Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
Eriawan dengan nomor urut 4 sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati dari partai Gerindra pada pilkada Kabupaten Pesawaran Harianpilar. Com, 25 Februari
2015. Menurut Ubaidillah selaku ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa PKB
Kabupaten Pesawaran mengatakan bahwa partai PKB dalam proses rekrutmen calon kepala daerah dan wakil kepala daerah lebih mengedepankan kader internal
partai, namun selain mengedepankan kader internal partai PKB juga tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penjaringan bakal calon secara terbuka.
Partai PKB pada pilkada Kabupaten Pesawaran ini mendukung Okta Rijaya dan Salamu Solikhin dengan Nomor urut 2 sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati
pada Pilkada Kabupaten Pesawaran. Dengan mengacu kepada pendapat tersebut tentang pelaksanaan penjaringan dan aturan tersebut maka sistem rekrutmen
politik yang dilakukan oleh partai Gerindra dan PKB dalam memilih bakal calon kepala daerah adalah sama-sama menggunakan sistem rekrutmen terbuka calon
yang berasal dari kader internal atau eksternal partai namun lebih mengedepankan calon dari internal partai. Yang dimaksud dengan Internal partai
adalah anggota biasa, anggota kader, anggota teras dan fungsionaris partai. Sedangkan yang dimaksud dengan eksternal partai adalah simpatisan, intelektual,
profesional, tokoh masyarakat atau tokoh organisasi dakwah ataupun organisasi masyarakat pendukung partai yang menyatakan bersedia untuk menjadi anggota
partai.
Rekrutmen calon kepala daerah pada beberapa waktu ini masih terlihat permasalahan yang terjadi pada proses rekrutmen calon kepala daerah yang di
usung dari internal partai apakah memang lebih baik dibandingkan dengan calon dari eksternal partai, seperti partai Gerindra mengsung calon dari ekstenal partai
dan PKB yang mendukung calon kepala daerah atau lebih mengedepankan internal partai pada Pilkada Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung Tahun
2015. Terjadinya perbedaan pendukungan calon pada kedua partai terutama pada partai Gerindra yang mendukung calon dari eksternal partai dikarnakan ketidak
mampuan partai Gerindra dalam mengusung calon sendiri dari partai nya.
Kelemahan dari proses rekrutmen yang menggunakan sitem tertutup ini syarat dan prosedur pencalonan tidak dapat secara bebas diketahui umum. Selama ini
persyaratan yang ditawarkan oleh masing-masing partai untuk menjadi calon kepala daerah hanya disampaikan pada kepengurusan partai saja sehingga
masing-masing kepala daerah mayoritas dipegang oleh orang-orang yang memiliki jabatan pada partai politik. Seharusnya persyaratan tersebut dapat
disosialisasikan melalui bermacam cara, misalnya melalui pamflet, poster, atau melalui media massa. Cara ini dapat menutup kemungkinan bagi anggota
masyarakat untuk melihat dan menilai kemampuan elit yang ditampilkan partai politik. Dengan demikian cara ini kurang kompetitif, karena masyarakat harus
memperoleh informasi yang memadai secara terbuka tentang siapa kandidat dari partai politik, dan track record masing-masing kandidat bakal calon kepala
daerah.
Pelaksanaan demokrasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu demokrasi langsung dan perwakilan. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015
Tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota, dapat dipahami adanya perkembangan demokrasi yang semakin dekat dengan konstituennya yaitu
masyarakatnya. Secara umum ini merupakan kemajuan yang sangat berarti bagi hubungan pemerintahan daerah dengan rakyatnya dalam hal penggunaan hak
politiknya. Namun demikian secara lebih mendalam masih banyak hal yang perlu mendapat perhatian serius.
Merujuk kepada Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik pasal 29 ayat 2, menyebutkan proses rekrutmen partai politik harus dilakukan
secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART serta perundang- undangan yang berlaku. Rekrutmen politik secara demokratis mempunyai makna
yaitu berlandaskan pada nilai-nilai dan prinsip demokrasi yaitu kebebasan, kesamaan atau keadilan dan kedaulatan suara mayoritas. Sedangkan makna
keterbukaan diartikan sebagai upaya partai politik untuk menerima semua golongan atau kelompok masyarakat untuk bergabung dengan partainya dan
mengikuti pembinaan serta proses kaderisasi diinternal partai.
Rekrutmen politik adalah fungsi yang penting untuk eksistensi partai, agar kesinambungan dan regenerasi partai dapat berjalan dengan baik, fungsi
rekrutmen politik ini sangat penting bagi kelangsungan sistem politik sebab tanpa elit yang mampu melaksanakan peranannya, kelangsungan hidup sistem politik
akan terancam, dan melalui proses ini akan terus ada orang-orang yang berperan untuk melanjutkannya.
Berkaitan dengan konteks sistem rekrutmen politik Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Partai Politik, pasal 29 ayat 2 telah menjelaskan bahwa
proses seleksi kepala daerah harus dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART partai. Rekrutmen sebagaimana dimaksud pada ayat
1 huruf c bakal calon kepala daerah dan wakil kepala daerah dilakukan secara demokratis dan terbuka sesuai dengan AD dan ART serta perundang-undangan.
Pembentukan partai politik memang dimaksudkan untuk menjadi kendaraan yang sah untuk menyeleksi kader-kader pemimpin negara pada jenjang-jenjang dan
posisi-posisi tertentu. Kader-kader itu ada yang dipilih secara langsung oleh rakyat, ada pula yang dipilih melalui cara yang tidak langsung. Untuk
menciptakan kader-kader yang berkualitas tersebut, partai politik harus menjalankan fungsinya dengan baik, terutama fungsi rekrutmen politik.
Rekrutmen politik yakni seleksi dan pengangkatan seseorang atau kelompok untuk melaksanakan sejumlah peran dalam sistem politik pada umumnya dan
pemerintah.
Pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah Pilkada, yang akan dilaksanakan serentak pada pilkada langsung bulan Desember tahun 2015 ini
membuat partai politik harus melakukan rekrutmen guna dapat mengikuti prosesi
pemilihan pemimpin setiap lima tahun sekali. Adapun cara yang dapat dilakukan partai politik dalam melakukan rekrutmen politik yaitu: mulai dari rekrutmen
tertutup ataupun rekrutmen terbuka. Menurut Fadilah 2003: 209, ada dua katagori mekanisme rekrutmen politik. Pertama rekrutmen terbuka, dimana
syarat dan prosedur untuk menampilkan seseorang tokoh politik dapat diketahui secara luas. Dalam hal ini partai politik berfungsi sebagai alat bagi elit politik
yang berkualitas untuk mendapatkan dukungan masyarakat. Kedua rekrutmen tertutup, berlawan dengan cara rekrutmen terbuka. Dalam rekrutmen tertutup,
syarat dan prosedur pencalonan tidak dapat secara bebas diketahui umum. Partai berkedudukan sebagai promotor elit yang berasal dari dalam tubuh partai itu
sendiri. Cara ini menutup kemungkinan bagi anggota masyarakat untuk melihat dan menilai kemampuan elit yang ditampilkan.
Sistem rekrutmen tersebut biasanya dilaksanakan melalui seleksi, pemilihan, dan pengangkatan seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan sejumlah
peranan dalam sistem politik pada umumnya, dan pemerintahan secara khusus. Dengan sistem rekrutmen ini diharapkan setiap partai politik dapat menghasilkan
pemimpin-pemimpin yang memiliki integritas dan kualitas yang mumpuni juga yang benar-benar ahli dalam bidangnya.
Berdasarkan data Bawaslu, pemilihan kepala dan wakil kepala daerah 2010 yang totalnya diikuti oleh 327 kabupatenkota dari tujuh provinsi telah menimbulkan
banyak konflik Harian Kompas, 27 Mei 2010, kasus-kasus konflik yang terjadi
dalam pelaksanaan pilkada seperti konflik antar pendukung calon kepala daerah, penolakan terhadap hasil pilkada, dan banyaknya politik uang yang dilakukan
oleh calon-calon kepala daerah menunjukkan rendahnya kesadaran rekrutmen politik di kalangan partai politik.
Penyeleksian calon kepala daerah pada partai politik harus dilakukan secara terbuka agar terciptanya suatu bentuk demokrasi, dimana setiap tahapan-tahapan,
syarat dan prosedur harus diketahui oleh publik, sehingga masyarakat luas dapat melihat dan menilai kemampuan dari setiap calon kepala daerah. Partai politik
mempunyai kewajiban menyampaikan informasi sosialisasi setiap kandidatnya secara terbuka kepada publik guna dapat memperoleh dukungan dari masarakat.
Rekrutmen politik memegang peranan penting dalam sistem politik suatu negara. Karena proses ini menentukan orang-orang yang akan menjalankan fungsi-fungsi
sistem politik dalam suatu negara melalui lembaga-lembaga yang ada. Oleh karena itu, tercapai tidaknya tujuan suatu sistem politik yang baik tergantung
pada kualitas rekrutmen politik. Kehadiran suatu partai politik dapat dilihat dari kemampuan partai tersebut melaksanakan fungsinya. Salah satu fungsi yang
terpenting yang harus dimiliki partai politik adalah fungsi rekrutmen politik, fungsi dari rekrutmen politik pengangkatan merupakan kegiatan untuk
merekrut atau mengangkat seseorang anggota kedalam berbagai kegiatan struktur politik yang kemudian akan memainkan peranan dalam sistem politik Halking,
2012: 93 mengatakan banyak cara yang dapat dilakukan oleh partai politik untuk melakukan bentuk seleksi rekrutmen yang dilakukan oleh partai.
Penelitian terdahulu mengenai rekrutmen politik dan pragmatisme politik telah banyak diteliti oleh peneliti lain. Namun penelitian ini berbeda dengan
penelitian-penelitian sebelumnnya, hal ini dapat dilihat dari perbedaan segi permasalahan, kerangka teori serta studi kasus yang digunakan. Hal itu diuraikan
sebagai berikut: 1.
Penelitian proses rekrutmen politik yang diteliti oleh Helmi Mahadi tahun 2011 bersumber dari jurnal yang berjudul “Pragmatisme Politik: Proses
Rekrutmen Politik PDIP pada Pilkada Kabupaten Sleman”. Ringkasan hasil penelitiannya menilai tolak ukur suatu partai politik disebut pragmatis atau
tidak. Secara definisi disebut pragmatis jika partai mengutamakan kepentingan jangka pendek dengan mengesampingkan nilai normatif partai.
Partai yang pragmatis akan menghilangkan peran ideologi partai dalam setiap tindakannya. Suatu keputusan partai tidak lagi berlandaskan standing
point ideologi, melainkan mempertimbangkan logika untung rugi. Dengan kata lain, partai yang pragmatis jika partai mengutamakan kepentingan cara
praktis atau hasil lebih penting ketimbang hal yang lain, yang penting menang. Adapun dalam pilkada, hasil akhir ini berarti kemenangan politik
untuk jabatan kepala daerah. Kemenangan politik tersebut dicapai dengan cara mendapatkan suara terbanyak. Disinilah pragmatisme muncul jika
tujuan itu hasil akhir atau kemenangan dicapai dengan mengabaikan cara- cara yang telah disepakati dalam platform partai.
2. Penelitian tentang fungsi partai dalam rekrutmen politik yang diteliti oleh
Afifa Wakhidatul bersumber dari jurnal Universitas Negeri Semarang tahun 2011 berjudul “Implementasi Fungsi Partai Politik sebagai Sarana
Rekrutmen Politik pada Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan PDIP Kabupaten Semarang”, yang mengungkapkan bahwa rekrutmen politik
merupakan salah satu fungsi partai politik yang penting bagi kontinuitas dan kelestarian partai politik. Anggota yang telah direkrut oleh partai,
dilanjutkan dengan kaderisasi yang berguna bagi partai untuk kepentingan rekrutmen pengurus, rekrutmen calon anggota legislatif, serta rekrutmen
calon kepala daerah dan wakil kepala daerah. 3.
Penelitian model rekrutmen oleh Yohanis Tandisosang dalam tesis di Universitas Indonesia yang berjudul “Model Rekrutmen dalam Penentuan
Bakal Calon Kepala Daerah pada Pilkada DKI Jakarta Periode 2007- 2012”
juga pernah membahas tentang penyelenggaraan pemilihan kepala daerah pilkada
selama ini
pada kenyataannya
mengalami beberapa
penyimpangan distorsi dari ketentuan perundang-undangan dengan politik oligarki dimana kepentingan partai bahkan kepentingan segelintir
elit partai sering memanipulasi kepentingan masyarakat. Sementara ketentuan perundang-undangan banyak mengatur tentang pemilihan kepala
daerah secara langsung secara demokratis, luber dan jurdil yang merupakan wujud dari semangat pemerintah untuk menciptakan dan mengembangkan
kehidupan demokrasi ditingkat lokal. Salah satu tahap yang cukup penting dalam pelaksanaan pilkada yakni proses rekrutmen bakal calon oleh partai
politik. Sehingga memunculkan pertanyaan apakah partai politik akan menjamin terlaksananya mekanisme yang demokratis dan transparan dalam
melaksanakan konvensi penjaringan bakal calon yang diumumkan secara luas kepada masyarakat serta sejauh mana partai politik memperhatikan
pendapat dan tanggapan masyarakat dalam proses penetapan calon.
Berbeda dengan penelitian terdahulu diatas yang membahas model rekrutmen, sistem kaderisasi, dan fungsi partai dalam rekutmen, dalam penelitian ini penulis
ingin melihat bagaimana sistem rekrutmen dan tahapan seleksi penetapan calon bupati dan wakil bupati dari partai Gerindra dan PKB Kabupaten Pesawaran
Provinsi Lampung. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka penulis tertarik untuk meneliti rekrutmen bakal calon bupati dan wakil bupati oleh partai
politik pada pilkada kabupaten pesawaran provinsi lampung tahun 2015.