Keaslian Penulisan Sistematika Penulisan

16 menggunakan rumus-rumus statistik sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai pembatalan perkawinan karena tidak adanya izin poligami.

F. Keaslian Penulisan

Skripsi ini berjudul “Putusan Pembatalan Perkawinan Karena Tidak Adanya Izin Poligami Studi Kasus Putusan No. 255Pdt.G2012PA.Mdn”. Di dalam penulisan skripsi ini dimulai dengan mengumpulkan bahan-bahan yang berkaitan dengan pembatalan perkawinan karena tidak adanya izin poligami, baik melalui literatur yang diperoleh dari perpustakaan maupun media cetak maupun elektronik dan disamping itu juga diadakan penelitian. Sehubungan dengan keaslian judul skripsi ini dilakukan pemeriksaan pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Bila dikemudian hari ternyata terdapat judul yang sama atau telah ditulis oleh orang lain dalam bentuk skripsi sebelum skripsi ini saya buat, maka hal itu menjadi tanggung jawab saya sendiri.

G. Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan, yang menjadi sub bab terdiri dari, yaitu Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penulisan, Keaslian Penelitian, Tinjauan Kepustakaan, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan Universitas Sumatera Utara 17 BAB II : Tinjauan Tentang Perkawinan Poligami meliputi : Pengertian Perkawinan Poligami, Dasar Hukum Perkawinan Poligami, Alasan-Alasan Poligami, Syarat dan Izin Poligami. BAB III Tinjauan Tentang Pembatalan Perkawinan meliputi : Pengertian Pembatalan Perkawinan, Alasan Pembatalan Perkawinan, Tata Cara Pembatalan Perkawinan, Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan. BAB IV Analisis Putusan Tentang Pembatalan Perkawinan Dalam Perkara No. 255PDT.G2012PA.Mdn meliputi : Kasus Posisi dan Analisis Kasus. BAB V Kesimpulan dan Saran. Universitas Sumatera Utara 11

BAB II TINJAUAN TENTANG PERKAWINAN POLIGAMI

A. Pengertian Perkawinan Poligami.

Dari sudut pandang terminologi, poligami berasal dari bahasa Yunani, dimana kata poly berarti banyak dan gamien berarti kawin. Kawin banyak disini berarti seorang pria kawin dengan beberapa wanita atau sebaliknya seorang wanita kawin dengan lebih dari satu pria atau sama-sama banyak pasangan pria dan wanita yang mengadakan transaksi perkawinan. 8 Dalam pengertian yang umum terjadi adalah pengertian poligami dimana seorang suami memiliki lebih dari seorang isteri. Namun dalam praktiknya, awalnya seorang pria kawin dengan seorang wanita seperti layaknya perkawinan monogami, kemudian setelah berkeluarga dalam beberapa tahun pria tersebut kawin lagi dengan isteri keduanya tanpa menceraikan isteri pertamanya. 9 Mesikipun demikian, sang suami mempunyai alasan atau sebab mengapa diambil keputusan untuk kawin lagi. Peristiwa seperti tersebut di atas banyak terjadi di masyarakat, maka muncul beberapa pendapat dan pemahaman terhadap perkawinan poligami, baik itu datang dari kalangan masyarakat awam maupun dari kalangan intelektual. Dimana umumnya mereka masih banyak yang menganggap bahwa perkawinan poligami tidak menunjukkan keadilan dan rasa manusiawi. Oleh sebab itu pemerintah mengeluarkan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan. Undang-undang tersebut mengatur tentang azas yang dianutnya, yaitu azas 8 Bibit Suprapto. Liku-Liku Poligami. Yogyakarta: Al Kautsar, 2000. hlm. 11. 9 Ibid, hlm.12 Universitas Sumatera Utara