Upaya Pencegahan Diare Data Primer Variabel Dependen Kejadian Diare Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Kejadian Diare pada Responden di Kelurahan

2. Gangguan Sirkulasi Pada diare akut, kehilangan cairan dapat terjadi dalam waktu yang singkat. Bila kehilangan cairan ini lebih dari 10 berat badan, pasien akan mengalami syok atau presyok yang disebabkan karena berkurangnya volume darah hipovolemia. 3. Gangguan asam-basa asidosis Hal ini terjadi akibat kehilangan cairan elektrolit bikarbonat dari dalam tubuh. Sebagai kompensasinya tubuh akan bernafas cepat untuk membantu meningkatkan PH arteri. 4. Hipoglikemia kadar gula darah rendah Hipoglikemia sering terjadi pada anak yang sebelumnya mengalami malnutrisi kurang gizi. Hipoglikemia dapat mengakibatkan koma. Penyebab yang pasti belum diketahui, kemungkinan karena cairan ekstraseluler menjadi hipotonik dan air masuk ke dalam cairan intraseluler sehingga terjadi edema otak yang mengakibatkan koma. 5. Gangguan gizi Gangguan ini terjadi karena asupan makanan yang kurang dan output yang berlebihan. Hal ini akan bertambah berat apabila pemberian makanan dihentikan, serta sebelumnya penderita sudah mengalami kekurangan gizi malnutrisi Widoyono, 2008.

2.3.5. Upaya Pencegahan Diare

Penyakit diare dapat dicegah melalui promosi kesehatan, antara lain: 1. Menggunakan air bersih Tanda-tanda air bersih adalah “3 Tidak”, yaitu tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Sebagian kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui fecal Universitas Sumatera Utara oral. Mereka dapat ditularkan dengan memasukkan ke dalam mulut, cairan, atau benda yang tercemar tinja, misalnya air minum, jari-jari tangan, makanan yang disiapkan dalam panci yang dicuci dengan air tercemar. 2. Memasak air sampai mendidih sebelum diminum untuk mematikan sebagian besar kuman penyakit. 3. Mencuci tangan dengan sabun pada waktu sebelum makan, sesudah makan, dan sesudah buang air besar BAB. 4. Memberikan ASI kepada anak sampai berusia dua tahun. Memberikan ASI gunanya adalah agar daya tahan tubuh anak meningkat yang akan melindungi anak terhadap penyakit diare. 5. Menggunakan jamban yang sehat. 6. Membuang tinja bayi dan anak dengan benar Widoyono, 2008. 7. Sampah dibuang secara baik sehingga lalat tidak dapat hidup dan berkembang biak Jelliffe, 1994

2.3.6. Pengobatan Diare

1. Tanpa dehidrasi, dengan terapi A Pada keadaan ini buang air besar terjadi 3-4 kali sehari atau disebut mulai mencret. Anak yang mengalami kondisi ini masih lincah dan masih mau makan dan minum seperti biasa. Pengobatan dapat dilakukan di rumah oleh ibu atau anggota keluarga lainnya dengan memberikan makanan dan minuman yang ada di rumah seperti air kelapa, larutan gula garam LGG, air tajin, air teh, maupun oralit. Istilah pengobatan ini adalah dengan menggunakan terapi A. Ada 3 cara pemberian cairan yang dapat dilakukan di rumah, yaitu: Universitas Sumatera Utara a. Memberikan anak lebih banyak cairan. b. Memberikan makanan terus-menerus. c. Membawa ke petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam tiga hari. 2. Dehidrasi ringan atau sedang, dengan terapi B Diare dengan dehidrasi ringan ditandai dengan hilangnya cairan sampai 5 dari berat badan, sedangkan pada diare sedang terjadi kehilangan cairan 6-10 dari berat badan. Untuk mengobati penyakit diare pada derajat dehidrasi ringan atau sedang digunakan terapi B, yaitu sebagai berikut: Umur 1 tahun 1-4 tahun 5 tahun Jumlah Oralit 300 ml 600 ml 1200 ml Setelah itu, tambahkan setiap kali mencret: Umur 1 tahun 1-4 tahun 5 tahun Jumlah Oralit 100 ml 200 ml 400 3. Dehidrasi berat, dengan terapi C Diare dengan dehidrasi berat ditandai dengan mencret terus-menerus, biasanya lebih dari 10 kali disertai muntah, kehilangan cairan lebih dari 10 beratbadan. Diare ini diatasi dengan terapi C, yaitu perawatan di Puskesmas atau di rumah sakit untuk diinfus RL Ringer Laktat. 4. Teruskan pemberian makan Pemberian makanan seperti semula diberikan sedini mungkin dan disesuaikan dengan kebutuhan. Makanan tambahan diperlukan pada masa penyembuhan. Untuk Universitas Sumatera Utara bayi, ASI tetap diberikan bila sebelumnya mendapatkan ASI, namun bila sebelumnya tidak mendapatkan ASI dapat diteruskan dengan memberikan susu formula. 5. Antibiotik bila perlu Sebagian besar penyebab diare adalah Rotavirus yang tidak memerlukan antibiotik dalam penatalaksanaan kasus diare karena tidak bermanfaat dan efek sampingnya bahkan merugikan penderita Widoyono, 2008. Universitas Sumatera Utara

2.4 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen Sanitasi Dasar Kejadian Diare Karakteristik Ibu 1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan 4. Pengetahuan 5. Sikap Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat observasional analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional, yaitu ingin melihat hubungan karakteristik ibu dan sanitasi dasar dengan kejadian diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan yang terdiri dari 15 lingkungan. Alasan pemilihan lokasi ini adalah karena lokasi ini merupakan slum area dimana keadaan sanitasi dasarnya masih banyak yang tidak memenuhi syarat kesehatan sehingga berperan dalam kejadian diare di Kelurahan Bagan Deli.

3.2.2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan mulai bulan April - Juni 2012. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh rumah yang berada di Kelurahan Bagan Deli berdasarkan data Maret 2012 sampai pada saat pengumpulan data yang berjumlah 3030 rumah dengan perincian sebagai berikut: 1. LK I = 202 rumah 2. LK II = 229 rumah Universitas Sumatera Utara 3. LK III = 338 rumah 4. LK IV = 317 rumah 5. LK V = 338 rumah 6. LK VI = 204 rumah 7. LK VII = 210 rumah 8. LKVIII = 32 rumah 9. LK IX = 103 rumah 10. LK X = 196 rumah 11. LK XI = 17 rumah 12. LK XII = 317 rumah 13. LK XIII = 101 rumah 14. LK XIV = 159 rumah 15. LK V = 267 rumah

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian rumah yang berada di Kelurahan Bagan Deli berdasarkan data Maret 2012 sampai pada saat pengumpulan data. Besar sampel dihitung dengan rumus perhitungan sampel minimal di bawah ini Stanley dkk, 2002 : � = � 2 1 − � 2 �1 − �� � 2 � − 1 + � 2 1 − � 2 �1 − � Keterangan: Universitas Sumatera Utara n = besar sampel N = populasi Z = tingkat kepercayaan 95 P = perkiraan proporsi suatu peristiwa 0,5 d = tingkat ketepatan yang diinginkan 0,1 Maka besar sampel adalah : n = 1,96 2 0,51 −0,53030 0,1 2 3030 −1+1,96 2 0,51 −0,5 = 93,12 ≈ 93 Dari perhitungan dengan menggunakan rumus di atas diperoleh sampel adalah sebesar 93,12 dan dibulatkan menjadi 100 rumah. Selanjutnya, untuk mendapatkan proporsi yang seimbang dari setiap linkungan maka digunakan teknik pengambilan sampel secara proportional random sampling yang diperoleh melalui perbandingan antara jumlah sampel dengan populasi yang disebut sampel fraction Nazir, 2003. Sampel fraction = � � x 100 = 100 3030 x100 = 3,3 1. LK I = 202 x 3,3 = 6,7 ≈7 rumah 2. LK II = 229 x 3,3 = 7,55 ≈ 8 rumah 3. LK III = 338 x 3,3 = 11,15 ≈ 11 rumah 4. LK IV = 317 x 3,3 = 10,46 ≈ 10 rumah Universitas Sumatera Utara 5. LK V = 338 x 3,3 = 11,15 ≈ 11 rumah 6. LK VI = 204 x 3,3 = 6,73 ≈ 7 rumah 7. LK VII = 210 x 3,3 = 6,93 ≈ 7 rumah 8. LKVIII = 32 x 3,3 = 1,05 ≈ 1 rumah 9. LK IX = 103 x 3,3 = 3,39 ≈ 3 rumah 10. LK X = 196 x 3,3 =6,46 ≈ 6 rumah 11. LK XI = 17 x 3,3 =0,56 ≈ 1 rumah 12. LK XII = 317 x 3,3 = 10,46 ≈ 10 rumah 13. LK XIII = 101 x 3,3 = 3,33 ≈ 3 rumah 14. LK XIV = 159 x 3,3 = 5,24 ≈ 5 rumah 15. LK V = 267 x 3,3 = 8,81 ≈ 9 rumah Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan dengann cara systematic sampling. Caranya adalah membagi jumlah anggota populasi dengan perkiraan jumlah sampel yang diinginkan Notoadmodjo, 2005. Acak populasi di setiap lingkungan, kemudian pilih satu rumah yang akan dijadikan sampel pertama di setiap lingkungan. Selanjutnya, hasil pembagian jumlah anggota populasi dan jumlah sampel ditambahkan ke sampel pertama dan hasilnya merupakan sampel kedua dan seterusnya sampai terpenuhi proporsi sampel yang telah ditentukan di setiap lingkungan.

3.4. Metode Pengumpulan Data

Universitas Sumatera Utara

3.4.1 Data Primer

Data primer berupa data yang diperoleh dengan jalan melakukan observasi dan wawancara kepada responden ibu dengan menggunakan kuesioner dan lembar observasi.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder berupa data yang diperoleh dari instansi-instansi kesehatan seperti Pustu Bagan Deli, Puskesmas Medan Belawan serta kantor Kelurahan Bagan Deli yang terkait dengan kejadian diare. 3.5. Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Independen Variabel independen dalam penelitian ini adalah Karakteristik ibu umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap dan sanitasi dasar.

3.5.2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian diare.

3.5.3. Definisi Operasional

1. Karakteristik ibu adalah gambaran keadaan ciri khasibu yang terdiri atas umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap. 2. Umur ibu adalah usia yang dihitung sejak lahir sampai dilakukan penelitian sesuai ulang tahun terakhir. 3. Pendidikan adalah pendidikan formal terakhir yang diselesaikan oleh ibu pada saat penelitian berlangsung. 4. Pekerjaan penduduk adalah aktivitas utama yang dilakukan sehari-hari oleh ibu pada saat penelitian. Universitas Sumatera Utara 5. Pengetahuan penduduk adalah pengetahuan ibu tentang diare berdasarkan jawaban kuesioner. 6. Sikap penduduk adalah sikap ibu tentang diare. 7. Sanitasi dasar adalah syarat kesehatan lingkungan minimal yang meliputi sarana penyediaan air bersih, sarana pembuangan tinja, sarana pembuangan sampah, dan sarana pembuangan air limbah. 8. Kejadian diare adalah suatu keadaan dimana terjadi buang air besar cair atau mencret dengan frekuensi lebih dari tiga kali sehari yang dialami oleh ibu di Kelurahan Bagan Deli yang terpilih sebagai sampel selama tiga bulan terakhir.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Umur Pengukuran variabel umur didasarkan pada skala ukur ordinal. Untuk analisa statistik umur ibu dikategorikan berdasarkan hasil penelitian. 3.6.2. Pendidikan Pengukuran variabel pendidikan didasarkan pada skala ukur ordinal yang dikategorikan berdasarkan: 1. Tidak tamat SD 2. Tamat SD 3. Tamat SLTP 4. Tamat SLTA 5. AkademiPerguruan Tinggi 3.6.3. Pekerjaan Universitas Sumatera Utara Pengukuran variabel pekerjaan didasarkan pada skala ukur nominal yang dikategorikan berdasarkan: 1. Bekerja 2. Tidak bekerja 3.6.4. Pengetahuan Untuk mengetahui tingkat pengetahuan responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaankuesioner sebanyak 8 pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria: 1. Jawaban benar = 3 2. Jawaban salah = 2 3. Tidak tahu = 1 Maka di dapat total skor tertinggi 24 dan skor terendah 8. Berdasarkan skor yang diperoleh maka tingkat pengetahuan dapat dikategorikan berdasarkan Nursalam, 2000: 1. Tinggi, Jika skor yang diperoleh responden 76-100 atau 18,24 - 24 2. Rendah, jika skor yang diperoleh responden ≤75 atau ≤18 3.6.5. Sikap Untuk mengetahui ukuran penilaian sikap responden diukur dengan menjumlahkan skor dari tiap-tiap pertanyaankuesioner sebanyak 7 pertanyaan yang telah diberi bobot dengan kriteria: 1. Jawaban setuju = 3 2. Jawaban kurang setuju = 2 3. Jawaban tidak setuju =1 Universitas Sumatera Utara Maka di dapat total skor tertinggi 21 dan skor terendah 7. Berdasarkan skor yang diperoleh maka tingkat pengetahuan dapat dikategorikan berdasarkan Nursalam, 2000: 1. Baik, Jika skor yang diperoleh responden 76-100 atau ≥ 15,96 - 21 2. Buruk, jika skor yang diperoleh responden ≤75 atau ≤15,75 3.6.6. Sanitasi Dasar Penilaian sanitasi dasar dengan mempergunakan Kepmenkes RI Nomor 829MenkesSKVII1999 tentang persyaratan kesehatan perumahan, yang terdiri dari 2 dua kriteria yaitu “memenuhi syarat” apabila skor ≥ 334 dan “tidak memenuhi syarat” apabila skor 334. Adapun komponen yang dinilai pada lembar observasi dihitung berdasarkan nilai x bobot bobot = 25 dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Sarana Air Bersih a. Tidak memiliki sumber air bersih = 0 b. Ada, bukan milik sendiri, berbau, berwarna, dan berasa = 1 c. Ada, milik sendiri, berbau, berwarna, dan berasa = 2 d. Ada, bukan milik sendiri, tidak berbau tidak berwarna, dan tidak berasa = 3 e. Ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa = 4 Maka di dapat total skor : a. Tidak memiliki sumber air bersih = 0 b. Ada, bukan milik sendiri, berbau, berwarna, dan berasa = 25 c. Ada, milik sendiri, berbau, berwarna, dan berasa = 50 Universitas Sumatera Utara d. Ada, bukan milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak berasa = 75 e. Ada, milik sendiri, tidak berbau, tidak berwarna, tidak berasa = 100 2. Sarana Pembuangan Kotoran a. Tidak memiliki sarana pembuangan kotoran = 0 b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai kolam = 1 c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke sungai kolam = 2 d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septik tank = 3 e. Ada, leher angsa, septik tank = 4 Maka di dapat total skor : a. Tidak memiliki sarana pembuangan kotoran = 0 b. Ada, bukan leher angsa, tidak ada tutup, disalurkan ke sungai kolam = 25 c. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, disalurkan ke sungai kolam = 50 d. Ada, bukan leher angsa, ada tutup, septik tank = 75 e. Ada, leher angsa, septik tank = 100 3. Sarana Pembuangan Air Limbah SPAL a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah = 0 b. Ada, diresapkan mencemari sumber air jarak dengan sumber air 10 m = 1 c. Ada dialirkan ke selokan terbuka = 2 d. Ada, diresapkan dan tidak mencemarkan sumber air jarak dengan sumber air ≥10 m = 3 Universitas Sumatera Utara e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup saluran kota untuk diolah lebih lanjut = 4 Maka di dapat total skor : a. Tidak ada, sehingga tergenang tidak teratur di halaman rumah = 0 b. Ada, diresapkan mencemari sumber air jarak dengan sumber air 10 m = 25 c. Ada dialirkan ke selokan terbuka = 50 d. Ada, diresapkan dan tidak mencemarkan sumber air jarak dengan sumber air ≥10 m = 75 e. Ada, dialirkan ke selokan tertutup saluran kota untuk diolah lebih lanjut = 100 4. Sarana Pembuangan Sampah a. Tidak ada sarana pembuangan sampah = 0 b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup = 1 c. Ada, kedap air dan tidak tertutup = 2 d. Ada, kedap air dan tertutup = 3 Maka di dapat total skor : a. Tidak ada sarana pembuangan sampah = 0 b. Ada, tetapi tidak kedap air dan tidak tertutup = 25 c. Ada, kedap air dan tidak tertutup = 50 d. Ada, kedap air dan tertutup = 75 Universitas Sumatera Utara 3.6.7. Kejadian Diare Pengukuran variabel kejadian diare didasarkan pada hasil kuesioner yang menggunakan skala ukur nominal dari 1 pertanyaan, kemudiaan dikategorikan berdasarkan kategori sebagai berikut: a Menderita b Tidak menderita

3.7. Analisa Data 3.5.1. Analisa Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari variabel karakteristik ibu umur, pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, dan sikap dan variabel sanitasi dasar. 3.5.2. Analisa Bivariat Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan dari masing-masing variabel independen yaitu karakteristik ibu dan sanitasi dasar dengan variabel dependen kejadian diare. Uji analisis yang digunakan adalah uji chi-squaredan uji exact fisher dengan tingkat kepercayaan 95 P 0,05. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Geografi Kelurahan Bagan Deli berada di wilayah Kecamatan Medan Belawan yang memiliki luas 230 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Belawan I - Sebalah Selatan berbatasan dengan Muara Sungai Deli - Sebelah Barat berbatasan dengan Belawan II - Sebelah Timur berbatasan dengan Selat Malaka

4.1.2. Demografi

Wilayah kerja Pustu Bagan Deli seluruh wilayah Kelurahan Bagan Deli yang terdiri dari 15 lingkungan. Jumlah penduduk di wilayah kerja Pustu Bagan Deli sebanyak 15.525 jiwa yang terdiri atas 8.537 laki-laki dan 6.988 perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga KK sebanyak 3.565 KK. Pada umumnya mata pencaharian masyarakat di Kelurahan Bagan deli Kecamatan Medan Belawan adalah nelayan yaitu sebanyak 1.496 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.1. Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencahariaan No Jenis Mata Pencahariaan Jumlah jiwa Persentase 1 Buruh 1.177 31.17 2 Nelayan 1.496 39.62 3 Pegawai Negeri Sipil 82 2.17 4 TNIPOLRI 12 0.32 5 Pegawai Swasta 111 2.94 6 Karyawan Perusahaan Pemerintah 14 0.37 7 Karyawan Perusahaan Swasta 234 6.20 8 Dokter 2 0.05 9 Bidan 8 0.21 10 Pedagang Keliling 68 1.80 11 Pengusaha Kecil, Menengah, Besar 430 11.39 12 Tukang cuci 67 1.77 13 Tukang Batu 54 1.43 14 Pembantu Rumah Tangga 21 0.56 Jumlah 3.776 100 Sumber: Data Potensi Kelurahan Bagan Deli Kec. Medan Belawan Tahun 2011. Berdasarkan penggolongan tingkat pendidikan, diketahui bahwa tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Bagan Deli paling banyak adalah tidak tamat SD, dengan jumlah 5.034 jiwa. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.2. Tabel.4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah jiwa Persentase 1 SD 4.585 29.54 2 SLTP 4.078 26.27 3 SLTA 730 4.70 4 D1 21 0.14 5 D2 7 0.05 6 D3 4 0.03 7 S1 28 0.18 8 S2 2 0.01 9 Tidak Tamat SD 5.034 32.40 10 Belum Sekolah 1.036 6.68 Jumlah 15.525 100 Sumber: Data Potensi Kelurahan Bagan Deli Kec. Medan Belawan Tahun 2011 Universitas Sumatera Utara

4.2. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi proporsi berdasarkan variabel yang diteliti, yaitu variabel dependen kejadian diare dan variabel independen umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, sanitasi dasar.

4.2.1. Kejadian Diare Tabel 4.3. Distribusi Proporsi Kejadian Diare pada Responden di Kelurahan

Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan Tahun 2012 No Kejadiaan Diare Jumlah 1 Menderita 39 39 2 Tidak Menderita 61 61 Jumlah 100 100 Dari tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa proporsi ibu yang tidak menderita diare adalah 61, sedangkan ibu yang menderita diare adalah 39. Universitas Sumatera Utara 4.2.2. Karakteristik Responden Tabel 4.4. Distribusi Proporsi Karakteristik Responden di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota MedanTahun 2012 No Karakteristik Responden Jumlah 1 Umur Ibu tahun 1. 33 tahun 2. ≥ 33 tahun 49 51 49 51 Total 100 100 2 Pendidikan Ibu 1. Tidak sekolahtidak tamat SD 2. SD 3. SMP 4. SMA 5. AkademiPerguruan Tinggi 7 38 23 32 7 38 23 32 Total 100 100 3 Pekerjaan Ibu 1. Petani 2. Wiraswasta 3. PNS 4. Karyawanburuh 5. Ibu rumah tangga 12 4 84 12 4 84 Total 100 100 5 Pengetahuan Ibu 1. Tinggi 2. Sedang 3. Rendah 71 22 7 71 22 7 Total 100 100 6 Sikap Ibu 1. Baik 2. Sedang 3. Buruk 100 100 Total 100 100 Dari tabel 4.4 di atas dapat dilihat bahwa proporsi umur responden tertinggi pada kelompok umur ≥ 33 tahun yaitu 51, sedangkan kelompok umur 30 tahun49. Proporsi pendidikan responden tertinggi adalah SD38, sedangkan yang tidak sekolahtidak tamat SD 7, SMP23, SMA 32 dan akademiperguruan tinggi 0. Proporsi responden yang bekerja sebagai petani ada 0, wiraswasta 12, PNS Universitas Sumatera Utara 0, karyawanburuh 4 dan ibu rumah tangga 84. Berdasarkan pengetahuan ibu, proporsi tertinggi yaitu responden dengan pengetahuan tinggi 71, pengetahuan sedang 22, sedangkan pengetahuan rendah 7. Berdasarkan sikap ibu, proporsi tertinggi yaitu responden dengan sikap baik 100, responden dengan sikap sedang 0, sedangkan sikap buruk 0.

4.2.3. Sanitasi Dasar