Pengendalian Intern Peranan Satuan Kerja Audit Intern Untuk Mencapai Pengendalian Yang Baik Pada Pt Bank Rakyat Indonesia (Persero) Medan.

Manajemen dalam membentuk fondasi bagi pengembangan perusahaan. Demi kelancaran dari pelaksanaan fungsinya tersebut, satuan kerja audit intern harus memiliki kemampuan berkomunikasi baik komunikasi antar audit intern dalam satuan kerja, komunikasi pada berbagai tingkat manajemen, maupun pada pihak eksternal yang terkait.

C. Pengendalian Intern

Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha memiliki suatu pengendalian kontrol di dalam perusahaan agar operasional dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku. Satuan kerja audit intern dapat membantu manajemen dalam menyusun pengendalian intern yang baik, mengadakan pengawasan pelaksanaannya, menilai serta memberikan saran perbaikan dan rekomendasi yang sangat diperlukan oleh manajemen. Dengan adanya pengendalian intern yang selalu dinilai maka akan menghasilkan operasional perusahaan yang sesuai dengan usaha pencapaian tujuan perusahaan. Menurut Tjukria P.Tawaf 1999:19, mengenai hubungan satuan kerja audit intern dengan pengendalian intern pada perusahaan, khususnya bank adalah sebagai berikut : Satuan Kerja Audit Intern merupakan bagian dari struktur pengendalian intern bank dan merupakan segala bentuk kegiatan yang berhubungan dengan audit dan pelaporan hasil audit mengenai terselenggaranya struktur pengendalian secara terkoordinasi dalam setiap tingkatan manajemen bank. Untuk lebih memahami tentang pengendalian intern dengan baik, maka berikut akan dijelaskan pengertian, tujuan, dan komponen dari pengendalian intern. Definisi pengendalian intern menurut George H. Bodnar 2003:233 disebutkan sebagai berikut : Kontrol internal adalah sebuah proses yang dipengaruhi oleh jajaran direktur entitas, manajemen, dan karyawan lainnya dirancang untuk memberikan jaminan masuk akal mengenai pencapaian tujuan dalam kategori berikut : 1 pelaporan keuangan yang bisa diandalkan, 2 efektivitas dan efisiensi dari operasi, dan 3 pemenuhan hukum dan peraturan yang berlaku. Pengendalian intern yang dilakukan membantu manajemen dalam mengkoordinasikan dan mengawasi semua sumber daya perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Merupakan tanggung jawab direksi dan manajemen untuk membuat dan memelihara sistem pengendalian intern di dalam perusahaan. Namun pihak lain yang terkait seperti internal auditor dapat memberikan pertimbangan bagi manajemen dan direksi dalam merumuskan model pengendalian intern yang sesuai untuk dijalankan perusahaan. Ikatan Auditor Internal Institue of Internal Auditors – IIA, yang dikutip oleh Sawyer 2003:59, mendefinisikan pengendalian intern sebagai berikut : “…..setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Kontrol bisa bersifat preventif untuk mencagah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, detektif untuk mendeteksi dan memperbaiki hal-hal yang tidak diinginkan yang telah terjadi, atau direktif untuk menyebabkan atau mengarahkan terjadinya hal yang diinginkan. Konsep sistem kontrol merupakan gabungan komponen kontrol yang terintegrasi dan aktivitas- aktivitas yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasarannya”. Definisi di atas tentang pengendalian intern ataupun istilah sekarang yang sering disebut dengan kontrol, menggambarkan bahwa pengendalian intern dalam perusahaan mutlak dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengendalian intern yang baik akan meningkatkan kemungkinan dapat dicegah, diketahui, diungkapkan, dan diselesaikannya kesalahan yang terjadi dalam perusahaan. Adapun menurut Tjukria P. Tawaf 1999:19 tujuan struktur pengendalian intern yaitu untuk : 1. Mengamankan harta kekayaan. 2. Meyakini akurasi dan kehandalan data akuntansi. 3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya secara ekonomis dan efisien serta mendorong ditaatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan. 4. Dalam usaha perbankan yang melibatkan dana dari masyarakat luas, ruang lingkup pengendalian intern bank meliputi juga aspek-aspek yang mampu menjamin keamanan dana yang disimpan oleh masyarakat dan pihak ketiga lainnya. Perusahaan perbankan umumnya mempunyai banyak cabang dan unit yang tersebar di wilayah yang luas, maka pihak manajemen melakukan fungsinya dengan menggunakan laporan-laporan yang dapat diandalkan, yang hanya diperoleh apabila tujuan pengendalian intern telah dipenuhi. Selanjutnya Teguh Pudjo Mulyono 1999:30, mengemukakan mengenai tujuan pelaksanaan pengendalian intern dalam perusahaan perbankan yaitu untuk memastikan apakah : 1. Pengamanan dana masyarakat di bank yang bersangkutan seperti giro, deposito, tabungan dan dana pihak ketiga lainnya telah terjamin. 2. Pencapaian tujuan dan sasaran kegiatan operasional yang telah ditetapkan. 3. Telah tercapai pemanfaatan sumber dana dan daya secara ekonomis dan efisien. 4. Telah diperoleh kebenaran dan keutuhan informasi keuangan dan operasional termasuk kewajiban bank dan rekening administratif yang akurat, handal, lengkap, tepat waktu yang berguna bagi kepentingan bank yang bersangkutan, masyarakat, maupun pihak ketiga lainnya. 5. Telah terdapat kepatuhan terhadap kebijakan, rencana, prosedur, hukum peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. 6. Telah terdapatnya pengamanan harta kekayaan bank seluas-luasnya. Pengendalian intern yang baik dapat dilihat dari komponen yang dimilikinya. Adapun lima komponen pengendalian intern adalah sebagai berikut : 1. Lingkungan Pengendalian Lingkungan pengendalian mempengaruhi kesadaran akan pentingnya pengendalian dari orang-orang sekitarnya dan merupakan pondasi bagi kedisiplinan. Lingkungan pengendalian ini merupakan komponen yang amat penting karena menjadi dasar keefektifan unsur-unsur pengendalian intern yang lain . Faktor yang berpengaruh dalam lingkungan pengendalian yaitu : a. Nilai integritas dan etika. Manajemen dapat memiliki pegangan dalam melaksanaan tugasnya melalui integritas dan etika yang membentuk suatu standar moral dan prilaku. b. Komitmen kepada kompetensi. Manajemen harus mempertimbangkan kemampuan, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dalam menugaskan karyawannya. c. Filosofi manajemen dan gaya operasional. Dalam setiap menjalankan tugas dan fungsinya, manajemen percaya akan pentingnya pengendalian intern dan berusaha mengaplikasikannya dengan efektif. Kepercayaan akan pentingnya pengendalian akan membentuk gaya operasioanal yang akan mengkomunikasikan kesadaran akan pengendalian tersebut. d. Partisipasi dewan direksi dan komite audit. Pemegang saham melakukan kontrol atas manajemen melalui fungsi dewan direksi dan komitenya. Dewan direksi dan komitenya ikut memberikan saran kepada manajemen, serta mengawasi pengendalian internal. e. Pemberian otoritas dan tanggung jawab. Pemberian otoritas dan tanggung jawab dipengaruhi oleh struktur organisasi. Setiap bagian perusahaan harus memahami bagaimana mereka dapat memberi kontribusi untuk mencapai tujuan perusahaan melalui otoritas dan tanggung jawab yang diberikan. Dengan demikian tujuan perusahaan harus dapat dipahami dengan jelas pula oleh setiap personel. f. Kebijakan dan prosedur sumber daya manusia. Pada dasarnya sumber daya manusia merupakan unsur kunci dalam pelaksanaan pengendalian. Sumber daya manusia yang digunakan haruslah memiliki kemampuan yang sesuai dengan tugas yang diberikan. 2. Penilaian Resiko Penilaian resiko merupakan proses identifikasi dan analisis resiko yang berkaitan dengan usaha pencapaian tujuan entitas, sebagai dasar dalam manajemen resiko yang dilakukan. Proses penilaian risiko yang dapat dilakukan adalah dengan mengidentifikasi perubahan internal dan eksternal dan tindakan yang terkait yang mungkin diperlukan. Dengan demikian dapat dievaluasi kemungkinan adanya pelaksanaan operasional yang tidak sesuai. 3. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dapat membantu manajemen untuk menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Aktivitas pengendalian memiliki berbagai tujuan dan diaplikasikan sesuai fungsi dari masing-masing tingkatan organisasi. Aktivitas pengendalian yang dapat dilakukan antara lain : pemisahan tugas, pengendalian pemrosesan informasi, pengendalian fisik, dan review kerja. 4. Informasi dan Komunikasi Komponen ini terdiri dari proses identifikasi dan penangkapan yang menghasilkan informasi, pertukaran dan komunikasi informasi sehingga orang dapat melaksanakan tanggung jawabnya.informasi dan komunikasi penting dalam proses pemahaman individu tentang peran dan tanggung jawabnya dalam pengendalian. 5. Pemantauan Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Tindakan perbaikan yang mungkin diperlukan juga dapat dilakukan. Meskipun keseluruhan komponen pengandalian intern tersebut telah berjalan dengan baik, namun tidak menjamin bahwa penyimpangan dan kecurangan tidak terjadi sama sekali. Pengendalian yang dirancang dan diaplikasikan sedemikian rupa pun tetap saja terdapat kemungkinan kelemahan yang bisa dimanfaatkan oleh pihak yang berkesempatan melakukan penyelewengan. Beberapa kelemahan pengendalian intern yang bisa terjadi tersebut antara lain : 1. Kolusi. Kolusi atau persekongkolan merupakan tindakan kerja sama pegawai untuk melakukan kecurangan serta mampu untuk menutupinya. 2. Biaya dan manfaat. Pengendalian intern tidak memungkinkan untuk dijalankan manajemen bila biaya pengendalian melebihi manfaat yang diterima. Pertimbangan tentang biaya dan manfaat pengendalian, dapat menghambat manajemen untuk menjalankan pengendalian intern dengan memadai yang sebenarnya dibutuhkan perusahaan. 3. Kelemahan manusia. Pengendalian dirancang dan dilaksanakan oleh manusia yang tentu memiliki kelemahan sehingga dapat melakukan kekeliruan. Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan di atas mengenai pengendalian intern perusahaan maka jelaslah bahwa pengendalian tersebut harus berjalan sebaik-baiknya demi tercapai tujuan perusahaan. Untuk menentukan sampai di mana pengendalian intern perusahaan dapat dipercaya telah memadai, maka manajemen memerlukan peran internal auditor untuk menilainya. Agar dapat berjalan dengan baik maka pelaksanaan pengendalian intern dalam perusahaan memerlukan komitmen dari semua pihak. Ch Narotama dan Wirawan 2004 : 30 menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki pengendalian intern cukup baik ditandai dengan beberapa ukuran sebagai berikut : 1. Semakin berkurangnya temuan-temuan yang tidak sesuai dengan standar akuntansi dan kebijakan-kebijakan manajemen perusahaan. 2. Semakin berkurangnya peran direksi dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh satuan pengawas internal. 3. Laporan satuan pengawas internal yang tepat waktu. 4. Meningkatnya efisiensi dan efektivitas perusahaan.

D. Independensi Audit Intern