19. Bab XIX - Kejahatan Terhadap Nyawa
20. Bab XX - Penganiayaan
21. Bab XXI - Menyebabkan Mati Atau Luka-Luka Karena Kealpaan
22. Bab XXII - Pencurian
23. Bab XXIII - Pemerasan Dan Pengancaman
24. Bab XXIV - Penggelapan
25. Bab XXV - Perbuatan Curang
26. Bab XXVI - Perbuatan Merugikan Pemiutang Atau Orang Yang
Mempunyai Hak 27.
Bab XXVII - Menghancurkan Atau Merusakkan Barang 28.
Bab XXVIII - Kejahatan Jabatan 29.
Bab XXIX - Kejahatan Pelayaran 30.
Bab XXIX A - Kejahatan Penerbangan Dan Kejahatan Terhadap SaranaPrasarana Penerbangan UU No. 4 Tahun 1976
31. Bab XXX - Penadahan Penerbitan Dan Percetakan
32. Bab XXXI - Aturan Tentang Pengulangan Kejahatan Yang
Bersangkutan Dengan Berbagai-Bagai Bab
b. Korupsi
Sejak terbentuknya Komisi Pemberantas Korupsi pada 29 Desember 2003 telah banyak pelaku-pelaku pidana korupsi yang diadili dan di
pidanakan serta menyelamatkan miliaran rupiah aset negara, banyak pihak yang mendukung eksistensi Komisi Pemberantas Korupsi dalam
pemberantas tindak pidana korupsi.
Menurut Pieres Beirne and James Messerchmidt dalam buku Ermansjah Djaja2010:18 menjelaskan empat tipe perbuatan korupsi :
a. Political beriberiy adalah kekuasan dibidang legislatif sebagai badan
pembentuk undang- undang, yang secara politisi badan tersebut dikendalikan oleh sebuah kepentingan karena dana yang dikeluarkan
pada masa pemilihan umum sering berhubungan dengan aktivitas perusahaan tertentu yang bertindak sebagai penyandang dana
b. Political Kickbacks dalah kegiatan korupsi yang berkaitan dengan
sistem kontrak pekerjaan borongan, antara pejabat pelaksana atau pejabat terkait dengan pengusaha, yang memberikan kesempatan
atau peluang untuk mendapatkan banyak uang bagi kedua belah pihak.
c. Elektion Fraud adalah korupsi yang berkaitan langsung dengan
kecurangan dalam pelaksanaan pemilihan umum, baik dilakukan oleh calon pengusaha atau anggota parlemen maupun oleh lembaga
pelaksana pemilihan umum. d.
Corrup Campaign Practice adalah korupsi yang berkaitan dengan kegiatan kempanye dengan menggunakan fasilits negara dan juga
bahkan menggunakan uang negara oleh penguasa yang memegang kekuasaan.
Dalam hukum positif anti korupsi khususnya dalam pasal 1 angka 1 Bab ketentuan umum undang
– undang Nomor 30 Tahun 2002 disebutkan tentang pengertian tindak pidana korupsi :
Tindak pidana korupsi adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Undang
– undang Nomor 31 tahun 1999 tentang pemberantas tindak pidana korupsi sebagaimana telah diubah dengan undang
– undang Nomor 20 tahun 2001 tentang perubahan atas undang
– undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.
Berhubungan dengan adanya beberapa tindak pidana korupsi dari KUHP dinyatakan sebagai tindak pidana korupsi . pernyataan ini dilakukan oleh
peraturan pemerintah pengganti undang – undang Nomor 24 tahun 1960
tentang pengusutan, penuntutan dan Pemeriksaaan tindak pidana korupsi maka dari itu Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya 2003 :250
mengemukakan undang – undang Anti Korupsi.
Pasal 1 menentukan yang disebut tindak pidana korupsi adalah :
a. Tindakan seseorang yang dengan atau karena melakukan sesuatu
kejahatan atau pelanggaran memperkaya diri sendiri, orang lain, atau sesuatu badan yang secara langsung atau tidak langsung merugikan
keuangan atau perekonomian negara atau daerah atau merugikan suatu badan yang menerima bantuan dari keuangan negara daerah atau badan
hukum lain yang mempergunakan modal dan kelonggoran –
kelonggaran dari negara atu masyarakat. b.
Perbuatan seseorang yang dengan atau karena melakukan sesuatu kejahatan atau pelanggaran memperkaya diri sendiri atau orang lain
atau badan dan yang dilakukan dengan menyalahgunakan jabatan atau kedudukan