Tujuan Khusus Penyebab diare

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui hubungan antara umur ibu dengan kejadian diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan tahun 2012. 2. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan tahun 2012. 3. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan kejadian diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan tahun 2012. 4. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan kejadian diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan tahun 2012. 5. Untuk mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan kejadian diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan tahun 2012. 6. Untuk mengetahui hubungan antara sanitasi dasar dengan kejadian diare di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan Kota Medan tahun 2012.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi instansi terkait khususnya Puskesmas Medan Belawan dalam menentukan kebijakan dalam program penanggulangan penyakit diare. 2. Bagi peneliti kegiatan ini merupakan sarana belajar dalam menerapkan pengetahuan penulis yang telah didapat selama mengikuti pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 3. Bagi peneliti lain, dapat dijadikan bahan dan perbandingan untuk penelitian selanjutnya yang lebih mendalam yang ada hubungannya dengan judul skripsi ini. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sanitasi Dasar

Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan lingkungan sehat yang memenuhi syarat kesehatan yang menitikberatkan pada pengawasan berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia.Sarana sanitasi dasar terdiri dari sarana air bersih, sarana pembuangan kotoran, sarana pembuangan air limbah, dan sarana pembuangan sampah Dirjen PPM PL 2002

2.1.1. Penyediaan Air bersih

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Penyakit-penyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana Chandra, 2005. Ditinjau dari sudut ilmu kesehatan masyarakat, penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Volume rata-rata kebutuhan air setiap individu per hari berkisar antara 150-200 liter atau 35-40 galon. Kebutuhan Universitas Sumatera Utara air tersebut bervariasi dan bergantung pada keadaan iklim, standar kehidupan, dan kebiasaan masyarakat Chandra, 2005.

2.1.1.1. Sumber Air

Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi air angkasa air hujan, air permukaan, dan air tanah. 1. Air Angkasa Air angkasa atau air hujan merupakan sumber utama air di bumi. Walaupun pada saat presipitasi merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfer. 2. Air Permukaan Air permukaan yang meliputi badan-badan air seperti sungai, danau, telaga, waduk, rawa, air terjun, dan sumur permukaan, sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya. 3. Air Tanah Air tanah ground water berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi yang kemudian mengalami perkolasi atau penyerapan ke dalam tanah dan mengalami proses filtrasi secara alamiah. Proses-proses yang telah dialami air hujan tersebut, di dalam perjalanannya ke bawah tanah, membuat air tanah menjadi lebih baik dan lebih murni dibandingkan air permukaan Chandra, 2005. Misalnya yaitu air sumur dan air mata air. Universitas Sumatera Utara

2.1.1.2. Persyaratan Air Minum

Air minum yang ideal seharusnya jernih, tidak bewarna, tidak berasa, dan tidak berbau. Air minum seharusnya tidak mengandung kuman pathogen dan segala makhluk yang membahayakan kesehatan manusia. Tidak mengandung zat kimia yang dapat mengubah fungsi tubuh, tidak dapat diterima secara estetis, dan dapat merugikan secara ekonomi. Air itu seharusnya tidak korosif, tidak meninggalkan endapan pada seluruh jaringan distribusinya. Pada hakekatnya, tujuan ini dibuat untuk mencegah terjadinya serta meluasnya penyakit bawaan air water-borne diseases Slamet, 2009. Menurut peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492MenkesPerIV2010 tentang persyaratan kualitas air minum menetapkan bahwa kualitas air harus memenuhi syarat kesehatan yang meliputi parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi, dan parameter radioaktivitas. 1. Parameter Fisika Parameter fisika umumnya dapat diidentifikasi dari kondisi fisik air tersebut. Parameter fisika meliputi bau, kekeruhan, rasa, suhu, warna, dan jumlah zat padat terlarut TDS. Air yang baik idealnya tidak berbau. Air yang berbau busuk tidak menarik dipandang dari sudut setetika. Selain itu juga, bau busuk bisa disebabkan oleh proses penguraian bahan organik yang terdapat di dalam air. Air yang baik idealnya harus jernih. Air yang keruh mengandung partikel padat tersuspensi yang dapat berupa zat-zat berbahaya bagi kesehatan. Disamping itu Universitas Sumatera Utara air yang keruh sulit didesinfeksi, karena mikroba patogen dapat terlindung oleh partikel tersebut Slamet, 2002. Air yang baik idealnya juga tidak memiliki rasatawar. Air yang tidak tawar mengindikasinya ada zat-zat tertentu di dalam air tersebut. Rasa asin disebabkan adanya garam-garam tertentu di dalam air tersebut, begitu juga rasa asam disebabkan adanya asam di dalam air dan rasa pahit disebabkan adanya basa di dalam air tersebut. Selain itu juga, air yang baik tidak boleh memiliki perbedaan suhu yang mencolok dengan udara sekitar udara ambien. Di Indonesia, suhu air minimum idealnya ±3º C dari suhu udara air yang secara mencolok mempunyai suhu di atas atau di bawah suhu udara berarti mengandung zat-zat tertentu, misalnya fenol yang terlarut atau sedang terjadi proses biokimia yang mengeluarkan atau menyerap energi dalam air Kusnaedi, 2002. Padatan terlarut total Total Dissolved Solid adalah bahan terlarut diameter 10 -6 dan koloid diameter 10-6 – 103 mm yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-bahan lain Effendi, 2003. Bila TDS bertambah maka kesadahan akan naik. Kesadahan yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya endapankerak pada sistem perpipaan. 2. Parameter Kimiawi Parameter kimiawi dikelompokkan menjadi kimia anorganik dan kimia organik. Dalam standart air minum di Indonesia zat kimia anorganik dapat berupa logam, zat reaktif, zat-zat berbahaya dan beracun serta derajat keasaman pH. Sedangkan zat kimia organik dapat berupa insektisida dan herbisida, volatile organic Universitas Sumatera Utara chemical zat kimia organic yang mudah menguap zat-zat berbahaya dan beracun maupun zat pengikat oksigen. Sumber logam dalam air dapat berasal dari industri, pertambangan ataupun proses pelapukan secara alamiah. Korosi dari pipa-pipa penyaluran air minum dapat juga menyebabkan kehadiran logam dalam air minum. Arsen, barium, kadmium, kromium, merkuri, dan selenium merupakan logam beracun yang mempengaruhi organ bagian dalam manusia. Timbal merusak sel darah merah, sistem saraf, dan ginjal manusia. Tembaga merupakan indikator terjadinya perkaratan. Konsentrasi Fluor yang terlalu tinggi dalam air minum dapat menimbulkan gangguan pada gigi. Nitrit dalam air minum akan bereaksi dengan haemoglobin membentuk methemoglobin yang dapat menyebabkan penyakit blue babies pada bayi. Bahan kimia organik dalam air minum dapat dibedakan menjadi tiga kategori. Kategori pertama adalah bahan kimia yang mungkin bersifat carsinogen bagi manusia. Kategori kedua bahan kimia yang tidak bersifat carsinogen bagi manusia. Kategori ketiga adalah bahan kimia yang dapat menyebabkan penyakit kronis tanpa ada fakta carsinogen. 3. Parameter Mikrobiologi Parameter mikrobiologi menggunakan bakteri koliform sebagai organisme petunjuk indicator organism. Dalam laboratorium, istilah total koliform menunjukkan bakteri bakteri koliform dari tinja, tanah, atau sumber alamiah lainnya. Istilah faecal coliform koliform tinja menunjukkan bakteri koliform yang berasal dari tinja manusia atau hewan berdarah panas lainnya. Penentuan parameter Universitas Sumatera Utara mikrobiologi dimaksudkan untuk mencegah adanya mikroba patogen di dalam air minum. 4. Parameter Radioaktivitas Apapun bentuk radioaktivitas efeknya adalah sama, yakni menimbulkan kerusakan pada sel yang terpapar. Kerusakan dapat berupa kematian dan perubahan komposisi genetik. Kematian sel-sel dapat dapat diganti kembali apabila sel dapat beregenerasi dan apabila tidak seluruh sel mati. Perubahan genetis dapat menimbulkan penyakit seperti kanker dan mutasi. Sinar Alpha, Beta, dan Gammaberbeda dalam kemampuan menembus jaringan tubuh. Sinar Alpha sulit menembus kulit dan Sinar Gamma dapat menembus sangat dalam. Kerusakan yang terjadi ditentukan oleh intensitas serta frekuensi dan luasnya pemaparan Mulia, 2005. 1. Pengelolahan Air Minum Menurut Kusnaedi 2002, tujuan pengelolahan air minum merupakan upaya untuk mendapatkan air yang bersih dan sehat sesuai dengan standart mutu air. Proses pengelolahan air minum merupakan proses perubahan fisik, kimia dan biologi air baku agar memenuhi syarat untuk digunakan sebagai air minum. Pada dasarnya, pengelolahan air minum dapat diawali dengan penjernihan air, pengurangan kadar bahan-bahan kimia terlarut dalam air sampai batas yang dianjurkan, penghilangan mikroba patogen, memperbaiki derajat keasaman PH serta memisahkan gas-gas terlarut yang dapat mengganggu estetika dan kesehatan Viessman, 1993. Universitas Sumatera Utara

2.1.1.3. Pengaruh Air terhadap Kesehatan

Penggunaan air yang tidak memenuhi persyaratan dapat menimbulkan terjadinya gangguan kesehatan. Gangguan kesehatan tersebut dapat berupa penyakit menular maupun penyakit tidak menular. Penyakit menular umumnya disebabkan oleh mahluk hidup; sedangkan penyakit tidak menular umumnya bukan disebabkan oleh mahluk hidup Mulia, 2005. Penyakit menular yang disebabkan oleh air secara langsung diantara masyarakat disebut penyakit bawaan air water borne disease. Hal ini dapat terjadi karena air merupakan media yang baik tempat bersarangnya bibit penyakitagent. Tabel 2.1 penyakit bawaan air dan penyebabnya Penyebab Penyakit Virus: 1. Rota virus 2. Virus hepatitis A 3. Virus poliomyelitis Diare, terutama pada anak-anak Hepatitis A Poliomyelitis Bakteri: 1. Vibrio Cholerae 2. Escherichia coli 3. Salmonella typhi 4. Salmonella paratyphi 5. Shigella dysentriae Cholera Diare dysentri Typhus abdominale Paratyphus Dysentri Protozoa: 1. Entamoeba histolytica 2. Balantidia coli 3. Giardia lambilia Dysentri amoeba Balantidiasis Giardiasis Metazoa: 1. Ascaris lumbricoides 2. Clonorchis sinensis 3. Diphyllobotrhium latum 4. Taenia saginatasolium 5. Schistosoma Ascaris Clonorchiasis Dyphylobothriasis Taeniasis Schistosomiasis Sumber : Wardhana 1995 Universitas Sumatera Utara

2.1.2. Tempat Pembuangan Tinja

Pembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak menurut aturan memudahkan terjadinya penyebaran penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare. Suatu jamban disebut sehat apabila memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut: 1. Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban tersebut. 2. Tidak mengotori air permukaan disekitarnya. 3. Tidak mengotori air tanah disekitarnya. 4. Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang- binatang lainnya. 5. Tidak menimbulkan bau. 6. Mudah digunakan dan dipelihara maintenance. Apabila persyaratan-persyaratan ini dapat dipenuhi, maka perlu diperhatikan antara lain hal-hal sebagai berikut: 1. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindung dari panas dan hujan, serangga–serangga dan binatang–binatang lain, terlindung dari pandangan orang dan sebagainya. 2. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat, tempat berpijak yang kuat dan sebagainya. 3. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau dan sebagainya. 4. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih Notoatmodjo, 2003. Universitas Sumatera Utara

2.1.2.1. Jenis-jenis Jamban

Menurut Entjang 2000, macam-macam tempat pembuangan tinja, antara lain: 1. Jamban cemplung Pit latrine Jamban cemplung ini sering dijumpai di daerah pedesaan. Jamban ini dibuat dengan jalan membuat lubang ke dalam tanah dengan diameter 80-120 cm sedalam 2,5-8 meter. Jamban cemplung tidak boleh terlalu dalam, karena akan mengotori air tanah dibawahnya. Jarak dari sumber minum sekurang-kurangnya 15 meter. 2. Jamban air Water latrine Jamban ini terdiri dari bak yang kedap air, diisi air di dalam tanah sebagai tempat pembuangan tinja. Proses pembusukannya sama seperti pembusukan tinja dalam air kali. 3. Jamban leher angsa Angsa latrine Jamban ini berbentuk leher angsa sehingga akan selalu terisi air. Fungsi air ini sebagai sumbat sehingga bau busuk dari kakus tidak tercium. Bila dipakai, tinjanya tertampung sebentar dan bila disiram air, baru masuk ke bagian yang menurun untuk masuk ke tempat penampungannya. 4. Jamban bor Bored hole latrine Tipe ini sama dengan jamban cemplung hanya ukurannya lebih kecil karena untuk pemakaian yang tidak lama, misalnya untuk perkampungan sementara. Kerugiannya bila air permukaan banyak mudah terjadi pengotoran tanah permukaan meluap. Universitas Sumatera Utara 5. Jamban keranjang Bucket latrine Tinja ditampung dalam ember atau bejana lain dan kemudian dibuang di tempat lain, misalnya untuk penderita yang tak dapat meninggalkan tempat tidur. Sistem jamban keranjang biasanya menarik lalat dalam jumlah besar, tidak di lokasi jambannya, tetapi di sepanjang perjalanan ke tempat pembuangan. Penggunaan jenis jamban ini biasanya menimbulkan bau. 6. Jamban parit Trench latrine Dibuat lubang dalam tanah sedalam 30-40 cm untuk tempat defaecatie. Tanah galiannya dipakai untuk menimbunnya. Penggunaan jamban parit sering mengakibatkan pelanggaran standar dasar sanitasi, terutama yang berhubungan dengan pencegahan pencemaran tanah, pemberantasan lalat, dan pencegahan pencapaian tinja oleh hewan. 7. Jamban empang gantung Overhung latrine Jamban ini semacam rumah-rumahan dibuat di atas kolam, selokan, kali, rawa dan sebagainya. Kerugiannya mengotori air permukaan sehingga bibit penyakit yang terdapat didalamnya dapat tersebar kemana-mana dengan air, yang dapat menimbulkan wabah. 8. Jamban kimia Chemical toilet Tinja ditampung dalam suatu bejana yang berisi caustic soda sehingga dihancurkan sekalian didesinfeksi. Biasanya dipergunakan dalam kendaraan umum misalnya dalam pesawat udara, dapat pula digunakan dalam rumah. Universitas Sumatera Utara 2.1.3.Pembuangan Sampah Sampah adalah sesuatu bahan atau benda padat yang sudah tidak dipakai lagi oleh manusia, atau benda padat yang sudah digunakan lagi dalam suatu kegiatan manusia dan dibuang. Para ahli kesehatan masyarakat Amerika membuat batasan, sampah waste adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang, yang berasal dari kegiatan manusia, dan tidak terjadi dengan sendirinya.

2.1.3.1. Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Sampah

Sampah, baik kuantitas maupun kualitasnya, sangat dipengaruhi oleh berbagai kegiatan dan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang penting antara lain adalah: 1. Jumlah penduduk. Dapat difahami dengan mudah bahwa semakin banyak penduduk, maka semakin banyak pula sampahnya. Pengelolahan sampah inipun berpacu dengan laju pertambahan penduduk. 2. Keadaan sosial dan ekonomi. Semakin tinggi keadaan sosial ekonomi masyarakat, semakin banyak jumlah per kapita sampah yang dibuang. 3. Kemajuaan teknologi. Kemajuaan teknologi akan menambah jumlah maupun kualitas sampah, karna pemakaian bahan baku yang semakin beragam, cara pengepakan dan produk manufaktur yang semakin beragam pula Slamet, 2009.

2.1.3.2. Cara-cara pengelolahan sampah:

1. Pengumpulan dan pengangkutan sampah Pengumpulan sampah adalah tanggung jawab dari masing–masing rumah tangga atau institusi yang menghasilkan sampah. Oleh sebab itu mereka ini harus membangun atau mengadakan tempat khusus untuk mengumpulkan sampah. Universitas Sumatera Utara Kemudian dari masing–masing tempat pengumpulan sampah tersebut harus diangkut ke Tempat Penampungan Sementara TPS sampah dan selanjutnya ke Tempat Penampungan Akhir TPA. 2. Pemusnahan dan pengolahan sampah Pemusnahan dan atau pengolahan sampah dapat dilakukan melalui berbagai cara, antara lain sebagai berikut: a Ditanam landfill, yaitu pemusnahan sampah dengan membuat lubang di tanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dengan tanah, b Dibakar inceneration, yaitu pemusnahan sampah dengan membakar di dalam tungku pembakaran incenerator dan c Dijadikan pupuk composting Yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk, khususnya untuk sampah organik daun–daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk Notoatmodjo, 2003.

2.1.3.3. Pengaruh Sampah Terhadap Kesehatan

Pengaruh sampah terhadap kesehatan dapat di kelompokkan menjadi efek langsung dan tidak langsung. Yang dimaksud dengan efek langsung adalah efek yang disebabkan karena kontak yang langsung dengan sampah tersebut. Misalnya, sampah beracun, sampah yang korosif terhadap tubuh, yang karsinogenik, teratogenik, dan lainnya. Selain itu ada pula sampah yang mengandung kuman pathogen, sehingga dapat menimbulkan penyakit. Sampah ini bisa berasal dari sampah rumah tangga selain sampah industri. Pengaruh tidak langsung dapat dirasakan masyarakat akibat proses pembusukan, pembakaran, dan pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang berkembang biak di dalam sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat dipakai sarang lalat dan tikus. Seperti kita ketahui, lalat Universitas Sumatera Utara adalah vektor berbagai penyakit perut. Demikian juga halnya dengan tikus, selain merusak harta benda masyarakat, tikus juga sering membawa pinjal yang dapat menyebarkan penyakit pest Slamet, 2009.

2.1.4. Sarana Pembuangan Air Limbah

Air limbah sewage adalah excreta manusia, air kotor dari dapur, kamar mandi, dari W.C., dari perusahaan-perusahaan termasuk pula air kotor dari permukaan tanah dan air hujan. Sewage ini dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: 1. Domestic sewage, yaitu sewage yang berasal dari rumah-rumah. 2. Industrial sewage, yaitu sewage yang berasal dari sisa-sisa proses industri. Maksud pengaturan pembuangan air limbah adalah: 1. Untuk mencegah pengotoran sumber air rumah tangga. 2. Menjaga makanan kita , misalnya: sayuran yang dicuci dengan air permukaan. 3. Perlindungan terhadap ikan yang hidup di dalam kolam ataupun di kali. 4. Menghindari pengotoran tanah permukaan. 5. Perlindungan air untuk ternak. 6. Menghilangkan tempat berkembangbiaknya bibit-bibit penyakit cacing dan sebagainya dan vektor penyebab penyakit nyamuk, lalat, dan sebagainya. 7. Menghilangkan adanya bau-bauan dan pemandangan yang tidak sedap.

2.1.4.1. Cara-cara pembuangan air limbah:

1. Dengan Pengeceran Disposal by Dilution Air limbah dibuang ke sungai, danau, atau laut agar mendapat pengeceran. Cara ini hanya dapat dilaksanakan di tempat-tempat yang banyak air permukaannya. Dengan cara ini air limbah akan mengalami purifikasi alami. Karena kontaminasi air Universitas Sumatera Utara permukaan oleh bakteri patogen, larva, dan telur cacing serta bibit penyakit lainnya yang berasal dari feces penderita maka diisyaratkan: a. Sungai atau danau itu airnya tidak boleh digunakan untuk keperluaan lain. b. Airnya harus cukup banyak sehingga pengecerannya paling sedikit 30-40 kali. c. Airnya harus cukup mengandung O 2 , artinya harus mengalir sehingga tidak bau. 2. Cesspool Cesspool ini menyerupai sumur tapi gunanya untuk pembuangan air limbah. Dibuat pada tanah yang poreus berpasir agar air buangan mudah meresap ke dalam tanah. Bagian atasnya ditembok agar tak tembus air. Bila sudah penuh ± 6 bulan lumpurnya diisap keluar atau sejak semula dibuat cesspool secara berangkai, sehingga bila yang satu penuh, airnya akan mengalir ke cesspool berikutnya. 3. Seepage Pit sumur resapan Sepage pit merupakansumur tempat menerima air limbah yang telah mengalami pengolahan dalam sistim lain, misalnya aqua-privy atau septic-tank. Di dalam seepage pit ini airnya tinggal mengalami peresapan saja di dalam tanah. Lama pemakaiannya adalah 6-10 tahun. 4. Septik Tank Merupakan cara yang terbaik yang di anjurkan WHO tapi biayanya mahal, tekniknya sukar dan memerlukan tanah yang luas. 5. Sistim Riool Sewerage Sistim riool merupakan cara pembuangan sewage di kota-kota dan selalu harus termasuk dalam rencana pembangunan kota. Semua sewage baik dari rumah- rumah maupun dari perusahaan-perusahaan dialirkan ke sistim riool. Kadang-kadang Universitas Sumatera Utara menampung pula kotoran dari lingkungan yang dialirkan air hujan. Bila sistim riool ini dipakai pula untuk menampung air hujan disebut combined system; bila untuk menampung air hujan dipisahkan disebut separated system. Di ujung kota, agar tidak merugikan keperluan lain di bawahnya alirannya, misalnya: daerah peternakan, pertaniaan ataupun perikanan darat maka sewage yang dibuang ini masih perlu pengolahan Enjang, 2000. Bila tanpa pengelolahan terlebih dahulu, air limbah dapat menimbulkan hal- hal yang dapat merugikan antara lain Azwar, 1990: 1. Dapat menimbulkan bahaya kontaminasi dan pencemaran air permukaan dan badan-badan air lainnya termasuk manusia yang menggunakannya untuk keperluan sehari-hari mereka seperti mandi, mencuci, gosok gigi dan tidak jarang menggunakannya sebagai sumber air minum. 2. Dapat mengganggu kehidupan dalam air yaitu mematikan binatang-binatang dan tumbuhan-tumbuhan dalam air. 3. Dapat menimbulkan bau yang tidak enak. Pengolahan air limbah yang tidak memenuhi syarat dapat menimbulkan penyakit- penyakit yang disebut dengan water borne disease.

2.2. Karakteristik Penduduk 1. Umur

Umur merupakan hal yang penting karena semua rate morbiditas dan rate mortalitas yang dilaporkan hampir selalu berkaitan dengan umur. Penyakit diare banyak diderita oleh golongan umur di bawah lima tahun Balita, sekitar 70-80 dari penderita. Pada saat terjadinya wabah penyakit diare dapat menyerang semua Universitas Sumatera Utara golongan umur Budiarto, 2001. Umur merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai pengaruh penting, baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi Prayoga, 2007.

2. Pendidikan

Notoatmodjo 2003 menyatakan bahwa orang dengan pendidikan formal lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan yang lebih tinggi dibanding orang dengan pendidikan formal lebih rendah, karena akan lebih mampu memahami arti dan pentingnya kesehatan. Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Pendidikan juga mempengaruhi pola berpikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan lebih tinggi orang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru Notoatmodjo, 2007.

3. Pekerjaan

Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang hendak dicapainya, dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang dilakukannya akan membawa kepada sesuatu keadaan yang lebih memuaskan dari keadaan sebelumnya. Anderson menyatakan bahwa struktur sosial yang salah satu diantaranya adalah pekerjaan menentukan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan Notoatmodjo, 2007. Dalam lingkungan sosioekonomis yang buruk, masyarakat lebih mudah mengalami penyakit infeksi. Kemiskinan bertanggungjawab terhadap penyakit yang Universitas Sumatera Utara ditemukan pada masyarakat. Hal ini karena kemiskinan mengurangi kapasitas masyarakat untuk mendukung perawatan kesehatan yang memadai, cenderung memiliki higiene yang kurang, miskin diet, dan miskin pendidikan.

4. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behaviour. Berdasarkan pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuna yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni : 1. Tahu Know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recall terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. 2. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. 3. Aplikasi Aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Universitas Sumatera Utara 4. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. 5. Sintesis Synthesis Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. 6. Evaluasi Evaluasion Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada Notoatmodjo, 2003.

5. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yakni: 1. Menerima receiving Menerima diartikan bahwa orang subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Universitas Sumatera Utara 2. Merespons responding Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. 3. Menghargai valuing Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung Jawab responsible Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi Notoatmodjo, 2007.

2.3 Diare

Diare adala defekasi encer lebih dari tiga kalisehari dengantanpa darah danlendir dalam tinja Mansjoer, 2000. Menurut Hippocrates, maka diare adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal meningkat dan konsistensi tinja yang lebih lembek atau cair Suharyono, 1986.

2.3.1. Penyebab diare

Penyebab diare dapat dikelompokkan dalam tujuh besar, yaitu virus, bakteri, parasit, keracunan makanan, malabsorpsi, alergi, dan immunodefisiensi Widoyono, 2008.

2.3.2. Penularan Diare