66
Tabel 3. Daftar nama kecamatan dan pulau di Kabupaten Bengkalis KECAMATAN
PULAU KECAMATAN
PULAU
Mandau Sumatera Merbau
Bukit Batu Sumatera
Dedap Rupat
Merbau Padang
Beruk Setahun Ketam Menggung
Payung Rangsang Patung
Rangsang Topang
Menteler Panjang Baru Baru
Kemunting Tebing Tinggi
Mampu Paning Babi Jadi
Simpur Tebing Tinggi
Tiga Rupat
Rangsang Bengkalis Bengkalis
Rupat Utara Rupat
Bantan Bengkalis
Rangsang Barat Rangsang
Tebing Tinggi Barat Tebing Tinggi
Sumber : BPS Bengkalis 2003
4.2.2 Iklim
Kabupaten Bengkalis memiliki iklim tropika basah yang dipengaruhi oleh sifat iklim laut dengan suhu udara antara 26-32
o
C. Curah hujan di kawasan ini antara 2
l 000-3
l 000 mmtahun, dengan curah hujan rata-rata 2
l 520 mmtahun
KSP-UIR, 2001, dan jumlah hari hujan antara 102-140 haritahun Bapedalda Bengkalis, 2001. Musim hujan biasanya terjadi pada bulan September-Januari,
dengan curah hujan rata-rata 200 mmbulan. Sedangkan musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Februari-Agustus dengan curah hujan rata-rata
100 mmbulan. Keadaan cuaca di Kabupaten Bengkalis, sangat dipengaruhi oleh
perairan Selat Malaka bagian tengah dan iklim di kawasan Asia Tenggara. Dimana angin dari barat laut, utara dan timur laut dengan kecepatan angin 4-10
knot terjadi pada bulan Desember-Februari munson utara. Pada bulan Maret-
67 Mei terjadi transisi munson utara ke munson selatan, dimana bertiup angin barat
laut. Selanjutnya, pada bulan Juni-Agustus terjadi munson selatan ditandai dengan timbulnya angin tenggara dan selatan. Seterusnya, pada bulan
September-November tejadi transisi dari munson selatan ke munson utara yang di dominasi oleh angin tenggara PKSPL-IPB, 2000.
4.2.3 Arus dan Gelombang
Kondisi arus di perairan Kabupaten Bengkalis dipengaruhi oleh arus Selat Malaka. Pada bulan Desember-Februari arus berasal dari barat menuju
barat laut dengan kecepatan 9-39 cmdet 0.18-0.76 knot. Pada saat itu, massa air di Selat Malaka yang dipengaruhi oleh massa air Laut Cina Selatan bergerak
menuju selatan. Lalu, pada bulan Maret-April, kecepatan arus mulai berkurang hingga 7-24 cmdet. Pada bulan berikutnya, arus mulai bergerak dari barat laut
menuju ke selatan dengan kecepatan 6-15 cmdet 0.1-0.3 knot, dimana pengaruh massa air dari Laut Cina Selatan mulai berkurang. Selanjutnya, pada
bulan Juni arus bergerak dari selatan menuju tenggara dengan kecepatan 5-19 cmdet 0.1-0.37 knot. Kemudian di bulan Juli, arus di bagian barat laut
menuju ke barat laut dengan kecepatan 10 cmdet 0.2 knot, sedangkan arus di bagian selatan menuju ke selatan dengan kecepatan 6 cmdet 0.1 knot. Pada
bulan berikutnya, arus bergerak dari timur ke tenggara dengan kecepatan 2-8 cmdet 0.15 knot. Akhirnya, pada bulan September-Nopember saat transisi
munson selatan ke munson utara terjadi pergerakan arus dari barat laut ke utara dan sebaliknya, dengan kecepatan 12-18 cmdet 0.23-0.35 knot dengan
berbagai variasi lokal pada arah dan kecepatan PKSPL-IPB, 2000. Menurut Writky 1961 dalam KSP-UIR 2001, kecepatan transpor
massa air berkisar antara 0.5-0.75 knot 12-18 milhari menuju ke barat laut. Pada bulan Oktober-April, masa air yang masuk ke Selat Malaka berasal dari
Laut Cina Selatan dengan kecepatan 0.5-0.75 knot. Sementara itu, pada bulan Juni-Agustus, massa air berasal dari Selat Karimata dengan kecepatan rata-rata
sekitar 0.5 knot 12 milhari.
68 Di perairan pantai, selat sempit dan muara sungai, arah dan kecepatan
arus sangat ditentukan oleh fase pasang surut. Arus mengikuti dimensi longitudinal
perairan dengan kecepatan 2 knot pada saat pertukaran fase pasang ke surut, dan mendekati nol pada saat puncak pasang dan lembah surut PKSPL-
IPB, 2000. Secara umum, pola pasang surut adalah campuran cenderung ke pasang surut harian ganda mix semi diurnal, dimana dalam satu hari terdapat
dua kali pasang dan dua kali surut. Kombinasi arus, angin dan gelombang di Selat Malaka bagian utara
Pulau Bengkalis menimbulkan arus pantai long shore current yang mengikis sebagian pantai, terutama di sekitar Desa Muntai, Kecamatan Bantan.
Pengikisan ini semakin parah akibat jenis dan tekstur tanah pantai yang longgar karena banyak mengandung bahan organik. Oleh karena pantainya merupakan
tanah bergambut, maka akan segera hancur bila kena air dan hanyut karena arus. Gelombang di bagian utara Pulau Bengkalis mengikuti Selat Malaka.
Pada bulan November-Maret terbentuk angin barat laut, utara dan timur laut dengan kecepatan 4-16 knot yang menimbulkan 33 gelombang setinggi
0.1-1.5 m. Sementara itu, pada bulan Juni-September terbentuk angin tenggara dengan kecepatan 4-17 knot, yang dapat menimbulkan 33 gelombang setinggi
0.1-1.6 m PKSPL-IPB, 2000. Pada musim barat dan utara, gelombang akan menghantam pantai Pulau
Bengkalis bagian utara bersama-sama dengan arus pantai long shore current yang dapat menimbulkan abrasi di kawasan mangrove. Menurut PKSPL-IPB
2000, tidal range di kawasan Pulau Bengkalis berkisar antara 0.4-2.7 m.
4.2.4 Pasang Surut
Perairan Selat Malaka pasang surut terjadi dua kali dan air surut juga dua kali dalam sehari semalam. Hanya saja tinggi antara pasang yang satu berbeda
dengan yang lainnya. Menurut NONTJI 1993, tipe pasang yang demikian termasuk ke dalam tipe pasang surut campuran condong ke harian ganda.
Adanya pola pasang surut yang demikian akan memberikan pengaruh kepada kondisi lingkungan setempat. Dimana pada saat air surut kedalaman
akan rendah dan begitu sebaliknya. Pada beberapa tempat misalnya di wilayah
69 selat dan sungai-sungai, pasang surut ini memegang peranan dalam transportasi
dalam artian bahwa untuk ke luar dari sungai masyarakat harus memperhatikan pasang surut. Apabila hal ini tidak diperhatikan maka kemungkinan kandas pada
saat akan ke luar dari sungai akan sering terjadi. Kandas ini juga akan dapat menyebab kapal tenggelam. Menurut Hutabarat dan Evans 1986, pada saat
pasang purnama spring tide posisi bulan, bumi dan matahari berada pada satu garis lurus sehingga gaya gravitasi bulan dan matahari saling memperkuat
sedangkan pada saat pasang perbani neap tide posisi bulan, bumi dan matahari membentuk sudut 90
sehingga gaya gravitasi bulan dan matahari saling memperlemah. Lebih lanjut dijelaskannya juga bahwa gaya gravitasi matahari
hanya 47 dari gaya gravitasi bulan yang bekerja terhadap permukaan bumi. Dalam satu bulan terjadi dua kali pasang purnama dan juga dua kali
pasang perbani. Dimana tinggi pasang surut dari hari ke hari berikutnya tidak sama. Adanya perbedaan ini disebabkan karena posisi bulan terhadap bumi
berubah sesuai dengan pergerakan bulan mengelilingi bumi. Tipe pasut di suatu lokasi tergantung dari respon perairan terhadap
komponen pasut yang merambat. Respon perairan terutama tergantung pada bentuk geomorfologi pantai dan kondisi batimetri. Pasut di perairan Riau sangat
dipengaruhi kondisi pasut di Selat Malaka. Rambatan pasut ke Selat Malaka berasal dari Laut Andaman dari arah Timur Laut dan dari Laut Cina Selatan dari
arah Tenggara. Tipe pasut dibagian Barat Laut Selat Malaka dan juga bagian Barat Laut Perairan Pesisir Riau adalah tipe pasut semi diurnal. Gelombang
pasut dari Laut Andaman lebih dahulu merambat ke Selat Malaka dibanding rambatan dari Laut Cina Selatan.
Kisaran pasut di sisi Barat Laut cukup besar yakni bervariasi antara 1.4 m saat pasut perbani sampai 6.2 m saat pasut purnama. Di perairan Selat Rupat
sampai Sungai Pakning kisaran pasang surut berkurang hampir setengahnya yakni berkisar antara 0.4 saat pasut perbani sampai 2.7 saat pasut purnama. Pada
lokasi bagian Tenggara, kisaran pasut bertambah menjadi 0.7 m saat pasut perbani menjadi 3.9 m saat pasut purnama. Pasut purnama adalah saat terjadi air
pasang tertinggi dan air surut terendah yang terjadi saat bulan purnama ataupun
70 bulan gelap. Pada saat ini, kisaran pasut menjadi maksimum. Pasut perbani
terjadi saat air naik terendah dan air surut tertinggi yang terjadi saat bulan setengah menjelang dan sesudah bulan purnama, dimana kisaran pasut menjadi
minimum.
4.2.5 Kedalaman Laut
Secara umum pantai Timur Sumatera mempunyai lereng landai dengan kedalaman perairan antara 0-20 meter sampai dengan lebih dari 25 meter di
Selat Malaka. Kedalaman selat dan muara sungai bervariasi antara 1-25 m. Sekitar muara sungai dan selat yang relatif sempit diantara berbagai pulau kecil,
dengan variasi kedalaman antara 5-10 m. Ditinjau dari kedalaman laut, perairan Bengkalis dapat dibedakan atas
laut dangkal dan laut dalam. Kedalaman laut dangkal berkisar antara 3-20 m, dan terdapat di perairan Selat Padang, Selat Panjang dan Selat Air Hitam.
Sedangkan laut dalam antara 20-40 m, terdapat di perairan Selat Malaka, Selat Bengkalis dan Selat Dumai. Topografi dasar laut di perairan Bengkalis,
bervariasi dari dasar yang landai mulai dari tepi pantai hingga mencapai kedalaman 40 m. Setidak-tidaknya kedalaman telah mencapai 20 m pada jarak
2 mil ± 3
l 700 m dari tepi pantai ke arah laut pada saat pasang, KSP-UIR,
2001. Disekitar pantai, gradien dasar laut berkisar antara 1:12 hingga 1:20, dengan gradien maksimum 1:3.
4.3 Vegetasi Pantai
Jenis mangrove yang paling umum ditemui dan mayoritas adalah jenis bakau Rhizophora spp, menyusul jenis lain yaitu jenis Avicennia spp, dan
berikutnya Bruguiera spp, Xylocarpus granatum, dan Sonneratia spp. Jenis mangrove yang terdapat di Kabupaten Bengkalis kurang lebih 15 lima belas
famili dan 28 dua puluh delapan jenis spesies mangrove. Dari jumlah tersebut, 21 dua puluh satu jenis merupakan mangrove sejati true mangrove =TM dan
7 tujuh jenis merupakan jenis mangrove ikutan mangrove associate=MA. Mangrove dijumpai pada daerah yang selalu dipengaruhi oleh air pasang. Pada
71 daerah yang tidak terkena air pasang, umumnya merupakan areal perkebunan
masyarakat dengan vegetasi karet, kelapa dan semak belukar, serta sebagian kecil ditumbuhi oleh bakau dan nipah, terutama pada daerah-daerah yang dialiri
sungai. Vegetasi pantai lainnya adalah semak belukar, berupa alang-alang, paku-pakuan, pohon aru, sekeduduk dan lainnya. Semak belukar umumnya
dijumpai pada lahan gambut yang tidak diusahakan oleh masyarakat Khairuddin, 2003.
4.4 Kondisi Demografi dan Sosial Ekonomi
Penduduk Kabupaten Bengkalis sampai akhir bulan Desember tahun 2004, berjumlah 561
l 166 jiwa yang tersebar pada 11 kecamatan. Distribusi
jumlah penduduk disajikan pada Tabel 4. Ditinjau dari jumlah penduduk, kecamatan yang paling banyak penduduknya adalah Kecamatan Mandau
225 l
472 jiwa, sedangkan yang paling sedikit di Kecamatan Rupat Utara 11
l 486 jiwa. Selanjutnya, jika dilihat dari komposisi penduduk, ternyata
penduduk perempuan lebih banyak dari laki-laki. Penduduk laki-laki berjumlah 279
l 147 jiwa 49.74 sedangkan perempuan 282
l 019 jiwa 50.26.
Tabel 4. Distribusi penduduk Kabupaten Bengkalis menurut jenis kelamin
Jumlah Penduduk No.
Nama Kecamatan Jumlah
Keluarga Laki-laki
Perempuan Total
1. Bengkalis
14 456 33 213
32 788 66 001
11.76 2.
Bantan 8 264
18 248 17 323
35 571 6.34
3. Bukit Batu
6 660 13 290
13 371 26 661
4.75 4.
Merbau 9 012
23 331 24 191
47 522 8.47
5. Tebing Tinggi
17 257 17 257
33 477 50 734
9.04 6.
T. Tinggi Barat 3 040
7 227 7 321
14 548 2.59
7. Rangsang
5 651 14 726
12 895 27 621
4.92 8.
Rangsang Barat 7 255
13 248 13 641
26 889 4.79
9. Rupat
5 505 14 653
14 008 28 661
5.11 10.
Rupat Utara 2 876
5 696 5 790
11 486 2.05
11. Mandau
46 392 118 258
107 214 225 472
40.18 Jumlah
126 368 279 147
282 019 561 166
100.00
Sumber : Dinas Kependudukan dan Tenaga Kerja Kabupaten Bengkalis 2004