42
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan diatur dalam Pasal 23 dan Pasal 24. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam diatur dalam
Pasal 73. Pihak-pihak tersebut antara lain: a.
Para keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dari suami atau isteri. Misalnya bapak atau ibu dari suami atau isteri, kakek atau
nenek dari suami atau isteri. b.
Suami isteri, suami atau isteri. Artinya bahwa inisiatif permohonan itu dapat timbul dari suami atau isteri saja, atau dapat juga dari keduanya
secara bersama-sama dapat mengajukan pembatalan perkawinan. c.
Pejabat yang berwenang hanya selama perkawinan belum diputuskan. Pejabat yang ditunjuk ditentukan lebih lanjut dalam peraturan
perundang-undangan Pasal 16 ayat 2, namun sampai saat ini urusan tersebut masih dipegang oleh PPN atau Kepala Kantor Urusan
Agama, Ketua Pengadilan Agama atau Ketua Pengadilan Negeri.
d. Setiap orang yang mempunyai kepentingan hukum secara langsung
terhadap perkawinan tersebut, tetapi hanya setelah perkawinan tersebut diputuskan.
59
Disebutkan juga bahwa barang siapa yang karena perkawinan tersebut masih terikat dengan salah satu dari kedua belah pihak dan atas dasar masih
adanya perkawinan tersebut, dapat mengajukan pembatalan perkawinan yang baru dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 3 ayat 2 dan Pasal 44 UU No. 1 Tahun
1974.
C. Tatacara Pembatalan Perkawinan.
Sesuatu yang dibatalkan itu pastilah sudah terlaksana. Oleh karean itu dapat dikatakan juga bahwa pelaksanaan pembatalan perkawinan itu diajukan
sesudah perkawinan dilaksanakan. Tetapi hak untuk mengajukan permohonan pembatalan yang diberikan kepada seorang suami atau isteri terbatas hanya
selama 6 bulan saja, Pasal 27 ayat 3 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 menyebutkan bahwa : “Apabila ancaman telah berhenti, atau yang bersalah
59
Ibid, hlm.255.
Universitas Sumatera Utara
43
sangka itu menyadari keadaannya, dan dalam jangka waktu 6 enam bulan setelah itu masih tetap hidup sebagai suami isteri, dan tidak mempergunakan
haknya untuk mengajukan permohonan pembatalan, maka haknya gugur”. Mengenai tata cara pembatalan perkawinan Pasal 38 Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 menyebutkan : 1.
Permohonan pembatalan perkawinan diajukan oleh pihak-pihak yang berhak mengajukan kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi
tempat berlangsungnya perkawinan, atau di tempat tinggal kedua suami isteri, suami atau isteri.
2. Tata cara pengajuan permohonan pembatalan perkawinan sesuai dengan
tata cara pengajuan gugatan perceraian. 3.
Hal-hal yang berhubungan dengan panggilan, pemeriksaan pembatalan perkawinan dan putusan Pengadilan, dilakukan sesuai dengan tata cara
tersebut dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 36 Peraturan Pemerintah ini.
60
Berdasarkan pada pengertian Pasal 38 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tersebut di atas maka jelaslah bahwa bagaimana caranya melakukan
pembatalan perkawinan ialah sama dengan cara mengajukan gugatan perceraian yang diatur secara terperinci dalam Pasal 20 sampai dengan Pasal 36 Peraturan
Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975. Tata cara pelaksanaan pembatalan perkawinan bagi mereka yang bergama
Islam dalam prakteknya di Pengadilan Agama Sleman adalah menurut Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 dan peraturan pelaksanaannya yaitu PP. Nomor 9
Tahun 1975. di dalam Pasal 38 ayat 2 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dijelaskan bahwa : “Tata cara pengajuan permohonan pembatalan
perkawinan dilakukan sesuai dengan tatacara pengajuan gugatan perceraian”.
60
M. Yahya Harahap, Op.Cit, hlm.63.
Universitas Sumatera Utara
44
Tentang tata cara perceraian dalam Undang-Undang Perkawinan ketentuan diatur dalam Pasal 39 sampai dengan Pasal 41 dan dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 Pasal 14 sampai dengan Pasal 36. Pembatalan perkawinan atau perkawinan yang dibatalkan termasuk dalam
cerai gugat, oleh karena itu pengajuan permohonan gugatan pembatalan perkawinan tata caranya mengikuti tata cara pengajuan dalam cerai gugat. Adapun
penjabaran tentang tatacara gugatan itu antara lain adalah sebagai berikut : 1.
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemohon pembatalan perkawinan yaitu :
a. Melengkapi identitas bukti diri secara lengkap dan benar.
b. Menunjukkan surat pengantar dari kelurahan di mana ia bertempat tinggal.
c. Bukti-bukti bahwa orang yang akan dibatalkan pernikahannya itu sudah
melanggar halangan pernikahantak memenuhi persyaratan memalsu identitas diri melangsungkan perkawinan tanpa ijin dari suami yang syah.
d. Surat-surat yang mendukung
e. Membayar biaya perkara.
2. Cara pengajuan gugatan :
a. Gugatan diajukan oleh pihak yang berkepentingan dan yang berhak
menurut hukum kepada Pengadilan Agama yang daerah hukumnya meliputi tempat tergugat dengan melalui KUS terlebih dahulu. Jadi yang
mengajukan gugatan dari pemohon KUS di mana perkawinan yang akan dibatalkan itu dilaksanakan.
b. Dalam hal ini kediaman tergugat tidak jelas atau tidak diketahui atau
tidak mempunyai tempat kediaman yang tetap, begitu juga tergugat
Universitas Sumatera Utara
45
bertempat kediaman di luar negeri, gugatan diajukan kepada Pengadilan Agama di tempat kediaman tergugat.
3. Pemanggilan
a. Pemanggilan harus disampaikan kepada pribadi yang bersangkutan yang
apabila tidak dijumpai, panggilan disampaikan melalui surat atau yang disamakan dengannya. Dan panggilan ini dilakukan setiap kali akan
diadakan persidangan. b.
Pihak yang melakukan panggilan tersebut adalah petugas yang ditunjuk oleh Pengadilan Agama.
c. Panggilan tersebut harus dilakukan dengan cara yang patut dan sudah
diterima oleh para pihak atau kuasanya selambat-lambatnya 3 hari sebelum sidang dibuka. Panggilan kepada tergugat harus dilampiri
dengan salinan surat gugatan. d.
Pemanggilan bagi tergugat yang tempat kediamannya tidak jelas atau tidak mempunyai tempat kediaman tetap panggilan dilakukan dengan
cara menempelkan gugatan pada papan pengumuman di Pengadilan Agama dan mengumumkan melalui satu atau beberapa surat kabar atau
mas media lain yang ditetapkan oleh pengadilan yang ditetapkan oleh pengadilan yang dilakukan dua kali dengan tenggang waktu satu bulan
antara pengumuman pertama dan kedua. e.
Apabila tergugat berdiam di luar negeri pemanggilannya melalui Perwakilan Republik Indonesia setempat.
Universitas Sumatera Utara
46
4. Persidangan
a. Persidangan untuk memeriksa gugatan pembatalan harus dilakukan oleh
Pengadilan Agama selambat-lambatnya 30 hari setelah diterimanya surat gugatan di Kepaniteran khusus bagi gugatan yang tempat tergugatnya
bertempat tinggal di luar negeri, persidangan ditetapkan sekurang- kurangnya 6 bulan terhitung sejak dimasukkannya gugatan pembatalan
itu. b.
Para pihak yang berpekara dapat menghadiri sidang atau didampingi kuasanya atau sama sekali menyerahkan kepada kuasanya dengan
membawa surat nikahrujuk, akta perkawinan, surat keterangan lainnya yang diperlukan. Apabila tergugat tidak hadir dan sudah dipanggil
sepatutnmya maka gugatan itu dapat diterima tanpa hadirnya tergugat, kecuali kalau gugatan itu tanpa hak atau tidak beralasan. Pemeriksaan
perkara gugatan pembatalan dilakukan dalam sidang tertutup. 5.
Perdamaian a.
Khusus untuk pembatalan yang karena pelanggaran azaz monogamisalah satu pihak kawin lagi tanpa persetujuan suamiisteri Pengadilan Agama
harus berusaha mendamaikan terlebih dahulu. b.
Apabila terjadi perdamaian maka tidak boleh diajukan gugatan pembatalan lagi berdasarkan alasan-alasan yang ada sebelum perdamaian
dan telah diketahui oleh penggugat pada waktu dicapainya perdamaian. 6.
Putusan a.
Pengucapan putusan Pengadilan Agama harus dilakukan dalam sidang terbuka.
Universitas Sumatera Utara
47
b. Putusan dapat dijatuhkan walaupun tergugat tidak hadir, asal gugatan itu
didasarkan pada alasan yang telah ditentukan. c.
Pembatalan perkawinan dianggap terjadi dengan segala akibat-akibatnya, bagi yang beragama Islam pembatalan perkawinan dianggap terjadi sejak
jatuhnya putusan Pengadilan Agama yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap.
Jika diperinci maka perkawinan dapat dibatalkan apabila : a.
Perkawinan dilangsungkan di bawah ancaman yang melanggar hukum Pasal 27 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang
Perkawinan. b.
Salah satu pihak memalsukan identitas dirinya Pasal 27 Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Identitas palsu
misalnya tentang status, usia atau agama. c.
Suamiisteri yang masih mempunyai ikatan perkawinan melakukan perkawinan tanpa seijin dan sepengetahuan pihak lainnya Pasal 24
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. d.
Perkawinan yang tidak sesuai dengan syarat-syarat perkawinan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
61
Sementara menurut Pasal 71 KHI, perkawinan dapat dibatalkan apabila: a.
Seorang suami melakukan poligami tanpa izin Pengadilan Agama. b.
Perempuan yang dikawini ternyata kemudian diketahui masih menjadi isteri pria lain yang mafqud hilang.
c. Perempuan yang dikawini ternyata masih dalam masa iddah dari
suami lain. d.
Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan, sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 7 Undang-undang No 1 Tahun 1974.
e. Perkawinan dilangsungkan tanpa wali atau dilaksanakan oleh wali
yang tidak berhak. f.
Perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan.
62
Batas waktu untuk mengajukan pembatalan perkawinan misalnya : untuk suami yang telah menikah lagi tanpa sepengetahuan isterinya tidaklah ada batas
61
Ibid, hlm.78.
62
Achmad Kuzari, Op.Cit, hlm.89.
Universitas Sumatera Utara
48
waktunya sehingga kapanpun dapat melakukan pembatalan perkawinan, namun apabila pembatalan itu untuk mereka sendiri suami isteri itu sendiri yang
melangsungkan perkawinan ada batas waktu pengajuan pembatalan perkawinan, misalnya karena suami anda memalsukan identitasnya atau karena perkawinan
anda terjadi karena adanya ancaman atau paksaan, pengajuan itu dibatasi hanya dalam waktu enam bulan setelah perkawinan terjadi. Jika sampai lebih dari enam
bulan masih hidup bersama sebagai suami isteri, maka hak untuk mengajukan permohonan pembatalan perkawinan dianggap gugur Pasal 27 Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan. Permohonan pembatalan perkawinan dapat diajukan ke Pengadilan
Pengadilan Agama bagi Muslim dan Pengadilan Negeri bagi Non-Muslim di dalam daerah hukum di mana perkawinan telah dilangsungkan atau di tempat
tinggal pasangan suami-isteri. Atau bisa juga di tempat tinggal salah satu dari pasangan baru tersebut.
Adapun Permohonan pembatalan perkawinan dapat diajukan ke Pengadilan Pengadilan Agama bagi Muslim dan Pengadilan Negeri bagi Non-
Muslim di dalam daerah hukum di mana perkawinan telah dilangsungkan atau di tempat tinggal pasangan suami-isteri. Atau bisa juga di tempat tinggal salah satu
dari pasangan baru tersebut, yang tata caranya : a.
Mendatangi Pengadilan Agama bagi yang beragama Islam dan Pengadilan Negeri bagi Non Muslim UU No.71989 Pasal 73
b. Kemudian mengajukan permohonan secara tertulis atau lisan kepada Ketua
Pengadilan HIR Pasal 118 ayat 1Rbg Pasal 142 ayat 1, sekaligus membayar uang muka biaya perkara kepada Bendaharawan Khusus.
Universitas Sumatera Utara
49
c. Sebagai Pemohon, dan suami atau beserta isteri barunya sebagai Tergugat
harus datang menghadiri sidang Pengadilan berdasarkan Surat Panggilan dari Pengadilan, atau dapat juga mewakilkan kepada kuasa hukum yang ditunjuk
UU No.71989 Pasal 82 ayat 2, PP No. 91975 Pasal 26,27 dan 28 Jo HIR Pasal 121,124 dan 125.
d. Pemohon dan Tergugat secara pribadi atau melalui kuasanya wajib
membuktikan kebenaran dari isi dalil-dalil permohonan pembatalan perkawinantuntutan di muka Sidang Pengadilan berdasarkan alat bukti berupa
surat-surat, saksi-saksi, pengakuan salah satu pihak, persangkaan hakim atau sumpah salah satu pihak HIR Pasal 164Rbg Pasal 268. Selanjutnya hakim
memeriksa dan memutus perkara tersebut. e.
Pemohon atau Tergugat secara pribadi atau masing-masing menerima salinan putusan Pengadilan Negeri atau Pengadilan Agama yang belum mempunyai
kekuatan hukum tetap. f.
Pemohon dan Tergugat menerima Akta Pembatalan Perkawinan dari Pengadilan
g. Setelah menerima akta pembatalan, sebagai Pemohon segera meminta
penghapusan pencatatan perkawinan di buku register Kantor Urusan Agama KUA atau Kantor Catatan Sipil KCS.
D. Akibat Hukum Pembatalan Perkawinan