SISTEM PEMELIHARAAN GEDUNG DITINJAU DARI KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG (STUDI KASUS GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KABUPATEN CILACAP)

(1)

commit to user

SISTEM PEMELIHARAAN GEDUNG DITINJAU DARI

KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG

(STUDI KASUS: GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

DI KABUPATEN CILACAP)

BUILDING MAINTENANCE SYSTEM VIEWED FROM

RELIABILITY OF THE BUILDING

(CASE STUDY: SIMPLE FLAT RENTAL BUILDINGS IN

CILACAP DISTRICT)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Gelar Magister Teknik

Disusun oleh:

ROSALINA

S 940809109

M A G I S T E R T E K N I K S I P I L K O N S E N T R A S I

TEKNIK REHABILITASI DAN PEMELIHARAAN BANGUNAN SIPIL P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

U N I V E R S I T A S S E B E L A S M A R E T S U R A K A R T A 2 0 11


(2)

commit to user

ii 

 

SISTEM PEMELIHARAAN GEDUNG DITINJAU DARI

KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG

(STUDI KASUS: GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

DI KABUPATEN CILACAP)

Disusun oleh:

ROSALINA

S 940809109

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Tim Pembimbing :

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I S.A. Kristiawan, ST, M.Sc, Ph.D

NIP. 196905011995121001 ……… ………

Pembimbing II Widi Hartono, ST, MT

NIP. 197307291999031001 ……… ………

Mengetahui :

Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil

Prof. Dr. Ir. Sobriyah, Ms NIP. 194804221985032001


(3)

commit to user

iii 

 

SISTEM PEMELIHARAAN GEDUNG DITINJAU DARI

KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG

(STUDI KASUS: GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA

DI KABUPATEN CILACAP)

Disusun oleh:

ROSALINA

S 940809109

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Pendadaran Tesis Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta

pada hari Senin, tanggal 24 Januari 2011

Dewan Penguji :

Jabatan Nama Tanda Tangan

Ketua Kusno Adi Sambowo, S.T,M.Sc,Ph.D.

NIP. 196910261995031002 ……… Seketaris Prof. Dr. Ir. Sobriyah, Ms

NIP. 194804221985032001 ……… Penguji I S.A. Kristiawan, ST, M.Sc, Ph.D

NIP. 196905011995121001 …….…..……. Penguji II Widi Hartono, ST, MT

NIP. 197307291999031001 ……….

Mengetahui : Direktur Program

Pascasarjana

Prof. Drs. Suranto, Msc, Phd NIP. 195708201985031004

Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil

Prof. Dr. Ir. Sobriyah, Ms NIP. 194804221985032001


(4)

commit to user

iv 

 

PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rosalina

NIM : S940908109

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tesis yang berjudul :

SISTEM PEMELIHARAAN GEDUNG DITINJAU DARI

KEANDALAN BANGUNAN GEDUNG

(STUDI KASUS: GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI KABUPATEN CILACAP)

Adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, tertulis dalam tesis tersebut, diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, Januari 2011 Yang membuat pernyataan


(5)

commit to user

 

UCAPAN TERIMA KASIH

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah, akhirnya penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Sistem Pemeliharaan Gedung Ditinjau Dari

Keandalan Bangunan Gedung Studi Kasus: Gedung Rumah Susun Sederhana Sewa di Kabupaten Cilacap dapat diselesaikan dengan bantuan dari berbagai pihak. Untuk

itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Prof. Dr. Ir. Sobriyah, MS. Ketua Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dr. Ir. Ary Setyawan, M.Sc.(Eng). Sekertaris Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta dan selaku Pembimbing Akademis. 5. S.A. Kristiawan, ST, M.Sc, Ph.D, selaku Dosen Pembimbing Utama.

6. Widhi Hartono, ST, MT, selaku Pembimbing Pendamping.

7. Segenap Staf Pengajar Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak membantu penulis selama kuliah.

8. Pusat Pembinaan Keahlian dan Teknik Konstruksi (PUSBITEK), Badan Pembinaan Konstruksi dan Sumber Daya Manusia Kementrian PekerjaanUmum yang telah memberikan beasiswa pendidikan kepada penulis.

9. Badan Kepegawaian Daerah Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap, yang telah memberikan ijin Tugas Belajar bagi penulis.

10. Ir. A. Ristiyanto, MT, Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap yang telah mendukung dan memberikan ijin Tugas Belajar bagi penulis.

11. Adi Prabowo, SH, ST, Kepala Bidang Perumahan dan Tata Bangunan Dinas Cipta Karya Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap yang telah mendukung dan memberikan ijin Tugas Belajar bagi penulis.


(6)

commit to user

vi 

 

12. Kepala UPTD Rusunawa Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Pemerintah Daerah Kabupaten Cilacap dan segenap Staf yang telah telah mendukung penulis dalam memperoleh data mengenai Rusunawa Cilacap.

13. Suamiku tercinta, Lulu Mardiyanto, ST dan anakku tersayang Lilian Mutiara, Kedua orangtuaku Imam Suyono dan Eny Nuryanti, yang terus memberikan doa, semangat dan dukungan baik moril maupun materiil dalam menyelesaikan pendidikan ini.

14. Rekan-rekan Mahasiswa Magister Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang selama ini menjadi teman seperjuangan.

15. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga tesis ini dapat memberi sumbangan ilmiah bagi civitas akademika, praktisi di bidang bangunan gedung, dan bermanfaat bagi masyarakat luas pada umumnya. InsyaAllah, Amin.

Surakarta, Januari 2011 Penulis,


(7)

commit to user

vii 

 

ABSTRAK

Sesuai dengan amanat PP 36 Tahun 2005, maka Pemerintah mensyaratkan pemberlakuan sertifikat laik fungsi (SLF) pada tahun 2010 bagi setiap bangunan gedung publik di kota metro dan besar. SLF juga harus diterapkan paling lambat pada tahun 2020 untuk semua kota sedang dan kecil. Rumah susun sederhana sewa (Rusunawa) sebagai bangunan publik harus memenuhi SLF. Dalam memenuhi SLF untuk gedung Rusunawa diperlukan suatu sistem pendukung. Sistem tersebut diharapkan dapat memberikan penilaian serta memberikan sistem pemeliharaan dan perbaikan yang menunjang keandalan bangunan gedung Rusunawa. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat sistem pemeliharaan gedung Rusunawa yang ditinjau dari keandalan bangunan gedung. Obyek yang menjadi studi kasus adalah Gedung A dan D pada kompleks Rusunawa Cilacap.

Penelitian yang dilakukan menggunakan metode analisis diskriptif. Tahapan penelitian dimulai dengan mencari kriteria sistem penilaian keandalan gedung. Acuan yang digunakan adalah kriteria dalam SLF gedung yang disesuaikan dengan kondisi Rusunawa. Setelah dibuat sistem penilaian keandalan kemudian disusun sistem pemeliharaan gedung. Sistem pemeliharaan tersebut berfungsi untuk menunjang keandalan bangunan gedung Rusunawa. Setelah Sistem tersebut tersusun, dibuat sebuah program yang menunjang aplikasi sistem pada obyek studi kasus. Program Penilaian Keandalan dan Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa disebut dengan SLF Rusunawa. SLF Rusunawa kemudian diaplikasikan pada obyek studi kasus untuk mengetahui apakah program tersebut sudah dapat memberikan penilaian keandalan gedung dan sudah memberikan sistem pemeliharaan yang sesuai.

Berdasar penelitian, telah berhasil disusun Sistem Penilaian Keandalan dan Pemeliharaan Gedung Rusunawa. Sistem tersebut didukung dengan Program yang disebut SLF Rusunawa. Berdasar aplikasi SLF Rusunawa pada obyek studi kasus menunjukkan bahwa program tersebut sudah dapat memberikan penilaian dan sistem pemeliharaan bangunan gedung Rusunawa. Hasil program SLF Rusunawa pada Gedung A Rusunawa Cilacap menunjukkan bahwa nilai keandalan gedung termasuk kurang andal (76,91). Hal tersebut disebabkan kurang andalnya komponen Utilitas dan Aksesibilitas. Untuk memenuhi keandalan Rusunawa telah dibuat Sistem Pemeliharaan Gedung. Hasil program SLF Rusunawa pada Gedung D Rusunawa Cilacap menunjukkan bahwa nilai keandalan gedung termasuk tidak andal (70,99). Hal tersebut dikarenakan tidak andalnya komponen Utilitas dan Aksesibilitas. Untuk memenuhi keandalan Rusunawa telah dibuat Sistem Pemeliharaan Gedung.


(8)

commit to user

viii 

 

ABSTRACT

In accordance with the mandate of PP 36 of 2005, the Government requires the implementation of certificate-worthy function (SLF) in 2010 for every public building in metro and large cities. SLF also be applied no later than 2020 for all medium and small cities. Simple flats rental building (Rusunawa) as a public building must fulfill the criteria of SLF. In fulfilling of the SLF of the Building, Rusunawa necessary needs for a building support system. The system is expected to provide an assessment as well as providing maintenance and repair systems that support the reliability of Rusunawa building. The purpose of this research is to create a building maintenance system in terms of reliability of

Rusunawa building. The Object of the case study is Building A and D in the complex of Rusunawa Cilacap.

Research conducted using descriptive analysis method. Stages of the research starts from the search criteria for rating the reliability of building systems. The reference used is the criteria in the SLF building and adapted to the conditions of Rusunawa building. After a system of reliability of the building assessment is made, then researchers construct a maintenance system of the building. Maintenance system of the building is functioning to support the reliability of Rusunawa. After the system was ready then researchers create a program that support the application of the system in the object of the case study. Assessment Program Reliability and Maintenance of Building Systems Rusunawa called

SLF Rusunawa. SLF Rusunawa applied to the object of the case study. It aims to determine

whether the program can provide an assessment of the reliability of the building and already provide an appropriate maintenance system.

Based on the study, researchers have successfully developed a System Reliability Assessment and Maintenance of Rusunawa Building. The system is supported with a program called SLF Rusunawa. The results of the SLF Rusunawa program on Building A of

Rusunawa Cilacap shows that the value of building reliability is less reliable (76.91). The

cause of the lack of reliability is due to the lack reliability of Utilities and Accessibility components of the building. To fulfill of the reliability of Rusunawa, The Building Maintenance System has been created.. The results of the SLF Rusunawa program on Building D of Rusunawa Cilacap shows that the value of building reliability is not reliable (70.99). The cause of the unreliability is due to the unreliability of Utilities and Accessibility components of the building. To fulfill the reliability of the building, To fulfill of the reliability of Rusunawa, The Building Maintenance System has been created.


(9)

commit to user

ix 

 

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul Sistem Pemeliharaan Gedung Ditinjau Dari Keandalan Bangunan Gedung Studi Kasus: Gedung Rumah Susun Sederhana Sewa di Kabupaten Cilacap. Tesis ini sebagai salah satu persyaratan akademik untuk menyelesaikan Program Pascasarjana pada bidang keahlian Teknik Rehabilitasi dan Pemeliharaan Bangunan Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Tesis ini mengangkat permasalahan tentang Teknik Pemeliharaan Gedung, khususnya mengenai Penilaian Keandalan Bangunan Gedung serta Sistem Pemeliharaan dan Rehabilitasi Bangunan Gedung.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi penulis berharap bahwa tesis ini dapat bermanfaat dan mampu menambah khasanah keilmuan.

Surakarta, Januari 2011


(10)

commit to user

 

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………... i

HALAMAN PERSETUJUAN……… ii

HALAMAN PENGESAHAN……… iii

PERNYATAAN ORISINALITAS……….……… iv

UCAPANTERIMA KASIH……… v

ABSTRAK………. vii

KATA PENGANTAR…….………... ix

DAFTAR ISI……….…………. x

DAFTAR TABEL……….. xii

DAFTAR GAMBAR……….. xv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2. Rumusan Masalah……… 2

1.3. Tujuan Penelitian………. 3

1.4. Manfaat Penelitian……… 3

1.5. Lingkup Pembahasan……… 3

BAB II STUDI PUSTAKA 2.1. Tinjauan Pustaka………... 4

2.2. Landasan Teori………. 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Obyek Penelitian………... 22

3.2. Langkah Penelitian………... 24

3.3. Bagan Alir Penelitian………... 27

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Fisik Obyek Penelitian……… 30

4.2.Analisis Komponen Penilaian Keandalan Gedung Rusunawa.. 36


(11)

commit to user

xi 

 

4.4. Membuat Program Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa.. 123 4.5. Langkah Pengisian Program Sistem Pemeliharaan Gedung

Rusunawa……….. 131 4.6. Analisis dan Hasil Program Sistem Pemeliharaan Gedung

Rusunawa Pada Obyek Studi Kasus………. 138

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan………... 158

5.2. Saran……… 159

Daftar Pustaka………... 160 Lampiran………... LA-1


(12)

commit to user

xii 

 

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Fungsi Ruang Gedung A………. 33

Tabel 4.2 Fungsi Ruang Gedung B………. 34

Tabel 4.3 Fungsi Ruang Gedung C………. 34

Tabel 4.4 Fungsi Ruang Gedung D………. 34

Tabel 4.5 Daftar Uraian Pekerjaan Gedung Rusunawa………... 37

Tabel 4.6 Analisis Kesesuaian Aspek Arsitektural Sub Komponen Ruang Dalam……….. 39

Tabel 4.7 Hasil Pembobotan Penilaian Keandalan Gedung Rusunawa Aspek Arsitektur Sub.Aspek Ruang Dalam (80%)…………. 40

Tabel 4.8 Analisis Kesesuaian Aspek Arsitektural Sub Komponen Ruang Luar……….. 41

Tabel 4.9 Hasil Pembobotan Penilaian Keandalan Gedung Rusunawa Aspek Arsitektur Sub.Aspek Ruang Luar (20%)……… 42

Tabel 4.10 Analisis Kesesuaian Aspek Struktur Sub Komponen Struktur Bawah……… 42

Tabel 4.11 Hasil Pembobotan Penilaian Keandalan Gedung Rusunawa Aspek Struktural Sub.Aspek Struktur Bawah (25%)……….. 43

Tabel 4.12 Analisis Kesesuaian Aspek Struktur Sub Komponen Struktur Atas………... 43

Tabel 4.13 Hasil Pembobotan Penilaian Keandalan Gedung Rusunawa Aspek Struktural Sub.Aspek Struktur Atas (60%)…………. 44

Tabel 4.14 Analisis Kesesuaian Aspek Struktur Sub Komponen Struktur Pelengkap……….. 44

Tabel 4.15 Hasil Pembobotan Penilaian Keandalan Gedung Rusunawa Aspek Struktural Sub.Aspek Struktur Pelengkap (15%)…… 45

Tabel 4.16 Analisis Kesesuaian Aspek Utilitas………. 45

Tabel 4.17 Hasil Pembobotan Penilaian Keandalan Gedung Rusunawa Aspek Utilitas ( 100%)……… 46

Tabel 4.18 Kondisi Kefungsian Komponen Utilitas………. 47

Tabel 4.19 Analisis Kesesuaian Aspek Aksesibilitas……… 48

Tabel 4.20 Hasil Pembobotan Ulang Penilaian Keandalan Gedung Rusunawa Aspek Aksesibilitas ( 100%)………. 49

Tabel 4.21 Kefungsian Komponen Aksesibilitas……….. 50 Tabel 4.22 Analisis Kesesuaian Aspek Tata Bangunan dan Lingkungan. 53 Tabel 4.23 Hasil Pembobotan Penilaian Keandalan Gedung Rusunawa 53


(13)

commit to user

xiii 

 

Aspek Tata Bangunan dan Lingkungan (100%)……….

Tabel 4.24 Pembobotan Total Nilai Keandalan SLF Gedung …………. 54 Tabel 4.25 Hasil Pembobotan Total Nilai Keandalan Bangunan Gedung

Rusunawa ……… 55

Tabel 4.26  Nilai Keandalan Komponen Aksesibilitas Total (File SLF

Gedung) 58 Tabel 4.27  Nilai Keandalan Sub Komponen Aksesibilitas Total (File

Aksesibilitas SLF Gedung) 58

Tabel 4.28  Nilai Keandalan Komponen Aksesibilitas Total (File

Aksesibilitas SLF Gedung) 58

Tabel 4.29  Nilai Keandalan Komponen Aksesibilitas Total (File SLF

Gedung) 58 Tabel 4.30 Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa Aspek Arsitektur

Sub.Aspek Ruang Dalam (80%)………. 60 Tabel 4.31 Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa Aspek Arsitektur

Sub.Aspek Ruang Luar (20%)……… 61 Tabel 4.32 Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa Aspek Struktur

Sub.Aspek Struktur Bawah (25%)………. 62 Tabel 4.33 Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa Aspek Struktur

Sub.Aspek Struktur Atas (60%)………. 63 Tabel 4.34 Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa Aspek Struktur

Sub.Aspek Struktur Pelengkap (15%)………. 64 Tabel 4.35 Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa Aspek Utilitas…… 66 Tabel 4.36 Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa Aspek

Aksesibilitas………. 68 Tabel 4.37 Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa Aspek Kesesuaian

Dengan Dokumen Rencana Kota……… 70 Tabel 4.38 Tindakan Pemeliharaan dan Perbaikan Bangunan Gedung

Rusunawa………. 72 Tabel 4.39 Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa……… 125 Tabel 4.40 Spesifikasi Teknis Gedung Rusunawa Cilacap………... 139 Tabel 4.41 Hasil Program SLF Rusunawa Gedung A di Kompleks

Rusunawa Cilacap Komponen Arsitektur………... 146 Tabel 4.42 Hasil Program SLF Rusunawa Gedung A di Kompleks

Rusunawa Cilacap Komponen Struktur……….. 147 Tabel 4.43 Hasil Program SLF Rusunawa Gedung A di Kompleks

Rusunawa Cilacap Komponen Utilitas……… 147 Tabel 4.44 Hasil Program SLF Rusunawa Gedung A di Kompleks

Rusunawa Cilacap Komponen Aksesibilitas……….. 148 Tabel 4.45 Hasil Program SLF Rusunawa Gedung A di Kompleks

Rusunawa Cilacap Komponen Tata Bangunan dan Lingkungan………. 149 Tabel 4.46 Hasil Program SLF Keandalan Total Rusunawa Gedung A

di Kompleks Rusunawa Cilacap ………..………….. 149 Tabel 4.47 Hasil Program SLF Rusunawa Gedung D di Kompleks


(14)

commit to user

xiv 

 

Tabel 4.48 Hasil Program SLF Rusunawa Gedung D di Kompleks Rusunawa Cilacap Komponen Struktur……….. 155 Tabel 4.49 Hasil Program SLF Rusunawa Gedung D di Kompleks

Rusunawa Cilacap Komponen Utilitas……… 156 Tabel 4.50 Hasil Program SLF Rusunawa Gedung D di Kompleks

Rusunawa Cilacap Komponen Aksesibilitas………... 156 Tabel 4.51 Hasil Program SLF Rusunawa Gedung D di Kompleks

Rusunawa Cilacap Komponen Tata Bangunan dan Lingkungan……….

157 Tabel 4.52 Hasil Program SLF Rusunawa Keandalan Total Gedung D


(15)

commit to user

xv 

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar.2.1 Skema Perawatan dan Pemeliharaan Gedung (Juwana,2009)……….. 9 Gambar.2.2 Tujuan Pengoperasian dan Pemeliharaan Gedung

(Juwana,2009)……….. 10 Gambar 3.1 Peta Provinsi Jawa Tangah (www. google map. Com)…… 21 Gambar 3.2 Lokasi Rusunawa Cilacap (www. google map. Com)……. 22 Gambar 3.4 Bagan Alir Pembuatan Sistem Pemeliharaan Gedung

Rusunawa……….. 27 Gambar 3.5 Bagan Alir Penerapan Sistem Pemeliharaan Gedung

Rusunawa Pada Rusunawa Cilacap……….. 28 Gambar 3.6 Skema Sistem Pemeliharaan Gedung Ditinjau Dari

Keandalan Bangunan Gedung……….. 29 Gambar 4.1 Photo Tampak Depan Kompleks Rusunawa Kabupaten

Cilacap……….. 31 Gambar 4.2 Photo Tampak Belakang Kompleks Rusunawa Kabupaten

Cilacap………. 32 Gambar 4.3 Siteplan Kompleks Gedung Rusunawa Kab.Cilacap…….. 33 Gambar 4.4 Grafik Pembobotan Penilaian Keandalan Gedung

Rusunawa………. 57 Gambar 4.5 Skema Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa………… 124 Gambar. 4.6 Bagan Alir Pembuatan Program Sistem Pemeliharaan

Gedung Rusunawa……… 126 Gambar. 4.7 Bagan Alir Pemakaian Program Sistem Pemeliharaan

Gedung Rusunawa……… 131 Gambar 4.8 Form Data Umum Program SLF Rusunawa……… 132 Gambar 4.9 Form Penilaian Keandalan Dan Sistem Pemeliharaan

Rusunawa ……… 133

Gambar 4.10 Form Arsitektur SLF Rusunawa ……… 134 Gambar 4.11 Form Kesesuaian Ruang Komponen Arsitektur SLF

Rusunawa……….

135

Gambar 4.12 Sistem Pemeliharaan dan Perbaikan Sub Komponen Kesesuaian Fungsi Komponen Arsitektur SLF Rusunawa... 136 Gambar 4.13 Siteplan Kompleks Gedung Rusunawa Kab.Cilacap……… 138 Gambar 4.14 Photo Gedung A dari arah Gerbang Utama ……… 141


(16)

commit to user

xvi 

 

Gambar 4.15 Photo Gedung A dari arah Belakang (Kali Yasa)………… 142 Gambar 4.16 Denah lt.01 Gedung A Rusunawa Kab.Cilacap……… 143 Gambar 4.17 Denah lt.02 s/d lt.04 Gedung A Rusunawa Kab.Cilacap…. 143 Gambar 4.18 Tampak Depan Gedung A Rusunawa Kab.Cilacap………. 144 Gambar 4.19 Tampak Belakang Gedung A Rusunawa Kab.Cilacap…… 144 Gambar 4.20 Tampak Samping Gedung A Rusunawa Kab.Cilacap……. 144 Gambar 4.21 Potongan Gedung A Rusunawa Kab.Cilacap………. 145 Gambar 4.22 Photo Gedung D dari arah Gerbang Utama ……… 150 Gambar 4.23 Photo Gedung D dari arah Belakang (Kali Yasa)………… 150 Gambar 4.24 Denah lt.01 Gedung D Rusunawa Kab.Cilacap……… 151 Gambar 4.25 Denah lt.02 s/d lt.04 Gedung D Rusunawa Kab.Cilacap…. 151 Gambar 4.26 Tampak Depan Gedung D Rusunawa Kab.Cilacap………. 152 Gambar 4.27 Tampak Belakang Gedung D Rusunawa Kab.Cilacap…… 152 Gambar 4.28 Tampak Samping Gedung D Rusunawa Kab.Cilacap……. 152 Gambar 4.29 Potongan Gedung D Rusunawa Kab.Cilacap………. 153


(17)

commit to user

xvii 

 

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Form SLF Gedung……….. LA-1 Lampiran B Form Penilaian SLF Rusunawa Gedung A Kompleks

Gedung Rusunawa Cilacap………. LB-1 Lampiran C Form Penilaian SLF Rusunawa Gedung D Kompleks

Gedung Rusunawa Cilacap………. LC-1 Lampiran D Form Tabel Analisis Gedung Rusunawa ………. LD-1 Lampiran E Form Wawancara Pendukung Sistem Pemeliharaan Gedung


(18)

commit to user

xviii 


(19)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada tahun 2005 pemerintah mencanangkan program 1000 tower untuk memenuhi kebutuhan prasarana rumah tinggal bagi warga kurang mampu, Nelayan, Buruh Migran, dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR). Program 1000 Tower tersebut merupakan program pembangunan Rumah Susun Sederhana Sewa atau Rusunawa. Rusunawa yang direncanakan dalam program tersebut memiliki karakteristik struktur yang hampir sama dengan desain tipikal.

Rusunawa sebagai bangunan publik yang mengakomodir fungsi tempat tinggal sudah selayaknya diperhatikan keandalan dan kelaikan bangunannya. Keandalan bangunan diperlukan untuk menjamin keselamatan pengguna bangunan sedangkan kelaikan bangunan akan menjamin kenyamanan pengguna bangunan.

Selain harus diperhatikan keandalan serta kelaikan bangunan,sebagai bangunan publik maka pemeliharaan bangunan harus diperhatikan. Pemeliharaan Bangunan Gedung bertujuan untuk menjaga supaya Bangunan Gedung tersebut bisa mencapai umur layan yang sudah diperhitungkan.

Bangunan Gedung Rusunawa merupakan gedung bertingkat yang berfungsi sebagai hunian. Gedung bertingkat harus memiliki keandalan secara arsitektur, struktur, utilitas, aksesibilitas maupun tata ruang dan lingkungan. Untuk menjamin terwujudnya bangunan gedung yang andal harus memenuhi persyaratan teknis administratif bangunan gedung sesuai dengan fungsinya. Diperlukan adanya suatu pernyataan bahwa bangunan gedung tersebut memang sudak layak untuk digunakan sesuai dengan fungsinya dalam bentuk Sertifikat Laik Fungsi bangunan gedung.

Pedoman tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung telah diterbitkan sejak 9 Agustus 2007 lalu melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 25/PRT/M/2007 yang bertujuan untuk terwujudnya keandalan bangunan gedung secara administratif dan teknis. Pedoman tersebut meliputi; kesesuaian Bangunan


(20)

Gedung dengan fungsinya serta kesesuaian Bangunan Gedung dengan tata bangunan dan lingkungan.

Sesuai dengan amanat PP 36 Tahun 2005, maka Pemerintah mensyaratkan pemberlakuan Sertifikat Laik Fungsi Gedung (SLF Gedung) pada tahun 2010 bagi setiap Bangunan Gedung Publik di kota metro dan besar. SLF Gedung juga harus diterapkan paling lambat pada tahun 2020 di semua kota sedang dan kecil. Saat ini hampir semua Bangunan Gedung (BG) belum sesuai dengan kaidah bangunan konstruksi yang benar seperti yang diatur dalam UU No 20 tahun 2002. Untuk memenuhi kriteria dalam SLF Gedung tersebut hendaknya Pengelola Bangunan Gedung Publik harus sudah mempersiapkan diri.

Penelitian ini bertujuan untuk membuat sebuah Sistem Penilaian dan Pemeliharaan Gedung Rusunawa yang ditinjau dari Keandalan Bangunan Gedung. Parameter yang digunakan adalah pemenuhan kriteria SLF Gedung. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat mempersiapkan Gedung Rusunawa dan pengelolanya untuk lebih siap memenuhi kriteria keandalan gedung yang sesuai dengan SLF Gedung.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti dalam kajian ini meliputi:

1. Bagaimana Membuat Sistem Penilaian dan Pemeliharaan Gedung Rusunawa yang menunjang Keandalan Bangunan Gedung sesuai dengan kriteria dalam SLF Gedung.

2. Bagaimana membuat program yang menunjang aplikasi Sistem Penilaian dan Pemeliharaan Gedung Rusunawa.

3. Bagaimana Hasil Penarapan Program Sistem Penilaian dan Pemeliharaan Gedung Rusunawa yang telah dibuat pada Obyek Studi Kasus ; Gedung Rusunawa Cilacap.


(21)

commit to user

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini meliputi:

1. Memperoleh Sistem Penilaian dan Pemeliharaan Gedung Rusunawa yang menunjang Keandalan Bangunan Gedung sesuai dengan kriteria dalam SLF. 2. Memperoleh program yang menunjang aplikasi Sistem Penilaian dan

Pemeliharaan Gedung Rusunawa.

3. Mengetahui Hasil Penarapan Program Sistem Penilaian dan Pemeliharaan Gedung Rusunawa yang telah dibuat pada Obyek Studi Kasus ; Gedung Rusunawa Cilacap.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis ; Memberikan tambahan informasi dalam khasanah ilmu terutama di bidang Penilaian dan Pemeliharaan Gedung serta Keandalan Bangunan Gedung.

2. Manfaat praktis ; Hasil kajian diharapkan dapat memberi masukan bagi stake

holder yang terkait mengenai Sistem Penilaian dan Pemeliharaan Bangunan

Gedung Rusunawa yang menunjang Keandalan Bangunan Gedung.

1.5. Batasan Masalah

1. Bahasan dalam penelitian hanya pada permasalahan kondisi fisik Gedung dan Administrasi yang berkaitan dengan kondisi fisik saja.

2. Pemeriksaan kondisi struktur gedung melalui kondisi visual dan tidak dilakukan uji lapangan dan uji laboratorium.

3. Standar keandalan bangunan didasarkan pada keterangan dalam Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 25/PRT/M/2007 tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung.

4. Bangunan yang menjadi obyek penelitian adalah Gedung Rusunawa Kabupaten Cilacap.


(22)

commit to user

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1.Tinjauan Pustaka

Pemeliharaan gedung merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh pemilik atau pengelola gedung untuk menjamin kenyamanan dan keselamatan pengguna gedung. Pemeliharaan gedung merupakan faktor yang penting guna menjaga keberlanjutan gedung di kemudian hari. Dalam membuat sistem manajemen pemeliharaan gedung adalah penting untuk mengidentifikasi kerusakan yang terjadi pada gedung tersebut terlebih dahulu. Dalam Penelitian terhadap Gedung Asrama Kampus Teknik dan Kampus Kedokteran di sebuah universitas di Malaysia diketahui bahwa pemeliharaan gedung yang ada belum maksimal dan kurang terencana.. (Hardiman, Zakaria, 2009).

Pekerjaan pemeliharaan bangunan gedung hampir selalu diabaikan walaupun sudah jelas dinyatakan dalam kontrak. Terkadang kerusakan bangunan tidak segera mendapat penanganan yang sesuai. Hal itu berpengaruh pada kegagalan bangunan dan menyebabkan masalah yang lebih serius di kemudian hari. Desain dan pemilihan material yang sesuai dengan fungsi gedung dan lingkungannya merupakan hal yang sangat penting. Langkah-langkah preventif perlu diambil dalam rangka meminimalkan terjadinya ketidak sesuaian dan hal tersebut akan mendukung pekerjaan pemeliharaan gedung di kemudian hari. Kebijakan pemeliharaan praktis merupakan sebuah peraturan yang penting dalam pemeliharaan guna mempertahankan keandalan komponen-komponen gedung. (Sarman, Makinda, 2009).

Penilaian struktur beton perlu dilakukan untuk menjaga keandalan bangunan. Metode penilaian harus direncanakan secara efektif sehingga tindakan perbaikan dapat dilakukan dengan tepat. Kondisi setiap komponen penyusun struktur dapat dijadikan penilaian numeric (dalam angka). Penilaian numeric tersebut dibuat berdasar kondisi struktur dan efek yang ditimbulkan. Peran masing-masing komponen dan kerusakannya pada struktur juga menjadi bahan pembobotan evaluasi


(23)

commit to user

numeric. Salah satu sistem yang digunakan untuk mengevaluasi kondisi struktur

beton yang rentan terhadap iklim tropis adalah metode Indeks Kondisi (Condition

Indeks/CI). Metode tersebut pertama kali dikembangkan oleh U.S Army corps of Engineers. Penilaian didasarkan pada kerusakan fisik yang terukur. CI diwakili oleh peringkat kuantitatif antara 0 dan 100. Indeks berfungsi sebagai pedoman untuk tindakan perbaikan segera dan evaluasi lebih lanjut. Perhitungan nilai CI merupakan metode yang cukup dekat dengan nilai pendapat pakar. Sistem penilaian kondisi dengan metode CI akan memberikan penanganan yang efisien. Metode tersebut telah digunakan untuk memantau keadaan struktur tepi pantai di Malaysia (Ayop, Zin, Ismail, 2006).

Dua kota penting yaitu Ibadan dan Lagos diambil sebagai studi kasus dalam penelitian mengenai penyebab dan solusi yang tepat untuk kerusakan gedung-gedung yang lazim terjadi di Nigeria. Quesioner-quesioner dicatat untuk mengetahui arsitek yang dipilih, perancang kota, ahli konstruksi, dan klien dalam area studi kasus dan juga tinjauan lapangan bertujuan untuk memilih area-area guna melihat kerusakan yang lazim terjadi pada gedung-gedung tersebut. Data sekunder didapatkan dari

Nigerian Institute of Building (NIOB), dan beberapa media properti. Penelitian

menghasilkan bahwa seluruh partisipan dalam industri konstruksi, meliputi; klien, arsitek, ahli konstruksi, pejabat setempat (perencana kota), dan kontraktor berkontribusi terhadap kerusakan gedung dalam dimensi yang berbeda. Selain itu, negara akan kehilangan sumber daya manusia serta sumber daya material setiap kali terjadi kegagalan bangunan. Kerusakan yang lazim terdapat pada gedung-gedung tersebut diantaranya adalah; keretakan dinding, spalling pada dinding, penurunan pondasi, bucling pada kolom, dll. Profesional yang kompeten dan pengawasan yang sesuai terhadap kode etik dan standar-standar akan mengurangi dan meminimalkan permasalahan-permasalahan yang telah d2dentifikasi (Ayininuola, Olalusi, 2004).

Pertambahan jumlah penduduk perkotaan yang cenderung meningkat menimbulkan permintaan terhadap perumahan. Pemerintah sebagai penanggung jawab pembangunan berupaya mengatasi, salah satunya dengan penyediaan rumah susun. Akan tetapi rumah susun yang semula dimaksudkan untuk mengatasi kekumuhan kawasan secara horizontal tanpa disadari telah mengubah wujud menjadi kawasan kumuh vertikal. Rusunawa Cengkareng merupakan kawasan rumah susun


(24)

sederhana sewa yang dikelola oleh dua lembaga yaitu Pemerintah (Perumnas) dan lembaga non profit (Yayasan Budha Tzu Chi). Berdasarkan pengamatan, lingkungan permukiman rumah susun swasta ini dianggap cukup baik. Keberhasilan pengelolaan lingkungan fisik dan non fisik ini tentunya tidak terlepas dari peran pengelola dan pelibatan masyarakat penghuni permukiman itu sendiri (Subkhan, 2008).

Berbagai jenis bangunan gedung banyak muncul di kota-kota besar dengan beragam model berikut kelengkapan fasilitasnya. Tak kalah juga beragam material juga menempel erat menghiasai seluruh sisi bangunan sehingga nampak indah. Keindahan memang sangat berarti bagi para perancang bangunan, namun satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu bagaimana merawat bangunan tersebut. Berdasarkan meningkatnya keragaman bentuk dan jenis material tersebut kiranya penting dipikirkan bagaimanakah cara merawatnya sehingga setelah habis umur ekonomis bangunan tersebut pemenuhan spesifikasi masih dapat dicapai (Ervianto, 2007).

Sertifikat Laik Fungsi atau SLF merupakan standar keandalan gedung yang dikeluarkan oleh pemerintah. SLF mulai tahun 2010 akan menjadi dokumen yang wajib dimiliki setiap bangunan gedung, baik yang baru ataupun yang sudah lama berdiri. Ketentuan tentang SLF yang diatur dalam UU No. 28 Tahun 2002 ini, dikeluarkan pemerintah demi memastikan keselamatan pengguna bangunan. Pedoman tentang Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung sendiri, telah diterbitkan sejak 9 Agustus 2007 lalu, melalui Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 25/PRT/M/2007.

Sertifikat akan diberikan oleh tim ahli yang akan segera dibentuk oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN). "Sertifikat Laik Fungsi ini wajib dimiliki oleh pengelola gedung baru. Gedung lama juga wajib memiliki sertifikat pada saat memperbarui izin lima tahunan ke Pemda. Sertifikat ini merupakan puncak dari semua perizinan yang ada di pemerintah pusat dan daerah. Hingga kini, baru 19 pemerintah kabupaten/kota yang sudah memberikan respons mengenai rencana pemberlakuan sertifikat tersebut, sedangkan 16 Pemda lainnya tengah membahas bersama legislatif. Pemda yang lebih siap memberlakukan Sertifikat Laik Fungsi ini terutama daerah perkotaan yang memiliki banyak bangunan bertingkat (LPJK, 2009 )


(25)

commit to user

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Bangunan Gedung

Bangunan Gedung (BG) adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air. BG berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus (Anonim, 2002).

Struktur Bangunan Gedung adalah bagian dari bangunan yang tersusun dari komponen-komponen yang dapat bekerja sama secara satu kesatuan. Struktur Bangunan Gedung harus mampu berfungsi menjamin kekakuan, stabilitas, keselamatan dan kenyamanan bangunan gedung terhadap segala macam beban. Struktur harus dapat menahan beban terencana maupun beban tak terduga. Struktur juga harus mampu menahan bahaya lain dari kondisi sekitarnya seperti tanah longsor, intrusi air laut, gempa, angin kencang, tsunami, dan sebagainya (Anonim, 2007a).

Persyaratan Keandalan Bangunan Gedung meliputi persyaratan; Keselamatan, Kesehatan, Kenyamanan dan Kemudahan. Dalam rangka memenuhi kriteria dalam kaidah keandalan gedung maka pemerintah menerbitkan peraturan mengenai Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung atau SLF. SLF Bangunan Gedung adalah sertifikat yang diterbitkan oleh pemerintah daerah. Untuk bangunan gedung fungsi khusus SLF Gedung diterbitkan oleh Pemerintah pusat. SLF Gedung berfungsi untuk menyatakan kelaikan fungsi suatu bangunan gedung baik secara administratif maupun teknis, sebelum pemanfaatannya. SLF Bangunan Gedung dimaksudkan untuk menjadi acuan bagi pemerintah daerah, khususnya instansi teknis pembina penyelenggaraan bangunan gedung dalam menetapkan kebijakan operasional Bangunan Gedung (Anonim, 2007b).

2.2.2. Perencanaan Pemanfaatan Bangunan Gedung

Proses hidup bangunan tidak berhenti saat pemakaian bangunan saja, tetapi proses pembangunan-pemanfaatan-dan pembongkaran merupakan suatu kesatuan yang perlu direncanakan dari mulai proses desain. Kriteria-kriteria syarat teknis maupun administratif harus dipenuhi sebuah gedung baik sebelum maupun setelah


(26)

pemanfaatanya. Kriteria teknis administrative gedung berupa; IMB, SLF-1, SLF-n, PF/PBB, RTB, PB, KT, KI. SLF atau Sertifikat Laik Fungsi Gedung merupakan suatu tolak ukur dalam penentuan kelaikan gedung sehingga tidak membahayakan penghuni/pengguna dari gedung. SLF tersebut perlu dikaji secara berkala guna menjamin keandalan gedung.

Daur hidup bangunan merupakan suatu siklus hidup bangunan yang dimulai dari proses prakonstruksi, proses konstruksi, hingga pasca konstruksi. Proses Pra Konstruksi terdiri dari; Pengumpulan data, Analisa, Rancangan Skematik, Konsep Rancangan, Gambar Prarencana, Pengembangan Rancangan dan Gambar Kerja, Dokumen Konstruksi, Persiapan Pelelangan. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses Pra Konstruksi tersebut meliputi; Perencanaan Ruang Mekanikal dan Elektrikal, Aksesibilitas, Orientasi Bangunan, Pemilihan Bahan, Analisa Resapan Air, Analisa Dampak Lalu Lintas, Pemilihan Perlengkapan/ Peralatan Bangunan, Pengkondisian Udara, Pengolahan Limbah & Air, Instalasi Listrik & Air, Analisa Dampak Lingkungan.

Proses Konstruksi terdiri dari; Perhitungan volume dan biaya pekerjaan, Analisa waktu pekerjaan, Analisa kebutuhan tenaga kerja dan peralatan, Mengajukan penawaran biaya pelaksanaan kegiatan, Pelaksanaan pekerjaan konstruksi, Melakukan pemeliharaan konstruksi sampai masa serah terima kedua. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses Konstruksi meliputi; Mutu,waktu dan biaya, Keselamatan Kerja, As Built Drawing, Technical Audit, Konsep Manual Pemeliharaan.

Proses Pasca Konstruksi terdiri dari; Melakukan pendataan, Perencanaan dan penjadwalan perawatan dan pemeliharaan, pelaksanaan pekerjaan perawatan dan pemeliharaan , Membuat laporanperawatan pemeliharaan dan pengoperasian bangunan gedung. Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses Pasca Konstruksi meliputi; Manual pemeliharaan, Pembersihan berkala, Pemeriksaan berkala, Pemeliharaan berkala, Perawatan berkala, Penggantian suku cadang, Perbaikan, Renovasi, Latihan penanggulangan bahaya, Latihan evakuasi, Pelaporan, Peningkatan mutu SDM.


(27)

commit to user

Konsep pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung meliputi; Aktivitas pengelolaan yang terdiri dari pengelolaan harta benda dan pengelolaan lainya. Sedangkan pengelolaan harta benda terdiri dari pengelolaan pemeliharaan/perawatan dan pengelolaan properti. Skema Perawatan dan Pemeliharaan Gedung ditunjukkan dalam Gambar 2.1.

PERAWATAN DAN PEMELIHARAAN

PENCEGAHAN (preventive)

PERBAIKAN (corrective)

LANGSUNG TAK LANGSUNG PENINGKATAN DARURAT

Gambar.2.1. Skema Perawatan dan Pemeliharaan Gedung (Juwana,2009)

Dalam skema tersebut digambarkan bahwa dalam perawatan dan pemeliharaan bangunan terdiri dari dua tindakan, yaitu tindakan pencegahan dan tindakan perbaikan. Dalam tindak pencegahan dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Dalam tindak perbaikan dilakukan dalam rangka peningkatan kualitas maupun tindakan darurat yang bersifat sementara.

Tujuan dari pengoperasian dan pemeliharaan gedung merupakan tujuan bersama dari pemilik gedung dan pengguna gedung maupun pihak terkait. Pihak terkait merupakan pihak yang bertanggungjawab terhadap kelaikan gedung yang menjamin keselamatan pengguna,dalam hal ini Pemda (regulator). Tujuan Pengoperasian dan Pemeliharaan Gedung ditunjukkan dalam Gambar 2.2.


(28)

Gambar.2.2. Tujuan Pengoperasian dan Pemeliharaan Gedung (Juwana,2009)

Dalam pengoperasian dan pemeliharaan gedung diharapkan tujuan bersama dari pemilik gedung dan pengguna gedung maupun pihak terkait (Pemda sebagai regulator), bisa terakomodir secara keseluruhan.

2.2.3. Sistem Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung

Dalam sistem pemeliharaan dan perawatan bangunan gedung sesuai dengan pelatihan SLF tahun 2009 yang diselenggarakan oleh Himpunan Ahli Perawatan Bangunan Indonesia,meliputi;

1. Komponen Arsitektural

Komponen Arsitektural terdiri dari Komponen Eksterior Bangunan dan Komponen Interior Bangunan.

a) Komponen Eksterior meliputi; Dinding luar, Pintu dan jendela luar, Penutup atap, Listplank dan talang. Kerusakan yang sering dijumpai pada bangunan diantaranya; Atap bocor, Dinding retak, Dinding berlumut/berjamur, Pintu jendela rusak/lapuk, Listplank lapuk, Talang tersumbat/bocor, Cat memudar.

KEINGINAN PEMILIK GEDUNG

IMAGE

•ASET TERPELIHARA

R.O.I

•BIAYA EKONOMIS

KEINGINAN PEMAKAI GEDUNG

KEINGINAN PEMDA TUNTUTAN

FASILITAS GEDUNG

GOOD OPERATED& MAINTAINED

SPAREPART & MATERIAL STANDARD

• AMAN

AVAILABILITY

• NYAMAN

PRESTIGE

• AMAN

AVAILABILITY PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN GEDUNG


(29)

commit to user

b) Komponen Interior meliputi; Dinding & partisi, Penutup lantai, Langit-langit, Penutup dinding, Peralatan sanitair, Elemen dekorasi. Kerusakan yang sering dijumpai pada bangunan diantaranya; Dinding retak, Cat memudar, Lantai rusak, Langit-langt rusak, Peralatan sanitair berkapur/berkarat, Peralatan tidak berfungsi.

2. Komponen Struktural

Komponen Struktural meliputi; Kolom dan Dinding geser, Balok dan plat lantai, Rangka atap/plat atap. Hal-hal buruk yang mempengaruhi komponen struktural meliputi; Pelaksanaan yang keliru, Pelaksanaan tidak sesuai dengan spesifikasi teknis, Pelaksanaan tidak sesuai dengan prosedur baku, Pengaruh bencana alam ataupun kebakaran.

Kerusakan yang sering dijumpai di lapangan diantaranya adalah; Penurunan pondasi, Pondasi miring, Kerusakan pondasi akibat akar pohon, Kerusakan pondasi akibat penurunan yang tidak sama (diferensial setlement), Kerusakan beton akibat cetakan bergeser, Kerusakan beton akibat korosi, Kerusakan kayu akibat kembang susut maupun makhluk hidup( rayap dan jamur),(Juwana, 2009).

3. Komponen Mekanikal, Elektrikal dan Utilitas

Fungsi perawatan adalah untuk; Menjaga unjuk kerja sistem, mesin dan peralatan sesuai dengan spesifikasi yang ada, Memperpanjang umur kegunaan, Menjamin keselamatan pengguna, Menghemat biaya. Aktifitas perawatan meliputi; Pemeriksaan, Perbaikan dan Overhaul yang ketiga hal tersebut merupakan riwayat pemeliharaan.

Tipe pemeliharaan terdiri dari; Pemeliharaan breakdown, Pemeliharaan preventive, Pemeliharaan corrective, Pemeliharaan predictive. Dalam pemeliharaan breakdown perbaikan tidak dilakukan sampai sebuah mesin/peralatan gagal untuk berfungsi. Pemeliharaan preventive merupakan program pemeliharaan yang dilakukan untuk mengurangi atau mencegah terjadinya kerusakan. Dalam pemeliharaan corrective perawatan yang dilakukan untuk mengoreksi masalah yang ada. Pemeliharaan predictive merupakan pencegahan kegagalan peralatan, sistem, melalui pemantauan kondisi peralatan menggunakan data-data sinyal getaran, infra merah, ultra


(30)

sound, oli pelumas, sehingga dapat ditemtukan kebutuhan perawatan

paralatan.

Komponen dalam Perawatan Mekanikal, Elektrikal dan Utilitas gedung meliputi;

a) Perawatan sistem penyediaan air bersih b) Perawatan sistem pembuangan air kotor c) Perawatan instalasi listrik

d) Perawatan lift

e) Sistem pemadam kebakaran f) Perawatan AC

(Didik Djoko Susilo, 2009) 4. Komponen Ruang Luar

Komponen tata ruang luar meliputi; Jalan setapak/jalan lingkungan, Areal parkir, Pertamanan, Pintu gerbang & pagar, Selokan/drainase, Penerangan luar.

Kerusakan yang sering ditemui pada jalan setapak/jalan lingkungan dan Arel parkir diantaranya; Permukaan retak, Permukaan bergelombang atau tidak rata, Permukaan ambelas, Permukaan mencuat, Lapisan luar terkikis, Rambu-rambu rusak/hilang. Elemen dalam pertamanan meliputi;

Softscape, Hardscape, Landscape, dan Furniture. Hal-hal yang sering

dijumpai adalah; rumput tidak terawat, pohon layu dan tidak subur, taman penuh kotoran atau sampah, permukaan plaza amblas, permukaan plaza mencuat, lapisan luar terkikis, tempat sampah dan tempat duduk rusak, penunjuk arah rusak.

5. Komponen Aksesibilitas

Meliputi jalan masuk, jalan keluar, hubungan hirizontal antar ruang, hubungan vertikal dalam bangunan gedung dan sarana transportasi vertikal, serta penyediaan akses evakuasi bagi pengguna bangunan gedung, termasuk kemudahan mencari, menemukan, dan menggunakan alat pertolongan dalam keadaan darurat bagi penghunu dan terutama bagi penyandang cacat, lanjut usia, dan wanita hamil, terutama untuk bangunan gedung pelayanan umum.


(31)

commit to user

6. Sistem Manajemen Tata Graha

Manajemen Tata Graha disebut juga House Keeping merupakan suatu manajemen perawatan rumah atau gedung yang bertujuan untuk menjaga kebersihan, keindahan, kesehatan, ketertiban dan keamanan.

Lingkup pekerjaan dalam manajemen tata Graha meliputi; pemeliharaan eksterior bangunan, Interior bangunan, Perabot dan sanitair, serta pengendalian hama pengganggu.

Lingkup pelayanan pekerjaan kebersihan dalam sistem manajemen tata Graha sesuai dengan pelatihan SLF tahun 2009, yang disampaikan oleh Ketua Badan Sertifikasi Keahlian Himpunan Ahli Perawatan Bangunan Indonesia meliputi; Pekerjaan rutin, Pekerjaan pembersihan khusus, Pembersihan umum, Pembersihan harian, Pembersihan segera, Pembersihan berkala/periodik.

Daftar simak ( “Cheklist”) Perawatan Bangunan, meliputi; Kualitas udara dalam gedung, Pengendalian debu, Pembersihan lantai, Saluran pembuangan air, Kelembaban, kebocoran dan limpasan, Kemungkinan kebakaran dan ledakan, Pencegahan hama (Harahap, 2009).

2.2.4. Persyaratan Bangunan Gedung

Dalam penyelenggaraan bangunan gedung diperlukan pedoman teknis dan standar teknis. Pedoman teknis adalah acuan teknis yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Pemerintah ini dalam bentuk ketentuan teknis penyelenggaraan bangunan gedung Standar teknis adalah standar yang dibakukan sebagai standar tata cara, standar spesifikasi, dan standar metode uji baik berupa Standar Nasional Indonesia maupun standar internasional yang diberlakukan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.

2.2.4.1. Persyaratan Administratif

Setiap bangunan gedung harus memenuhi persyaratan administratif yang meliputi:

1. Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah,


(32)

3. Izin mendirikan bangunan gedung 2.2.4.2. Persyaratan Teknis

Persyaratan teknis bangunan gedung meliputi persyaratan tata bangunan dan persyaratan keandalan bangunan gedung (UU RI NO. 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung):

1. Persyaratan tata bangunan meliputi persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung, arsitektur bangunan gedung, dan persyaratan pengendalian dampak lingkungan, meliputi;

a) Persyaratan peruntukan dan intensitas bangunan gedung meliputi persyaratan keruntukan lokasi, kepadatan, ketinggian, dan jarak bebas bangunan gedung yang ditetapkan untuk lokasi yang bersangkutan. Yang meliputi Koefisien Dasar Bangunan (KDB), Koefisien Lantai Bangunan (KLB), dan Ketinggian Bangunan Gedung (KDH).

b) Persyaratan arsitektur bangunan gedung meliputi persyaratan penampilan bangunan gedung, tata ruang dalam, keseimbangan, keserasian, dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya, serta pertimbangan adanya keseimbangan antara nilai-nilai sosial budaya setempat terhadap penerapan berbagai perkembangan arsitektur dan rekayasa.

c) Penerapan persyaratan pengendalian dampak lingkungan hanya berlaku bagi bangunan gedung yang dapat menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

2. Persyaratan keandalan bangunan gedung adalah kondisi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan yang memenuhi persyaratan teknis oleh kinerja bangunan gedung yang meliputi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan:

a) Persyaratan keselamatan bangunan gedung meliputi persyaratan kemampuan bangunan gedung untuk mendukung beban muatan, serta kemampuan bangunan gedung dalam mencegah dan menanggulangi bahaya kebakaran dan bahaya petir

b) Persyaratan kesehatan bangunan gedung sebagaimana meliputi persyaratan sistem penghawaan, pencahayaan, sanitasi, dan penggunaan bahan bangunan gedung.


(33)

commit to user

c) Persyaratan kenyamanan bangunan gedung meliputi kenyamanan ruang gerak dan hubungan antar ruang, kondisi udara dalam ruang, pandangan, serta tingkat getaran dan tingkat kebisingan.

d) Persyaratan kemudahan sebagaimana meliputi kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, serta kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung, kemudahan hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung meliputi tersedianya fasilitas dan aksesibilitas yang mudah, aman, dan nyaman termasuk bagi penyandang cacat dan lanjut usia, kelengkapan prasarana dan sarana pada bangunan gedung untuk kepentingan umum meliputi penyediaan fasilitas yang cukup untuk ruang ibadah, ruang ganti, ruangan bayi, toilet, tempat parkir, tempat sampah, serta fasilitas komunikasi dan informasi.

2.2.5. Laik fungsi Gedung

2.2.5.1. Pengertian Laik Fungsi Gedung

Yang dimaksud laik fungsi, yaitu berfungsinya seluruh atau sebagian dari bangunan gedung yang dapat menjamin dipenuhinya persyaratan teknis dan administrative gedung. Persyaratan laik fungsi meliputi persyaratan tata bangunan, persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan.

Suatu bangunan gedung dinyatakan laik fungsi apabila telah dilakukan pengkajian teknis terhadap pemenuhan seluruh persyaratan teknis bangunan gedung, Pemerintah Daerah mengesahkannya dalam bentuk Sertifikat Laik Fungsi bangunan gedung.

Bangunan gedung yang dinyatakan tidak laik fungsi tetapi masih dapat diperbaiki maka pemilik dan/atau pengguna diberikan kesempatan untuk memperbaikinya sampai dengan dinyatakan laik fungsi. Jika pemilik tidak mampu memperbaiki maka dilakukan tindakan penaggulangan. Untuk rumah tinggal apabila tidak laik fungsi dan tidak dapat diperbaiki serta membahayakan keselamatan penghuni atau lingkungan maka bangunan tersebut harus dikosongkan. Apabila bangunan tersebut membahayakan kepentingan umum, pelaksanaan pembongkarannya dapat dilakukan oleh Pemerintah Daerah.


(34)

2.2.5.2. Persyaratan Sertifikasi Laik Fungsi Bangunan Gedung

Sertifikat Laik Fungsi bangunan gedung yang diberikan oleh pemerintah daerah, oleh Pemerintah dan pemerintah provinsi untuk bangunan gedung fungsi khusus, kepada pemilik/pengguna bangunan gedung meliputi:

1. Penerbitan SLF untuk pertama kali. 2. Perpanjangan SLF selanjutnya.

SLF bangunan gedung diberikan untuk bangunan gedung yang telah selesai dibangun dan telah memenuhi persyaratan kelaikan fungsi bangunan gedung sebagai syarat untuk dapat dimanfaatkan. Persyaratan penertiban SLF Bangunan Gedung meliputi:

1. Pemenuhan persyaratan administratif

a) Pemeriksaan pada proses penerbitan SLF bangunan gedung. b) Pemeriksaan pada proses perpanjangan SLF bangunan gedung. 2. Pemenuhan persyaratan teknis

a) Pemeriksaan dan pengujian pada proses penerbitan SLF bangunan gedung untuk menilai pemenuhan persyaratan teknis meliputi:

1) Kesesuaian data aktual (terakhir) dengan data dalam dokumen pelaksanaan konstruksi bangunan gedung termasuk as built drawings, pedoman pengoperasian dan pemeliharaan/perawatan bangunan gedung, peralatan serta perlengkapan mekanikal dan elektrikal bangunan gedung (manual), dan dokumen ikatan kerja.

2) Pengujian/test di lapangan (on site) dan/atau di laboratorium untuk kriteria keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, pada struktur, peralatan, dan perlengkapan bangunan gedung, serta prasarana bangunan gedung pada komponen konstruksi atau peralatan yang memerlukan data teknis yang akurat

3) Pengujian/test dilakukan sesuai dengan pedoman teknis dan tata cara pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung.

b) Pemeriksaan dan pengujian pada proses perpanjangan SLF bangunan gedung untuk menilai pemenuhan persyaratan teknis.


(35)

commit to user

Penilaian dalam Laik Fungsi Gedung dibuat dalam suatu Form yang dikeluarkan oleh Kementrian Pekerjaan Umum. Sedangkan masa berlaku SLF pada bangunan gedung seperti tersebut di atas adalah:

1. Masa berlaku SLF untuk bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal sederhana dan rumah deret sederhana tidak dibatasi (tidak ada ketentuan untuk perpanjangan SLF).

2. Masa berlaku SLF bangunan gedung untuk bangunan gedung hunian rumah tinggal tunggal, dan rumah deret sampai dengan 2 (dua) lantai ditetapkan dalam jangka waktu 20 (dua puluh) tahun.

3. Masa berlaku SLF bangunan gedung untuk bangunan gedung hunian rumah tinggal tidak sederhana, bangunan gedung lainnya pada umumnya, dan bangunan gedung tertentu ditetapkan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. 2.2.6. Rumah Susun Sewa

Undang-Undang No.16 tahun 1985 tentang Rumah Susun atau Rusun menyebutkan bahwa Rumah Susun adalah: bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masing-masing dapat dimiliki dan digunakan secara terpisah, terutama untuk tempat hunian, yang dilengkapi dengan bagian Bersama, benda bersama, dan tanah bersama.

Rusun sebagai salah satu solusi pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak bagi masyarakat berpenghasilan menengah-bawah. Memerlukan standar perencanaan Rusun sebagai dasar pembangunannya. Standar perencanaan Rusun ini diperlukan agar harga jual/sewa Rusun dapat terjangkau oleh kelompok sasaran yang dituju, tanpa mengurangi asas kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan, keserasian Rusun dengan tata bangunan dan lingkungan kota.


(36)

2.2.6.1. Standar perencanaan Rusun di kawasan perkotaan.

Standar perencanaan Rusun di kawasan perkotaan adalah sebagai berikut: 1) Kepadatan Bangunan

Dalam mengatur kepadatan (intensitas) bangunan diperlukan perbandingan yang tepat meliputi luas lahan peruntukan, kepadatan bangunan, Koefisien Dasar Bangunan (KDB) dan Koefisien Lantai Bangunan (KLB).

a. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) adalah perbandingan antara luas dasar bangunan dengan luas lahan/persil, tidak melebihi dari 0.4;

b. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) adalah perbandingan antara luas lantai bangunan dengan luas tanah, tidak kurang dari 1,5;

c. Koefisien Bagian Bersama (KB) adalah perbandingan Bagian Bersama dengan dengan luas bangunan, tidak kurang dari 0,2.

2) Lokasi

Rusun dibangun di lokasi yang sesuai rencana tata ruang, rencana tata bangunan dan lingkungan, terjangkau layanan transportasi umum, serta dengan mempertimbangkan keserasian dengan lingkungan sekitarnya.

3) Tata Letak

Tata letak Rusun harus mempertimbangkan keterpaduan bangunan, lingkungan, kawasan dan ruang, serta dengan memperhatikan faktor-faktor kemanfaatan, keselamatan, keseimbangan dan keserasian.

4) Jarak Antar Bangunan dan Ketinggian

Jarak antar bangunan dan ketinggian ditentukan berdasarkan persyaratan terhadap bahaya kebakaran, pencahayaan dan pertukaran udara secara alami, kenyamanan, serta kepadatan bangunan sesuai tata ruang kota.

5) Jenis Fungsi Rumah Susun

Jenis fungsi peruntukkan Rusun adalah untuk hunian dan dimungkinkan dalam satu Rusun/ kawasan Rusun memiliki jenis kombinasi fungsi hunian dan fungsi usaha.

6) Jenis Fungsi Rumah Susun

Luasan Satuan Rumah Susun Luas sarusun minimum 21 m2, dengan fungsi utama sebagai ruang tidur/ruang serbaguna dan dilengkapi dengan kamar mandi dan dapur.


(37)

commit to user

7) Kelengkapan Rumah Susun

Rusun harus dilengkapi prasarana, sarana dan utilitas yang menunjang kesejahteraan, kelancaran dan kemudahan penghuni dalam menjalankan kegiatan sehari-hari.

8) Transportasi Vertikal

a) Rusun bertingkat rendah dengan jumlah lantai maksimum 6 lantai, menggunakan tangga sebagai transportasi vertikal;

b) Rusun bertingkat tinggi dengan jumlah lantai lebih dari 6 lantai, menggunakan lift sebagai transportasi vertikal. 2.2.7.2. Pengelola Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa)

Dalam Peraturan Pemerintah No.4 tahun 1988 tentang rumah susun disebutkan mengenai dibentuknya organisasi Unit Pengelola Teknis (UPT) dalam pengelolaan rumah susun.

Secara umum organisasi UPT dibedakan dalam dua model, yaitu;

1) Model Swakelola, yaitu pengelola operasional merupakan bagian dari organisasi pemilik atau yang mewakili pemilik rusunawa, yaitu UPT atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN/ BUMD) atau perhimpunan penghuni/pemilik rusunawa atau perusahaan swasta pengembang rusunawa. 2) Model kerjasama operasional yaitu pengelolaan operasional merupakan pihak

ketiga, terdiri dari konsultan properti, koperasi dan perhimpunan penghuni, yang bermitra dengan pemilik/yang mewakili pemilik/pemegang hak pengelolaan aset rusunawa untuk melaksanakan tugas pengelolaan operasional rusunawa dalam jangka waktu yang ditentukan dan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Stuktur organisasi unit pengelola dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan organisasi dan lingkup pengelolaannya atau setidak-tidaknya mempunyai bidang-bidang yang mengelola administrasi dan keuangan, teknis serta persewaan, pemasaran dan pembinaan penghuni yang masing-masing dipimpin oleh seorang asisten manajer.


(38)

2.2.6. Penelitian diskriptif

Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya (Best,1982:119). Penelitian ini juga sering disebut noneksperimen, karena pada penelitian ini penelitian tidak melakukan kontrol dan manipulasi variabel penelitian. Dengan metode deskriptif, penelitian memungkinkan untuk melakukan hubungan antar variabel, menguji hipotesis, mengembangkan generalisasi, dan mengembangkan teori yang memiliki validitas universal (west, 1982). Di samping itu, penelitian deskriptif juga merupakan penelitian, dimana pengumpulan data untuk mengetes pertanyaan penelitian atau hipotesis yang berkaitan dengan keadan dan kejadian sekarang. (Hartoto,2009).

Penelitian dengan metode deskriptif mempunyai langkah penting seperti berikut:

1. Mengidentifikasi adanya permasalahan yang signifikan untuk dipecahkan melalui metode deskriptif.

2. Membatasi dan merumuskan permasalahan secara jelas. 3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian.

4. Melakukan studi pustaka yang berkaitan dengan permasalahan.

5. Menentukan kerangka berpikir, dan pertanyaan penelitian atau hipotesis. 6. Mendesain metode penelitian yang hendak digunakan diantaranya;

menentukan populasi, sampel, teknik sampling, menentukan instrumen, mengumpulkan data, dan menganalisis data.

7. Mengumpulkan, mengorganisasikan, dan menganalisis data dengan menggunakan teknik statistika yang relevan.

8. Membuat laporan penelitian

Dari aspek bagaimana proses pengumpulan data dilakukan, macam-macam penelitian deskrptif minimal dapat dbedakan menjadi tiga macam, yaitu self-report, studi perkembangan, studi lanjutan, (follow-up study), dan studi sosiometrik.

1. Self-Report research

Dalam penelitian self-report ini penelitian dianjurkan menggunakan teknik observasi secara langsung, yaitu individu yang diteliti dikunjungi dan dilihat kegiatanya dalam situasi yang alami. Tujuan obsevasi langsung adalah


(39)

commit to user

untuk mendapatkan informasi yang sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Dalam penelitian self-report, peneliti juga dianjurkan menggunakan alat bantu lain untuk memperoleh data, termasuk misalnya dengan menggunakan perlengkapan seperti catatan, kamera, dan rekaman. Alat-alat tersebut digunakan terutama untuk memaksimalkan ketika peneliti harus menjaring data dari lapangan.

2. Studi Perkembangan (Developmental Study)

Studi perkembangan biasanya di lakukan dalam periode longitudinal dengan waktu tertentu, bertujuan guna menemukan perkembangan demensi yang terjadi pada seorang respoden. Demensi yang sering menjadi perhatian peneliti ini, misalnya: intelektual, fisik, emosi, reaksi terhadapan tertentu, dan perkembangan sosoial anak. Studi perkembangan ini biasa dilakukan baik secara cross-sectional atau logiotudinal.

3. Studi Kelanjutan (Follow-up study)

Study kelanjutan dilakukan oleh peneliti untuk menentukan status responden setelah beberapa periode waktu tertentu memproleh perlakuan. Studi kelanjutan ini di lakukan untuk melakukan evaluasi internal maupun evaluasi eksteral, setelah subjek atau responden menerima suatu program.

Jenis penelitian yang menunjang analisis mengenai Sistem Pemeliharaan Gedung Ditinjau Dari Keandalan Bangunan Gedung ( Studi Kasus : Rusunawa Cilacap) adalah penelitian diskriptif. Sedangkan menurut proses pengumpulan data maka penelitian mengenai Sistem Keandalan bangunan Gedung merupakan

Follow-up study dari SLF Gedung yang sudah ada. Penerapan Sistem yang telah dibuat pada

obyek studi kasus Bangunan Gedung di Kompleks Rusunawa Cilacap memerlukan teknik observasi secara langsung sehingga termasuk dalam Self-Report research.


(40)

commit to user

3.1

Cila satu tahu dan stud men Apl kea

1. Obyek P

Obyek acap yang b u perwujuda un 2005. Da n spesifikasi

di kasus sud Pengam ngetahui ap likasi Siste andalan Rusu Lokasi d Gamb

MET

Penelitian

yang menj berada di pro

an program alam program

yang tipika dah cukup me mbilan Rusun akah Sistem m pada O unawa serta dari obyek p

bar 3.1. Peta

B

TODOLO

adi peneliti ovinsi Jawa m 1000 tow

m tersebut s al. Dengan m

emberi gamb nawa Cilaca m Pemelihar Obyek penel Sistem Pem penelitian dit Provinsi Jaw

BAB III

OGI PEN

ian adalah Tengah. Ru wer yang dic

eluruh Rusu mengambil R baran teknis ap sebagai O raan Gedung

litian dihara meliharaan ya

tunjukkan da

wa Tangah (

NELITIA

Kompleks usunawa Cil canangkan o unawa direnc Rusunawa C Rusunawa p Obyek Studi g Rusunawa apkan dapa ang sesuai. alam gambar (www. googl

AN

Rusunawa lacap merup oleh pemerin canakan den Cilacap seba pada umumn i juga bertuj a dapat di a at memberi

r 3.1. dan 3.2

le map. Com

22 Kabupaten pakan salah ntah mulai ngan desain agai Obyek nya. juan untuk aplikasikan. informasi 2. m) u


(41)

commit to user

PETA KABUPATEN CILACAP

LOKASI RUSUNAWA CILACAP

400FT 200M

Ket : Key map, Unscale


(42)

3.2. Langkah Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian dengan metode Analisis Diskriptif Kuantitatif dengan mengolah data deskriptif dan data kuantitatif. Data deskriptif berupa; dokumen pendukung, catatan lapangan, foto serta wawancara. Data kuantitatif berupa; hitungan, angka ukuran, pencatatan yg dikuantifikasikan.

Secara garis besar langkah-langkah yang ditempuh dalam melakukan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menentukan tema : Sistem Pemeliharaan Gedung ditinjau dari Keandalan Bangunan Gedung, dengan studi kasus Bangunan Gedung pada Kompleks Rusunawa Cilacap. Komponen yang digunakan sebagai acuan keandalan Bangunan Gedung diambil berdasar PP 36 tahun 2005 tentang SLF Gedung. Membuat Latar belakang, Rumusan masalah, Tujuan penelitian, Manfaat penelitian, Lingkup pembahasan. Latar belakang didasarkan pada fakta-fakta di lapangan, Undang-Undang maupun Peraturan Pemerintah.

2. Melakukan Kajian Pustaka yang mendukung kajian mengenai: “Sistem Pemeliharaan Gedung ditinjau dari keandalan bangunan, dengan studi kasus Bangunan Gedung Rusunawa”.

3. Mengumpulkan data-data fisik dan non fisik berkaitan dengan topik, berupa; A. Data primer

1) Mendapat Data Teknis dengan mengamati langsung ke lapangan (survey lapangan) untuk mendapatkan data fisik kondisi existing Gedung Rusunawa Cilacap. Pengambilan data dilakukan dengan teknik pencatatan, dokumentasi foto, dan pengukuran. Pengukuran dilakukan dengan alat bantu meteran untuk menghitung luasan.

2) Melakukan Wawancara dengan pihak-pihak terkait. Pihak terkait terdiri dari Decision Makers , pada Dinas Teknis Bangunan Gedung. Wawancara bertujuan untuk verifikasi Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa terkait dengan Keandalan Bangunan sesuai SLF (Lampiran E).


(43)

commit to user

B. Data sekunder.

1) Data-data dari penelitian terdahulu

2) Form SLF, sesuai dengan UU Bangunan Gedung No.20 th 2002 dan PP.36 Tahun 2005 yang bersumber dari Kementrian Pekerjaan Umum (Lampiran A).

3) Rencana Anggaran Biaya Rusunawa Cilacap dan Shop Drawing Rusunawa Cilacap.

4) Standar Nasional Indonesia (SNI) serta Regulasi-regulasi yang berkaitan dengan SLF dan Sistem Pendukung Keandalan Bangunan Gedung. 5) Data-data atau informasi lain mengenai Sistem Pemeliharaan Gedung

yang bisa didapatkan dari buku maupun website.  4. Melakukan Analisis data;

A. Menganalisis sub komponen di dalam SLF Gedung yang sesuai dengan sub komponen yang terdapat di dalam Gedung Rusunawa. Analisis dilakukan dengan langkah :

1) Membandingkan sub komponen yang terdapat pada SLF Gedung dengan sub komponen yang terdapat pada Bangunan Gedung Rusunawa. Sub komponen-sub komponen yang dianalisis merupakan penyusun komponen utama gedung. Lima komponen utama gedung meliputi komponen Arsitektural, Struktural, Utilitas, Aksesibilitas serta Tata Ruang dan Bangunan. Perbandingan dilakukan dengan mengisi Tabel Analisis Kesesuaian Komponen Gedung Rusunawa dengan Komponen SLF Gedung (Lampiran LD-1).

2) Jika antara sub komponen dalam kelompok komponen SLF Gedung dengan sub komponen dalam Bangunan Gedung Rusunawa sudah sesuai maka tidak perlu dilakukan pembobotan ulang. Seluruh sub komponen dalam kelompok komponen SLF Gedung beserta bobot nilai dapat langsung digunakan pada Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa.

3) Jika terdapat perbedaan komponen maka akan dilakukan pembobotan ulang. Pembobotan ulang sub komponen yang berpengaruh dilakukan dengan mendistribusikan bobot sub komponen yang berkurang secara proporsional dengan system persamaan linier.


(44)

4) Dibuat Tabel Sistem Pemeliharaan Gedung ditinjau dari keandalan bangunan sesuai dengan komponen dalam SLF . Tabel digunakan sebagai acuan tindakan Sistem Pemeliharaan Bangunan Gedung Rusunawa (Lampiran LD-2).

5) Mengevaluasi Form SLF Gedung.

B. Membuat Sistem Pemeliharaan dan Perbaikan Gedung Rusunawa. Sistem dibaut dengan langkah sebagai berikut :

1) Dibuat Tabel Sistem Pemeliharaan dan Perbaikan Gedung, dengan acuan studi pustaka mengenai Sistem Pemeliharaan dan Perbaikan Bangunan Gedung Rusunawa ditinjau dari Keandalan Bangunan.

2) Melakukan Wawancara dengan Stake Holder, Ahli dan Praktisi Perawatan Bangunan Gedung sebagai verifikasi mengenai Sistem yang telah dibuat (Lampiran E).

C. Membuat Program yang membantu Penilaian serta memberikan Sistem Pemeliharaan dan Perbaikan Bangunan Gedung Rusunawa sesuai dengan kondisi Gedung.

D. Mengaplikasikan program yang telah dibuat pada obyek studi kasus: “Bangunan Gedung A dan D pada Kompleks Rusunawa Cilacap” . Dari studi kasus tersebut diharapkan dapat diketahui apakah program yang telah dibuat sudah dapat memberikan Penilaian dan Sistem Pemeliharaan Bangunan Gedung yang sesuai dengan SLF (Lampiran B dan Lampiran C).


(45)

commit to user

3.3. BAGAN ALIR PENELITIAN


(46)

Gambar 3.4. Bagan Alir Penerapan Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa Pada Rusunawa Cilacap.


(47)

commit to user

SKEMA AWAL SISTEM PEMELIHARAAN BANGUNAN (BERDASAR KOMPONEN DALAM SLF

Gambar 3.5. Skema Sistem Pemeliharaan Gedung Ditinjau Dari Keandalan Bangunan Gedung


(48)

commit to user

30

BAB IV

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Fisik Obyek Penelitian.

Kabupaten Cilacap secara topografis berada di pesisir pantai sehingga

sebagian warga Cilacap merupakan nelayan. Kondisi nelayan di kabupaten Cilacap

sebagian besar masih sangat memprihatinkan baik secara sosial maupun ekonomi.

Sebagian besar warga nelayan di kabupaten Cilacap masih sangat kesulitan dalam

memperoleh tempat tinggal yang layak, sehingga menumbuhkan slum area ( daerah

kumuh) yang tidak layak secara keamanan maupun kesehatan. Pada tahun 2005

pemerintah mencanangkan program 1000 tower untuk memenuhi kebutuhan

prasarana rumah tinggal bagi warga kurang mampu, salah satu program tersebut

diperuntukkan bagi para nelayan di Kabupaten Cilacap.

Kompleks Gedung Rumah Susun Sewa Sederhana (Rusunawa) Kabupaten

Cilacap dibangun dengan alokasi dana APBN. Kompleks Gedung Rusunawa tersebut

dibangun dalam 2 tahab. Rusunawa Cilacap Unit I dibangun pada Tahun Anggaran

2006-2007. Rusunawa unit II pada Tahun Anggaran 2007-2008 melalui DIPA Satker

Pelaksanaan Pengembangan Pemukiman Dirjend Cipta Karya Departeman Pekerjaan

Umum. Rusunawa unit I diperuntukkan untuk masyarakat Nelayan sedang unit II

untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

Rusunawa Cilacap unit I terdiri dari 2 gedung yang kemudian diberi nama

Gedung A dan Gedung B, sedangkan Rusunawa unit II juga tediri dari 2 gedung

yaitu Gedung C dan Gedung D. Gedung Rusunawa tersebut merupakan gedung

typikal terdiri dari satu lantai dasar dan 3 lantai bangunan. Lantai dasar Gedung

Rusunawa difungsikan sebagai zona kegiatan publik, kantor pengelola ( lantai dasar

gedung A), parkir dan zona kegiatan ekonomi tambahan (toko ). Masing masing

gedung mempunyai fungsi hunian untuk rumah tinggal sewa dengan jumlah hunian

sebanyak 48 hunian pada masing-masing gedung. Jumlah hunian Rusunawa unit I


(49)

commit to user

ini sudah 100%, sedangkan Rusunawa unit II dengan peruntukan MBR jumlah

hunian 96 hunian dengan tingkat hunian 70 % dengan daftar tunggu sebanyak 35 %.

Gedung Rusunawa Cilacap dikelola oleh Unit pelaksana Teknis (UPT)

Rusunawa. UPT tersebut dibawah Dinas Cipta Karya Kabupaten Cilacap. UPT

bertanggungjawab untuk mengelola Kompleks Gedung Rusunawa Cilacap secara

administrasi dan bisa menangani pemeliharaan teknis ringan pada Gedung tersebut.

a. Photo Eksisting Kompleks gedung Rusunawa Cilacap


(50)

commit to user

Gambar 4.2. Photo Tampak Belakang Kompleks Gedung Rusunawa Cilacap

b. Lokasi Kompleks Gedung Rusunawa Cilacap.

Rusunawa Cilacap berada di Kelurahan Tegalkamulyan Kecamatan Cilacap

Selatan Kabupaten Cilacap. Kompleks Gedung Rusunawa tersebut berbatasan

dengan Jalan Lingkar Selatan di sebelah Timur dan Selatan. Sebelah Utara

berbatasan langsung dengan Sungai Yasa sedangkan sebelah Barat berbatasan

dengan Kantor Perikanan Kelautan Cilacap.

Kompleks Gedung Rusunawa Cilacap terdiri dari empat bangunan utama

yaitu Gedung A, Gedung B, Gedung C dan Gedung D. Dalam kompleks Gedung

Rusunawa selain bangunan utama juga terdapat bangunan penunjang berupa Rumah

Genset sebanyak 2 unit. Rumah Genset tersebut tiap unitnya direncanakan untuk

mengakomodir kebutuhan listrik cadangan untuk dua unit Bangunan Gedung

Rusunawa.


(51)

commit to user

Fungsi ruang dari masing-masing gedung ditunjukkan dalam Tabel 4.1.

sampai dengan Tabel 4.4.

Tabel 4.1. Fungsi Ruang Gedung A

No Fungsi Kegiatan

Jumlah

Luas

(m2)

1

Kantor Pengelola

1

40

2

Hunian

48

960

3

Parkir

1

280

4

Selasar

3

162

5

Tangga

4

80

6

Ruang bersama

6

120

7

Ruang usaha (toko)

-

Total luas

1642

Tabel 4.2. Fungsi Ruang Gedung B

No Fungsi Kegiatan

Jumlah

Luas

(m2)

1

Kantor Pengelola

1

40

2

Hunian

48

960

3

Parkir

1

280

4

Selasar

3

162

5

Tangga

4

80

6

Ruang bersama

6

120

7

Ruang usaha (toko)

-

Total luas

1642

Tabel 4.3. Fungsi Ruang Gedung C

No Fungsi Kegiatan

Jumlah

Luas

(m2)

1

Kantor Pengelola

-

-

2

Hunian

48

960

3

Parkir

1

120

4

Selasar

3

162

5

Tangga

4

80

6

Ruang bersama

6

120

7

Ruang usaha (toko)

8

160


(52)

commit to user

No Fungsi Kegiatan

Jumlah

Luas

(m2)

1

Kantor Pengelola

-

-

2

Hunian

48

960

3

Parkir

1

120

4

Selasar

3

162

5

Tangga

4

80

6

Ruang bersama

6

120

7

Ruang usaha (toko)

8

160

Total luas

1642

e. Data Umum

1)

Nama Bangunan

: Kompleks Gedung Rusunawa Cilacap

2)

Alamat / Lokasi

: Jl. Lingkar Selatan, Kec. Cilacap Selatan,

Kab. Cilacap, Jawa tengah.

3)

Fungsi

: Rumah susun sederhana sewa bagi nelayan

dan buruh/masyarakat berpenghasilan rendah.

4)

Luas Bangunan

: 4buah x 1600 m2= 6400m2.

5)

Jumlah Bangunan

: 4 ( empat ) buah.

6)

Jumlah Lantai

: 4 ( empat ) lantai

7)

Ketinggian masing-masing lantai ;

a.

Tinggi lt.01

: 3.00 m’

b.

Tinggi lt.02

: 3.00 m’

c.

Tinggi lt.03

: 3.00 m’

d.

Tinggi lt.04

: 3.60 m’

8)

Struktur Bangunan ;

Merupakan struktur pracetak dengan sistem pemikul momen rangka kolom

dan balok, dengan spesifikasi sebagai berikut;


(53)

commit to user

c.

Dimensi balok

: 30x40 cm2

d.

Dimensi balok

: 30x50 cm2

e.

Tebal plat lantai

: 14 cm

f.

Dinding

: Batako

g.

Atap

: kuda-kuda beton

h.

Penutup atap

: genting multi roof

9)

Jumlah hunian tiap gedung : 48 hunian.

10)

Jumlah hunian total

: 192 hunian.

11)

Pemilik

: Pemkab Cilacap

12)

Th.Pembangunan

: Tahun 2006-2008

4.2. Analisis Komponen Penilaian Keandalan Gedung Rusunawa.

Komponen Penilaian Keandalan Bangunan Gedung Rusunawa dibuat dengan

mengacu pada Sertifikat Laik Fungsi Gedung (SLF) yang dikeluarkan oleh

Kementrian Pekerjaan Umum (Kementrian PU). Rusunawa memiliki karakteristik

tertentu dengan komponen yang khusus, sehingga perlu dibuat program yang khusus

untuk menilai keandalan bangunan gedung tersebut. Program Penilaian Keandalan

gedung Rusunawa dibuat dengan dasar komponen dari Form SLF, kemudian

masing-masing komponen yang ada dikaji untuk kemudian disesuaikan dengan eksisting

gedung Rusunawa.

Form Penilaian Keandalan Bangunan dalam SLF Gedung memiliki 5

Komponen yang dinilai meliputi; Arsitektur, Struktur Rangka beton dan dinding

pasangan, Utilitas dan proteksi kebakaran, Aksesibilitas, Tata bangunan dan

lingkungan. Kelima Komponen tersebut masing-masing telah memiliki bobot

tertentu sebagai tolak ukur keandalan bangunan gedung seperti yang ditunjukkan

dalam Lampiran LA-2.

Sebagai gedung dengan fungsi khusus maka Gedung Rusunawa memiliki

komponen-komponen tertentu yang sudah ditentukan dalam Daftar Uraian Pekerjaan


(54)

commit to user

tower yang tersebar di seluruh Indonesia. Dartar uraian Pekerjaan tersebut

ditunjukkan dalam Tabel 4.5.

Tabel 4.5. Daftar Uraian Pekerjaan Gedung Rusunawa

no

Jenis Pekerjaan

Sub Pekerjaan

1

Pekerjaan Persiapan, Prasarana

dan Penunjang

2

Pekerjaan Struktur

a)

Pekerjaan pondasi

b)

Pekerjaan lantai dasar

c)

Pekerjaan lantai satu

d)

Pekerjaan lantai dua

e)

Pekerjaan lantai tiga

f)

Pekerjaan ringbalk, enterance dan atap

g)

Pekerjaan rooftank

h)

Pekerjaan konstruksi atap

3

Pekerjaan Arsitektur;

a)

Pekerjaanpasangan dan plesteran

b)

Pekerjaan

penutup

lantai

dan

watterprofing

c)

Pekerjaan kusen, pintu dan jendela

d)

Pekerjaan sanitair


(1)

commit to user

2. Analisis Komponen Struktural (NK 30%).

Hasil dari program SLF Rusunawa menunjukkan bahwa kondisi komponen Struktural Gedung D memiliki nilai keandalan 99,50 %. Tingkat keandalan komponen termasuk ANDAL.

Tindakan yang perlu dilakukan untuk mempertahankan keandalan komponen Struktural Gedung D adalah tindakan pemeliharaan. Sistem Pemeliharaan dan Perbaikan ditunjukkan dalam KODE pemeliharaan komponen pada tiap sub komponen Struktur. Kesimpulan dari program SLF Rusunawa komponen Struktur ditunjukkan dalam Tabel 4.48.

Tabel 4.48. Tabel Hasil Program SLF Rusunawa Gedung D di Kompleks Rusunawa Cilacap Komponen Struktur.

NO Komponen Struktur Komponen

1 Batas keandalan ANDAL(95%>-100%),

KURANG ANDAL(85%> -95%), TIDAK ANDAL (<85%)

2 Nilai Keandalan 99,50 % 3 Tingkat Keandalan ANDAL

4 Rekomendasi Tindakan Pemeliharaan dan Perbaikan ringan

5 KODE Tindakan 2.2.1.a, 2.2.2.a, 2.2.3.b, 2.2.4.a, 2.3.1.a, 2.3.2.a, 2.3.3.a, 2.3.4.a

3. Analisis Komponen Utilitas (NK 50%).

Hasil dari program SLF Rusunawa menunjukkan bahwa kondisi komponen Utilitas Gedung D memiliki nilai keandalan 49,222 %. Kondisi Utilitas gedung dinyatakan TIDAK ANDAL. Ketidak andalan komponen Utilitas disebabkan karena tidak terdapatnya beberapa sub komponen Utilitas. Beberapa sub komponen yang tidak lengkap tersebut antara lain sub komponen pencegahan bahaya kebakaran aktif.

Tindakan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keandalan komponen Utilitas Gedung D di Kompleks Rusunawa Cilacap adalah tindakan perbaikan berat. Sistem Perawatan dan Perbaikan ditunjukkan dalam KODE perbaikan komponen pada tiap sub komponen Utilitas.


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Kesimpulan dari program SLF Rusunawa komponen utilitas ditunjukkan dalam Tabel 4.49.

Tabel 4.49. Tabel Hasil Program SLF Rusunawa Gedung D di Kompleks Rusunawa Cilacap Komponen Utilitas.

NO Komponen Utilitas Komponen

1 Batas keandalan ANDAL(100%),

KURANG ANDAL(85%-99%), TIDAK ANDAL (<85%)

2 Nilai Keandalan 61,15 %

3 Tingkat Keandalan TIDAK ANDAL 4 Rekomendasi Tindakan Perbaikan Berat

5 KODE Tindakan 3.1.c, 3.2.c, 3.3.c, 3.4.c

4. Analisis Komponen Aksesibilitas (NK 5%)

Hasil dari program SLF Rusunawa menunjukkan bahwa kondisi komponen Aksesibilitas Gedung D memiliki nilai keandalan 49,20 %. Kondisi Utilitas gedung dinyatakan TIDAK ANDAL. Ketidak andalan komponen Aksesibilitas disebabkan karena tidak terdapatnya beberapa sub komponen pendukung Aksesibilitas bangunan Gedung. Beberapa sub komponen yang tidak terdapat dalam gedung antara lain difabel guide untuk tuna netra, penyandang cacat fisik, orang tua dan anak-anak. Belum tersedianya toilet khusus difabel sebagai syarat Aksesibilitas.

Tindakan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keandalan komponen Aksesibilitas Gedung D adalah tindakan perbaikan ringan dan tindakan perbaikan berat. Sistem Perawatan dan Perbaikan ditunjukkan dalam KODE perbaikan komponen pada tiap sub komponen Aksesibilitas. Kesimpulan dari program SLF Rusunawa komponen Aksesibilitas ditunjukkan dalam Tabel 4.50.

Tabel 4.50. Tabel Hasil Program SLF Rusunawa Gedung D di Kompleks Rusunawa Cilacap Komponen Aksesibilitas.

NO Komponen Aksesibilitas Komponen

1 Batas keandalan ANDAL(95%>-100%),


(3)

commit to user

IDAK ANDAL (<75%) 2 Nilai Keandalan 49,20 %

3 Tingkat Keandalan TIDAK ANDAL

4 Rekomendasi Tindakan Perbaikan ringan dan Perbaikan Berat 5 KODE Tindakan 4.1.a, 4.2.c, 4.3.b, 4.4.b, 4.5.c, 4.6.c,

5. Analisis Komponen Tata Bangunan dan Lingkungan

Hasil dari program SLF Rusunawa menunjukkan bahwa kondisi komponen Tata Bangunan dan Lingkungan Gedung A memiliki nilai keandalan 100 %. Kondisi Tata Bangunan dan Lingkungan Gedung dinyatakan ANDAL.

Kondisi kesesuaian komponen Tata Bangunan dan Lingkungan lebih terkait dengan langkah pengambilan kebijakan, sehingga untuk gedung dengan tingkat keandalan 100%, tidak perlu dilakukan tindakan. Kesimpulan dari program SLF Rusunawa komponen Tata Bangunan dan Lingkungan ditunjukkan dalam Tabel 4.51.

Tabel 4.51. Tabel Hasil Program SLF Rusunawa Gedung D di Kompleks Rusunawa Cilacap Komponen Tata Bangunan dan Lingkungan.

NO Komponen Tata Bangunan&Lingkungan

Komponen

1 Batas keandalan ANDAL(95%>-100%), KURANG ANDAL(75%> -95%), TIDAK ANDAL (<75%)

2 Nilai Keandalan 100 % 3 Tingkat Keandalan ANDAL 4 Rekomendasi Tindakan Tidak Ada

6. Analisis Keandalan Bangunan Gedung Total

Hasil dari program SLF Rusunawa menunjukkan bahwa kondisi Total Gedung A memiliki nilai keandalan 70,99 % . Kondisi Total gedung dinyatakan TIDAK ANDAL. Tindakan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan keandalan Total Gedung A adalah tindakan Pemeliharaan, Perbaikan Ringan dan tindakan Perbaikan Berat. Sistem Perawatan dan Perbaikan ditunjukkan dalam KODE Pemeliharaan pada tiap sub komponen bangunan. Kesimpulan dari program SLF Rusunawa Total ditunjukkan dalam Tabel 4.52.


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Tabel 4.52. Tabel Hasil Program SLF Rusunawa Gedung D di Kompleks Rusunawa Cilacap Total.

NO Keandalan Total Komponen

1 Batas keandalan ANDAL(95%>-100%),

KURANG ANDAL(75%> -95%), TIDAK ANDAL (<75%)

2 Nilai Keandalan Total : 70,99 %

· Arsitektur (9, 07)

· Struktur (29,85)

· Utilitas (24,61)

· Aksesibilitas (2,46)

· Tata Bangunan&Lingkungan (5) 3 Tingkat Keandalan TIDAK ANDAL

4 Rekomendasi Tindakan Sesuai KODE pada masing-masing komponen dan sub komponen.


(5)

commit to user

158

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan.

1. Telah diperoleh Sistem Penilaian Gedung Rusunawa yang menunjang keandalan bangunan gedung. Sistem dibuat dengan mengevaluasi kriteria SLF Gedung (Arsitektur, Struktur, Utilitas, Aksesibilitas, Tata Ruang dan Bangunan) dengan komponen penyusun Gedung Rusunawa. Berdasar analisis yang telah dilakukan diketahui terdapat perbedaan sub komponen pada kriteria Arsitektur, Struktur dan Utilitas sehingga dilakukan pembobotan ulang.

2. Telah disusun Sistem Pemeliharaan Gedung yang menunjang Sistem Penilaian Keandalan Bangunan Gedung Rusunawa. Sistem Pemeliharaan dan Perbaikan Bangunan Gedung Rusunawa disusun berdasar SNI dan Pedoman tentang Bangunan Gedung.

3. Telah diperoleh Program Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa (SLF Rusunawa) dengan menggunakan aplikasi Microsoft Office Excel 2007. Program yang dibuat merupakan alat bantu yang memudahkan operasional sistem.

4. Hasil aplikasi Program SLF Rusunawa pada obyek studi kasus menunjukkan bahwa program tersebut sudah dapat memberikan penilaian Keandalan dan Sistem Pemeliharaan Gedung Rusunawa.

5. Hasil program SLF Rusunawa pada Gedung A Rusunawa Cilacap menunjukkan bahwa nilai keandalan gedung termasuk kurang andal (76,91). Hal tersebut disebabkan karena kurang andalnya sub komponen pada komponen Arsitektur, Utilitas dan Aksesibilitas. Untuk memenuhi keandalan telah dibuat Kode Tindakan Pemeliharaan dan Perbaikan Gedung pada program (Arsitektur: 1.1.4.b, Utilitas: 3.1.c, 3.2.c, 3.4.c, Aksesibilitas: 4.2.c, 4.3.b, 4.4.b, 4.5.c, 4.6.c) .


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6. Hasil program SLF Rusunawa pada Gedung D Rusunawa Cilacap menunjukkan bahwa nilai keandalan gedung termasuk tidak andal (70,99). Hal tersebut karena tidak andalnya sub komponen pada komponen Arsitektur, Utilitas dan Aksesibilitas. Untuk memenuhi keandalan telah dibuat Kode Tindakan Pemeliharaan dan Perbaikan Gedung dalam program (Arsitektur: 1.1.b, 1.1.2.b, 1.1.3.b, 1.1.4.b, 1.2.2.c, Utilitas: 3.1.c, 3.2.c, 3.3.c, 3.4.c, Aksesibilitas: 4.2.c, 4.3.b, 4.4.b, 4.5.c, 4.6.c).

7. Berdasar evaluasi terhadap SLF Gedung diketahui bahwa SLF Gedung masih memiliki kekurangan dan memerlukan penyempurnaan. Kekurangan tersebut diantaranya terdapat kesalahan nilai keandalan untuk komponen Aksesibilitas Total. Hiperlink file masih perlu penyempurnaan dan belum terdapat standar saran untuk tindakan perawatan dan perbaikan gedung. Pada penilaian keandalan struktur masih subyektif.

5.2.

Saran

Beberapa hal yang belum dilakukan dalam penelitian ini bisa dilanjutkan dalam penelitian berikutnya, diantaranya;

1. Perlu dilakukan evaluasi dan kajian yang lebih mendalam mengenai kriteria penilaian dalam SLF Gedung, khususnya pada Komponen Struktural.

2. Perlu dilakukan chek dan pembaharuan secara periodik mengenai Sistem Pemeliharaan dan Perbaikan Bangunan Gedung Rusunawa berdasar perkembangan Ilmu dan Teknologi.

3. Sistem dapat dikembangkan dengan aplikasi Software lain yang lebih komunikatif dan fleksibel.

4. Sistem penilaian dalam penelitian ini menggunakan pengamatan visual dengan alat bantu sederhana. Untuk lebih mengetahui kondisi gedung secara khusus maka dapat dikembangkan penilaian dengan metode dan peralatan yang lebih spesifik.