seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain, dan dengan lingkungan terdapat hubungan yang terus-menerus antara kedua dimensi tersebut.
Studi literatur Elkins dkk 1988 dalam Nurtjahjanti, 2013 menguraikan dimensi spiritualitas adalah sebagai berikut : dimensi transenden
kepercayaan belief dalam perspektif keagamaan, dimensi makna dan tujuan hidup keyakinan bahwa hidup itu penuh makna dan orang akan memiliki
eksistensi jika memiliki tujuan hidup, dimensi misi hidup perasaan bertanggung jawab terhadap hidup, dimensi kesucian hidup perasaan
khidmad, takzim dan kagum, dimensi kepuasan spiritual, dimensi altuarisme perasaan bersaudara dan tersentuh pada perasaan orang lain, dimensi
idealisme pengaktualisasian diri pada seluruh aspek kehidupan, dan dimensi kesadaran akan adanya penderitaan yang dimana dapat membuat individu
serius pada kehidupannya.
1.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Spiritualitas
Taylor, Lillis Le Mone 1997, dan Craven Himle 1996 dalam hamid 2009, membagi faktor penting yang dapat mempengaruhi spiritualitas
adalah sebagai berikut : 1.4.1.
Tahap Perkembangan Berdasarkan hasil penelitian terhadap anak-anak dengan empat
agama yang berbeda ditemukan bahwa mereka mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks,
agama, dan kepribadian anak. Liwarti 2013 menyatakan bahwa
Universitas Sumatera Utara
spiritualitas wanita lebih tinggi dari pria, hal ini dikarenakan wanita lebih cenderung memiliki ketertarikan pada kegiatan-kegiatan keagamaan.
Musgrave, Catherine F
,
et al 2002 juga menyakatan bahwa spiritualitas
sangat bermanfaat bagi kesehatan dan kesejahteraan wanita terkait pencegahan, perilaku sehat ataupun koping wanita dalam mengahadapi
masalah. 1.4.2.
Keluarga Peran orangtua sangat menentukan perkembangan spiritualitas
anak. Yang penting bukan apa yang diajarkan oleh orang kepada anaknya tentang Tuhan, tetapi apa yang anak pelajari mengenai Tuhan, kehidupan,
dan diri sendiri dari perilaku orang tua mereka. Oleh karena keluarga merupakan lingkungan terdekat dan pengalaman pertama anak dalam
mempersepsikan kehidupan didunia, pandangan anak pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua
dan saudaranya. 1.4.3.
Latar Belakang Budaya dan etnik Sikap, keyakinan, dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik
dan sosial budaya. Pada umumnya, seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Anak belajar pentingnya menjalankan
kegiatan agama, termasuk nilai normal dari hubungan keluarga dan peran serta dalam berbagai bentuk kegiatan keagamaan. Perlu diperhatikan apa
Universitas Sumatera Utara
pun tradisi agama atau sistem kepercayaan yang dianut individu, tetap saja pengalaman spiritual adalah hal unik bagi tiap individu.
1.4.4. Pengalaman hidup sebelumnya Pengalaman hidup, baik yang positif maupun pengalaman negatif
dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang. Sebaliknya, juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengartikan secara spiritual kejadian atau
pengalaman tersebut. Sebagai contoh, jika dua orang wanita yang percaya bahwa Tuhan mencintai umatnya, kehilangan anak mereka karena
kecelakaan. Salah satu dari mereka akan bereaksi dengan mempertanyakan keberadaan Tuhan dan tidak mau lagi sembahyang. Sebaliknya wanita
yang satu terus menerus berdoa dan meminta Tuhan membantunya untuk mengerti dan menerima kehilangan anaknya.
Begitu pula pengalaman hidup yang menyenangkan sekalipun, seperti pernikahan, pelantikan kelulusan, kenaikan pangkat atau jabatan
dapat menimbulkan perasaan bersyukur kepada Tuhan, tetapi ada juga yang merasa tidak perlu mensyukurinya. Peristiwa dalam kehidupan sering
dianggap sebagai suatu cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia untuk menguji kekuatan imannya. Pada saat ini, kebutuhan spiritual dan
kemampuan koping untuk memenuhinya.
Universitas Sumatera Utara
1.4.5. Krisis dan Perubahan Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut
merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang bersifat fisik dan emosional.
Krisis dapat berhubungan dengan perubahan patofisiologi, terapipengobatan yang perlukan, atau situasi yang mempengaruhi
seseorang. 1.4.6. Terpisah dari ikatan spiritual
Seseorang yang merasa terisolasi dalam satu ruangan dan kehilangan kebebasan pribadinya dan sistem dukungan sosial akan
membuat individu merasa tiadak aman. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain, tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti
kegiatan keagamaan, atau tidak dapat berkumpul denga keluarga atau teman dekat yang biasa memberi dukungan setiap saat diinginkan.
Terpisah dari ikatan spiritual dapat beresiko terjadinya perubahan fungsi spiritualnya.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Ekspresi Kebutuhan Spiritual yang Adaptif dan Maladaptif Kebutuhan
Tanda Pola atau Perilaku Adaptif
Tanda Pola atau Perilaku Maladaptif
Rasa percaya -
rasa percaya terhadap diri
sendiri dan
kesabaran -
menerima bahwa yang lain
akan mampu
memenuhi kebutuhan -
Rasa percaya terhadap kehidupan
walaupun terasa berat
- Keterbukaan terhadap
Tuhan -
Merasa tidak nyaman dengan kesadarn diri
- Mudah tertipu
- Ketidakmampuan untuk
terbuka dengan orang lain
- Merasa bahwa hanya
orang tertentu
dan tempat tertentu yang
aman -
Mengharapkan orang tidak berbuat baik dan
tidak tergantung -
Ingin kebutuhan
dipenuhi segera, tidak dapat menunggu
- Tidak terbuka kepada
Tuhan -
Takut terhadap maksud Tuhan
Kemauan memberi maaf -
Menerima diri sendiri dan orang lain dapat
berbuat salah -
Tidak mendakwa dan berprasangka buruk
- Memaafkan diri sendiri
- Memberi maaf orang
lain -
Menerima pengamnpunan Tuhan
- Pandangan
yang realistik terhada masa
lalu -
Merasa Tuhan sebagai suatu penghukum
- Merasa bahwa maaf
hanya diberikan
berdasarkan perilaku -
Tidak mampu
menerima diri sendiri -
Menyalah diri sendiri atau orang lain
Mencintai dan keterikatan
- Mengekpresikan
perasaan dicintai oleh orang lain dan Tuhan
- Mampu
menerima bantuan
- Menerima diri sendiri
- Takut untuk bergantung
pada orang lain -
Cemas berpisah dengan keluarga
- Menolak diri sendiri
atau angkuh
Universitas Sumatera Utara
Tabel. 1 Lanjutan Kebutuhan
Tanda Pola atau Perilaku Adaptif
Tanda Pola atau Perilaku Maladaptif
Mencari kebaikan dari orang lain
- Tidak
mempunyai hubungan rasa cinta
dengan Tuhan -
Merasa bergantung dan hubungan
bersifat magis dengan Tuhan
- Merasa jauh dari Tuhan
Keyakinan -
Ketergantungan pada
anugrah Tuhan -
Termotivasi untuk
tumbuh -
Mengekspresikan kebutuhan
untuk memasuki
kehidupan danatau
memahami wawasan
yang lebih luas
- Mengekspresikan
kebutuhan ritual -
Mengekspresikan kebutuhan untuk merasa
berbagi keyakinan -
Mengekspresikan perasaan
ambivalen terhadap Tuhan
- Tidak percaya pada
kekuasaan Tuhan -
Merasa terisolasi dari kepercayaan
masyarakat sekitar -
Merasa pahit, frustasi, dan marah pada Tuhan
- Nilai keyakinan dan
tujuan hidup yang tidak jelas
- Konflik nalai
- Tidak
mempunyai komitmen
Kreativitas dan harapan -
Meminta informasi
tentang kondisi -
Membicrakan kondisinya
secara realistik
- Mencari cara untuk
mengekspresikan diri -
Mencari kenyaman
batin daripada fisik -
Mengekspresikan harapan tentang masa
depan -
Terbuka terhadap
kemungkinan mendapatkan kematian
- Mengekspresikan
perasaan takut
kehilangan kendali -
Mengekspresikan kebosanan
- Tidak mempunyai visi
alternatif yang tidak memungkinkan
- Putus asa
- Tidak dapat menolong
atau menerima
diri sendiri
- Tidak dapat menikmati
apapun
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Lanjutan Kebutuhan
Tanda Pola atau Perilaku Adaptif
Tanda Pola atau Perilaku Maladaptif
Arti dan Tujuan -
Mengekspresikan kepuasan hidup
- Menjalan
kehidupan sesuai dengan sistem
nilai -
Menerima menggunakan
penderitaan sebagai cara untuk memahami diri
sendiri
- Mengekspresikan arti
kehidupankematian -
Mengekspresikan komitmen dan orientasi
hidup -
Jelas tentang apa yang penting
- Mengekspresikan tidak
ada untuk bertahan -
Tidak dapat menerima arti penderitaan yang
dialami -
Tidak dapat
merumuskan tujuan dan mencapai tujuan
- Penyalahgunaan
obatalkohol
Bersyukur -
Merasa bersyukur -
Merasakan anugrah
yang dilimpahkan
Tuhan -
Merasakan harmoni dan utuh
- Mencemaskan
masa lalu dan yang akan
datang -
Berointasi pada
pencapaian produktivitas
- Terpusat
pada penyesalan
- Membicarakan tentang
berbuat lebih
baik mencoba lebih keras
- Selalu ingin sempurna
2. Narapidana 2.1. Konsep narapidana