20 digunakan untuk pemeriksaan morfologi ini adalah dengan metode secara natif,
dan untuk melihat morfologi secara jelas, koloni kapang yang terbentuk dibiakkan kembali dengan metode Slide culture Riddel pada suhu 25
o
C selama 10 hari. Dalam pengamatan secara mikroskopis menggunakan Lactophenol Cotton Blue
sebagai bahan pewarnaan.
3. Pemurnian Isolat Kapang
Isolat kapang yang tumbuh di media SDA, masing-masing dikelompokkan berdasarkan morfologi baik secara makroskopik dan mikroskopik. Selanjutnya
masing-masing isolat dimurnikan dengan menginokulasikan kembali pada media agar lempeng SDA yang ditambah antibiotik dan diinkubasi pada suhu kamar
selama 3-10 hari.
4. Identifikasi Kapang
Identifikasi kapang dila kukan secara makroskopik dan mikroskopik. Secara makroskopik diamati bentuk, warna, sifat pertumbuhan, ukuran, topografi
dan tekstur koloni. Pengamatan secara mikroskopik dilakukan setelah kapang dibiakkan pada media agar dengan menggunakan metode slide culture. Dalam
pembuatan slide culture , sebelumnya disiapkan terlebih dahulu cawan petri yang didalamnya terdapat gelas obyek, gelas penutup, pipa U, dan kertas saring yang
semuanya dalam keadaan steril. Pada kaca obyek yang ditopang dengan pipa U diletakkan potongan agar berukuran 1x1 cm
2
dan dari keempat sisi agar tersebut dengan menggunakan os ë, kapang yang akan diidentifikasi diambil dan
ditempelkan dalam jumlah secukupnya. Tahap selanjutnya adalah potongan agar ditutup dengan gelas penutup. Kertas saring dibasahi dengan aquades steril yang
21 berfungsi untuk menjaga kelembaban. Semua isolat diinkubasikan pada suhu
kamar selama satu minggu. Kapang diidentifikasi dengan cara memindahkan gelas penutup dari potongan agar menggunakan pinset dan menempatkannya
diatas gelas obyek yang telah ditetesi pewarna lactophenol cotton b lue, kemudian diamati dibawah mikroskop dan diidentifikasi Fisher dan Cook 1998; Humber
1998; Butt et al. 2001.
5. Pemeliharaan isolat L. giganteum
Pemeliharaan isolat hasil identifikasi dilakukan pada media yang mengandung SDA, sedangkan kapang L. giganteum dilakukan pemeliharaan ke dalam media
khusus. Salah satu media yang digunakan untuk pemeliharaan L. giganteum adalah seperti apa yang dilakukan oleh Kerwin dan Wasino 1983 yaitu media
agar 2 wv yang mengandung kuning telur segar, Whole milk , glukosa dan peptone dengan per bandingan 70:20:20:10 gliter. Miselium yang berasal dari
biakan murni diambil dengan menggunakan os ë steril dan dipindahkan kedalam media yang berisi kuning telur dan di inkubasi pada suhu 26
C selama 1 minggu dalam ruang gelap.
HASIL dan PEMBAHASAN
Isolasi dan identifikasi
Larva nyamuk yang diambil dari persawahan yang telah ditinggalkan di daerah sekitar Cikarawang Kabupaten Bogor diidentifikasi terlebih dahulu dan
diidentifikasi sebagai larva nyamuk Culex, Anopheles dan Aedes. Larva diambil dengan menggunakan ciduk kemudian dibersihkan dengan cara mencuci
22 menggunakan aquades steril dan dibilas menggunakan Larutan Hipokhlorit 0,5
yang berfungsi sebagai disinfektan. Setelah dicuci, dilakukan penggerusan, kemudian dilakukan isolasi pada media SDA yang ditambah dengan antibiotik.
Setelah diinkubasi selama satu minggu dari beberapa kali percobaan dihasilkan 10 macam koloni kapang yaitu kapang, Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus,
Penicillium sp., Verticillium sp., Mucor sp., Syncephalastrum sp., Gliocladium sp., Beauveria sp. dan kapang L. giganteum.
Menurut Beneke dan Rogers 1970 kapang Aspergillus, Mucor, Penicillium, Syncephalastrum dan Gliocladium merupakan kapang-kapang
saprofit yang umum ditemukan pada material klinis, sebagai kontaminan laboratorium dan pada kondisi te rtentu kapang ini akan menjadi bersifat patogen.
Kapang Aspergillus dan Penicillium merupakan kapang kontaminan yang umum ditemukan pada bangkai serangga Humber 1998. Menurut Butt 2001 bahwa L.
giganteum, Verticillium sp., dan kapang Beauveria sp., telah dikenal berpotensi sebagai kapang pengendali hayati. Kapang Aspergillus kelompok A yang berasal
dari Daerah Curug, Bogor mempunyai patogenisitas paling tinggi terhadap larva nyamuk Ae. aegypti, yaitu mampu membunuh 90 populasi larva instar II, 85
larva instar III serta 82.50 pada larva instar IV dalam waktu 12 jam pada konsentrasi 201.0mm3 sedang untuk Penicillium sp mampu membunuh 67.50
larva instar II, 55 pada instar III dan 55 instar IV Natalia 2000. Aspergillus fumigatus secara makroskopis gambaran koloni mempunyai
warna hijau kebiruan yang dikelilingi warna putih pada bagian pinggirnya, topografi flat dan menyebar dengan tekstur seperti serbuk halus dan sifat
pertumbuhannya cepat yaitu 2-5 hari. Secara mikroskopik mempunyai hifa yang
23 bersepta, konidiofor tidak bercabang, pada bagian ujung konidiofor membesar
membentuk vesikel yang bulat seperti buah pear. Permukaan dari vesikel dipenuhi oleh fialid yang berbentuk seperti botol. Konidia sedikit ramping dan kasar
memenuhi ujung dari fialid Campbell et al. 1996. Aspergillus niger secara makroskopik berwarna hitam, topografi flat dan
kadang ditemukan bentukkan topografi yang melipat dengan tekstur bergranula. Pada permukaan bagian belakang berwarna krem. Secara mikroskopis mempunyai
hifa bersepta dengan konidiofor berdinding tebal, halus dan tidak berwarna. Vesikel berbentuk bulat dan di bagian permukaan dipenuhi oleh fialid dan
metulae. Konidia berbentuk bulat, kasar dan me nempel diatas metulae Larone 1976; Campbell et al. 1996; Fischer dan Cook 1998.
Penicillium sp. secara makroskopik berwarna hijau kebiruan dengan bagian tepi berwarna putih, koloni seperti beludru dan topografi flat sampai
keriput dengan tekstur granuler dan sifat pertumbuhannya cepat. Secara mikroskopis hifa bersepta, konidiofor bercabang dan mempunyai metulae. Pada
metulae terdapat fialid yang berbentuk botol dengan ditempeli konidia yang bulat dan tersusun berantai dan susunanya sangat karakteristik Campbell et al. 1996;
Fischer dan Cook 1998. Menurut Larone 1976, kapang M ucor secara makroskopik koloni pada
permulaan pertumbuhan berwarna putih dan makin lama berwarna abu-abu. Pada permukaan koloni berwarna hitam. Topografi seperti kapas dengan pertumbuhan
miselium ke arah permukaan dan mempunyai tekstur flocose dengan tipe pertumbuhan sangat cepat yaitu 2-4 hari. Secara mikroskopis hifa tidak bersepta
dan berdinding tebal, mempunyai rizoid. Sporangia berbentuk sperik dengan
24 kolumela yang besar dan spora berwarna hijau keabuan. Menurut Fisher dan Cook
1998 bahwa kapang ini merupakan kapang kontaminan dan bersifat oportunis patogen.
Menurut Vuillemin 1912 kapang Beauveria bassiana memiliki laju pertumbuhan sedang dengan diameter koloni mencapai 1 sampai 3 cm. Topografi
dari kapang ini seperti flat dan tekstur seperti kapas dan bergranula. Secara mikroskopik sel konidiogen memanjang, hifa bersepta dengan konidiofor halus
dan tidak berwarna. Konidia berbentuk globosa, ovoid subglobosa. Didalam pengendalian hayati kapang ini sudah menjadi produk komersil dan banyak
diterapkan sebagai musuh hayati belalang Butt et al. 2001. Kapang L. giganteum merupakan kapang yang bersifat patogen fakultatif
pada larva nyamuk Lord dan Robert 1986. Kapang L. giganteum diketahui dapat menyebabkan terjadinya mortalitas yang tinggi pada populasi nyamuk dibeberapa
laboratorium khususnya dari genus Culex Merriem dan Axtell 1982; Jaronski dan Axtell 1983, Mansonia Cuda et al. 1997 dan Anopheles Kerwin dan Was hino
1987. Kerwin 2004 mengatakan bahwa kapang L. giganteum tidak dapat menginfeksi larva kumbang air, capung dan tanaman air.
Dari hasil isolasi dan identifikasi William 1961; Fisher dan Cook 1998 yaitu dengan cara melihat secara makroskopik dan mikroskopik dalam penelitian
ini, salah satu isolat yang ditemukan adalah L. giganteum. Secara makroskopik dengan melihat koloni yang terbentuk maka diperoleh hasil bahwa bentuk koloni
bulat, tekstur globrous dengan topografi flat dan warna putih keabuan. Waktu
yang digunakan untuk pertumbuhannya adalah 7 hari Gambar 1.
25 Menurut Kerwin 2000 gambaran makroskopik kapang Lagenidium pada
tahap infektif pada larva yang terinfeksi menunjukkan koloni yang sangat karakteristik dan berwarna putih keabuan. Dari hasil pengamatan secara
mikroskopik kapang hasil identifikasi mempunyai miselium soenositik dan hifa
bersepta, mempunyai vesikel, dan sporangium Gambar 2. Menurut
Dwidjoseputro 1978 pada Lagenidium hifanya terbagi atas beberapa sel dan diantara sel-selnya akan berubah menjadi gametangium dan sporangium dan
bentuk spora bulat sampai oval. Gambaran morfologi secara mikroskopik kapang
L. giganteum yang berhasil diidentifikasi menunjukkan morfologi yang terlihat secara jelas setelah dilakukan subkultur dengan metode slide culture Riddel
Campbell dan Stewart 1990 Gambar 3.
Gambar 1. : Koloni kapang L .giganteum dalam media PYG
Gambar 2:Mikroskopik L . giganteum dengan metode natif 10x
a.sporangium Gambar 3 : Mikroskopik dengan
Slide culture Riddel
perbesaran 10x a. Hifa; b.sporangium
26 Lagenidium merupakan kapang yang tumbuh di air tawar dan bersifat
parasit fakultatif. Kapang ini hidup secara vegetatif sebagai saprofit pada tanaman busuk atau serangga yang sudah mati dan bersifat parasit pada fitoplankton dan
hewan lain di air Stoskopf 1993. Morfologi dari L. giganteum adalah mempunyai hifa bersepta yang membagi hifa menjadi beberapa segmen yang
kadang menyempit pada bagian septanya Couch,1935 dalam Misman 1990, tiap- tiap segmen kemudian berubah menjadi suatu sporangium atau gametangium.
Protoplast dari sporangium membagi diri menjadi zoospora Dwidjoseputro 1978. Dalam siklus hidupnya Lagenidium mempunyai 2 cara yaitu secara
aseksual zoospora dan seksual oospora. Menurut Brady 1981, zoospora merupakan tahapan infektif terhadap larva nyamuk dan dapat mengakibatkan
kematian. Untuk mendapatkan stadium infektif ini maka diperlukan pembiakan kembali pada media biakan yang mampu memicu terjadinya zoosporogenesis.
KESIMPULAN
Dari penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.
Berdasarkan hasil isolasi dan identifikasi diperoleh 9 isolat kapang meliputi kapang
Aspergillus niger, Aspergillus fumigatus, Penicillium sp., Verticillium sp., Mucor sp., Syncephalastrum sp., Gliocladium sp.,
Beauveria sp. dan kapang L. g iganteum, yang berasal dari larva nyamuk Culex, Anopheles dan Aedes .
2. Karena kemampuannya di dalam membunuh larva nyamuk maka isolat
L. giganteum dijadikan kandidat kapang pengendali hayati.
27
Percobaan 2
Pengaruh Media Biakan terhadap Proses Zoosporogenesis dan Oosporogenesis dari
Lagenidium .giganteum METODE PENELITIAN
1. Pemeliharaan Isolat K apang L. giganteum