Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurikulum berbasis Kompetensi KBK , dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk inovasi kurikulum. Kemunculan KBK seiring dengan munculnya semangat reformasi pendidikan, diawalai dengan munculnya kebijakan pemerintah di antaranya lahirnya Undang-undang No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah; Undang-undang No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintahan dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom; serta lahirnya Tap MPR No. IVMPR1999 tentang Arah Kebijakan Pendidikan di Masa Depan. Di samping itu, rendahnya kualitas pendidikan merupakan faktor pendorong lain perlunya perubahan kurikulum dalam konteks reformasi pendidikan. Pendidikan yang selama ini berjalan dengan verbalistik dan berorientasi semata-mata kepada penguasaan mata pelajaran. Pengamatan terhadap praktek pendidikan sehari-hari menunjukkan bahwa pendidikan difokuskan agar siswa menguasai informasi yang terkandung dalam materi pelajaran dan kemudian dievaluasi seberapa jauh penguasaan itu dicapai oleh siswa. Pendidikan seakan- akan bertujuan untuk menguasai matapelajaran. Bagaimana keterkaitan materi ajar dengan kehidupan sehari-hari dan bagaimana materi tersebut dapat digunakan untuk memecahkan problema kehidupan, kurang mendapat perhatian. Pendidikan seakan terlepas dari kehidupan keseharian, seakan-akan pendidikan untuk pendidikan atau pendidikan tidak terkait dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena 2 itu siswa kurang mengetahui manfaat apa yang dipelajari dan sampai lulus seringkali tidak tahu bagaimana menggunakan apa yang telah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari yang dihadapi. Bertolak dari masalah tersebut, kiranya perlu dilakukan langkah-langkah agar pendidikan dapat membekali peserta didik dengan kecakapan hidup, yaitu kemampuan dan keberanian menghadapi problema kehidupan, kemudian secara kreatif menemukan solusi serta mampu mengatasinya. Pendidikan yang dapat mensinergikan berbagai mata pelajaranmata diklatmata-kuliah menjadi kecakapan hidup yang diperlukan seseorang, di manapun ia berada, bekerja atau tidak bekerja, apapun profesinya. Dengan bekal kecakapan hidup yang baik, diharapkan para lulusan akan mampu memecahkan problema kehidupan yang dihadapi, termasuk mencari atau menciptakan pekerjaan bagi mereka yang tidak melanjutkan pendidikannya. Untuk mewujudkan hal ini, perlu diterapkan prinsip pendidikan berbasis luas yang tidak hanya berorientasi pada bidang akademik atau vokasional semata, tetapi juga memberikan bekal learning how to learn sekaligus learning how to unlearn, tidak hanya belajar teori, tetapi juga mempraktekkannya untuk memecahkan problema kehidupan sehari-hari Bently, 2000. Pendidikan dengan menggabungkan empat pilar pendidikan yang diajukan UNESCO, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, and learing to live together . http:m- jiecommunity.blogspot.com200708life-skill.html Dalam rambu-rambu kurikulum 2004 untuk pelajaran sains khususnya dinyatakan bahwa salah satu pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam 3 melaksanakan pembelajaran sains adalah empat pilar pendidikan learning to do, learning to know, learning to live together, learning to be Puskur,2002. Namun tidak dijelaskan bagaimana penjabarannya. Oleh karena itu perlu dikembangkan model pembelajaran yang dijabarkan dari empat pilar pendidikan tersebut. Model pembelajaran empat pilar pendidikan learning to do, learning to know, learning to live together, learning to be merupakan model pembelajaran yang memiliki pilar-pilar dengan perspektif utuh, bermakana dan aktual. Dalam Pembelajaran Kimia pilar-pilar tersebut sangat tepat untuk diintegrasikan dalam proses belajar mengajar dikelas karena lebih menekankan proses dan kebermaknaan belajar. Hal inilah yang menjadi alasan bahwa model pembelajaran berbasis empat pilar pendidikan dalam pembelajaran Kimia penting untuk dikembangkan. Berdasarkan permasalahan diatas maka peneliti mengembangkan inovasi model pembelajaran Kimia dalam kemasan Tesis Yang berjudul “PENERAPAN MODUL PEMBELAJARAN KIMIA SMA BERBASIS 4 PILAR PENDIDIKAN MELALUI KEGIATAN LABORATORIUM”

1.2. Rumusan Masalah