Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Penelitian Terdahulu

Berdasarkan Tabel 3. Banyaknya keluarga pra sejahtera di Kecamatan Singkil Utara sebesar 503 KK, atau sekitar 19,10 , dari total keluarga pra sejahtera, sedangkan jumlah keluarga prasejahtera terbanyak di Kecamatan Singkil sebesar 1.433 KK keluarga atau 54,44 dari total keluarga pra sejahtera. Hasil survey menunjukkan pendapatan nelayan rendah karena cuaca yang tidak menentu seperti gelombang besar menyebabkan pendapatan nelayan rata – rata bulan sekitar yaituRp 1.000 000, – 1.500 000,bulan. Apabila dibandingkan dengan Upah Minimum Regional UMR sebesar Rp 1.550.000, pendapatan rata – rata nelayan masih dikatakan rendah.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana perbedaan tingkat pendapatan, waktu melaut, dan hasil tangkapan dengan berbagai ukuran mesin di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil? 2. Faktor – faktor apa yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Mendeskripsikan perbedaan tingkat pendapatan, waktu melaut, dan hasil tangkapan dengan berbagai ukuran mesin di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil. 2. Menganalisis faktor – faktor yang berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kecamatan Singkil Utara Kabupaten Aceh Singkil. Universitas Sumatera Utara

1.4. Kegunaan Penelitian

1. Memberikan sumber informasi bagi pihak yang membutuhkan. 2. Memberikan informasi bagi masyarakat desa khususnya nelayan tradisional tentang faktor – faktor pendukung yang dapat digunakan untuk meningkatkan pendapatan. 3. Bagi peneliti yang lain, digunakan sebagai dasar pengembangan teori maupun bahan untuk melakukan kegiatan penelitian selanjutnya. Universitas Sumatera Utara

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ciri-ciri Nelayan

Nelayan adalah suatu kelompok masyarakat yang kehidupannya tergantung langsung dari hasil laut, baik dengan cara melakukan penangkapan atau pun budidaya. Mulyadi, 2005 Ciri – ciri nelayan dapat dilihat dari berbagai segi, sebagai berikut: a. Dari segi mata pencaharian, nelayan adalah yang segala aktivitasnya berkaitan dengan lingkungan laut dan pesisir, atau yang menjadikan perikanan sebagai mata pencaharian. b. Dari segi cara hidup, komunitas nelayan adalah komunitas gotong royong. Kebutuhan gotong royong dan tolong menolong terasa sangat penting pada saat untuk mengatasi keadaan yang menuntut pengeluaran biaya besar dan pengerahan tenaga yang banyak, seperti saat berlayar, membangun rumah, atau tanggul penahan gelombang disekitar desa. c. Dari segi keterampilan, meskipun pekerjaan nelayan adalah pekerjaan berat namun pada umumnya memiliki keterampilan sederhana. Kebanyakan nelayan bekerja adalah profesi yang diturunkan oleh orang tua, bukan yang dipelajari secara profesional. d. Dari segi bangunan struktur sosial, komunitas nelayan terdiri atas komunitas yang heterogen dan homogen. Masyarakat yang heterogen adalah mereka yang bermukim di desa–desa nelayan terpencil yang sulit dijangkau transportasi darat. Komunitas nelayan di desa yang terpencil biasanya menggunakan alat-alat tangkap ikan yang sederhana, sehingga produktivitas Universitas Sumatera Utara rendah. Sementara itu kesulitan transportasi angkutan hasil ke pasar juga akanmenjadi penyebab rendahnya hasil laut di daerah mereka. Sasmita, 2006

B. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Kegiatan Nelayan

Masyarakat nelayan yang sampai saat ini masih merupakan tema yang sangat menarik untuk didiskusikan. Membicarakan nelayan hampir pasti isu dan selalu muncul adalah masyarakat yang marjinal, miskin dan menjadi sasaran eksploitasi penguasa baik secara ekonomi maupun politik. Sasmita, 2006 Berdasarkan pendapatannya, nelayan dapat dibagi menjadi : a. Nelayan Tetap atau nelayan penuh, yakni nelayan yang pendapatan seluruhnya berasal dari perikanan. b. Nelayan sambilan utama, yakni nelayan yang sebagian besar pendapatannya berasal dari perikanan. c. Nelayan sambilan tambahan, yakni nelayan yang sebagian kecil pendapatannya berasal dari perikanan. d. Nelayan musiman, yakni orang yang dalam musim – musim tertentu saja aktif sebagai nelayan. Munurut Sasmita 2006, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat produksi nelayan, yaitu: 1. Peralatan yang digunakan oleh nelayan dalam penangkapan ikan yaitu, perahu tanpa mesin atau perahu dengan mesin motorisasi, jaring dan pancing. 2. Peralatanmodal nelayan dinilai dari peralatan yang digunakan, seperti : a. Harga perahu, apakah perahu mempergunakan mesin atau tidak. b. Harga dari peralatan penangkapan ikan, misalnya jaring dan pancing. Universitas Sumatera Utara c. Bahan bakar, oli untuk satu kali melaut, konsumsi, es, biaya lapor restribusi, dan lain – lain merupakan modal kerja dalam melaut. d. Tenaga kerja, yang digunakan untuk melaut menangkap ikan menggunakan tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga. e. Musim, sangat berpengaruh terhadap kegiatan kerja nelayan yaitu musim barat dan musim timur. C. Modal dan Biaya Produksi Modal ada dua macam, yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap diterjemahkan menjadi biaya produksi melalui deprection cost dan bunga modal. Modal bergerak langsung menjadi biaya produksi dengan besarnya biaya itu sama dengan nilai modal yang bergerak Rangkuti, 1995 Sebagian modal nelayan digunakan untuk biaya operasi, yaitu penyediaan input produksi sarana produksi, biaya operasi dan biaya – biaya lain dalam satu usaha kegiatan nelayan. Biaya produksi atau biaya operasi nelayan biasanya diperoleh dari kelompok nelayan kaya atau pemilik modal, karena adanya hubungan pinjam meminjam uang sebagai modal kerja dimana pada musim panen, hasil tangkapan produksi ikan nelayan digunakan untuk membayar seluruh pinjaman utang, dan tingkat harga ikan biasanya ditentukan oleh pemilik modal Sasmita, 2006

D. Faktor Tenaga Kerja

Tenaga kerja di Indonesia dan sebagian besar negara – negara berkembang termasuk negara maju pada umumnya merupakan tenaga untuk usaha nelayan atau usaha keluarga. Keadaan ini berkembang dengan semakin meningkatnya Universitas Sumatera Utara kebutuhan manusia dan semakin majunya suatu kegiatan usaha nelayan karena semakin maju teknologi yang digunakan dalam operasi penangkapan ikan, sehingga dibutuhkan tenaga kerja dari luar keluarga yang khusus dibayar setiap sekali turun melaut sesuai dengan produksi ikan yang dihasilkan. Masyuri, 1999 E. Waktu Melaut Setidak – tidaknya ada tiga pola penangkapan ikan yang lazim dilakukan oleh nelayan. Pertama, penangkapan ikan lebih dari satu hari. Penangkapan ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan lepas pantai. Jauh dekat daerah tangkapan dan besar kecilnya perahu yang digunakan menentukan lamanya melaut. Kedua, pola penangkapan ikan satu hari, biasanya nelayan berangkat melaut sekitar 14.00 mendarat kembali sekitar jam 09.00 hari berikutnya. Penangkapan ikan seperti ini biasa dikelompokkan sebagai penangkapan ikan lepas pantai. Ketiga, pola penangkapan ikan tengah hari, penangkapan ikan seperti ini merupakan penangkapan ikan dekat pantai, umumnya mereka berangkat sekitar jan 03.00 dini hari atau setelah subuh dan mendarat kembali pagi hari sekitar jam 09.00. Masyuri, 1999

2.1. Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian Rahim 2011, di wilayah Pesisir Pantai Sulawesi Selatan menunjukkan terdapat perbedaan jumlah tangkapan dan pendapatan usaha tangkap nelayan dengan perahu motor dan perahu tanpa motor. Rata – rata jumlah tangkapan nelayan dengan perahu adalah 45,25 kgtrip dan 3.993 kgtahun. Sedangkan jumlah pendapatan perahu tanpa motor adalah 23,13 kgtrip dan 1.192 Universitas Sumatera Utara kgtahun, dengan pendapatan masing – masing perahu motor Rp 27.400.476tahun dan perahu tanpa motor Rp 12.215.298tahun. Pendapatan nelayan perahu motor dipengaruhi secara positif dan nyata oleh harga minyak tanah dan produktivitas, dan secara negatif oleh harga bensin, lama melaut, trip dan perbedaan wilayah, sementara pendapatan nelayan perahu tanpa motor dipengaruhi oleh produktivitas, tanggungan keluarga, jaring ingsang tetap, dan perbedaan wilayah produksi Hasil penelitian Pasaribu 2012 menganalisis: 1 pengaruh intensitas melaut, pengalaman melaut, tingkat pendidikan, dan jenis perahu yang digunakan terhadap produksi ikan di Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai, 2 pendapatan bersih nelayan per bulan di Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai, 3 pengaruh produksi ikan terhadap pendapatan bersih nelayan di Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai. Alat analisis yang di gunakan adalah regresi linier sederhana dan berganda dengan metode Ordinary Least Squares OLS, analisis penerimaan dan pendapatan bersih nelayan. Dari hasil analisis regresi berganda di ketahui bahwa faktor intensitas melaut, pengalaman melaut, dan jenis perahu yang digunakan nelayan secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi ikan. Secara simultan, intensitas melaut, pengalaman melaut, tingkat pendidikan, dan jenis perahu yang di gunakan berpengaruh signifikan terhadap produksi ikan. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa rata-rata pendapatan bersih per orang nelayan perbulan di Desa Tuapejat Kecamatan Sipora Utara Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah sebesar Rp 2.195.523. Hasil penelitian juga Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa produksiikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan bersih nelayan. Salim 1999, dalam penelitian tentang analisis faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan nelayan di Kecamatan Syiah Kuala Banda Aceh, menyatakan bahwa variabel independen jarak tempuh melaut, modal, pengalaman, jumlah perahu, dan tenaga kerja dapat menerangkan variasi variabel dependen pendapatan nelayan sebesar 98,7 dan variabel independen yang berpengaruh terhadap variabel dependen adalah pengalaman dan jumlah perahu dan masing – masing berpengaruh nyata. Sasmita 2006, dalam penelitian tentang analisis faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan usaha nelayan di Kabupaten Asahan, menyatakan bahwa variasi variabel dependen pendapatan usaha nelayan yang diterangkan oleh variable independen sebesar 60,7 . Variabel independen modal kerja dan melaut berpengaruh secara signifikan terhadap pendapatan nelayan. Sujarno 2008, menganalisis empat faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat yaitu modal kerja, tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut, dengan menggunakan metode Ordinary Least Squares OLS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa modal kerja, tenaga kerja, pengalaman, dan jarak tempuh melaut secara bersama – sama berpengaruh terhadap pendapatan nelayan di Kabupaten Langkat. Dari empat faktor yang mempengaruhi pendapatan nelayan, ternyata modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan faktor tenaga kerja, pengalaman dan jarak tempuh melaut. Dengan demikian, dalam kegiatan melaut, para nelayan memperhatikan modal kerja. Hasil penelitian Universitas Sumatera Utara menunjukkan bahwa modal kerja memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan dengan faktor – faktor yang lain terhadap pendapatan nelayan, maka disarankan membuka akses untuk mendapatkan modal kerja dengan cara bekerjasama dengan koperasi atau lembaga keungan bank dan non bank. Disamping itu, kepada nelayan diberikan pembinaan dan pengembangan kemampuan dalam menangkap ikan dengan menggunakan teknologi yang tepat.

2.2. Landasan Teori