Ketimpangan Perlakuan Terhadap Narapidana Wanita Di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Bumi Aksara Atmowiloto, Arswendo. 1990. Hak - Hak Narapidana. Jakarta: ELSAM

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada Cipta, Jakarta

Creswell, Jhon W. 2002. Research Design : Qualitative, Quantitative and Mix Method

Approaches. London: Sage Publication Inc

Faisal, Sanafiah. 2007. Format – Format Penelitian Sosial. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada Goffinan, Erving. 1961. Asylums: Essays on the Social Institution of Mental Patients and Other

Inmates.New York: Penguin Books.

Hartono.0. 1995. Sistem Baru Pembinaan Narapidana. Jakarta : Djambatan Poloma. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : PT RajaGrafindo Persada

Radito, Femiola. 2008. Metode Pemetaan Sosial. Bandung : Penerbit Rekayasa Sains Sanderson, 2000. Sosiologi Makro, Sebuah Pendekatan Terhadap Realitas Sosial. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Yayasan Penerbit Universitas Indonesia.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta Sunarto, Kamanto. 2000. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Dwidja Priyatno. 2006. Sistem Pelaksanaan Pidana Penjara di Indonesia. Bandung : Refika Aditama.


(2)

Sumber — sumber lainnya :

Dirjen Pemasyarakatan. UU No 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan

Kartikawati, Reni. 2012. Stratifikasi Sosial Warga Binaan Wanita di Rutan Pondok Bambu. Jurnal Sosiologi Masyarakat. Vol. 17 No 2 Juli 2012: 153 — 186

Runturambi, Josias. 2013. Budaya Penjara : Arena Sosial Semi Otonom di Lembaga Pemasyarakatan “ X “. Jurnal Antropologi Indonesia. Vol. 34 No 1 Januari — Juni 2013 : 91 — 105

Jasebel Girsang. 2013. Tinjauan Juridis Remisi dan Pembinaan Narapidana Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2006. Jurnal Elektronik DELIK. Vol.1 No. 2 Tahun 2013


(3)

(4)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian studi kasus dapat diartikan adalah sebuah eksplorasi dari suatu sistem yang terikat atau suatu kasus/beragam kasus yang dari waktu ke waktu melalui pengumpulan data yang mendalam serta melibatkan berbagai sumber informasi yang mendalam. Sistem terikat ini diikat oleh waktu dan tempat sedangkan kasus dapat dikaji dari suatu program, peristiwa, aktivitas atau suatu individu.

Dengan perkataan lain, studi kasus merupakan penelitian dimana peneliti menggali suatu fenomena tertentu (kasus) dalam suatu waktu dan kegiatan (program, even, proses, institusi atau kelompok sosial) serta mengumpulkan informasi secara terinci dan mendalam dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama periode tertentu (Creswell, 2002). Pendekatan kualitatif diartikan sebagai pendekatan yang dapat menghasilkan data, tulisan dan tingkah laku yang dapat diamati dalam kehidupan sosial atau masyarakat sebagai satu kesatuan atau sebagai kesatuan yang menyeluruh (Radito dan Femiola, 2008: 79).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta Klas wanita, Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia. Adapun alasan peneliti untuk memilih lokasi penelitian ini dikarenakan dari berbagai jurnal yang ditelaah bahwa terdapat perlakuan yang berbeda


(5)

terhadap Narapidana dari Petugas LAPAS sehingga memunculkan ketimpangan dan peneliti ingin melihat apakah hal tersebut juga terjadi terhadap Narapidana di LAPAS Tanjung Gusta Medan.

3.3 Unit Analisis dan Informan

Dalam melakukan penelitian harus mempunyai unit analisis (satuan tertentu yang dapat dihitung sebagai subjek penelitian) dan informan yang menjadi sumber informan dalam penelitian ini adalah :

Karakteristik dari penelitian kualitatif adalah menggunakan apa yang dimaksud dengan unit analisis. Unit analisis masalah kualitattif terdiri dari tingkat makro, yaitu pikiran dan tindakan individu sampai dengan konteks yang paling milcro, yaitu sistem dunia (Bungin, 2007). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah Para Narapidana Wanita dan Petugas LAPAS Wanita di Lapas Tanjung Gusta, Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia.

3.4 Teknik Penentuan Informan

Informan merupakan orang – orang yang menjadi sumber informasi yang aktual dalam menjelaskan tentang masalah penelitian. Informan merupakan orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data ataupun fakta dari suatu objek penelitian (Bungin, 2007). Dalam penelitian kualitatif, hal yang menjadi bahan pertimbangan utama dalam pengumpulan data adalah pemilihan informan. Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah purposive sampling. Porposive sampling adalah teknik penentuan sampling dengan pertimbangan tertentu Sugiyono, 2009:85).


(6)

Seperti yang telah disebutkan bahwa pemilihan informan pertama merupakan hal yang sangat utama sehingga harus dilakukan dengan cermat maka peneliti memutuskan informan kunci adalah Para Narapidana Klas IIA Wanita Tanjung Gusta dan informan biasa adalah Para Petugas LAPAS Klas IIA Tanjung Gusta. Adapun karakteristik informan kunci yang dijadikan sebagai pedoman bagi peneliti adalah :

1. Warga Binaan Pemasyarakatan Wanita dengan Tindak Pidana Kasus Narkotika, Penipuan dan Korupsi yang berada tinggal dalam penjara lebih dari 3 tahun berjumlah 4 orang dan Mantan Narapidana Wanita berjumlah 3 Orang dan Narapidana Wanita biasa 1 orang

2. Petugas Lapas baik itu Staf maupun Pengaman masing masing bekerja lebih dari 3 tahun berjumlah 4 orang.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :

3.5.1 Teknik Pengumpulan Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah peneliti melakukan kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data — data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Adapun teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara :

1. Observasi atau pengamatan

Observasi atau pengamatan adalah metode penngumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan


(7)

penginderaan (Bungin, 2007) artinya disini peneliti ikut tedun ke lapangan untuk memahami fenomena yang ada di lapangan. Data yang diperoleh melalui observasi ini kemudian dituangkan ke dalam catatan lapangan.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan salah satu metode yang penting dalam memperoleh data di lapangan. Wawancara merupakan proses tanya jawab antara peneliti dengan informan yang ada di lapangan. Dimana tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan informasi yang lebih akurat dari lapangan. Agar wawancara lebih terarah maka digunakan instrument berupa pedoman wawancara yaitu, urutan — urutan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk memperoleh data yang diperlukan.

3.5.2 Teknik Pengambilan Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperuleh secara tidak langsung dari objek penelitian atau sumber data lain berupa

1. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek penelitian namun melalui dokumen. Dokumen yang digunakan dapat berupa laporan, buku, jurnal, Surat kabar dan internet yang berkaitan langsung dan dianggap relevan dengan rumusan masalah yang diteliti.


(8)

3.6 Interpretasi Data

Menginterpretasi data merujuk pada kegiatan pengorganisasian data kedalam susunan – susunan tertentu dalam rangka penginterpretasian data (Faisal 2007:34). Analisis data ditandai dengan pengolahan dan penafsiran data yang diperoleh dari setiap informasi baik pengamatan, wawancara atau catatan lapangan lainnya yang kemudian ditelaah dan dipelajari. Pada tahap selanjutnya adalah penyusunan data dalam satuan – satuan yang kemudian dikategorikan. Kategori tersebut berkaitan satu sama lain dan diinterpretasikan secara kualitatif. Interpretasi data merupakan proses pengolahan data dimulai dari tahap mengedit data sesuai dengan pokok permasalahan yang diteliti kemudian diolah secara deskriptif berdasarkan apa yang terjadi di lapangan.

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakuo keterbatasan peneliti mengenai kurangnya pengetahuan peneliti dalam metode penelitian, keterbatasan buku- buku ataupun referensi yang mendukung penelitian, masalah koordinasi administasi antara pihak Kementerian Hukum dan HAM Sumatera Utara, pihak Staf umum Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan Berta pihak terkait lainnya, keterbatasan waktu yang dimiliki oleh informan sehingga peneliti dituntut harus menghargai hak pribadi informan tersebut dan keterbatasan waktu penelitian. Keterbatasan pengetahuan tentang metode penelitian menyebabkan lambatnya proses penelitian yang dilakukan dan data – data yang didapat dari lapangan menjadi tidak terlalu dalam walaupun teknik pengumpulan data secara observasi dan wawancara mendalam telah mampu


(9)

menjawab permasalahan yang dimaksud.

Terbatasnya data - data yang diperoleh dari pihak Petugas LAPAS, Warga Binaaan Pemasyarakatan Wanita baik yang masih melakukan pembinaan di LAPAS maupun mantan Warga Binaan Pemasyarakatan yang telah bebas dari masa hukuman maupun dari proses pembinaan ataupun reverensi berupa buku - buku serta situs internet menyebabkan peneliti menemukan kesulitan untuk menjelaskan secara rinci maksud dari penelitian ini. Sampai sejauh ini peneliti sudah mencari bahan — bahan yang dapat mendukung permasalahan penelitian tetapi hasil yang didapat belum sesuai dengan harapan peneliti dalam mengkaji permasalahan penelitian.


(10)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Wilayah Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta

4.1.1 Sejarah terbentuknya Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta

Sebelum Lembaga Pemasyarakatan Wanita ini didirikan, seluruh narapidana dan tahanan ditempatkan pada penjara-penjara yang ada dan masing – masing penjara memiliki peraturan tersendiri. Sistem penjara yang telah berubah menjadi sistem pemasyarakatan ditujukan untuk mengayomi/melindungi napi dengan memberikan pembinaan terhadap segala kekurangannya. Pada mulanya tahun 1982, LP ini ditempati oleh keseluruhan NAPI dan tahanan, baik itu laki-laki dewasa, anak-anak maupun napi wanita. Walaupun begitu bukan berarti napi dan tahanan tersebut dijadikan satu, masing-masing napi menempati ruangan khusus dan memiliki ruang tersendiri.

Narapidana wanita menempati ruangan tersendiri dan diawasi oleh petugas wanita. Seluruh penghuni yang ada di LP Dewasa tersebut dipisahkan, untuk anakanak ditempatkan di LP Anak Klas II, untuk wanita ditempatkan di LP Wanita Klas IIA, sedangkan yang laki-laki dewasa tetap ditempat yang semula.Tujuan utama dari pemindahan tersebut adalah untuk menjaga keamanan dan ketertiban dan untuk menghindari adanya eksploitasi antar sesama warga binaan. Pembinaan yang dilakukan juga dapat lebih dikhususkan lagi kepada hal – hal yang lebih pantas dan menjurus kepada kewanitaannya.


(11)

Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan merupakan ruang lingkup dari Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Sumatera Utara yang terletak di Jalan Putri Hijau No 4 Medan didirikan pada tahun 1983 sampai dengan 1985 pada tanggal 26 Februari 1986 dengan kapasitas 150 Orang yang didalamnya terdapat beberapa Blok Hunian diantaranya Blok A = 3 Kamar, Blok B = 12 Kamar, Blok C = 6 Kamar dan Blok D = 6 Kamar dan juga beberapa fasilitas lainya berupa Warung Telepon dan Koperasi untuk melayani kebutuhan Warga Binaan Pemasyarakatan. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA mulai dioperasionalkan berlokasi di Jalan Pemasyarakatan Tanjung Gusta Medan dengan jarak sekitar 5 KM dari pusat kota Medan.

Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan berdiri di atas tanah hibah Pemerintah Daerah setempat yang sampai saat ini sertifikat tanah masih bergabung dengan Lembaga Pemasyarakatan Klas I Medan. Adapun luas tanah Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan 6.555 M2 dan luas bangunan 6.435 M2 yang terdiri dari lantai 1 meliputi pengaman pintu utama, kesatuan pengamanan lembaga pemasyarakatan, ruang kunjungan sejumlah 1 unit, ruang kepala regu pengaman, ruang registrasi, ruang penggeledahan, ruang kepala seksi pembinaan dan pendidikan, ruang keamanan dan ketertiban, poliklinik sejumlah 1 unit, aula, gereja, masjid, dapur sejumlah 1 unit, ruang bimbingan kerja.


(12)

4.1.2 Visi dan Misi Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta

1. Visi

Terwujudnya Petugas Pemasyarakatan yang profesional, handal, tanggung jawab dan cerdas untuk mewujudkan pulihnya kesatuan hubungan hidup, penghidupan dan kehidupan warga binaan pemasyarakatan sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan YME

2. Misi

1. Melaksanakan program pembinaan secara berdaya guna, tepat sasaran dan memilki prospek ke depan

2. Meningkatkan kemitraan dengan instansi terkait dalam program pembinaan kepribadian dan kemandirian Warga Binaan Pemasyarakatan 3. Mewujudkan pelayanan prima dalam rangka penegakan hukum,

pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia.

4.1.3. Tugas pokok dan fungsi Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta

Tugas pokok

Melaksanakan pemasyarakatan terhadap nsaarapidana / anak didik wanita Fungsi

1. Melakukan pembinaan dan perawatan narapidana / anak didik wanita, 2. Memberikan bimbingan, kemandirian, mempersiapkan sarana dan


(13)

3. Melakukan bimbingan kepribadian (bimbingan sosial, kerohanian, budi pekerti, etika, kesadaran hukum dan pengetahuan umum) terhadap narapidana / anak didik

4. Melakukan pemeliharaan keamanan dan tata tertib di lembaga pemasyarakatan

4.1.4 Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Wanita Tanjung Gusta Medan


(14)

Sumber: Bagian Kepegawaian LP Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan, 2015.

(Tabel 4) Organisasi Pegawai LP Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan Berdasarkan Pekerjaan Pegawai LAPAS

NO Jabatan Tingkat Pendidikan Total

SMU Diploma Sarjana Magister

1 KALAPAS 1 1

2 KA SUBBAG TU 1 1

3 Kaur Kepegawaian / Keuangan

1 1

4 Staf Kepegawaian / Keuangan

4 4

5 Kaur Umum 1 1

6 Staf Urusan Umum 1 1

7 KASI Bimb Narapidana 1 1

8 KASUBSI Registrasi 1 1

9 Staf Registrasi 3 1 4

10 KASUBSI Bimb Kemasyarakatan dan perawatan

1 1

11 Staf Bimb Kemasyarakatan dan Perawatan

4 3 4 1 13

12 KASI Kegiatan Kerja 1 1

13 KASUBSI Bimb Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja

1 1

14 Staf Bimb Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja

2 2 4

15 KASUBSI Sarana Kerja 1 1

16 Staf Sarana Kerja 1 1


(15)

Keamanan Ketertiban

18 KASUBSI Keamanan 1 1

19 KASUBSI Pelaporan dan Tata Tertib

1 1

20 Staf Pelaporan dan Tata Tertib

1 1 2

21 Kepala KPLP 1 1

22 Staf KPLP 3 3

23 Pengamanan 22 3 4 2 35

Jumlah 30 3 34 7 75

Sumber Data : Dokumentasi KASUBAG TU LAPAS Klas IIA Tanjung Gusta Medan, Tanggal 12 Mel 2015.

Sebagaimana yang telah diutarakan di atas tentang latar belakang pendidikan petugas / pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wanita Tanjung Gusta Medan, maka dapat dilihat bahwa yang paling dominan dari para petugas/pegawai Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Wanita Tanjung Gusta Medan adalah Bagian Pengaman sebanyak 22 orang, Sedangkan yang minoritas adalah Bagian KALAPAS, KA SUBBAG TU,Kaur Kepegawaian / Keuangan, Kaur Umum, Staf Urusan Umum, KASI Bimb Narapidana, KASUBSI Registrasi, KASUBSI Bimb Kemasyarakatan dan Perawatan, KASI Kegiatan Kerja, KASUBSI Bimb Kerja dan Pengelolaan hasil kerja, KASUBSI Sarana Kerja, Staf Sarana Kerja, KASI Administrasi dan Ketertiban Keamanan, KASUBSI Keamanan, KASUBSI Pelaporan dan Tata Tertib, Kepala KPLP masing — masing sebanyak 1 orang.


(16)

4.1.6 Deskripsi Pekerjaan pada Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan

1. Kepala Lembaga Pemasyarakatan (KALAPAS)

Kalapas sebagai pimpinan dan penanggung jawab tunggal atas seluruh isi dan keberadaan Lapas, karena Kalapas sebagai koordinator pelaksanaan pembinaan wanita pidana serta memelihara keamanan dan ketertiban di Lapas. Bertugas mengkoordinasikan pembinaan, serta memelihara keamanan dan ketertiban dan ketatausahaan Lembaga Pemasyarakatan sesuai dengan ketentuan, petunjuk atasan, dan peraturan yang berlaku dalam rangka penyampaian tujuan pemasyarakatan bagi warga binaan pemasyarakatan. Kalapas dalam melaksanakan tugasnya dibantu beberapa bidang, yaitu Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Bimbingan Napi, Seksi Kegiatan Kerja, Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib, dan Kesatuan Pengaman Lapas (KPLP).

2. Sub Bagian Tata Usaha

Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan urusan rumah tangga Lapas. Bidang ini terdiri dari:

1. Urusan Kepegawaian dan Keuangan, yang tugasnya menangani segala urusan kepegawaian dan menangani masalah keuangan.

2. Urusan Umum yang mempunyai tugas surat menyurat, perlengkapan dan rumah tangga.


(17)

3. Seksi Bimbingan Narapidana

Bidang ini mempunyai tugas melaksanakan pembinaan pemasyarakatan narapidana. Bidang pembimbingan ini terdiri dari:

1. Sub Seksi Registrasi fungsinya melakukan registrasi dan membuat statistika serta dokumentasi, sidik jari narapidana.

2. Sub Seksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Perawatan fungsinya memberikan bimbingan kemasyarakatan, bimbingan penyuluhan rohani dan sosial, meningkatkan pengetahuan asimilasi dan cuti menjelang bebas, mengurus kesehatan, dan memberikan perawatan kepada narapidana.

4. Seksi Kegiatan Kerja

Bidang ini mempunyai tugas memberikan bimbingan kerja, mempersiapkan sarana kerja dan mengelola hasil kerja. Bidang kerja ini terdiri dari:

1. Sub Seksi Bimbingan Kerja dan Pengelolaan Hasil Kerja berfungsi memberikan petunjuk, bimbingan latihan dan mengelola hasil kerja. 2. Sub Seksi Sarana Kerja mempersiapkan fasilitas sarana kerja. 5. Seksi Administrasi Keamanan dan Tata Tertib

Bidang ini mempunyai tugas sebagai berikut: mengatur jadwal tugas, mengatur penggunaan perlengkapan, pembagian tugas pengamanan, menerima laporan harian dan berita acara dari satuan pengamanan yang bertugas Berta menyusun laporan dibidang keamanan dan menegakkan tats tertib.


(18)

6. Kesatuan Pengamanan Lembaga Pemasyarakatan (KPLP)

KPLP ini mempunyai tugas menjaga keamanan dan ketertiban di Lapas. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut, KPLP mempunyai fungsi:

1. Melakukan penjagaan dan pengamanan atau pengawasan terhadap narapidana,

2. Melakukan pengawalan pada waktu penerimaan atau pengeluaran narapidana,

3. Melakukan penggeledahan dan perneriksaan terhadap pelanggaran keamanan dan membuat laporan harian.

4.1.7 Keadaan Geografis Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan

Letak Geografis Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan berada di Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia yang merupakan salah satu Lembaga Pemasyarakatan dari tiga Lembaga Pemasyarakatan dan satu Rumah Tahanan yaitu Lembaga Pemasyarakatan Dewasa Klas IA Tanjung Gusta, Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIA Tanjung Gusta dan. Rumah Tahanan Tanjung Gusta.


(19)

Batas Wilayah Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan

Adapun yang menjadi batas — batas wilayah Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan adalah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Lalang, Kecamatan Medan Sunggal, Kota Medan

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

3. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Tanjung Gusta, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang

4. Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tanjung Gusta, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan.

4.1.8 Gambaran tentang Narapidana dan Tahanan

(Tabel 5) Komposisi Narapidana Wanita berdasarkan jenis hukuman dan

kewarganegaraan

NO REGISTER

JUMLAH WANITA

TOTAL

WNI Persentase WNA Persentase (F) (%)

1 Hukuman Mati 1 0,20 1 0,20

2 Seumur Hidup 2 0,50 2 0,50

3 B.1 378 93,30 4 100 382 93,40


(20)

5 B.II.b 6 B.III.s

7 B.III 8 2,00 8 2.00

Jumlah 405 100 4 100 409 100

Sumber Data : Dokumentasi KASUBSI Registrasi LAPAS Klas IIA Tanjung Gusta Medan, Tanggal 12 Mei 2015.

Catatan : B.I merupakan masa hukuman pidana di atas 3 Tahun dan masa hukuman pidana di atas 1 Tahun dan di bawah 3 Tahun

B.IIa merupakan masa hukuman pidana, di atas 3 Bulan sampail Tahun

B.III merupakan masa hukuman pidana kurungan

Berdasarkan tabel di atas, terlihat jumlah Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan terdapat 409 orang di mans narapidana yang berdasarkan masa tahanan nya lebih sedikit sebanyak 1 orang yang merupakan narapidana dengan pidana hukuman mati sedangkan narapidana yang masa tahanan nya lebih banyak sebanyak 382 orang yang merupakan narapidana dengan pidana di atas 3 tahun dan masa hukuman pidana di atas 1 tahun dan di bawah 3 tahun


(21)

(Tabel 6) Komposisi Tahanan Wanita berdasarkan jenis hukuman dan kewarganegaraan

NO REGISTER

Jumlah Wanita TOTAL

WNI (F) (%)

I A.I 24 24

17,0 0

2 A.II 23 23

16,3 0

3 A.111 88 88

62,4 0

4 A.IV 3 3 2,10

5 A. V 3 3 2,10

Jumlah 141 141 100

Sumber Data : Dokumentasi KASUBSI Registrasi LAPAS Klas IIA Tanjung Gusta Medan, Tanggal 12 Mei 2015.

Catatan : A.I merupakan Tahanan Kepolisian A.II merupakan Tahanan Kejaksaan

A.III merupakan Tahanan Pengadilan Negeri

A.IV merupakan Tahanan Pengadilan Tinggi Negeri A.V merupakan Tahanan Mahkamah Agung

Berdasarkan tabel di atas, terlihat jumlah Tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Tanjung Gusta, Medan terdapat 141 orang di


(22)

mans tahanan yang berdasarkan masa tahanan nya lebih sedikit sebanyak 6 orang dimana masing — masing terdapat 3 orang dari Tahanan Pengadilan Tinggi Negeri dan 3 orang dari tahanan Mahkamah Agung sedangkan tahanan yang masa tahanannya lebih banyak sebanyak 88 orang yang merupakan Tahanan Pengadilan Negeri.

(Tabel 7) Komposisi Narapidana dan Tahanan berdasarkan usia

NO Narapidana Tahanan Total

> 18 Tahun < 18 Tahun > 18 Tahun < 18 Tahun

1 408 1 141 550

Jumlah 408 1 141 550

Sumber Data : Dokumentasi KASUBSI Registrasi LAPAS Klas IIA Tanjung Gusta Medan, Tanggal 12 Mei 2015.

Berdasarkan tabel di atas, terlihat jumlah umur Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita. Klas IIA Tanjung Gusta, Medan yang di atas 18 tahun berjumlah 408 orang dan Narapidana yang umurnya di bawah 18 tahun berjumlah 1 orang sedangkan jumlah umur Tahanan yang di atas 18 tahun berjumlah 141 orang


(23)

(Tabel 8) Komposisi Narapidana dan Tahanan berdasarkan agama

NO AGAMA .JUMLAH

(F) ( % )

1 Islam 465 Orang 84,50

2 Kristen 80 Orang 14,50

3 Buddha 10 Orang 1,00

TOTAL 550 Orang 100

Sumber Data : Dokumentasi KASUBSI Registrasi LAPAS Klas IIA Tanjung Gusta Medan, Tanggal 12 Mei 2015.

Berdasarkan tabel di atas, terlihat jumlah mayoritas Tahanan dan Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan ialah Tahanan serta Narapidana yang beragama Islam berjumlah 465 orang dan Tahanan serta Narapidana minoritas yang beragama Buddha berjumlah 10 orang.

(Tabel. 9) Komposisi Narapidana dan Tahanan berdasarkan jenis kejahatan

NO Jenis Kejahatan Jumlah

(F) (%)

1 Pencurian 23 4,20

2 Perampokan 7 1,30

3 Pembunuhan 18 3,30

4 Penganiayaan 3 0,50

5 Kesusilaan 1 0,20


(24)

7 Perjudian 15 2,70

8 Mata Uang 1 0,20

9 Penipuan 21 3,80

10 Penggelapan 20 3,60

11 Penadahan 5 0,90

12 Penculikan 1 0,20

13 Ketertiban 2 0,40

14 Pembakaran

15 Narkotika 393 71,50

16 Perlindungan anak 7 1,30

17 Pemalsuan Surat

18 Memeras 1 0,20

19 Penyuapan

20 Trafficking 8 1,50

21. Lain — Lain 9 1,60

Data Per 30 April 2015 Berjumlah 550 100 Sumber Data : Dokumentasi KASUBSI Registrasi LAPAS Klas IIA Tanjung

Gusta Medan, Tanggal 12 Me i 2015.

Berdasarkan Label di atas, terlihat jenis kejahatan yang menjerat Narapidana / Tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan terdapat 550 orang di mana Narapidana yang berdasarkan jenis kejahatan lebih sedikit sebanyak 4 orang yang merupakan Narapidana / Tahanan dengan jenis kejahatan kesusilaan sebanyak 1 orang, jenis kejahatan mata uang sebanyak 1 orang, jenis kejahatan penculikan sebanyak 1 orang dan jenis


(25)

kejahatan memeras sebanyak 1 orang sedangkan Narapidana/ Tahanan yang berdasarkan jenis kejahatan lebih banyak sebanyak. 393 orang dengan jenis kejahatan narkotika dimana diantara nya 31 orang pemakai, 335 orang pengedar, 25 orang pemakai dan pengedar.

(Tabel 10) Komposisi Pegawai berdasarkan pendidikan

No

Pendidikan

TOTAL

SLTA/ SMU D. III S1 S2

(F) (%) (F) (%) (F) (%) (F) (%) (F) (%) 1 30 40,50 3 4,00 34 45,91 7 9,50 74 100 Sumber Data : Dokumentasi KASUBBAG TU LAPAS Klas IIA Tanjung Gusta

Medan, Tanggal 12 Mei 2015.

Berdasarkan tabel di atas, terlihat jumlah Pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan berjumlah 74 orang diantara nya mereka yang berpendidikan rendah adalah pendidikan SLTA / SMU sebanyak 30 orang sedangkan mereka yang berpendidikan tinggi adalah S2 sebanyak 7 orang sehingga dapat disimpulkan bahwa sumber daya manusia dalam LAPAS belum maksimal.

(Tabel 11) Komposisi Pegawai berdasarkan jenis kelamin

No

Laki - Laki Wanita Total

(F) (%) (F) (%) (F) (%)


(26)

Sumber Data : Dokumentasi KASUBSI Registrasi LAPAS Klas IIA Tanjung Gusta. Medan, Tanggal 12 Mei 2015.

Berdasarkan tabel di atas, terlihat jumlah Pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan berjumlah 74 orang diantaranya Laki –laki sebanyak 8 orang sedangkan Wanita sebanyak 65 orang.

(Tabel 12) Sarana dan Prasarana Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan

NO SARANA DAN PRASARANA JUMLAH

1 Gedung Kantor 1 Unit

- Ruang konsultasi 1 Unit

- Ruang Kunjungan 2 Unit

- Ruang Perpustakaan 1 Unit

- Ruang Poliklinik I Unit

2 Gedung Serbaguna / Aula / Rekreasi Olah Raga 1 Unit

3 Pos Pengamatan 1 Unit

4 Ruang Dapur 1 Unit

5 Mushalla 1 Unit

6 Blok Narapidana / tahanan (Luas bangunan 28,13 M2)


(27)

7 Ruang Kegiatan kerja 1 Unit

8 Ruang Tunggu 1 Unit

9 Ruang Parkir 1 Unit

10 Kamar Mandi (Luas bangunan 5,25 M2) 1 Unit

Kamar untuk narapidana terdiri dari empat blok, yaitu: 1. Blok A terdiri dari 4 kamar.

2. Blok B terdiri dari 12 kamar. 3. Blok C terdiri dari 6 kamar. 4. Blok D terdiri dari 6 kamar.

Berikut ini adalah daftar menu makanan narapidana di LP Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan dalam 1 minggu:

(Tabel 13) Daftar Menu Makanan Narapidana di LAPAS Wanita Klas IIA Medan

HARI

MENU

Pagi Siang Sore

Senin − Nasi putih

− Tempe goreng

− Oseng-oseng buncis

− Nasi putih

− Tempe bacem

− Sayur asem

− Nasi putih

− Semur daging

− Sayuran sup


(28)

Selasa − Nasi putih

− Tempe goreng

− Tumis kangkung

− Nasi putih

− Perkedel kentang

− Ikan asin goreng

− Sayur lodeh

− Pisang ambon

− Nasi putih

− Ikan asin goreng

− Pecel

− Kolak ubi

Rabu − Nasi putih

− Tahu bacem

− Oseng-oseng

− kacang panjang

− Nasi putih

− Telur balado

− Sayur kare

− Nasi putih

− Tempe goreng

− Sayur sup

− Bubur kacang ijo

Kamis − Nasi uduk

− Tempe bacem

− Oseng-oseng

− sayuran

− Nasi putih

− Daging gulai

− Sayur asem

− Pisang ambon

− Nasi putih

− Ikan asin goreng

− Sayur nangka +

− kacang panjang

− Sawut

Jumat − Nasi putih

− Oseng-oseng

− sayuran

− Bubur kacang ijo

− Tahu goreng

− Nasi putih

− Telur gulai

− Sayur lodeh

− Nasi putih

− Tempe goreng


(29)

Sabtu − Nasi putih

− Tempe goreng

− Oseng-oseng kol

− Nasi putih

− Kering trope

− Sayur sup

− Perkedel kentang

− Pisang ambon

− Nasi putih

− Ikan asin goreng

− Daun ubi tumbuk

− Kolak ubi

Minggu − Nasi putih

− Tempe goreng

− Tumis sawi

− Nasi putih

− Tempe goreng

− tepung

− Sayur kare

− Nasi putih

− Ikan asin goreng

− Sayur asem

− Kolak ubi

Sumber Data : Dokumentasi KASUBSI BIMPAS LAPAS Klas IIA Tanjung Gusta Medan, Tanggal 24 Juli 2015.

Dari tabel 13 tersebut terlihat bahwa menu makanan yang ditetapkan oleh Petugas LAPAS terlihat bagus dan enak akan tetapi berdasarkan observasi maupun wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap informan terungkap bahwa apa yang lihat tidak sesuai dengan kenyataan dimana pada saat peneliti melakukan observasi, truk pembawa makanan membawa berbagai macaw sembako yang masih terlihat segar akan tetapi pada saat diolah oleh Warga Binaan Pemasyarakatan, sembako yang terlihat segar tadi berubah menjadi makanan yang layaknya diperuntukan kepada binatang dimana makanan yang diolah tidak sesuai dengan keinginan Narapidana yang berbau, keras dan dingin.


(30)

1. Upaya - upaya perlindungan hak tambahan bagi Narapidana Wanita

Pengaturan mengenai pelaksanaan hak narapidana wanita tertuang di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 Pasal 20 tentang Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan. Perlindungan hak-hak terhadap narapidana wanita di dalam lembaga pemasyarakatan substansinya terdiri atas penambahan makanan yang mendukung asupan kalori bagi wanita yang sedang mengandung dan masa sesudah melahirkan sekaligus terhadap bagi yang dilahirkan. Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1999 berbunyi sebagai berikut:

1. Narapidana dan anak didik pemasyarakatan yang sakit, hamil atau menyusui berhak mendapatkan makanan tambahan sesuai dengan petunjuk dokter.

2. Makanan tambahan juga diberikan kepada narapidana yang melakukan jenis pekedaan tertentu.

3. Anak dari narapidana wanita yang dibawa kedalam LAPAS ataupun yang lahir di LAPAS dapat diberi makanan tambahan atas petunjuk dokter, paling lama sampai berumur 2 (dua) tahun.

4. Dalam hal anak sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) telah mencapai urnur 2 (dua) tahun, harus diserahkan kepada bapaknya atau sanak keluarga, atau pihak lain atas persetujuan ibunya dan dibuat dalam satu berita acara.

5. Untuk kepentingan kesehatan anak, Kepala LAPAS dapat menetukan makanan tambahan selain sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) berdasarkan pertimbangan.


(31)

Pelaksanaan hak-hak lain narapidana wanita dilaksanakan berdasarkan kebijakan-kebijakan masing-masing lembaga pemasyarakatan, seperti:

1. Memberikan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan olah raga; 2. Memberikan dispensasi untuk tidak mengikuti kegiatan kerja bakti;

dan

3. Memberikan dispensasi terhadap kegiatan-kegiatan yang membahayakan kesehatan si ibu maupun kandungannya.

Berkaitan dengan perlindungan terhadap hak-hak bagi Narapidana Wanita di dalam Lembaga Pemasyarakatan, belum ada sarana, dan prasarana, yang mendukung peluang perlindungan hak-haknya seperti mendapatkan rasa aman dari gangguan sesama narapidana, maka perlu ditempatkan dalam ruangan tersendiri di dalam lembaga pemasyarakatan dan sarana lain seperti:

1. Alat perlengkapan mandi, seperti handuk, sabun mandi, dan sikat gigi yang tidak dipakai secara bergantian sehingga menimbulkan ketidaknyamanan bagi Narapidana itu sendiri dan Narapidana tersebut mau atau tidak mau meminta kepada keluarganya yang ingin mengunjunginya agar membawa, keperluan mandinya.

2. Kloset yang dipergunakan dapat mendukung keamanan bagi perempuan yang sedang mengandung. Berdasarkan wawancara singkat dengan informan terungkap bahwa keadaan kloset di dalam LAPAS sangat memprihatinkan dikarenakan ruangan kloset yang berbau dan kotor sehingga terlihat kurang diurus dengan baik dan jumlah kloset tersebut juga terbatas sehingga Narapidana Wanita harus antre terlebih dahulu


(32)

memberitahukan keluh kesah yang mereka rasakan di LAPAS kepada baik itu Petugas LAPAS, pihak KEMENKUMHAM mapun kepada pembimbing rohani mereka masing – masing.

Berdasarkan ketentuan tersebut, pengaturan hak-hak Narapidana Wanita pada Lembaga Pemasyarakatan belum menunjukkan pengaturan yang lebih mengkhusus sehingga, diperlukan Peraturan Menteri yang mengatur secara khusus hak-hak daripada Narapidana Wanita sehingga perlindungan hukum terhadap hak-hak narapidana wanita dapat dituangkan dalam sebuah kebijakan-kebijakan yang tetap mengacu pada peraturan-peraturan atau ketentuan-ketentuan lain yang berlaku, dan seharusnya ketentuan penjelasan pasal 14 huruf m Undang-undang No. 12 tahun 1995 tentang Pemasyarakatan yang berbunyi mendapatkan hak-hak lain sesuai dengan peraturan-peraturan Undang-undang yang berlaku dihapus atau diubah.

2. Pola pembinaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita klas IIA Tanjung Gusta Medan

Secara umum pembinaan dan bimbingan pemasyarakatan dilakukan melalui pendekatan pembinaan mental, spiritual maupun keterampilan. Dengan demikian, dalam pelaksanaan pidana penjara dengan sistem pemasyarakatan, pembinaan merupakan aspek yang utama sebagai sistem perlakuan bagi narapidana. Ini berarti pola pembinaan di dalam lembaga pemasyarakatan harus dapat dilaksanakan dengan baik agar tujuan akhir dari sistem pemasyarakatan dapat tercapai. Dalam prakteknya untuk melaksanakan program pembinaan bukanlah hal yang mudah karena untuk itu diperlukan dukungan dari berbagai pihak seperti kualitas dan kuantitas petugas lembaga pemasyarakatan, partisipasi


(33)

rakyat terutama anggota keluarga narapidana dan narapidana itu sendiri. Selain itu dukungan fasilitas dan dana / anggaran juga merupakan faktor yang sangat menentukan pembinaan.

Di lembaga pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan terlihat bahwa realisasi dari program – program yang dicanangkan tidak dapat dilakukan sepenuhnya karena terjadi over kapasitas dan ketidakseimbangan antara jumlah pegawai dengan narapidana. Sistem pembinaan pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan atas pengayoman, persamaan perlakuan dan pelayanan, pendidikan, pembimbingan, penghormatan harkat dan martabat manusia, kehilangan kemerdekaan merupakan satu satunya penderitaan dan tedaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang — orang tertentu.

Jenis pembinaan yang dilakukan yang dilaksanakan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan

1. Rehabilitasi medis

Setiap penghuni bare dilakukan pemeriksaan kesehatan dan dokumentasi penyakit yang pernah dideritanya dan secara rutin setiap hari dilakukan pemeriksaan oleh para medis (I dokter umum dan 2 perawat). Apabila penyakitnya tidak dapat ditangani secara langsung dirujuk ke Rumah Sakit Umum Bina Kasih Medan dengan persetujuan Kalapas Berta penyuluhan kesehatan, HIV AIDS, Narkotika dan IMS dilakukan 12 kali setahun dan pemeriksaan VCT dilakukan 12 kali setahun.

2. Pembinaan mental

Pembinaan mental rohani dilaksanakan secara rutin setiap hari. Untuk narapidana yang beragama Islam sebanyak 727 kali setahun, narapidana yang


(34)

beragama kristen sebanyak 367 kali setahun, narapidana buddha sebanyak 12 kali setahun.

3. Pembinaan olahraga

Senam aerobik dilaksanakan pada hari jumat secara bersama dengan pegawai, semua warga binaan pemasyarakatan wajib mengikuti kegiatan tersebut pada hari Benin dan rabu jam 14.00 s/d 15.00 WIB. Kegiatan olahraga yang lain adalah bola voli dan tenis meja yang dilakukan setiap sore. 4. Pembinaan kepribadian

1) Pembinaan pegawai

a. Sosialisasi Staandar Operasional Prosedur b. Sosialisasi Reformasi Birokrasi

c. Sosialisasi Kode etik

d. Peraturan pemerintah No 53 Tahun 2010 e. Sosialisasi sasaran kinerja pegawai

f. Mengikuti brieffing dari KALAPAS sebanyak 12 kali setahun 2) Pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan

a. Sidang Tim Pengamat Pemasyarakatan sebanyak 24 kali setahun 5. Pembinaan kemandirian

Kegiatan Kerja yang dilakukan Warga Binaan Pemasyarakatan berupa salon, loundri, menjahit, telur asin, membuat kue basah atau kering, tangkaran bunga, sandal, sapu lidi dan beternak bebek dan melakukan kebersihan lingkungan baik di dalam maupum di luar Lembaga Pemasyarakatan. Adapun kegiatan pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan secara rinci adalah sebagai berikut :


(35)

(Tabel 14) Kegiatan pembinaan terhadap Warga Binaan Pemasyarakatan

No Hari Waktu Jenis Kegiatan Pelaksana

I

S E N

I N

06.30-70.00 Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

07.00-07.30 Kebersihan kamar/lingkungan Regu penjagaan 07.30-08.00 Senam Kesegaran Jasmani Regu

penjagaan/ Bimpas

08.00-08.30 Sarapan pagi Regu

penjagaan/ Urusan Umum

08.30-09.00 Istirahat Regu

penjagaan 09.00-10.00 Pengajian Al-quran Yayasan PIAI

10.00-11.00 Paket A Diknas

Pemko 11.00-12.00 Keterampilan (menjahit,

merangkai bunga, menenun)

Regu penjagaan/ Bimpas


(36)

12.00-12.30 Makan siang Regu penjagaan/ Urusan Umum

12.30-13.00 Shalat Zuhur Regu

penjagaan/ Bimpas 13.00-13.30 Apel pergantian regu

penjagaan

KPLP

14.30-15.30 Pembinaan wanita (Kristen) STT Abdi Sabda

15.30-16.00 Shalat Ashar Regu

penjagaan/ Bimpas 16.00-17.00 Olahraga/latihan kerja KPLP

17.00-17.30 Makan sore Regu

penjagaan/ Urusan Umum 17.30-18.00 Apel pergantian regu

penjagaan

KPLP

18.00-06.30 Istirahat (kembali ke kamar) KPLP

II

S E

06.30-70.00 Apel pergantian regu penjagaan


(37)

L A S A

07.00-07.30 Kebersihan kamar/lingkungan Regu penjagaan 07.30-08.00 Senam Kesegaran Jasmani Regu

penjagaan/ Bimpas

08.00-08.30 Sarapan pagi Regu

penjagaan/ Urusan Umum 08.30-09.00 Istirahat/pustaka Regu

penjagaan 09.00-10.00 Ceramah Agama Islam Departemen

Agama Medan Sumatera Utara

10.00-12.00 Paket A Diknas

Pemko Keterampilan (menjahit,

merangkai bunga, menenun)

Regu penjagaan/ Bimpas,


(38)

12.00-12.30 Makan siang Regu penjagaan/ Urusan Umum

12.30-13.00 Shalat Zuhur Regu

penjagaan/ Bimpas 13.00-13.30 Apel pergantian regu

penjagaan

KPLP

13.30-14.30 Istirahat (kembali ke kamar) KPLP 14.30-15.30 Pembinaan wanita (Kristen) STT Abdi

Sabda

15.30-16.00 Shalat Ashar Regu

penjagaan/ Bimpas 16.00-17.00 Olahraga/latihan kerja KPLP

17.00-17.30 Makan sore Regu

penjagaan/ Urusan Umum 17.30-18.00 Apel pergantian regu

penjagaan

KPLP


(39)

3

R A B U

06.30-70.00 Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

07.00-07.30 Kebersihan kamar/lingkungan Regu penjagaan 07.30-08.00 Senam Kesegaran Jasmani Regu

penjagaan/ Bimpas

08.00-08.30 Sarapan pagi Regu

penjagaan/ Urusan Umum 08.30-09.00 Istirahat/rekreasi Regu

penjagaan 09.00-10.00 Pengajian Al-quran Yayasan PIAI

10.00-12.00 Paket A Diknas

Pemko Keterampilan (menjahit,

merangkai bunga, menenun)

Regu penjagaan/ Bimpas

12.00-12.30 Makan siang Regu

penjagaan/ Urusan Umum


(40)

12.30-13.00 Shalat Zuhur Regu penjagaan/ Bimpas 13.00-13.30 Apel pergantian regu

penjagaan

KPLP

13.30-14.30 Istirahat (kembali ke kamar) KPLP 14.30-15.30 Pembinaan wanita (Kristen) STT Abdi

Sabda

15.30-16.00 Shalat Ashar Regu

penjagaan/ Bimpas 16.00-17.00 Olahraga/rekreasi KPLP

17.00-17.30 Makan sore Regu

penjagaan/ Urusan Umum 17.30-18.00 Apel pergantian regu

penjagaan

KPLP

18.00-06.30 Istirahat (kembali ke kamar) KPLP

4

K A M

I

06.30-70.00 Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

07.00-07.30 Kebersihan kamar/lingkungan Regu penjagaan


(41)

S 07.30-08.00 Senam Kesegaran Jasmani Regu penjagaan/ Bimpas

08.00-08.30 Sarapan pagi Regu

penjagaan/ Urusan Umum 08.30-09.00 Istirahat/pustaka Regu

penjagaan 09.00-10.00 Pengajian Al-quran Yayasan PIAI

10.00-12.00 Paket A Diknas

Pemko Keterampilan (menjahit,

merangkai bunga, menenun)

Regu

pen jagaan/ Bimpas

12.00-12.30 Makan siang Regu

penjagaan/ Urusan Umum

12.30-13.00 Shalat Zuhur Regu

pen jagaan/ Bimpas


(42)

13.00-13.30 Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

13.30-14.30 Istirahat (kembali ke kamar) KPLP 14.30-15.30 Pembinaan wanita (Kristen) STT Abdi

Sabda

15.30-16.00 Shalat Ashar Regu

penjagaan/ Bimpas 16.00-17.00 Olahraga/latihan kerja KPLP

17.00-17.30 Makan sore Regu

penjagaan/ Urusan Umum 17.30-18.00 Apel pergantian regu

penjagaan

KPLP

18.00-06.30 Istirahat (kembali ke kamar) KPLP

5

J U M A T

06.30-70.00 Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

07.00-07.30 Kebersihan kamar/lingkungan Regu penjagaan 07.30-08.00 Senam Kesegaran Jasmani Regu

penjagaan/ Bimpas


(43)

08.00-08.30 Sarapan pagi Regu penjagaan/ Urusan Umum

08.30-09.00 Istirahat Regu

penjagaan 09.00-11.00 Pengajian Al-quran Yayasan PIAI

Pembinaan wanita (Kristen) STT Abdi Sabda 11.00-12.00 Keterampilan (menjahit,

merangkai bunga, menenun)

Regu penjagaan/ Bimpas 12.00-13.00 Shalat Jumat PIAI/Bimpas

13.00-13.30 Makan Siang Regu

penjagaan/ Urusan Umum 13.30-14.00 Apel pergantian regu

penjagaan

KPLP

14.00-15.30 Istirahat (kembali ke kamar)/pustaka

KPLP

15.30-16.00 Shalat Ashar Regu

penjagaan/ Bimpas


(44)

16.00-17.00 Olahraga/latihan kerja KPLP

17.00-17.30 Makan sore Regu

penjagaan/ Urusan Umum 17.30-18.00 Apel pergantian regu

penjagaan

KPLP

18.00-06.30 Istirahat (kembali ke kamar) KPLP

6

S A B T U

06.30-70.00 Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

07.00-07.30 Kebersihan kamar/lingkungan Regu penjagaan 07.30-08.00 Senam Kesegaran Jasmani Regu

penjagaan/ Bimpas

08.00-08.30 Sampan pagi Regu

penjagaan/ Urusan Umum

08.30-09.00 Istirahat Regu

penjagaan 09.00-10.00 Pengajian Al-quran Yayasan PIAI


(45)

10.00-12.00 Keterampilan (menjahit, merangkai bunga, menenun) Pertemuan mingguan/ konseling

Regu penjagaan/ Bimpas

12.00-12.30 Makan Siang Regu

penjagaan/ Urusan Umum

12.30-13.00 Shalat Zuhur Regu

penjagaan/ Bimpas 13.00-13.30 Apel pergantian regu penjagaan KPLP 13.30-14.30 Istirahat (kembali ke kamar) KPLP 14.30-15.30 Pembinaan wanita (Kristen) STT Abdi

Sabda

15.30-16.00 Shalat Ashar Regu

penjagaan/ Bimpas 16.00-17.00 Olahraga/latihan kerja KPLP

17.00-17.30 Makan sore Regu

penjagaan/ Urusan Umum 17.30-18.00 Apel pergantian regu penjagaan KPLP


(46)

18.00-06.30 Istirahat (kembali ke kamar) KPLP

7

M I N G G U

06.30-70.00 Apel pergantian regu penjagaan KPLP 07.00-07.30 Kebersihan kamar/lingkungan Regu

penjagaan 07.30-08.00 Senam Kesegaran Jasmani Regu

penjagaan/ Bimpas

08.00-08.30 Sampan pagi Regu

penjagaan/ Urusan Umum

08.30-09.00 Istirahat Regu

penjagaan 09.00-10.00 PengajianA]-quran Yayasan PIAI

10.00-12.00 Kebaktian STT Abdi

Sabda

12.00-12.30 Makan siang Regu

penjagaan/

Urusan

Umum

12.30-13.00 Shalat Zuhur Regu

penjagaan/ Bimpas


(47)

13.00-13.30 Apel pergantian regu penjagaan

KPLP

13.30-14.30 Istirahat (kembali ke kamar) KPLP 14.30-15.30 Pembinaan wanita (Kristen) STT Abdi

Sabda

15.30-16.00 Shalat Ashar Regu

penjagaan/ Bimpas

16.00-17.00 Olahraga KPLP

17.00-17.30 Makan sore Regu

penjagaan/ Urusan Umum 17.30-18.00 Apel pergantian regu

penjagaan

KPLP

18.00-06.30 Istirahat (kembali ke kamar) KPLP

Sumber Data : Dokumentasi KASUBSI BIMPAS LAPAS Klas IIA Tanjung Gusta Medan, Tanggal 24 Juli 2015.

Dari Tabel 14 tersebut terlihat bahwa berbagai kegiatan yang diupayakan oleh Petugas LAPAS dalam hal pembinaan sangat bagus akan tetapi berdasarkan wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti terhadap informan bahwa kegiatan pembinaan tersebut merupakan hal yang membosankan apabila kegiatan tersebut dilakukan dengan terns menerus di hari yang berbeda tanpa ada hal – hal yang baru ditambah lagi dengan beberapa Narapidana yang berasal dari luar daerah


(48)

kota medan yang tidak bisa berbahasa Indonesia sehingga apa pun yang disuruh oleh Petugas LAPAS tidak dimengerti oleh mereka.

Adapun sistem pembinaan pemasyarakatan dilaksanakan berdasarkan asas: 1. Pengayoman

2. Persamaan perlakuan dan pelayanan 3. Pendidikan

4. Pembimbingan

5. Penghormatan harkat dan martabat manusia

6. Kehilangan kemerdekaan merupakan satu – satunya penderitaan

7. Terjaminnya hak untuk tetap berhubungan dengan keluarga dan orang – orang tertentu.

1. Peredaran uang

Mekanisme di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta, Medan, setiap Narapidana atau Tahanan yang baru datang diperiksa dan digeledah. Apabila mereka membawa uang maka dititipkan di bagian Registrasi demikian pula apabila mereka membawa perhiasan atau barang berharga lainnya maka disimpan di bagian Registrasi. Warga Binaan Pemasyarakatan diperbolehkan memegang uang maksimal Rp 200.000.

2. Mekanisme kunjungan

Untuk mencegah terjadinya peredaran nakoba dan psikotropika atau kejahatan lainnya dalam Lembaga Pemasyarakatan, maka mekanisme kunjungan sebagai berikut :


(49)

1. Pengunjung harus mengisi formulir yang berisikan nama lengkap, alamat yang jelas dan barang bawaan.

2. Pengunjung harus memasukan barang bawaan untuk diperiksa petugas

3. Pengunjung harus melapor ke staf Kesatuan Pengaman Lembaga Pemasyarakatan.

4. Pengunjung dapat mengunjungi Narapidana atau tahanan di Ruang kunjungan.

Adapun barang bawaan yang tidak diperbolehkan oleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan untuk melakukan kunjungan terhadap Narapidana atau Tahanan berupa senjata api, senjata tajam, telepon genggam, kamera video, laptop, perekam suara, peralatan yang terbuat dari besi, kayu, tali dan kaca, makanan yang dapat mengganggu kesehatan, uang atau barang berharga, bahan peledak, Narkoba dan Psikotropika dan minuman yang beralkohol.

3. Penggeledahan.

Penggeledahan dilakukan terhadap barang bawaan Narapidana dari kunjungan serta, barang bawaan tahanan dari sidang sedangkan penggeledahan terhadap kamar hunian dilakukan secara rutin oleh bagian Keamanan dan Ketertiban dan Kesatuan Pengaman Lembaga Pemasyarakatan sebanyak 74 kali setahun. Pada hari Selasa 29 April 2015 Tim Penggeledahan pada :

1. Kamar 6 Blok C berupa:

Telepon Genggam sebanyak 4 buah Baterai sebanyak 1 buah

Kartu Joker sebanyak 3 buah Botol Farfum sebanyak 3 buah


(50)

Kaca sebanyak 4 buah Mancis sebanyak 2 buah Charger sebanyak 1 buah Handset sebanyak 1 buah

Obat — obatan sebanyak. 1 kotak Shampo sebanyak 1 botol

2. Kamar 9 Blok B berupa :

Telepon gengggam sebanyak 1 buah Kartu telepon genggam sebanyak 1 buah Baterai telepon genggam sebanyak 7 buah Kaca sebanyak 5 buah

Pisau Cukur sebanyak 2 buah Pisau sebanyak 1 buah

Sendok Besi sebanyak 1 buah Botol Kaca sebanyak 2 buah 3. Kamar 2 Blok B berupa :

Kartu Joker sebanyak 2 set Pisau Cukur sebanyak 2 buah Pinset sebanyak 1 buah Kaca sebanyak 1 buah

Sendok sebanyak 1 buah Kawat sebanyak 1 buah 4. Area Jemuran berupa :


(51)

Gunting Kecil sebanyak 1 buah Handphone sebanyak 2 buah Pinset sebanyak 2 buah kaca sebanyak 1 buah

Seluruhnya disita untuk dimusnahlan, uang dan perhiasan disimpan dan dicatat dalam buku register D serta mengadakan pertemuan setiap bulan sekali khususnya anggota jags dalam rangka peningkatan kinerja khususnya tentang pengawasan terhadap kunjungan. Setiap para penghuni baik itu Narapidana maupun Tahanan membuat dan menempelkan identitasnya pada tiap — tiap kamar serta melakukan pelayanan dan pengawasan terhadap orang danm barang yang dibawa ke dalam Lembaga Pemasyarakatan.

Apabila setiap Warga Binaan Pemasyarakatan yang berkelakuan baik dan dapat mengikuti program pembinaan dengan baik maka setelah memenuhi kriteria yang ditentukan maka Warga Binaan tersebut dapat diikutsertakan dalam program integrasi baik itu pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat. Adapun kriteria program integrasi pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat bagi Narapidana adalah sebagai berikut:

1. Syarat Administratif

1.1 Foto kopi kutipan salinan putusan hakim

1.2. Penelitian masyarakat dari Badan Pemasyarakatan dan laporan perkembangan pembinaan narapidana yang dibuat Wali Pemasyarakatan 1.3. Surat keterangan tidak mempunyai perkara lain dari kejaksaan negeri. 1.4. Surat pernyataan dan jaminan dari keluarga


(52)

1.1. Telah menunjukkan kesadaran dan penyesalan atas pelanggaran yang dilakukan

1.2. Telah menunjukkan budi pekerti dan moral yang positif.

1.3. Berhasil mengikuti program pendidikan dan pelatihan dengan tekun dan semangat

1.4. Masyarakat dapat menerima program kegiatan pembinaan narapidana dan anak pidana yang bersangkutan.

1.5. Berkelakuan baik selama menjalani pidana dan tidak pernah mendapatkan hukum disiplin untuk :

1. Asimilasi sekurang-kurangnya dalam waktu enam bulan terakhir. 2. Pembebasan Bersyarat dan Cuti Menjelang bebas sekurang-kurangnya

sembilan bulan terakhir

3. Cuti Bersyarat sekurang-kurangnya dalam waktu enam bulan terakhir. 1.6. Telah menjalani masa pidana yaitu:

1. Asimilasi, 1/2 (setengah) masa pidananya.

2. Pembebasan Bersyarat, 2/3 (dua per tiga) dari masa pidananya, dengan masa pidana tersebut tidak kurang dari 9 (sembilan) bulan. 3. Cuti Menjelang Bebas, 2/3 (dua per tiga) dengan remisi terakhir

paling lama 6 (enam) bulan

4. Cuti Bersyarat, 2/3 (dua per tiga) masa pidana dan jangka waktu cuti paling lama 3 bulan


(53)

BAB V

PROFIL INFORMAN DAN INTERPRETASI DATA

5.1 Profit Informan

Nama : Soniati Simanjorang

Umur : 40 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Jenis tindak pidana : Narkoba

Lamanya masa tahanan : 5 Tahun 2 Bulan

Ibu Soniati Simanjorang merupakan seorang Warga Binaan Pemasyarakatan yang tederat dengan kasus narkoba pada tahun 2010 yang lalu. Dari hasil wawancara yang kami lakukan dengan ibu Soniati Simanjorang, beliau tederumus dalam dunia narkotika berawal dari pengobatan yang dilakukan terhadap anaknya yang menderita sakit kanker otak. Pada saat itu biaya pengobatan anaknya berasal dari hasil sawah orang tuanya di kampung. Setelah setahun berlalu penyakit anaknya tidak sembuh sehingga dibawa ke Malaysia dengan biaya sepuluh juta rupiah. Adapun biaya pengobatan anaknya berasal dari utang CU / Credit Union orang tuanya.

Beliau pun tidak tahu, lagi cara untuk mendapatkan uang dan berusaha, untuk meninjam uang dari kenalan mantan suaminya. Pada awalnya mereka memang memberinya uang sehingga beliau ketagihan akan tetapi tahun demi tahun berlalu mereka mengarahkan beliau untuk menjadi kurir narkoba jenis sabu. Beliau ditangkap oleh polisi berawal dari pengakuan para pembeli sabu-sabu yang terlebih dahulu ditangkap. Pada saat itu beliau pun ditahan dan


(54)

dimasukkan ke dalam Rumah Tahanan Kabanjahe selama tiga tahun. Setelah Tiga tahun beliau ditahan di Rumah Tahanan Kabanjahe, Pihak Kejaksaan Negeri membawanya ke Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta.

Ketika Beliau sampai di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta dan masuk ke Pintu Portir, beliau menjerit dan seketika itu seorang tamping menghampirinya dan mengatakan bahwa beliau masih beruntung karena banyak tahanan di tempat tersebut ditahan selama sepuluh tahun dan beliau hanya lima tahun saja. Bulan demi bulan dilalui beliau sudah mulai bisa beradaptasi dengan narapidana lainnya. Pada saat beliau menjalani masa hukumannya di tempat tersebut, beliau merasa bahwa perlakuan Petugas Lembaga Pemasyarakatan terhadapnya tidak ada yang dibeda-bedakan dengan narapidana. lainnya. Keda paksa pun tidak ada.

Adapun hal — hal yang terjadi di tempat tersebut adalah setiap narapidana berupaya untuk tidak melakukan pelanggaran seperti membawa uang yang berlebihan maupun membawa barang — barang seperti narkoba maupun barang berharga lainnya dan makan ala kadarnya. Aktivitas yang berlangsung di Lembaga Pemasyarakatan tersebut adalah peningkatan kualitas hidup para narapidana melalui program pembinaan yang dicanangkan oleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan setempat. Walaupun itu ada, itu merupakan kamar karantina yang diperuntukan para narapidana yang terkadang memunculkan sikap yang kurang menyenangkan seperti berkelahi dengan narapidana lainnya yang dipicu oleh hal — hal sepele.


(55)

Nama : Roma Ulina Pasaribu SH, M.Hum

Umur : 43 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Bekej a pada bagian : KA SUBSI Register

Menurut hasil wawancara yang saga lakukan dengan Ibu Roma Ulina Pasaribu, Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tanjung Gusta tersebut memang sudah terlalu over kapasitas sehingga kondisinya apa adanya. Over kapasitas tersebut dibuktikan dengan banyak nya jumlah Narapidana maupun Tahanan tidak sebanding dengan jumlah sel yang ada. Beliau yang bertugas mendata setiap narapidana maupun tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tanjung Gusta mulai dari nama Narapidana, jenis tindak pidana berdasarkan pasalnya, lamanya masa tahanan, jumlah Narapidana yang akan bebas, Narapidana yang mendapatkan pembebasan bersyarat, cuti menjelang bebas dan cuti bersyarat.

Walaupun kondisi Lembaga pemasyarakatan Wanita tersebut over kapasitas, beliau melakukan beberapa cara untuk melakukan pengawasan terhadap narapidana maupun tahanan dengan cara membuat suatu tabel pagan kontrol tahanan yang intinya bahwa setiap narapidana maupun tahanan dipantau oleh seluruh Petugas Lembaga Pemasyarakatan segala aktivitasnya apakah narapidana tersebut melakukan hal — hal yang mencurigakan.

Setiap Tahanan baik itu Tahanan titipan baik itu Tahanan Kepolisian maupun Kejaksaan yang akan dibawa oleh pihak Pengadilan Negeri untuk di sidangkan terlebih dahulu meminta persetujuan dari beliau. Segala benda — benda milik Narapidana maupun Tahanan yang di sita Petugas Lembaga pemasyarakatan Wanita pada saat dilakukannya razia dikumpulkan di ruangan


(56)

beliau dan apabila mereka membutuhkannya maka terlebih dahulu mendapat persetujuan dari beliau.

Nama : Roselina Purba SH

Umur : 43 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Bekerja pada bagian : KA ADM KANTIB

Menurut hasil wawancara yang saga lakukan dengan Ibu Roselina Purba, Kegiatan pengawasan di Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta ini terhadap seluruh Tahanan maupun Narapidana oleh Petugas sudah ketat. pengawasan dilakukan secara rutin dan terjadwal. Beliau merupakan Kepala Administrasi Keamanan dan Ketertiban yang bertugas untuk mengontrol serta mengawasi aktivitas dan perilaku Tahanan maupun Narapidana yang dibantu oleh beberapa anggota yang bekerja bersama beliau. Beliau menyebutkan bahwa tugas untuk melakukan mengamankan maupun menertibkan Tahanan maupun Narapidana Bukan hanya beliau saja akan tetapi semua Petugas Lembaga Pemasyarakatan juga dilibatkan.

Dalam melakukan kegiatan pengawasan, Petugas Lembaga Pemasyarakatan yang memilki jadwal tugas pengawasan mendatangi setiap blok — blok Tahanan maupun Narapidana dan pada saat itu juga Tahanan maupun Narapidana tidak boleh keluar dari blok. Setiap Benda – benda yang dilarang sesuai dengan ketetapan peraturan tats tertib melalui MENKUMHAM RI NO 6 Tahun 2013 yang berlaku untuk seluruh Lembaga Pemasyarakatan di Indonesia termasuk juga di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tanung Gusta ini.


(57)

barang yang tidak diperbolehkan masuk ke dalam blok dirazia dan disita oleh Petugas Lembaga. Pemasyarakatan dan Tahanan maupun Narapidana yang memiliki benda – benda tersebut diberikan sanksi berupa penambahan masa tahanan dan benda – benda sitaan tersebut dititipkan ke bagian. Register Tahanan maupun Narapidana.

Nama : Rahmawati

Umur : 44 Tahun

Agama : Islam

Jenis tindak pidana : Penggelapan (374 KUHP) Lamanya masa tahanan. : 3 Tahun 6 Bulan.

Menurut hasil wawancara yang saga lakukan dengan Ibu Rahmawati, Lembaga Pemasyarakatan Wanita Tanjung Gusta ini dalam keadaan yang kondusif dimana setiap Narapidana maupun tahanan saling menghormati dan para Petugas Lembaga Pemasyarakatan Tanjung Gusta ini menpelakukannya sama seperti Narapidana maupun Tahanan yang lainnya. Adapun bukti dari perlakuan tersebut adalah di Lembaga Pemasyarakatan Wanita. Tanjung Gusta tersebut sudah terdapat fasilitas – fasilitas yang dibutuhkan baik itu makan sebanyak tiga kali sehari dan persediaan air yang mencukupi.

Setiap Narapidana memiliki hak berupa hak pembinaan yang telah dijadwalkan dengan baik, remisi, kebebasan dalam hat menjalankan keyakinan masing — masing, mendapatkan perawatan yang layak jika Narapidana tersebut sakit dan menjalani hukuman dua per tiga dari masa tahanan akan tetapi hak tersebut akan berkurang jika Narapidana yang bersangkutan melakukan pelanggaran ringan, sedang maupun berat. Ibu Rahmawati tersebut merupakan


(58)

seorang Narapidana yang memiliki status sebagai tamping keamanan dan ketertiban dimana tugas beliau membantu Para Staf Petugas melakukan pengawasan dan menjaga ketertiban Narapidana. Beliau juga ikut dalam melakukan razia terhadap narapidana dan datang ke blok — blok dengan waktu yang tedadwal sehingga terlihat jelas Para Narapidana tersebut pasrah menerima dan siap sedia dalam inspeksi tersebut.

Nama : Nova

Umur : 40 Tahun

Agama : Kristen

Jenis tindak pidana. : Narkoba

Lamanya masa tahanan : 5 Tahun 5 Bulan

Menurut hasil wawancara yang says lakukan dengan. Ibu Nova, Kondisi Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung gusta tersebut kondusif akan tetapi terlalu padat (over kapasitas) karena dalam satu blok yang hanya bisa ditampung hanya 8 orang akan tetapi dipertambah jumlahnya menjadi 23 orang. Beliau merasa fasilitas, dalam LAPAS tersebut kurang memadai mulai dari sarana beribadah, fasilitas kesehatan hingga fasilitas hiburan akan tetapi menu makanan yang disajikan enak dan layak untuk dikonsumsi. Adapun program yang dilaksanakan untuk memberdayakan Para Tahanan maupun Narapidana yaitu Pembinaan baik itu pembinaan rohani maupun pembinaan keterampilan.

Sebagai Narapidana, Beliau memiliki beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan baik itu kewajiban dalam hal mengikuti pola tata tertib yang diterapkan di LAPAS tertentu mapun melaksanakan program pembinaan. Pola tata tertib yang diterapkan bagi tahanan maupun narapidana yaitu dilarang


(59)

merokok di dalam kamar, dilarang berkelahi, dilarang menelepon keluarga pada malam hari dan menjaga sikap di manapun berada sedang program pembinaan bagi Tahanan maupun Narapidana difasilitasi oleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan yang telah memilki keterampilan untuk melakukan pembinaan.sehingga kedepannya memberikan manfaat bagi Narapidana yang telah menyelesaikan masa hukumannya dan kembali ke lingkungan keluarganya.

Beliau merupakan seorang janda yang mempunyai anak dan cucu. dan bekerja sebagai pedagang kain bekas di Pasar Sambu, Medan. Beliau telah mendekam di LAPAS tersebut karena kasus narkoba. Pada saat itu, beliau mengnal dunia narkottika karena anaknya ditembak pada saat tahun baru dan dibawa ke rumah sakit. Ketika melakukan pengobatan anaknya di rumah sakit, beliau dalam keadaan sulit dalam hal keuangan sehingga dengan cara terpaksa beliau menjual narkoba. Ketika saya memesan barang tersebut dan belum sempat di jual ke pihak lainnya, saya tertangkap oleh pihak kepolisian.

Nama : Elia br Ginting

Umur : 32 Tahun

Agama : Islam

Jenis tindak pidana : Kriminal

Lamanya masa tahanan : 3 Tahun 6 Bulan

Menurut hasil wawancara yang saga lakukan dengan Ibu Elia br Ginting, kondisi di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta tersebut kondusif akan tetapi yang menjadi permasalahan ialah jumlah penghuni LAPAS tidak sebanding dengan kapasitas daya tampung LAPAS sehingga, menimbulkan overkapasitas. Beliau menilai bahwa keadaan LAPAS yang kondusif dikarenakan


(60)

setiap para Tahanan maupun Narapidana, bersedia menerima fasilitas yang telah disediakan oleh para Petugas Lembaga Pemasyarakatan mulai dari persediaan air bersih, persediaan makanan, kamar blok, kesehatan, hiburan maupun beribadah.

Beliau merupakan salah satu dari beberapa Narapidana Wanita yang dipekerjakan sebagai Tamping dalam hal pelayanan kunjungan bagi setiap keluarga Tahanan maupun Narapidana yang ingin berkunjung untuk menemui keluarganya yang ditahan di LAPAS tersebut. Beliau bertugas membantu para Staf Petugas, Lembaga. Pemasyarakatan mendata setiap keluarga maupun kerabat yang ingin bertemu dengan para Tahanan maupun Narapidana serta menerima, setiap barang-barang yang dibawa oleh keluarga para Tahanan maupun Narapidana untuk diberikan kepada keluarganya yang akan diterima oleh keluarganya yang menjadi Tahanan maupun Narapidana, akan tetapi setiap, barang-barang tersebut harus diperiksa terlebih dahulu apakah barang-barang tersebut merupakan barang-barang yang tidak diperbolehkan masuk ke LAPAS seperti perhiasan berharga, uang yang berlebihan, narkoba maupun senjata tajam.

Menurut beliau, Setiap Tahanan maupun Narapidana yang menghuni LAPAS tersebut mau ataupun tidak mau harus mematuhi segala peraturan yang ditetapkan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta tersebut. Para petugas LAPAS pun memperlakukan para Tahanan maupun Narapidana sebagaimana, mestinya sesuai dengan hak asasi kemanusiaan dan apa, yang diterima oleh para Tahanan maupun Narapidana dari Petugas LAPAS sama dengan para Tahanan maupun Narapidana lainnya tergantung dari perilakunya sehari-hari baik itu kepada Petugas LAPAS maupun kepada sesama Tahanan maupun Narapidana dan juga proses pembinaan yang dijalankan oleh Tahanan


(61)

maupun Narapidana.

Nama : Imelda Nur Dewi

Umur : 30 Tahun

Agama : Islam

Jenis tindak pidana : Penggelapan Lamanya masa tahanan : 3 Tahun 2 Bulan

Menurut hasil wawancara yang says lakukan dengan Ibu Imelda. Nur Dewi, Beliau menilai bahwa kondisi yang terjadi di Lembaga Pemsyarakatan Tanjung Gusta Klas IIA Tanjung Gusta tersebut sudah padat penghuninya akan tetapi fasilitas- fasilitas penunjang yang disediakan seperti sarana kesehatan, menu makanan sarana hiburan dan sarana beribadah yang memadai. Di dalam Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Tanjung Gusta, Medan tersebut diadakan suatu kegiatan yang ditujukan kepada setiap Tahanan maupun Narapidana yaitu pembinaan tanpa memandang latar belakang mereka. Pembinaan tersebut meliputi pembinaan rohani, pembinaan jasmani dan pembinaan keterampilan yang dilakukan secara bersama-sama dan dibantu oleh Staf Petugas sehingga pembinaan tersebut berjalan dengan baik.

Beliau mendekam di Lembaga Pemasyarakatan dalam hal penggelapan pada saat beliau meminjam sepeda motor milik temannya untuk pergi ke rumah teman dengan tujuan meminta utang dengan teman beliau yang lainnya. Setelah sampai dirumah temannya, teman beliau meminjam sepeda motor beliau yang telah dipinjamkan dari temannya. Pada saat beliau menunggunya, teman yang meminjqam sepeda motor pun tak kunjung datang dan tidak mengembalikan sepeda motornya sehingga teman beliau yang meminjamkan sepeda motornya


(62)

kepada beliau melaporkan beliau kepada pihak kepolisian.

Nama : Ibu R.J. Sitorus

Umur : 50 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Jenis tindak pidana : Korupsi

Lamanya masa tahanan : 1 Tahun 2 Bulan

Menurut hasil wawancara yang saga lakukan dengan Ibu RJ Sitorus, beliau menilai bahwa kapasitas Lembaga Pemasyarakatan tidak sesuai dengan jumlah Narapidana sehingga ruangan yang layaknya dihuni sekitar 10 orang bertambah menjadi 25 orang. Perlakuan berbeda mungkin karena Narapidana tersebut patuh / mudah diatur dibandingkan dengan Narapidana yang tidak patuh.. Narapidana di LAPAS memiliki hak beribadah maupun hak perawatan bila sakit. Narapidana yang disegani maupun dihormati adalah napi yang tunduk kepada atasannya sehingga atasannya menjadikan Narapidana tersebut kaki tangan KA LAPAS. Adapun Pembinaan tersebut adalah Pembinaan mental, rohani maupun keterampilan Biasanya pembinaan tersebut dilakukan dua kali dalam sehari yang diikuti sekitar lebih kurang 50 orang. Pada saat Petugas LAPAS melakukan razia mendadak setiap Narapidana harus siap untuk diperiksa dan tidak melawan Petugas.

Adapun menu makanan yang disajikan di LAPAS kurang enak karena keterbatasan dana dari pemerintah dan kalau fasilitas kesehatannya pun kurang memadai karena di Klinik LAPAS hanya mampu mengobati penyakit ringan. Pokok nya fasilitas LAPAS kurang memuaskan karena persediaan air sexing berkurang dan pemakaiannya pun sangat dibatasi. Beliau merupakan Mantan


(63)

Narapidana Wanita yang mendekam di LAPAS karena tersangkut kasus korupsi pengelolaan keuangan pada program kantor dengan tujuan mencapai targetnya dan untuk mencapai target tersebut atasan beliau menggunakan kebijakan yang bertentangan dengan peraturan dan akhirnya beliau yang sebenarnya tidak mengetahui hal yang sebenarnya justru beliau yang masuk bui.

Nama : Ibu Damaris Hutasoit

Umur : 49 Tahun

Agama : Kristen Protestan

Jenis tindak pidana : Penyuapan Lamanya masa tahanan : I Tahun 4 Bulan

Menurut hasil wawancara yang saga lakukan dengan Ibu Damaris Hutasoit, Beliau menilai kapasitas Lembaga Pemasyarakatan tidak sesuai dengan jumlah Narapidana. Sikap Petugas LAPAS dalam melakukan pembinaan khususnya jasmani maupun keterampilan kurang adanya kepedulian sehingga beliau tidak ingin mengikuti kegiatan tersebut. Beliau mengatakan semua fasilitas LAPAS tidak mampu memenuhi setiap kebutuhan Narapidana sehingga ada kemungkinan terjadi perlakuan berbeda diantara narapidana yang satu dengan yang lain. Beliau mengatakan Lapas merupakan suatu wadah bagi orang — orang yang terhukum karena kasus pidana dan didalamnya terdapat aktivitas bersama seperti melakukan apel, gotong royong membersihkan lingkungan LAPAS serta, peraturan yang sangat ketat dan apabila tidak mengikuti aturan yang berlaku maka akan dikenai sanksi. Di LAPAS juga terdapat pembagian kerja Warga Binaan LAPAS baik itu pembina, tamping dan korve blok.


(64)

sesuai dengan pembinaan yang dilakukan terhadap narapidana baik itu dibagian pendataan narapidana maupun tahanan, dapur, maupun penemeliharaan kebersihan LAPAS. Tugas Korve Blok adalah menjaga ketertiban dan mengawasi setiap perilaku narapidana wanita di masing — masing blok seperti pada saat Korve blok mengizinkan Petugas LAPAS yang melakukan razia Ke blok — blok yang diawasinya dan bertanggung jawab kepada Petugas LAPAS jika sewaktu — waktu terjadi hal — hal yang tidak diinginkan seperti perkelahian antar narapidana.

Nama : Asmah Simatupang S.ag

Umur : 46 Tahun

Agama : Islam

Bekerja pada bagian : KA SUBSI BIMPAS

Menurut hasil wawancara yang saya lakukan dengan Ibu Asmah Simatupang, remisi mempunyai peranan penting dari segi pembinaan narapidana. Dengan adanya remisi tidak sedikit dari narapidana termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembinaan. Salah satu peraturan yang ada di dalam lembaga pemasyarakatan adalah mengikuti program pembinaan yang ada yakni akhlak atau ketaqwaan dan keterampilan yang disesuaikan dengan agama dan bakat dari masing — masing narapidana.

Adapun indikator yang diambil oleh pembina dalam menilai suksesnya program pembinaan dalah apabila semua narapidananya berkelakuan baik, tidak ada yang masuk daftar buku register F, pada setiap hari Proklamasi kemerdekaan dan hari besar keagamaan mendapatkan remisi bahkan tidak jarang karena membantu kegiatan pembinaan mendapatkan remisi tambahan. Beliau juga


(65)

mengatakan narapidana yang berkelakuan buruk hanya akan menyusahkan, hanya menambah pekedaan, jadi tidak peduli apa motif mereka ikut serta dalam kegiatan pembinaan yang penting laporan selalu baik sampai ke atasan. kekurangan terhadap kuantitas/jumlah petugas di lingkungan Lapas, juga harus perlu menjadi perhatian yang khusus agar dapat melakukan pembinaan terhadap para Narapidana/Tahanan secara maksimal.

Adapun hal kekurangan terhadap kuantitas/jumlah petugas tersebut, dapat juga diatasi dengan menambah petugas yang ada dengan cara perekrutan para petugas berdasarkan ketentuan yang berlaku dan juga bisa diatasi dengan jalan peningkatan kualitas dan pengorganisasian yang tertib dan teratur sehingga nantinya tidak menjadi suatu faktor penghambat atau bahkan menjadi ancaman bagi pembinaan dan keamanan/ ketertiban. Tidak dapat dipungkiri bahwa faktor kesejahteraan para petugas pemasyarakatan memang masih memprihatinkan namun jangan sampai faktor kesejahteraan tersebut menjadi penyebab lemahnya proses pembinaan dan keamanan/ketertiban di lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. Sebab kesejahteraan yang diberikan kepada para petugas di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan harus dapat dimaklumi dan disyukuri, karena pada prinsipnya manusia tersebut tidak akan pernah puas dan cukup dengan jumlah atau nilai berapapun yang diberikan untuk tingkat suatu kesejahteraan.

Adanya kekurangan sarana dan fasilitas baik dalam jumlah mutu telah menjadi penghambat pembinaan bahkan telah menjadi salah satu penyebab rawannya keamanan/ketertiban. Hal tersebut merupakan menjadi togas bagi semua pihak yang ada di dalamnya baik itu KALAPAS dan Staf yang ada di lingkungan LAPAS, serta para Narapidana/Tahanan untuk dapat merawat dan


(66)

memelihara semua sarana/fasilitas yang ada dan mendayagunakannya secara optimal. Meskipun dirasakan kurang mencukupi untuk kebutuhan dan melaksanakan semua program pembinaan, namun hendaknya diusahakan sedapat mungkin untuk memanfaatkan anggaran yang tersedia secara berhasil guna dan berdaya guna, agar pembinaan dapat bedalan dengan baik. Kualitas dari bentuk-bentuk program dari pembinaan tidak semata-mata ditentukan oleh anggaran ataupun sarana dan fasilitas yang tersedia. Diperlukan program-program kreatif tetapi tidak mengeluarkan biaya yang terlalu mahal dalam pengerjaannya dan mudah cara kerjanya serta memiliki dampak yang edukatif yang optimal bagi warga binaan pemasyarakatan.

Nama : H Tarigan

Umur : 32 Tahun

Agama : Kristen

Jenis tindak pidana : Penggelapan Lamanya masa tahanan : 6 Bulan

Keadaan yang terjadi sangat menegangkan dan beliau merasa menyesal akan perbuatan yang dilakukannya. Kegiatan sehari – hari beliau adalah rnenger akan apa yang disuruh sama petugas sambil berkomunikasi dengan sesama narapidana mengenai latar belakang mereka dan tindak kejahatan yang mereka lakukan sehingga mereka mendekam disini. Adapun perbedaan perlakuan petugas tehadap narapidana dalam hal pembinaan dimana narapidana dengan kasus - kasus yang berbeda maka petugas melakukan pembinaan yang berbeda juga. Semua fasilitas yang diterima oleh narapidana adalah sama. Menurut beliau hak yang diterima oleh petugas adalah mendapatkan makanan dan mendapat waktu


(67)

kunjungan keluarga.

Beliau pernah meminta fasilitas kepada petugas LAPAS berupa HP untuk berkomunikasi dengan keluarga tetapi petugas meminta sejumlah uang sesuai permintaan mereka. Beliau juga mengatakan ada narapidana yang kaya meminta fasislitas lebih kepada petugas berupa tempat tidur dan makanan. Semua narapidana diwajibkan oleh petugas jaga melakukan tugas – tugas sesuai dengan aturan yang ada. Pada saat narapidana melanggar ketentuan LAPAS maka petugas menghukum narapidana dengan cara memperberat tugas yang diberikan. Pada saat beliau di LAPAS, beliau merasa kehidupannya tidak nyaman karena di dalam blok narapidana ditempatkan sebanyak 15 orang dan sering juga karena sudah padat ada narapidana yang berkelahi karena hal sepele lalu makanan pun kelihatannya sudah tidak layak dan lebih layaknya lagi kalau makanan tersebut diberikan kepada, binatang.

Nama : Endang Sriwati

Umur : 44 Tahun

Agama : Islam

Bekerja pada bagian : KA KPLP

Berdasarkan hasil wawancara dengan Endang Sriwati, keadaan Narapidana dari segi keamanan dalam sistem Pemasyarakatan, maka faktor keamanan merupakan faktor penunjang dalam proses pembinaan Narapidana wanita di dalam Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan. Bidang keamanan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan adalah berupa pengawasan dan pengawasan terhadap, Narapidana wanita tersebut. Apabila ada, orang yang ingin memasuki ruangan Narapidana wanita tersebut, maka terlebih dahulu harus


(68)

memasuki pintu portir di mana di pintu tersebut ada, seorang pegawai/petugas yang ditugaskan untuk menjaga pintu portir tersebut untuk membuka dan menutup pintu portir tersebut apabila ada orang yang hendak keluar-masuk di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Medan. Dan segala barang-barang bawaan dari keluarga atau tamu dari para Narapidana wanita tersebut, terlebih dahulu diadakan pemeriksaan terhadap barang-barang kiriman atau bawaan tersebut, apakah semua barang tersebut diperbolehkan masuk atau harus ada yang ditahan karena dianggap bertentangan dengan peraturan yang berlaku, hal ini dilakukan untuk menjaga segala kemungkinan yang dapat terjadi dan tidak diinginkan Makin baik para Narapidana wanita tersebut, maka makin longgar pengawasan yang dilakukan.

5.2 Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas HA Tanjung Gusta Medan sebagai suatu Institusi total

Goffman (dalam Poloma, Sosiologi Kontemporer, 2007) memaparkan bahwa institusi total adalah tempat bekerja dan tempat tinggal di many sejunilah besar orang tersatukan, terpisah dari masyarakat luas untuk waktu yang cukup lama, bersamasama dengan dipimpin insititusi yang sifatnya tertutup, yang diatur secara resmi dalam setiap aspek kehidupan. Dari definisi tersebut terlihat jelas dikemukakan bahwa total institution ini merupakan tempat yang di khususkan bagi sekelompok orang yang terpisahkan atau terisolasi dari lingkungan masyarakat luas, yang kemudian mereka diterapkan aturan-aturan secara resmi mencakup seluruh hal dalam aktifitas kehidupan mereka.


(69)

Tampilan institusi total dapat dideskripsikan ke dalam beberapa tingkatan, yaitu:

Pertama, semua aspek-aspek kehidupan dilakukan di tempat yang sama dan dalam pengawasan tunggal yang sama.

Kedua, masing-masing anggota melakukan aktivitas yang sama dan cenderung memiliki pemikiran yang sama.

Ketiga, seluruh rangkaian kehidupan sehari-hari terjadwal secara ketat, dalam keseluruhan urutan yang diawasi oleh sistem atau organisasi dan pengawas formal. Keempat, berbagai aktivitas dipaksa dan diarahkan bersama-sama ke dalam rencana tunggal untuk memenuhi tujuan pimpinan institusi (Goffman, (dalam Poloma, Sosiologi Kontemporer, 2007).

Penduduk institusi total menyadari hak-hak mereka yang hilang. Mereka tahu mereka tidak memiliki kebebasan yang mereka miliki sebelumnya masuk ke situasi mereka sekarang. Jarak sosial antara staf dan narapidana adalah besar dan setiap kelompok cenderung tidak ramah terhadap yang lain (Weinstein R, 1982:41). Narapidana (bahkan sipir) merupakan individu yang hidup dalam situasi yang sama, terpisah dari masyarakat luas dalam jangka waktu tertentu, bersama-sama menjalani hidup yang terkungkung, dan diatur secara formal. Institusi dikatakan total, ketika institusi ini membatasi ruang gerak orang-orang di dalamnya pada tiap kesempatan.

Ciri-ciri institusi total menurut Goffman (1961) antara lain dikendalikan oleh kekuasaan (hegemoni) dan memiliki hirarki yang jelas. Di dalam Institusi Total ini, semua kegiatan di situ diatur oleh norma-norma atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan pranata-pranatanya yang dijalankan oleh dan melalui kekuasaan


(70)

“pejabat” asrama. Misalnya untuk pemenuhan kebutuhan makan setiap siswa/taruna mendapat apa, jam berapa, diperbolehkan makan, di tempat mana mereka boleh makan dan tidak boleh makan, dan seterusnya semuanya diawasi dan ditentukan oleh para “pejabat” asrama. Semua kegiatan diatur dan dijalankan berdasarkan atas hirarki kekuasaan yang “ketat”. Kemudian, dengan penerapan institusi total ini membentuk apa yang dinamakan dengan identitas kolektif yang eksklusif. Masing-masing level hirarki mempunyai batasan dan otoritas yang tegas, tidak ada kata 'tidak' bagi mereka yang berada pada level hirarki yang lebih rendah. Semua ucapan yang keluar dari mulut seorang yang hirarkinya lebih tinggi adalah perintah dan tidak boleh dibantah.

Soniati Simanjorang (40) yang merupakan Warga Binaan Pemasyarakatan mengemukakan bahwa

“ Adapun hal – hal yang terjadi di tempat tersebut adalah setiap

narapidana berupaya untuk tidak melakukan pelanggaran seperti membawa uang yang berlebihan maupun membawa barang – barang seperti narkoba maupun barang berharga lainnya dan makan ala kadarnya. Aktivitas yang berlangsung di Lembaga Pemasyarakatan tersebut adalah peningkatan kualitas hidup para narapidana melalui program pembinaan yang dicanangkan oleh Petugas Lembaga Pemasyarakatan setempat. “ (Wawancara 25 April 2015)

Rahmawati (44) mengatakan bahwa

“Saya kan warga binaan keamanan dan ketertiban dimana tugas saga itu membantu Para Staf Petugas melakukan pengawasan dan menjaga ketertiban Narapidana Wanita. Jadi saya juga ikut dalam melakukan razia terhadap narapidana dan datang ke blok – blok dengan waktu yang terjadwal sehingga terlihat jelas Para Narapidana Wanita tersebut pasrah menerima dan siap sedia dalam inspeksi tersebut. Wawancara 21 Mei 2015)


(71)

Elia br Ginting (32) mengatakan bahwa

“Saya bertugas disini membantu para Staf Petugas Lembaga Pemasyarakatan mendata setiap keluarga maupun kerabat yang ingin bertemu dengan para Tahanan maupun Narapidana serta menerima setiap barang – barang yang dibawa oleh keluarga para Tahanan maupun Narapidana untuk diberikan kepada keluarganya yang akan diterima oleh keluarganya yang menjadi Tahanan maupun Narapidana akan tetapi setiap barang – barang tersebut harus diperiksa terlebih dahulu apakah barang – barang tersebut merupakan barang – barang yang tidak diperbolehkan masuk ke LAPAS seperti perhiasan berharga, uang yang berlebihan, narkoba maupun senjata tajam. Setiap Tahanan maupun Narapidana yang menghuni LAPAS tersebut mau ataupun tidak mau harus mematuhi segala peraturan yang ditetapkan di Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta tersebut. (Wawancara 21 Mei 2015)

Endang Sriwati (44) yang merupakan KPLP mengatakan bahwa

“Untuk menjaga keamanan dan ketertiban dari para Narapidana/Tahanan wanita disediakan pula pengawas yang ditugaskan untuk hal tersebut yang terdiri dari pengawas wanita, di mana pengawasan dilakukan secara bergantian atau dengan sistem applusan yaitu Regu Jaga A bertugas mulai dari jam 07.00-13.00 WIB, Regu Jaga B bertugas mulai dari jam 13.00-19.00 WIB, dan Regu Jaga C bertugas mulai dari jam 19.00-07.00 WIB atau dengan kata lain Regu Jaga A disebut dengan Regu Jaga Pagi, Regu Jaga B disebut dengan Regu Jaga Siang dan Regu Jaga C disebut dengan Regu Jaga Malam. Untuk Regu Jaga C (Regu Jaga Malam) dibantu oleh seorang petugas Piket dan Pembantu Piket yang terdiri dari petugas wanita juga Wawancara 18 Juni 2015)

Dapat dikatakan bahwa LAPAS Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan merupakan suatu lembaga dimana penghuninya merupakan Narapidana Wanita yang berbeda asal daerahnya dan jenis kejahatannya ditempatkan dalam satu ruangan yang sama jauh dari jangkauan masyarakat luas yang di dalamnya terdapat aktivitas bersama dan setiap perilaku Narapidana Wanita dibatasi serta diawasi dengan aturan – aturan yang diberlakukan oleh Petugas LAPAS harus dilaksanakan oleh setiap Narapidana Wanita dan tentunya diberlakukan sanksi bagi setiap Narapidana yang melanggar aturan yang telah disepakati bersama akan tetapi di dalam LAPAS Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan merupakan suatu


(1)

7. Rekan-rekan di Jurusan Sosiologi, Universitas Sumatera Utara yang juga telah banyak membantu penulis berupa pendapat agar penelitian tersebut dapat dilaksanakan dengan baik .

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini belum sempurna, baik dari segi materi meupun penyajiannya. Untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan dalam penyempurnaan tugas akhir ini.

Terakhir penulis berharap, semoga tugas akhir ini dapat memberikan hal yang bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca dan khususnya bagi penulis juga.

Medan , Pebruari 2015 Penulis,


(2)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Tabel ... v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 9

1.4.2. Manfaat Praktis ... 9

1.5 Definisi Konsep ... 9

1.5.1. Ketimpangan ... 10

1.5.2. Narapidana ... 10

1.5.3. Lembaga Pemasyarakatan ... 11

1.5.4. Korve Blok ... 11

1.5.5. Tamping ... 11

1.5.6. Sel Tahanan ... 11

1.5.7. Kekuasaan ... 11

1.5.8. Remisi ... 13

1.5.9. Konsep pembinaan dalam sistem pemasyarakatan ... 16


(3)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1. Institusi Total ... 20

2.2. Teori Pertukaran Perilaku ... 24

2.3. Stratifikasi Sosial ... 26

2.3.1. Ukuran Kekayaan ... 27

2.3.2. Ukuran Kekuasaan ... 28

2.3.3. Ukuran Kehormatan ... 28

2.3.4. Ukuran Keahlian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 30

3.2. Lokasi Penelitian ... 30

3.3. Unit Analisis dan Informan ... 31

3.4. Teknik Penentuan Informan ... 31

3.5. Teknik Pengumpulan Data ... 32

3.5.1. Data Primer ... 32

3.5.2. Data Sekunder ... 33

3.6. Interpretasi Data ... 34

3.7. Keterbatasan Penelitian ... 34

BAB IV TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN 4.1. Deskripsi Wilayah Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan ... 36


(4)

4.2. Sejarah terbentuknya Lembaga Pemasyarakatan Wanita

Klas IIA Tanjung Gusta Medan ... 36 4.3. Visi dan Misi LAPAS Wanita Klas IIA Tanjung Gusta ... 38 4.4. Tugas Pokok dan Fungsi Lembaga Pemasyarakatan

Wanita Klas IIA Tanjung Gusta ... 38 4.5. Struktur Organisasi Pemasyarakatan Wanita Klas IIA

Tanjung Gusta... 39 4.6. Organisasi Pegawai Pemasyarakatan Wanita Klas IIA

Tanjung Gusta Berdasarkan pekerjaan ... 41 4.7. Deskripsi Pekerjaan pada Lembaga Pemasyarakatan

Wanita Klas IIA Tanjung Gusta

... ... 43 4.8. Keadaan Geografis Lembaga Pemasyarakatan Wanita

Klas IIA Tanjung Gusta ... 44 4.9. Jumlah Narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Wanita

Klas IIA Tanjung Gusta ... 45

BAB V PROFIL INFORMAN DAN INTERPRETASI DATA

5.1. ProfiL Informan ... 73 5.2. Lembaga Pemasyarakatan Wanita Klas IIA Tanjung

Gusta Medan sebagai suatu Institusi Total ... 88 5.3. Pertukaran sosial Narapidana Wanita dengan Petugas

LAPAS ... 93 5.4. Perbedaan Perlakukan Pegawai LAPAS terhadap Narapidana


(5)

Wanita ... 96 BAB VI PENUTUP

6.1. Kesimpulan ... 101 6.2. Saran ... 103


(6)

DAFTAR TABEL

NOMOR JUDUL HALAMAN

1

Komposisi Narapidana dan Tahanan di LAPAS

Klas IIA Tanjung Gusta Medan 2

2

Komposisi Petugas LAPAS Klas II Wanita

Tanjung Gusta Medan 3

3

Pembagian sel dalam LAPAS Wanita Klas IIA

Tanjung Gusta Medan 4

4

Organisasi Pegawai LP Wanita Klas IIA Tanjung

Gusta Medan 40

5

Komposisi Narapidana Wanita berdasarkan jenis

hukuman dan kewarganegaraan 44

6

Komposisi Tahanan Wanita berdasarkan jenis

hukumandan kewarganegaraan 46

7 Komposisi Narapidana Wanita berdasarkan usia 47

8

Komposisi Narapidana Wanita berdasarkan

agama 47

9

Komposisi Narapidana berdasarkan jenis

kejahatan 48

10

Komposisi Pegawai LAPAS berdasarkan

pendidikan 50

11

Komposisi Pegawai LAPAS berdasarkan jenis

kelamin 50

12

Sarana dan Persarana Lembaga Pemasyarakatan

Wanita Klas IIA Tanjung Gusta Medan 51

13

Daftar Menu Makanan Narapidana/Tahanan di

LAPAS IIA Tanjung Gusta Medan 52

14

Kegiatan pembinaan terhadap Warga Binaan