomia/Janin Besar ( )

c. Gamelli/Bayi Kembar ( )

d. Letak Lintang ( )

e. Fetal Distres/Djj tidak normal ( )

f. Solutio Plasenta ( )

g. Plasenta Previa ( )

h. PE Berat ( )

i. Lain-lain, sebutkan : ………

2. Indikasi Non Medis

a. Permintaan Ibu ( )

b. Permintaan Suami ( )

c. Permintaan Keluarga ( )

d. Alasan Pekerjaan ( )

e. Takut Merasakan Sakit Saat Kontraksi Rahim ( )


(2)

78   

PANDUAN WAWANCARA

1. Coba ibu ceritakan apa yang menyebabkan ibu mengalami operasi seksio sesarea untuk persalinan yang sekarang ini?

2. Coba ibu ceritakan bagaimana pengalaman ibu saat menghadapi operasi seksio sesarea?

3. Menurut ibu pengalaman mana yang paling berkesan melahirkan normal atau operasi seksio sesarea?

4. Bisa ibu ceritakan bagaimana keadaan bayi ibu setelah lahir secara seksio sesarea?

5. Kalau seandainya ibu hamil lagi jenis persalinan apa yang ibu pilih?

 


(3)

(4)

 

800 


(5)

(6)

82   

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Rinci Pardede

TTL : Gadong Lumban/12 Juni 1988 Agama : Kristen Protestan

Nama Ayah : P. Pardede Nama Ibu : H. Sinaga

Anak Ke : 2 dari 6 bersaudara

Alamat : Jln. Pelikan Raya VI. No. 154 Perumnas Mandala Medan

Pendidikan Formal

Tahun 1994 - 2000 : SD N 175761 Pulo Pangaribuan Tahun 2000 - 2003 : SMP N 1 Pangaribuan

Tahun 2003 - 2006 : SMA N 1 Pangaribuan

Tahun 2006 - 2009 : Akademi Kebidanan Darmo Medan

Tahun 2011 - 2012 : D-IV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara