2.1.2 Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi Menurut Undang-Undang
Nomor 2
Tahun 1992
Tentang Usaha
Perasuransian
Perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi dijelaskan dalam Pasal 2 huruf a Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha
Perasuransian, yang berbunyi : “Usaha asuransi yaitu usaha jasa keuangan yang dengan
menghimpun dana masyarakat melalui pengumpulan premi asuransi memberikan perlindungan kepada anggota masyarakat
pemakai jasa asuransi terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena suatu peristiwa yang tidak pasti atau terhadap hidup atau
meninggalnya seseorang.” Perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi yang dijelaskan dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian masih tergolong belum jelas, karena di dalam Undang-Undang tersebut tidak
menyebutkan secara rinci mengenai perlindungan hukum yang seperti apa yang diberikan kepada nasabah asuransi berkaitan dengan hak dan kewajiban
yang seharusnya diterima oleh nasabah sebagai pihak pemakai jasa asuransi yang pada dasarnya memiliki hak dan kewajiban dalam mendapatkan
perlindungan hukum. Penjelasan dalam Pasal tersebut mengandung banyak makna yang oleh
sebagian besar orang memiliki pemahaman yang berbeda. Hal yang sangat wajar apabila kemudian muncul banyak pertanyaan seputar perlindungan
yang bagaimana dan seperti apa yang dimaksudkan di dalam Undang-Undang Usaha Perasuransian ini.
Pelaksanaan perlindungan yang dijelaskan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian perlu diselaraskan dengan
Undang-Undang lain yang memiliki keterkaitan dan dapat saling menunjang antara satu dengan yang lainnya, salah satunya adalah Undang-Undang
tentang Perlindungan Konsumen. Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen banyak menyebutkan mengenai perlindungan yang seperti apa
yang dapat diberikan terhadap nasabah asuransi dalam kedudukannya sebagai pemakai jasa asuransi.
2.1.3 Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Asuransi Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan
Konsumen
Perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi sebagai pihak tertanggung, dalam hal ini tertanggung berada dalam posisi sebagai
konsumen yang menerima jasa pelayanan dari pihak asuransi yang telah memberikan jaminan terhadap segala kemungkinan peristiwa yang akan
terjadi pada diri tertanggung. Seperti yang dijelaskan pada Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,
bahwa : “Perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada
konsumen.” Hukum perlindungan konsumen adalah keseluruhan asas-asas dan
kaidah hukum yang mengatur dan memberikan perlindungan bagi konsumen dalam hubungannya dengan pihak penyedia barang atau jasa.
Resolusi Perserikatan Bangsa-bangsa Nomor 39248 Tahun 1985 tentang Perlindungan Konsumen Guidelines for Consumer Protection, juga
merumuskan tentang berbagai kepentingan konsumen yang perlu dilindungi, yaitu meliputi :
1. Perlindungan konsumen dari bahaya-bahaya terhadap
kesehatan dan keamanannya. 2.
Promosi dan perlindungan kepentingan ekonomi sosial konsumen.
3. Tersedianya informasi yang memadai bagi konsumen untuk
memberikan kemampuan mereka dalam melakukan pilihan yang tepat sesuai kehendak dan kebutuhan pribadi.
4. Pendidikan konsumen.
5. Tersedianya upaya ganti rugi yang efektif.
6. Kebebasan untuk membentuk organisasi konsumen atau
organisasi lainnya yang relevan dan memberikan kesempatan bagi organisasi tersebut untuk menyuarakan pendapatnya
dalam proses pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan mereka.
Perlindungan hukum terhadap nasabah dalam kedudukannya sebagai
konsumen juga dijelaskan dalam sebuah penelitian Jurnal yang berjudul “Perlindungan Konsumen Dalam Hubungannya Dengan Perlindungan
Hukum Terhadap Nasabah”. Penelitian ini disusun oleh Neni Sri Imaniyati
dan dipublikasikan dalam Jurnal Hukum Bisnis Volume 30 No 1 Tahun 2011 Hal:48-57.
Penelitian ini membahas tentang perlindungan- perlindungan yang diberikan terhadap nasabah asuransi dalam kedudukannya
sebagai konsumen pemakai jasa asuransi. Berkaitan dengan upaya untuk memberikan perlindungan hukum terhadap tertanggung asuransi yang
berkedudukan sebagai konsumen, dalam KUH Perdata terdapat ketentuan- ketentuan yang bertujuan untuk melindungi konsumen seperti yang tersebar
dalam beberapa Pasal dalam buku II bab V, bagian II yang dimulai dari Pasal
1365 KUH Perdata. Demikian pula dengan KUH Dagang yang menjelaskan tentang pihak ketiga yang juga harus diberikan perlindungan dengan
ketentuan-ketentuan mengenai perantara, asuransi, surat berharga, dll. Tahun 1999 DPR mengesahkan Undang-Undang Nomor 8 tentang
Perlindungan Konsumen. Walaupun Undang-Undang tersebut berjudul Undang-Undang Perlindungan Konsumen, namun ketentuan di dalamnya
lebih banyak mengatur tentang perilaku usaha. Hal ini dapat dipahami karena kerugian yang diderita oleh konsumen seringkali disebabkan karena kelalaian
pelaku usaha, sehingga perilaku pelaku usaha perlu diatur dan bagi para pelanggarnya akan dikenakan sanksi yang setimpal.
Menurut Neni Sri Imaniyati, esensi dari Undang-Undang ini adalah mengatur perilaku pelaku usaha dengan tujuan agar konsumen terlindungi
secara hukum. Pengertian tentang perlindungan konsumen diartikan cukup luas, yaitu dalam Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi : “Segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan hukum kepada konsumen.”
Pengertian tersebut kemudian diparalelkan dengan definisi konsumen yang diatur dalam Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Perlindungan Konsumen,
yaitu : “Setiap orang pemakai barang atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun
makhluk hidup lain dan tidak untuk di perdagangkan.”
Perlindungan hukum terhadap nasabah asuransi merupakan penerapan dari berbagai hal yang berkaitan dengan kewajiban-kewajiban dan hak-hak
yang dimiliki oleh masing-masing pihak yaitu pihak tertanggung nasabah dan pihak penanggung perusahaan asuransi.
Berdasarkan Pasal 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menjelaskan bahwa nasabah pemegang polis yang
dalam hal ini berkedudukan sebagai konsumen, memiliki hak-hak yang telah diatur dalam Undang-Undang, yaitu :
1. Hak untuk memilih jenis asuransi yang ditawarkan.
2. Hak untuk informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
manfaat dan jaminan asuransi. 3.
Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas jasa dan pelayanan petugas asuransi.
4. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya
penyelesaian sengketa perlindungan konsumen. 5.
Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif.
6. Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi atau
penggantian, jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak semestinya.
Pasal 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen memuat tentang kewajiban konsumen, antara lain :
1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur
pemakaian atau pemanfaatan barang danatau jasa, demi keamanan dan keselamatan.
2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian
barang danatau jasa. 3.
Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati. 4.
Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.
Pelaku usaha dalam hal ini adalah perusahaan asuransi juga memiliki hak yang dijelaskan dalam Pasal 6 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999
tentang Perlindungan Konsumen, yaitu : 1.
Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang
danatau jasa yang diperdagangkan. 2.
Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang tidak beritikad baik.
3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam
penyelesaian hukum sengketa konsumen. 4.
Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh
barang danatau jasa yang diperdagangkan. 5.
Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang- undangan lainnya.
Kewajiban pelaku usaha menurut ketentuan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen adalah :
1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
2. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai
kondisi dan jaminan barang danatau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan.
3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan
jujur serta tidak diskriminatif. 4.
Menjamin mutu barang danatau jasa yang diproduksi danatau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu
barang danatau jasa yang berlaku. 5.
Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, danatau mencoba barang danatau jasa tertentu serta
memberi jaminan danatau garansi atas barang yang dibuat danatau yang diperdagangkan.
6. Memberi kompensasi,ganti rugi danatau penggantian atas
kerugian akibat penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang danatau jasa yang diperdagangkan.
7. Memberi kompensasi, ganti rugi danatau penggantian
apabila barang danatau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.
2.1.4 Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Asuransi Menurut KUH Perdata