memahami teknik – teknik usahatani dari pengalamannya selama bertahun –
tahun. Dari Tabel 4.5 terlihat bahwa pengalaman berusahatani para petani responden di daerah penelitian berkisar antara 1
– 30 tahun. Petani kubis di daerah penelitian kebanyakan memiliki pengalaman bertani 11
– 20 tahun yaitu sebesar 62,5 dari seluruh sampel penelitian. Hal ini menunjukkan bahwa rata -
rata petani kubis di daerah penelitian telah memiliki pengalaman bertani yang tinggi. Hal ini disebabkan oleh kebanyakan petani di daerah penelitian telah
melakukan usahatani sejak berusia muda, bahkan telah melakukan usahatani sejak masih belum berumah tangga atau sejak masih bersama orang tua mereka.
4.3 Karakteristik Usahatani
Kubiskol merupakan salah satu komoditas unggulan jenis sayuran di Desa Gajah dan Desa Gundaling II selain wortel dan tomat. Jenis kubis yang banyak
dibudidayakan di daerah tersebut adalah kubis jenis Grenova dan Grand 11. Kegiatan budidaya yang dilakukan petani kubis meliputi pengolahan tanah hingga
pemeliharaan. Di daerah penelitian kubis ditanam secara monokultur dan polikultur. Penanaman secara polikultur, tanaman kubis biasanya ditanam
bersama dengan tomat, cabai ataupun buncis. Pada penelitian ini yang termasuk dalam sampel penelitian adalah petani yang menanam kubis secara monokultur.
Tanaman kubis ditanam di atas lahan yang terlebih dahulu diolah hingga membentuk sebuah bedengan yang lebarnya + 1 meter dengan panjang bedengan
biasanya disesuaikan dengan panjanglebar lahan yang diusahakan. Pembuatan bedengan biasanya digunakan menggunakan cangkul dan tanah bedengan diolah
hingga lahan siap untuk ditanam. Kubis ditanam tepat pada lobang tanam yang
Universitas Sumatera Utara
telah dipersiapkan terlebih dahulu. Lubang tanam dibuat 2 baris setiap bedengan dengan jarak tanam 60 cm x 40 cm. Sebelum kubis ditanam, petani terlebih
dahulu mengaplikasikan pupuk organikkompos ke dalam lubang tanam. Pemeliharaan tanaman kubis yang dilakukan petani di daerah penelitian
meliputi kegiatan pemupukan tanaman, penyemprotan hama tanaman, penyiangan tanaman dan penyiraman. Kegiatan penyiangan dilakukan sekaligus dengan
kegiatan pemupukan. Dimana tanah dan gulma yang berada di sekitar tanaman dijadikan sebagai penutup pupuk yang diaplikasikan.
Pemupukan pada tanaman kubis dilakukan 2 kali selama satu musim tanam. Pemupukan pertama dilakukan pada saat tanaman kubis berumur 2
– 3 minggu setelah tanam. Petani di daerah penelitian melakukan pemupukan kedua setelah
tanaman kubis berumur 2 – 2,5 bulan. Selain pupuk organik, pupuk yang biasa
dipakai oleh petani untuk memupuk tanaman kubisnya adalah pupuk NPK, pupuk hidrokomplit, pupuk amophos dan pupuk lainnya.
Pemeliharaan lain yang dilakukan petani adalah kegiatan penyemprotan pestisida. Penyemprotan pestisida dilakukan rata
– rata 8 – 10 kali selama 1 musim tanam. Penyemprotan pestisida umumnya dilakukan 8 kali, namun apabila
hama yang menyerang tanaman kubis lebih banyak dari biasanya, maka petani melakukan kegiatan penyemprotan yang ke-9 hingga melakukan penyemprotan
yang ke-10. Pestisida yang biasa digunakan adalah pestisida jenis enduro, antracol, lannet, ludo, prevaton dan serpa.
Pemeliharaan lain yang dilakukan petani adalah kegiatan penyiraman. Kegiatan penyiraman dilakukan oleh petani yang berada di daerah yang terkena
erupsi Gunung Sinabung. Hal ini dilakukan untuk membersihkan debu vulkanik
Universitas Sumatera Utara
yang terkena ke tanaman kubis. Namun tidak semua petani di daerah yang terkena erupsi melakukan penyiraman tersebut, karena petani tidak melakukan
penyiraman jika hujan turun. Sedangkan petani di daerah yang tidak terkena dampak erupsi Gunung Sinabung tidak melakukan kegiatan penyiraman.
Untuk melakukan kegiatan usahatani, para petani di daerah yang terkena maupun petani di daerah yang tidak terkena menggunakan tenaga kerja dalam
melancarkan usahataninya. tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam dan luar keluarga. Pada penelitian ini biaya tenaga kerja yang dihitung hanya biaya
tenaga kerja luar keluarga, karena pendapatan yang dihitung adalah pendapatan bersih usahatani kubis yang dilakukan petani tersebut. Tenaga kerja luar keluarga
yang digunakan di daerah penelitian biasa disebut Aron, dengan biaya upah tenaga kerja Rp 60.000,- hingga Rp 75.000 per orang per hari.
Hasil produksi tanaman kubis dipanen 1 – 2 kali per musim tanam. Panen
pertama adalah kubis itu sendiri dan panen kedua adalah tunas kubis yang ditunggu sekitar 2
– 4 minggu setelah panen pertama dilakukan. Namun petani kubis di daerah penelitian tidak melakukan kegiatan pemanenan sendiri. Hal
tersebut terjadi karena kubis yang siap dipanen langsung dijual kepada agen atau pedagang pengumpul di ladang dengan cara dilelang tanpa dipanen terlebih
dahulu. Maka yang memanen kubis adalah pihak pedagang pengumpul yang membeli kubis tersebut. Hasil panen kubis di daerah penelitian ada yang
dipasarkan ke ibukota Kecamatan Berastagi Berastagi, ada juga yang dipasarkan ke ibukota kabupaten Karo Kabanjahe, ada juga yang dipasarkan hingga ke luar
kota seperti Kota Medan. Bahkan kubis dari daerah penelitian ini juga termasuk salah satu pemasok kubis yang akan diekspor ke luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
Umur tanaman kubis hingga panen di daerah penelitian umumnya sama dengan tanaman kubis di daerah lain. Tanaman kubis dapat dipanen kurang lebih
4 bulan setelah tanam. Produksi kubis di daerah penelitian pada umumnya berkisar antara 0,75
– 1,5 kg per batang. Apabila tanaman kubis benar benar bagus atau tidak diserang hama produksi kubis dapat mencapai hingga 2
– 3 kg per batang. Namun hal ini jarang terjadi karena rata
– rata produksi kubis di daerah penelitian berkisar antara 0,75
– 2 kg per batang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN