Perumusan Masalah. Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian. Defenisi Konsep

11 memberikan dampak yang sangat positif bagi masyarakat di daerah itu. Ketersediaan infrastruktur jalan yang baik akan mempermudah aktifitas masyarakat baik itu aktifitas ekonomi, sosial, maupun budaya. Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai sebagai penanggung jawab dalam hal pembangunan infrastruktur terutama pembangunan infrastruktur jalan harus mampu memberikan pelayanan serta menyediakan infrastruktur jalan yang baik dan memadai demi menunjang kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut. Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai tentunya paham betul mengenai pembangunan infrastruktur jalan di wilayah tersebut, dengan keadaan jalan yang masih memerlukan perbaikan di beberapa tempat ini penulis merasa bahwa peran aktif masyarakat serta Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai guna meningkatkan pembangunan infrastruktur jalan di Kota Tanjung Balai. Dengan segala permasalahan yang ada, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai partisipasi masyarakat di Tanjung Balai. Hal tersebut membuat peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Di Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai”

1.2 Perumusan Masalah.

Pada dasarnya penelitian di lakukan dengan tujuan untuk mendapatkan data yang antara lain dapat digunakan untuk dapat memecahkan masalah.. Faisal 2007:37. Universitas Sumatera Utara 12 Bedasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian adalah “Bagaimana Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastruktur Jalan Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai”

1.3 Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentunya mempunyai sasaran yang hendak dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentu jelas di ketahui sebelumnya, suatu riset khusus dalam ilmu pengetahuan yang bertujuan untuk menenmukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu ilmu pengetahuan itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah menjawab rumusan masalah yang telah dikemukaan sebelumnya yakni untuk menganalisis Peningkatan Parsipasi Masyarakat Dalam Pembangunan Infrastuktur Jalan Studi Pada Kantor Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai.

1.4 Manfaat Penelitian.

Selain dari tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini,ada juga manfaat yang diharapkan: 1. Manfaat secara praktis Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintahan atau lembaga-lembaga lain yang membutuhkan serta menjadi acuan dalam merencanakan peningkatan partisipasi masyarakat dalam pembangunan infrastuktur di Dinas Pekerjaan Umum Kota Tanjung Balai 2. Manfaat secara Akademis Universitas Sumatera Utara 13 Sebagai suatu tahapan untuk melatih dan menggembangkan kemampuan berfikir dan bahan referensi yang kemudian dituangkan dalam bentuk karya ilmiah dan sebagai syarat untuk menyelesaikan studi setara-1 di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

1.5 Kerangka Teori

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian ,tempat peneliti memberikan penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok,sub pokok,sub variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian Arikunto,2002:92. Sebagai landasan berfikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan referensi yang jelas dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan tepat bagi peneliti dalam memahami maslah yang diteliti. Adapun kerangka teori dalam penelitian adalah sebagai berikut.

1.5.1 Pengertian Peningkatan Partisipasi Masyarakat I.5.1.1. Pengertian Partisipasi

Kata partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu “Participation”, take a part, artinya peran serta atau ambil bagian atau kegiatan bersama-sama dengan orang lain. Partisipasi merupakan keterlibatan mental atau pikiran dan emosi perasaan sumbangan dalam usaha mencapai tujuan serta turut tanggung jawab terhadap usaha yang bersangkutan. Partisipasi dalam urusan publik belakangan ini menjadi sorotan. Banyak kalangan yang menggunakan kata partisipasi sehingga tanpa kata partisipasi rasanya diskusi, seminar, musyawarah ataupun kebijakan yang diluncurkan kurang Universitas Sumatera Utara 14 mendapatkan tempat di masyarakat. Kata ini dikaitkan dengan kegiatan-kegiatan yang bernuansa pembangunan, kebijakan dan pelayanan pemerintah. Sementara akhiran “tif” menunjukkan kata sifat yaitu untuk menerangkan kata dasarnya, sehingga partisipatif lebih bermakna sebagai kata sifat yang menjelaskan proses Jakti, 1987. Partisipasi sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya kandungan kapital yang dimiliki seseorang tersebut. Partisipasi hanya mungkin dilakukan seseorang bila ada kapital sosial, yaitu jaringan kerja, aturan-aturan yang jelas dan kepercayaan. Jaringan merupakan lintasan bagi proses berlangsungnya pertukaran, sementara kepercayaan menjadi stimulus agar proses pertukaran tersebut berjalan lancar sementara aturan merupakan jaminan bahwa proses pertukaran itu berlangsung adil atau tidak Saragi, 2004. Menurut Repository 2010 partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan. Dari pengertian partisipasi di atas disimpulkan bahwa partisipasi adalah ikut sertanya seseorang atau sekolompok orang dalam pelaksanaan, serta memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang karena adanya dorongan atau sedikit paksaan dari orang lain. Ini dapat dilihat dari kata “ diikutsertakan” yang mengandung makna bahwa keterlibatan ini bukan datang dari diri sendiri tetapi karena adanya paksaan dari orang lain. Universitas Sumatera Utara 15 Berbeda dengan pendapat di atas menurut Koentjaraningrat dalam Rahmat, 2009:81 partisipasi merupakan frekuensi turut sertanya dalam aktivitas-aktivitas bersama, dan menurut Canboys 2010 partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosi seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung jawab di dalamnya. Hal senada juga diungkapkan Ndraha dalam Rahmat,2009:80 yang mengartikan bahwa partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional seseorang atau sekolompok masyarakat di dalam situasi kelompok yang mendorong bersangkutan atas kehendak sendiri menurut kemampuan yang akan ada untuk mengambil bagian dalam usaha mencapai tujuan bersama dalam pertanggung jawaban. Dan menurut Isbandi 2007:27 partisipasi adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah dan kertelibatan dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi. .Dari keempat pengertian partisipasi di atas dapat disimpulkan partisipasi adalah keikutsertaan atau keterlibatan seseorang atau sekolompok orang dalam memberikan sesuatu dalam bentuk apapun sebagai usaha mencapai tujuan bersama atas kehendak sendiri atau dengan kata lain tanpa adanya dorongan atau paksaan dari pihak manapun. Dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan adanya perbedaan pendapat dari para ahli tentang arti parisipasi meskipun terdapat pula kesamaannya. Letak perbedaan yang menonjol yaitu pada kata dikutsertakan dan keikutsertaan. Diikutertakan berarti seseorang ikut serta bukan karena kemauannya secara penuh tetapi karena adanya dorongan atau ajakan atau sedikit paksaan dari orang lain, sedangkan keikutsertaan adalah timbul atas kehendak sendiri secara penuh Universitas Sumatera Utara 16

I.5.1.2. Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat menjadi mengemuka dan penting dalam pelaksanaan pembangunan termasuk didalamnya penataan ruang diantaranyakarena beberapa hal positif yang dikandungnya : Alastaire White dalam RA. Santoso Sastropoetro, 1998 a. Dengan partisipasi lebih banyak hasil kerja yang dapat dicapai. b. Dengan partisipasi pelayanan atau service dapat diberikan dengan biaya yang rendah. c. Partisipasi memiliki nilai dasar yang sangat berarti untuk peserta, karena menyangkut kepada harga dirinya. d. Merupakan katalisator untuk pembangunan selanjutnya. e. Mendorong timbulnya rasa tanggungjawab. f. Menjamin bahwa suatu kebutuhan yang dirasakan oleh masyarakat telah dilibatkan g. Menjamin bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan arah yang benar. h. Menghimpun dan memanfaatkan berbagai pengetahuan yang terdapat didalam masyarakat, sehingga terjadi perpaduan berbagai keahlian. i. Membebaskan orang dari kebergantungan kepada keahlian orang lain. j. Lebih menyadarkan manusia terhadap penyebab dari kemiskinan, sehingga menimbulkan kesadaran terhadap usaha untuk mengatasinya. Arnstein dalam Saragi, 2004 menetapkan tipologi yang dikenal dengan delapan anak tangga partisipasi masyarakat, yang menjelaskan peran serta masyarakat di dasarkan pada kekuatan masyarakat, yaitu : a. Manipulation dapat diartikan relatif tidak ada komunikasi apalagi dialog. Universitas Sumatera Utara 17 b. Therapy, berarti telah ada komunikasi tetapi masih bersifat terbatas, inisiatif datang dari pemerintah dan hanya satu arah. c. Information menyiratkan bahwa komunikasi sudah mulai banyak terjadi tetapi masih bersifat satu arah. d. Consulation, berarti komunikasi telah terjadi dua arah. e. Placation, berarti bahwa komunikasi telah berjalan dengan baik dan sudah ada kesepakatan antara masyarakat dengan pemerintah. f. Partnership, adalah kondisi dimana pemerintah dan masyarakat mitra sejajar. g. Delegated power, bahwa pemerintah memberikan kewenangan kepada masyarakat untuk mengurus sendiri keperluannya. h. Citizen Control bermakna bahwa masyarakat menguasai kebijakan publik dan perumusan, implementasi hingga evaluasi dan kontrol. Ada tiga bentuk partisipasi, yaitu : 1. Partisipasi sebagai bentuk kontribusi, yaitu interpretasi dominan dari partisipasi dalam pembangunan di dunia ketiga adalah melihatnya sebagai suatu keterlibatan secara sukarela atau bentuk kontribusi lainnya dari masyarakat desa menetapkan sebelumnya program dan proyek pembangunan. 2. Partisipasi sebagai organisasi, meskipun diwarnai dengan perdebatan yang panjang antara praktisi dan teoritisi mengenai organisasi sebagai instument yang fundamental bagi partisipasi, namun dapat dikemukakan bahwa perbedaan organisasi dan partisipasi terletak pada hakekat bentuk organisasional yang biasa dibentuk atau organisasi yang muncul dan Universitas Sumatera Utara 18 dibentuk sebagai hasil dari adanya partisipasi. Selanjutnya dalam melaksanakan partisipasi dapat dilakukan melalui beberapa dimensi, yaitu: 1. Sumbangan pikiran ide atau gagasan 2. Sumbangan materi dana, barang dan alat 3. Sumbangan tenaga bekerja atau memberi kerja 4. Memanfaatkan atau melaksanakan pelayanan pembangunan 3. Partisipasi sebagai pemberdayaan, yaitu partisipasi merupakan latihan pemberdayaan bagi masyarakat desa meskipun sulit untuk mendefenisikan akan tetapi pemberdayaan merupakan upaya untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan masyarakat desa untuk ikut terlibat dalam pembangunan. Menurut Adi Isbandi Rukminto 2003:252, partisipasi masyarakat atau keterlibatan masyarakat dalam pembangunan dapat dilihat dalam beberapa tahapan, yaitu : 1. Tahap Assesment Dilakukan dengan mengidentifikasi masalah dan sumber daya yang dimiliki. Untuk ini masyarakat dilibatkan secara aktif merasakan permasalahan yang sedang terjadi yang benar-benar keluar dari pandangan mereka sendiri. 2. Tahap Perencanaan Alternatif Program atau Kegiatan Dilakukan dengan melibatkan warga untuk berfikir tentang masalah yang mereka hadapi dan cara mengatasinya dengan memikirkan beberapa cara alternatif program. 3. Tahap Pelaksanaan Implementasi Program atau Kegiatan Universitas Sumatera Utara 19 Dilakukan dengan melaksanakan program yang sudah direncanakan dengan baik agar tidak melenceng dalam pelaksanaannya di lapangan sehingga tahapan ini dianggap sebagai tahapan yang paling krusial. 4. Tahap Evaluasi termasuk evaluasi Input, Proses dan Hasil Dilakukan dengan adanya pengawasan dari masyarakat dan pemerintah terhadap program yang sedang berjalan. Menurut Keith Davis Reksopoetranto, 1992, kata partisipasi secara etimologis berasal dari bahasa inggris “participation” yang berarti mengambil bagian, participator dimaknai sebagai yang mengambil bagian atau sering disebut dalam bahasa umum sebagai keikutsertaan. Karenanya partisipasi sering dikatakan sebagai peran serta atau keikutsertaan mengambil bagian dalam kegiatan tertentu. Karenanya terdapat keterlibatan mentalpikiran dan emosiperasaan seseorang dalam situasi kelompok yang mendorong partisipan untuk memberikan sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta tanggungjawab terhadap usaha mencapai tujuan yang bersangkutan. Hal yang terakhir senada dengan batasan yang diberikan dalam batang tubuh UU 252004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Pasal 2 ayat 4 huruf d bahwa partisipasi merupakan keikutsertaan masyarakat untuk mengakomodasi kepentingan mereka dalam proses penyusunan rencana pembangunan. Selain kedua pendapat tersebut, terdapat beberapa pendapat lain tentang definisi pastisipasi : a. Keterlibatan orang secara sukarela tanpa tekanan dan jauh dari pemerintah atau kepentingan eksternal Sumarto, 2003. b. Keterlibatan masyarakat secara aktif dalam keseluruhan proses kegiatan, sebagai media penumbuhan kohesifitas antar masyarakat, masyarakat dengan pemerintahjuga menggalang tumbuhnya rasa Universitas Sumatera Utara 20 memiliki dan tanggungjawab pada program yang dilakukan Handayani, 2006. c. Keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan ataupun kegiatan Wardoyo, 1992. d. Keikutsertaan masyarakat dalam program-program pembangunan Rahardjo, 1985. e. Aksi dari kepercayaan akan pembangunan. Karena pastisipasi mempunyai nilai intrinsik kebaikan dan berfokus pada pencarian cara untuk menyelesaikan masalah Cooke and Kothari, 2002. f. Seseorang yang berpartisipasi sebenarnya mengalami keterlibatan dirinya atau egonya yang sifatnya lebih daripada keterlibatan dalam pekerjaan atau tugas saja Alport dalam Reksopoetranto, 1992. Karenanya dalam beberapa definisi tersebut terdapat beberapa kata kunci tentang definisi pastisipasi : a. Keikutsertaan b. Secara sukarela c. Keterlibatan mentalpikiran dan emosiperasan d. Berbentuk pernyataan ataupun kegiatan nyata e. Media penumbuhan kohesifitas f. Akomodasi kepentingan bersama

I.5.1.3. Bentuk-Bentuk Partisipasi Masyarakat

Sebagai bentuk keikutsertaan masyarakatkelompok terdapat beberapa wujud dari partisipasi : Universitas Sumatera Utara 21 1. Menurut Vaneklasen dan Miller membagi pastisipasi atas Handayani, 2006: a. Partisipasi Simbolis Masyarakat duduk dalam lembaga resmi tanpa melalui proses pemilihan dan tidak mempunyai kekuasaan yang sesungguhnya. b. Partisipasi Pasif Masyarakat diberi informasi atas apa yang sudah diputuskan dan apa yang sudah terjadi. Pengambil keputusan menyampaikan informasi tetapi tidak mendengarkan tanggapan dari masyarakat sehingga informasi hanya berjalan satu arah. c. Partisipasi Konsultatif Masyarakat berpartisipasi dengan cara menjawab beberapa pertanyaan. Hasil jawaban dianalisis pihak luar untuk identifikasi masalah dan cara pengatasan masalah tanpa memasukkan pandangan masyarakat. d. Partisipasi dengan Insentif Material Masyarakat menyumbangkan tenaganya untuk mendapatkan makanan, uang, atau imbalan lainnya. Masyarakat menyediakan sumber daya, namun tidak terlibat dalam pengambilan keputusan sehingga mereka tidak memiliki keterikatan untuk meneruskan partisipasinya ketika masa pemberian insentif selesai. e. Partisipasi Fungsional Masyarakat berpartisipasi karena adanya permintaan dari lembaga eksternal untuk memenuhi tujuan. Mungkin ada keputusan bersama tetapi biasanya terjadi setelah keputusan besar diambil. Universitas Sumatera Utara 22 f. Partisipasi Interaktif Masyarakat berpatisipasi dalam mengembangkan dan menganalisa rencana kerja. Partisipasi dilihat sebagai hak, bukan hanya sebagai alat mencapai tujuan, prosesnya melibatkan metodologi dalam mencari perspektif yang berbeda dan serta menggunakan proses belajar yang terstruktur. Karena masyarakat terlibat dalam pengambilan keputusan maka mereka akan mempunyai keterikatan untuk mempertahankan tujuan dan institusi lokal yang ada di masyarakat juga menjadi kuat. g. Pengorganisasian Diri Masyarakat berpartisipasi dengan merencanakan aksi secara mandiri. Mereka mengembangkan kontak dengan lembaga eksternal untuk sumber daya dan saran-saran teknis yang dibutuhkan, tetapi kontrol bagaimana sumber daya tersebut digunakan berada di tangan masyarakat sepenuhnya. Secara ideal partisipasi semestinya berwujud partisipasi interaktif ataupun pengorganisasian diri, tetapi tentunya hal tersebut menuntut kapabilitas sumber daya manusia yang optimal. Di negara dunia ketiga yang umumnya berpemerintahan totaliter menggunakan model partisipasi simbolis, pasif ataupun konsultatif. Partisipasi masyarakat telah sekian lama diperbincangkan dan didengungkan dalam berbagai forum dan kesempatan. Intinya adalah agar masyarakat ikut serta dengan pemerintah memberi bantuan guna meningkatkan, memperlancar, mempercepat, dan menjamin berhasilnya usaha pembangunan. Universitas Sumatera Utara 23 Maka secara umum partisipasi dapat diartikan sebagian “pengikutsertaan” atau pengambil bagian dalam kegiatan bersama. 2. Menurut Soetrisno 1995:221, secara umum ada 2 dua jenis definisi partisipasi yang beredar di masyarakat, yaitu: a. Partisipasi rakyat dalam pembangunan sebagai dukungan masyarakat terhadap rencanaproyek pembangunan yang dirancang dan ditentukan tujuan oleh perencana. Ukuran tinggi rendahnya partisipasi masyarakat dalam defenisi ini pun diukur dengan kemauan masyarakat ikut menanggung biaya pembangunan, baik berupa uang maupun tenaga dalam melaksanakan pembangunan. b. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan merupakan kerja sama erat antara perencana dan masyarakat dalam merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil pembangunan yang telah dicapai. Ukuran tinggi dan rendahnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan tidak hanya diukur dengan kemauan masyarakat untuk menanggung biaya pembangunan, tetapi juga dengan ada tidaknya hak masyarakat untuk ikut menentukan arah dan tujuan proyek yang akan dibangun di wilayah mereka. Ukuran lain yang dapat digunakan adalah ada tidaknya kemauan masyarakat untuk secara mandiri melestarikan dan mengembangkan hasil proyek itu. Universitas Sumatera Utara 24

1.5.1.4. Konsep Partisipasi Masyarakat

Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama memecahkan berbagai persoalan. Pembagian kewenangan ini dilakukan berdasarkan tingkat keikutsertaan level of involvement masyarakat dalam kegiatan tersebut. Partisipasi masyarakat bertujuan untuk mencari solusi permasalahan yang lebih baik dalam suatu komunitas dengan membuka lebih banyak kesempatan bagi masyarakat untuk ikut memberikan kontribusi sehingga implementasi kegiatan berjalan lebih efektif, efesien, dan berkelanjutan. Arnstein 1969 menjelaskan partisipasi sebagai arti di mana warga negara dapat mempengaruhi perubahan sosial penting, yang dapat membuat mereka berbagi manfaat dari masyarakat atas. Dia mencirikan delapan anak tangga yang meliputi: manipulasi, terapi, memberi tahu, konsultasi, penentraman, kerjasama, pelimpahan kekuasaan, dan kontrol warga negara. Menurut Marisa B. Guaraldo Chougil tangga partisipasi masyarakat di negara-negara yang kurang berkembang underdeveloped, dapat dibagi menjadi 8 tingkatan yaitu : a. Pemberdayaan Empowerment b. Kemitraan Partnership c. Mendamaikan Conciliation d. DissimulasiPura-pura Dissimulation e. Diplomasi Diplomation f. Memberikan Informasi Informing g. Konspirasi Conspiration Universitas Sumatera Utara 25 h. Management Diri Sendiri Self Management. Dalam penelitian ini akan dipergunakan 5 lima bentuk partisipasi. Bentuk partisipasi yang dipakai dalam penelitian ini adalah disesuaikan dengan bentuk kegiatan partisipasi yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur. Lima bentuk partisipasi tersebut adalah prakarsainisiatif, pembiayaan, pengambilan keputusan, mobilisasi tenaga dan pelaksanaan operasional pembangunan .

1.5.1.5. Hambatan Kendala Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Kok dan Elderbloem dalam Nampila 2005 dalam Rustiningsih 2002 serta Hana 2003 menguraikan ada beberapa kendala dalam mewujudkan pembangunan partisipatif, yaitu :Hambatan struktural yang membuat iklim atau lingkungan menjadi kurang kondusif untuk terjadinya partisipasi, Hambatan internal masyarakat sendiri, Hambatan karena kurang terkuasainya metode dan teknik partisipasi. Apabila tidak ada kesepakatan masyarakat terhadap kebutuhan dalam cara mewujudkan kebutuhan tersebut, serta apabila kebutuhan tesebut tidak langsung mempengaruhi kebutuhan mendasar anggota masyarakat.

1.5.1.6. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Partisipasi Masyarakat Dalam Pembangunan

Korten, 1983 dalam Setiawan, 2005 menyebutkan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pembangunan. Faktor-faktor tersebut dapat dikelompokkan dalam dua kategori yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor dari dalam komunitas yang Universitas Sumatera Utara 26 berpengaruh dalam program partisipasi masyarakat. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar komunitas, dan ini akan meliputi dua aspek. menyangkut system social politik makro dimana komunitas tersebut berada.

I.5.2. Defenisi Pembangunan

Definisi pembangunan melalui serangkaian pemikiran telah berkembang, mulai dari perspektif sosiologi klasik Durkheim, Weber, dan Marx, pandangan Marxis, modernisasi oleh Rostow, strukturalisme bersama modernisasi memperkaya ulasan pendahuluan pembangunan sosial, hingga pembangunan berkelanjutan. Namun, ada tema-tema pokok yang menjadi pesan di dalamnya. Dalam hal ini, pembangunan dapat diartikan sebagai `suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi Nugroho dan Rochmin Dahuri, 2004. Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pemba- ngunan merupakan proses untuk melakukan perubahan Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005. Menurut Phillip Roupp, “Development signifies change from some thing thought to be less desirable to something to be more desirable”. Pembangunan adalah perubahan dari sesuatu yang kurang berarti kepada sesuatu yang lebih berarti, sedangkan pendapat Bintoro Tjikroamidjojo dan Mustopadidjajaj, AR “pembangunan adalah suatu orientasi dan kegiatan usaha tanpa akhir”. Jadi dengan Universitas Sumatera Utara 27 kata lain dapat dikatakan “development is not a static concept, it is continously changing” dalam Khairuddin 2000: 23 Dalam RP. Mirza menyatakan “Development is basically a human enter prise and therefore it requires the combined efforts of all systems of knowledge, be they physical, biological, social or human to comprehend and articulate it”. Pembangunan pada dasarnya adalah usaha manusia dan untuk memahami pembangunan tersebut dibutuhkan usaha-usaha yang terpadu dari seluruh sistem pengetahuan, baik fisik, biologi, sosial maupun tentang manusia. Pembangunan adalah usaha yang tidak dilakukan tanpa melibatkan potensi yang ada dilingkungan, Khairuddin 2000: 23. Siagian 1994 memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa nation building”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita 1994 memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”. Pembangunan development adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya Alexander 1994. Portes 1976 mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Proses pembangunan terjadi di semua aspek kehidupan masyarakat, ekonomi, sosial, budaya, politik, yang berlangsung pada level makro nasional Universitas Sumatera Utara 28 dan mikro commuinitygroup. Makna penting dari pembangunan adalah adanya kemajuanperbaikan progress, pertumbuhan dan diversifikasi. Sebagaimana dikemukakan oleh para para ahli di atas, pembangunan adalah semua proses perubahan yang dilakukan melalui upaya-upaya secara sadar dan terencana. Sedangkan perkembangan adalah proses perubahan yang terjadi secara alami sebagai dampak dari adanya pembangunan Riyadi dan Bratakusumah, 2005. Dengan demikian berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut diatas dapat kita simpulkan bahwa pada dasarnya pembangunan tidak dapat dipisahkan dari pertumbuhan, dalam arti bahwa pembangunan dapat menyebabkan terjadinya pertumbuhan dan pertumbuhan akan terjadi sebagai akibat adanya pembangunan. Dalam hal ini pertumbuhan dapat berupa pengembanganperluasan expansion atau peningkatan improvement dari aktivitas yang dilakukan oleh suatu komunitas masyarakat. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Parsudi Suparlan dalam tulisannnya tentang Antropologi Pembangunan, yang mana tulisan tersebut sebagai penghormatan kepada Koentjaraningrat 1997, mendefinisikan pembangunan sebagai serangkaian upaya yang direncanakan dan dilaksanakan oleh pemerintah, badan-badan atau lembaga-lembaga internasional, nasional atau lokal yang terwujud dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan, program, atau proyek, yang secara terencana mengubah cara-cara hidup atau kebudayaan dari sesuatu masyarakat sehingga warga masyarakat tersebut dapat hidup lebih baik atau lebih sejahtera daripada sebelum adanya pembangunan tersebut. Pembangunan adalah proses mengubah masyarakat di negara - negara berkembang secara terencana, transformative menjadi lebih baik, sesuai dengan Universitas Sumatera Utara 29 program - program yang sudah ditentukan secara politik oleh para pengambil kebijakan hhtp:www.pustakabersama.netbuku.php. Sedangkan menurut Inayatullah, 1967, pembangunan ialah perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan, yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri. Rogers dan Shoemaker 1971 mengatakan bahwa pembangunan ialah suatu jenis perubahan social dimana ide – ide baru diperkenalkan kepada suatu system social untuk menghasilkan pendapatan perkapita dan tingkat kehidupan yang lebih tinggi melalui metode produksi yang lebih modern dan organisasi social yang lebih baik. Kleinjans 1975 mengatakan bahwa pembangunan merupakan pencapaian pengetahuan dan keterampilan baru yang pada akhirnya bukan soal teknologi atau GNP, tumbuhnya suatu kesadaran baru, perluasan wawasan manusia, meningkatnya semangat kemanusiaan dan suntikan kepercayaan diri. Rogers 1983 mendefinisikan pembangunan adalah suatu proses perubahan social dengan partisipatori yang luas dalam suatu masyarakat yang dimaksudkan untuk kemajuan social dan material termasuk bertambah besarnya keadilan, kebebasan dan kualitas lainnya yang dihargai oleh mayoritas rakyat melalui control yang lebih besar yang mereka peroleh terhadap lingkungan mereka. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa berbicara mengenai pembangunan artinya kita berbicara mengenai perubahan, kemajuan masyarakat, kemajuan teknologi, perluasan wawasan dan pola pikir masyarakat, perilaku dan Universitas Sumatera Utara 30 gaya hidup masyarakat. Dan semua itu tidak lepas dari yang namanya proses perluasan, proses peningkatan, baik itu untuk kepentingan masyarakat maupun diri sendiri hal ini seperti yang dikatakan oleh Rogers. Tujuan pembangunan di negara manapun, pasti bertujuan untuk kebaikan masyarakatnya. Meskipun istilah yang digunakan beragam, tepai hakikatnya sama, yakni kesejahteraan masyarakat. Sedangkan tujuan itu sendiri memberikan arah yang hendak dicapai. Tidak ada satupun tujuan yang benar-benar merupakan tujuan akhir dalam arti sesungguhnya. Seperti yang diungkapkan Afifuddin 2012: 47 “pada umumnya, komponen-komponen dari cita-cita akhir dari negara-negara modern di dunia, baik yang sudah maju maupun yang sedang berkembang, adalah hal-hal yang pada hakikatnya bersifat relatif dan sukar membayangkan tercapainya ‘titik jenuh yang absolut’ yang setelah tercapai tidak mungkin ditingkatkan lagi seperti: a. Keadilan sosial; b. Kemakmuran yang merata; c. Perlakuan sama dimata hukum; d. Kesejahteraan material; mental; dan spritiual; e. Kebahagiaan untuk semua; f. Ketentraman; dan g. Keamanan.”

1.5.2.1. Pembangunan Fisik

Pendekatan pembangunan yang akan dilaksanakan sangat tergantung pada kondisi masyarakat yang bersangkutan. Kondisi ini berasal dari sistem budaya masyarakat tersebut yang selanjutnya mempengaruhi cara berpikir dan renposn Universitas Sumatera Utara 31 mereka terhadap pembangunan itu sendiri. Secara sederhana, sesungguhnya dapat dikatakan apapun pendekatan pembangunan yang dilakukan hasilnya untuk meningkatkan kebutuhan dasar manusia, semua hasil yang ingin dicapai dalam pembangunan terutama pembangunan fisik adalah untuk meningkatkan kesejahteraan Khairuddin. 2000: 38. Peningkatan kesejahteraan ini tidak lain adalah peningkatan dalam pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Menurut hendra Esmara dan Tjokroamidjojo membagi kebutuhan dasar manusia menjadi dua kategori sebagai berikut: 1. Kebutuhan dasar keluarga atau individu, seperti: pangan, perumahan, sandang, dan beberapa peralatan rumah tangga. 2. Kebutuhan masyarakat secara keseluruhan, seperti air minum, sanitasi, pengangkutan umum dan kesehatan, fasilitas – fasilitas pendidikan dan kebudayaan. Menurut Mashoed 2004: 12-13 salah satu program pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dengan perbaikan fisik lingkungan prasarana pemukiman kampung, meliputi antara lain perbaikan jalan lingkungan, saluran, fasilitas persampahan, dan MCK umum. Prasrana lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan pemukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya, sedangkan sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya sesuia yang tertera pada Undang - Undang Nomot 04 Tahun 1992 tentang perumahan dan pemukiman. Dapat dipahami bahwa prasarana merupakan prasarana dasar yang bersifat fisik sebagai faktor utama kebutuhan masyarakat yang bersifat statis, sedangkan sarana merupakan fasilitas yang menjadi penunjang dalam Universitas Sumatera Utara 32 terselenggaranaya kemudahan dalam melakukan aktivitas bagi masyarakat dan cenderung bersifat tidak statis. Berdasarkan Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2002 tentang bangunan gedung disebutkan pada Bab I ayat 1 bahwa Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas danatau di dalam tanah danatau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya maupun kegiatan khusus. Sedangkan pada ayat 13 dijelaskan bahwa prasarana dan sarana bangunan gedung adalah fasilitas kelengkapan di dalam dan di luar bangunan gedung yang mendudkung pemenuhan terselenggaranaya fungsi bangunan gedung. Gedung adalah salah satu fasilitas yang bersifat fisik demi menunjang aktivitas masyarakat agar kesejahteraannya meningkat

I.5.3. Perencanaan Pembangunan Partisipatif

Perencanaan berasal dari kata rencana, yang berarti rancangan atau rangka sesuatu yang akan dikerjakan. Pada dasarnya perencanaan sebagai fungsi manajemen adalah proses pengambilan keputusan dari sejumlah pilihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki Ginanjar Kartasasmita, 1994. Dari pengertian sederhana tersebut dapat diuraikan beberapa komponen penting, yakni tujuan; apa yang hendak dicapai, kegiatan; kegiatan untuk merealisasikan tujuan, dan waktu; kapan bilamana kegiatan tersebut hendak dilakukan. Apa yang direncanakan tentu saja merupakan tindakan-tindakan di masa depan untuk masa depan. Universitas Sumatera Utara 33 Secara sederhana pembangunan sering diartikan suatu upaya untuk melakukan perubahan menjadi lebih baik. Karena perubahan yang dimaksud adalah menuju arah peningkatan dari keadaan semula, tidak jarang pula ada yang mengasumsikan bahwa pembangunan adalah juga pertumbuhan. Seiring dengan perkembangannya hingga saat ini belum ditemukan adanya suatu kesepakatan yang dapat menolak asumsi tersebut. Akan tetapi untuk dapat membedakan keduanya tanpa harus memisahkan secara tegas maka pembangunan dapat diartikan suatu perubahan. Mewujudkan suatu kondisi kehidupan bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Sedangkan pembangunan sebagai suatu pertumbuhan menunjukkan kemampuan suatu kelompok untuk terus berkembang, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dan merupakan sesuatu yang mutlak harus terjadi dalam pembangunan Siagian, 1991. Dengan demikian perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai suatu proses perumusan alternatif-alternatif atau keputusan-keputusan yang didasarkan pada data-data dan fakta-fakta yang akan digunakan sebagai bahan untuk melaksanakan suatu rangkaian kegiatan aktivitas kemasyarakatan. Baik yang bersifat fisik material maupun nonfisik mental dan spritual dalam rangka mencapai tujuan yang lebih baik. Dari kajian literatur tentang partisipasi masyarakat di negara-negara berkembang menunjukkan bahwa konsep partisipasi di interpretasikan secara luas, seperti yang disampaikan Cohen dan Uphoff 1997, bahwa: “Partisipasi dapat dilihat dari berbagai pandangan perspective. Keterlibatan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan dan dalam Universitas Sumatera Utara 34 mengimplementasikan program, serta menikmati keuntungan-keuntungan dari program terseut. Keterlibatan masyarakat dalam mengevaluasi program, suatu proses aktif, dimana rakyat dari suatu komuniti mengambil inisiatif dan menyatakan dengan tegas otonomi mereka”. Menurut FAO seperti yang dikutip Mikkelsen 1999 : 64, berbagai penafsiran yang berbeda dan sangat beragam mengenai arti kata tentang partisipasi yaitu: 1. Partisipasi adalah kontribusi sukarela dari masyarakat kepada proyek tanpa ikut serta dalam pengambilan keputusan. 2. Partisipasi adalah suatu proses yang aktif, mengandung arti bahwa orang atau kelompok yang terkait, mengambil inisiatif dan menggunakan kebebasannya untuk melakukan hal itu. 3. Partisipasi adalah pemantapan dialog antara masyarakat setempat dengan staf yang melakukan persiapan, pelaksanaan, monitoring proyek, agar supaya memperoleh imformasi mengenai konteks lokal dan dampak sosial. 4. Partisipasi adalah keterlibatan sukarela oleh masyarakat dalam perubahan yang ditentukannya sendiri. 5. Partisipasi adalah keterlibatan masyarakat dalam pembangunan diri, kehidupan dan lingkungan mereka. Menurut Oakley 1991 : 14, berpendapat bahwa “partisipasi merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan. Tanpa adanya partisipasi aktif dari masyarakat pelaksanaan pembangunan yang berorientasi pada Universitas Sumatera Utara 35 perwujudan kesejahteraan rakyat tidak akan terwujud, karena masyarakatlah yang lebih tahu akan kebutuhannya dan cara mengatasi permasalahan pembangunan yang terjadi dalam masyarakat”

1.6 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu sosial. Singarimbun, 1995:33 Berdasarkan pengertian tersebut, maka penulis mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan yaitu: 1. Peningkatan Partisipasi adalah suatu gejala demokrasi dimana orang diikutsertakan dalam perencanaan serta pelaksanaan dan juga ikut memikul tanggung jawab sesuai dengan tingkat kematangan dan tingkat kewajibannya. Partisipasi itu menjadi baik dalam bidang-bidang fisik maupun bidang mental serta penentuan kebijaksanaan. 2. Partisipasi Masyarakat adalah Partisipasi masyarakat merupakan suatu proses teknis untuk memberikan kesempatan dan wewenang yang lebih luas kepada masyarakat untuk secara bersama-sama memecahkan berbagai persoalan. 3. Perencanaan partisipatif adalah proses dialog antara masyarakat, pemerintah dan berbagai stakeholder secara lintas sektoral dan lintas pelaku dalam suatu wadah forum musyawarah pembangunan untuk merumuskan visi, misi, arah kebijakan dan program yang berbasis pada prioritas pengembangan potensi dan pemecahan prioritas permasalahan. Universitas Sumatera Utara 36

1.7 Sistematika Penulisan