Wenda Lestari, 2012 Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Square Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi Dan Subjek Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian SMA Negeri 18 Bandung merupakan salah satu satuan pendidikan pada
jenjang menengah atas. SMA ini terletak di Jalan Madesa Nomor 18 Situgunting, Kelurahan Kopo Kecamatan Bojong Loa Kaler, Kota Bandung, Provinsi Jawa
Barat. SMA Negeri 18 Kota Bandung tepatnya berada dilingkungan perkampungan biasa. Sehingga kendala utama bagi para siswa adalah tidak
terdapatnya jalur angkutan kota yang melintasi sekolah. Meskipun demikian, letak sekolah yang jauh dari jalan raya merupakan
kondisi yang kondusif dalam rangka menciptakan suasana kegiatan belajar yang nyaman. Sekolah sangat jauh dari suasana bising kendaraan lalu lalang,
kenyamanan ini ditunjang dengan taman hijau di sekeliling sekolah. Sekolah secara geografis terletak di wilayah pinggiran Bandung bagian selatan.
Karakteristik penduduk di wilayah ini merupakan daerah industri dan wirausaha yang dihuni oleh masyarakat pegawaikaryawan, dan pedagang.
Awalnya SMA Negeri 18 Bandung merupakan sekolah binaan SMA Negeri 4 yang yang berlokasi di Jl. Gardujati Bandung. SMAN 18 mendapat Surat
Keputusan dari Mendikbud No. 055801984 pada tanggal 20 November 1984, kemudian pada tahun 1986 lokasi sekolah pindah menempati kampus sendiri di Jl.
Madesa No. 18 Situgunting Bandung.
Wenda Lestari, 2012 Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Square Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Bangunan yang menempati lahan seluas 6000 m2 itu memiliki berbagai fasilitas yang menunjang KBM seperti: perpustakaan, lapangan olah raga, ruang
guru, ruang UKS, mesjid dan ruang belajar berjumlah 13 buah. Seiring dengan bertambahnya waktu maka bertambah pula fasilitas tersebut, saat ini SMAN 18
telah memiliki 22 ruang belajar, 3 buah ruang laboratorium IPA, beberapa ruang ekskul, 1 buah ruang komputer, 1 buah ruang multimedia dan yang tengah
dikerjakan adalah renovasi Mesjid Ulul Albab. SMA Negeri 18 Kota Bandung merupakan kluster terakhir dari lima
kluster sekolah menengah atas negeri yang berjumlah 27 SMA se-Kota Bandung. Sejalan dengan program Akreditasi Sekolah yang dilaksanakan pada tahun 2005
yang lalu, berdasarkan kondisi nyata serta kemampuan dan kelayakan yang dimiliki sekolah, SMA Negeri 18 termasuk sekolah dengan kategori Terakreditasi
A. Visi SMA Negeri 18 Bandung adalah “Mewujudkan SMA Negeri 18
Bandung menjadi Sekolah yang Berdisiplin, Berprestasi, Religius, Mandiri, dan Amanah
”. Sedangkan misinya adalah: 1.
Menggalakkan budaya tertib, budaya bersih, dan budaya kerja melalui disiplin yang tinggi.
2. Meningkatkan kemampuan siswa, guru, serta karyawan dalam rangka
menciptakan sumber daya manusia yang memiliki keunggulan kompetitif. 3.
Menciptakan hubungan sosial yang harmonis antarwarga sekolah untuk mewujudkan suasana sekolah yang lebih kondusif.
Wenda Lestari, 2012 Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Square Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
4. Menciptakan sekolah yang religius dalam upaya peningkatan dan
pengembangan sekolah berwawasan imtaq dan berbudaya lingkungan. 5.
Membentuk insan mandiri yang memiliki kecakapan hidup life skill sebagai bekal bagi siswa yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi. Berdasarkan visi dan misi di atas, tujuan sekolah adalah :
1. Meningkatkan profesionalisme guru dan karyawan sekolah dalam menghadapi
perubahan kurikulum dari Kurikulum 2004 ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP
2. Meningkatkan minat masyarakat untuk memasukkan putra-putrinya ke SMA
Negeri 18 Bandung 3.
Meningkatkan hasil prestasi belajar siswa dari tahun sebelumnya 4.
Meningkatkan kemampuan siswa untuk memiliki kecakapan hidup life skill sebagai bekal hidup bagi siswa yang tidak dapat melanjutkan pendidikan ke
jenjang yang lebih tinggi 5.
Meningkatkan kemampuan siswa untuk mempersiapkan diri melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi
6. Meningkatkan kinerja seluruh warga sekolah dalam upaya peningkatan
profesionalisme kerja yang ditunjang dengan sistem kerja yang cepat dan akurat serta dengan laporan yang teradministrasikan dengan baik
7. Meningkatkan penataan dan penambahan sarana yang mendukung kegiatan
belajar mengajar di antaranya 1 ruang Laboratorium Fisika lengkap dengan peralatannya, 1 ruang Laboratorium Biologi lengkap dengan peralatannya 1
Wenda Lestari, 2012 Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Square Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
ruang Multimedia
lengkap dengan
peralatannya, beberapa
ruang Ektrakurikuler, beberapa ruang bengkel kerja, WC siswaguru, dan ruang-
ruang lain sebagai sarana pendukung pendidikan 8.
Meningkatkan penggunaan teknik informatika secara optimal baik guru, siswa, dan karyawan
9. Meningkatkan kegiatan ektrakurikuler sebagai upaya pembentukan kepribadian
siswa di antaranya dengan pembinaan keagamaan, kesenian, olahraga, dan ketrampilan, yang didukung oleh tersedianya sarana prasarana
10. Meningkatkan kegiatan guru dalam kompetensi pembelajaran dan
pemahaman pengetahuan teknologi komputer 11.
Meningkatkan pelayanan dan kinerja karyawan melalui pengusaaan dalam teknologi komputer
12. Meningkatkan hubungan yang harmonis di antara warga sekolah baik secara
horizontal maupun vertikal 13.
Menyalurkan aspirasi melalui komite sekolah yang demokratis, aspiratif, dan representatif
14. Meningkatkan kegiatan personal dalam melaksanakan ibadah keagamaan di
lingkungan kerja sesuai visi sekolah yang religius 15.
Menciptakan kesadaran seluruh warga sekolah akan pelestarian lingkungan hidup, khususnya lingkungan sekitar sekolah.
Tenaga pengajar SMA Negeri 18 Bandung terdiri atas tenaga professional dengan jumlah guru sebanyak 56 orang. Guru-guru yang mengajar di
SMA Negeri 18 Bandung merupakan alumni dari beberapa perguruan tinggi
Wenda Lestari, 2012 Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Square Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
seperti Universitas Pendidikan Indonesia UPI, Universitas Negeri Jakarta UNJ, Universitas Padjadjaran UNPAD, Universitas Pasundan UNPAS, Universitas
Lampung UNILA, Universitas Prof. Dr. Moh. Hamka UHAMKA, dan Institut Agama Islam Negeri IAIN.
3.1.2 Profil guru kolabolator Guru mata pelajaran sejarah yang menjadi mitra peneliti dalam
melakukan penelitian tindakan kelas ini berinisial DS, yang lahir di Bandung. Beliau merupakan lulusan dari jurusan pendidikan sejarah Universitas Pendidikan
Indonesia tahun 1995. Guru kolabolator ini mengajar mata pelajaran sejarah di kelas XI IPS dan XII IPA dengan jumlah mengajarnya dalam satu minggu
sebanyak 24 jam pelajaran. Pengalaman mengajar guru ini di SMA Negeri 18 Bandung sudah lebih dari 15 tahun. Dengan pengalaman mengajar yang tidak
sebentar itu, beliau telah merasakan berbagai pengalaman mengajar. Menurut beliau masalah dalam pembelajaran sejarah adalah siswa yang cepat merasa bosan
dan malas untuk membaca buku, selain itu siswa malas untuk bertanya. Beliau juga telah mencoba beberapa metode pembelajaran untuk menarik perhatian
siswa, tapi hasilnya kurang memuaskan, sehingga beliau kembali menggunakan metode ceramah.
Pada tahun 2008, Bapak DS lulus sertifikasi guru dan Bapak DS menjadi guru yang profesional. Selama mengajar Bapak DS beberapa kali ikut seminar
pendidikan, terakhir beliau mengikuti semninar pendidikan yang diadakan oleh PGRI Kota Bandung pada tanggal 7 November 2009 lalu di gedung Guru PGRI
Wenda Lestari, 2012 Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Square Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Kota Bandung dengan narasumber Prof. Dr H Nana Syaodih Sukmadinata Guru Besar UPI dan Dr. H Wahyudin Zarkasih Ak Kadisdik Provinsi Jabar. Materi
pada seminar tersebut adalah Inovasi dan strategi Pembelajaran, Peningkatan kreatifitas dan kompetisi Guru, dan Profesionalisme Guru
Jika dilihat dari lamanya pengalaman mengajar, beberapa kali ikut seminar, dan juga Bapak Ds yang telah lulus sertifikasi dan dengan kata lain,
Bapak DS sudah dianggap sebagai guru profesional. Hal ini sudah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003, Undang-
Undang RI Nomor 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan sumber daya manusia
dalam bidang pendidikan dalam hal ini guru diwajibkan untuk memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, serta memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional. Guru dituntut untuk memiliki kompetensi dan dedikasi dalam menjalankan profesinya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak DS, beliau memang mengakui jika beliau kurang mengembangkan metode pembelajaran, hal ini
dikarenakan beliau pernah beberapa kali mencoba metode pembelajaran lain seperti jigsaw dan hasilnya tidak terlalu memuaskan. Sehingga Bapak DS kembali
menggunakan metode ceramah. Seharusnya Bapak Ds bisa mengajar dengan lebih baik lagi jikadilihat dari pengalaman, keikutsertaan beliau dalam beberapa
seminar pendidikan serta beliau yang telah mendapat sertifikasi. Beliau bisa mencoba metode pembelajaran yang inovatif dan variatif serta metode
pembelajaran yang sesuai dengan kondisi dan situasi siswanya.
Wenda Lestari, 2012 Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Square Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Bapak DS di sekolah merupakan guru yang cukup bersahabat dengan siswanya. Namun ketika penampilan dalam mengajar, banyak siswa di kelas yang
segan untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan karena takut salah menurut siswa yang diwawancara. Peneliti memilih beliau sebagai kolaborator karena
sikapnya yang terbuka dengan peneliti, sehingga mudah bekerjasama dalam berdiskusi untuk pelaksanaan tindakan penelitian ini.
3.1.3 Kondisi dan Karakteristik Kelas Penelitian Kelas yang menjadi objek penelitian adalah kelas XI IPS 1. Kondisi
ruangan kelas cukup ideal untuk terlaksananya proses belajar-mengajar. Pintu kelas cukup besar dan tinggi, sehingga cukup untuk dua orang besar melewatinya.
Jendela kelas banyak dan besar dengan letak terbawah sejajar dengan dada siswa ketika berdiri, sehingga memperlancar sirkulasi udara dan cahaya yang masuk
untuk kenyamanan belajar. Papan tulis yang disediakan dua buah dengan berbeda jenis, yaitu blackboard untuk menulis dengan kapur tulis dan whiteboard untuk
menulis dengan spidol. Meja belajar siswa berjumlah 20 buah dengan tiap buahnya berisikan 2 buah kursi untuk 2 orang siswa yang tertata dengan formasi 4
baris dan tiap barisnya berisikan 5 meja. Berikut ini gambar 4.2 denah ruangan kelas XI IPS 1 :
Wenda Lestari, 2012 Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Square Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
Gambar 3.1 Denah kelas XI IPS 1
Kelas XI IPS 1 dipilh menjadi kelas penelitian dikarenakan hasil belajar yang masih rendah dibandingkan dengan kelas lain dan minat baca siswa yang
masih rendah serta kurangnya motivasi belajar siswa. Diharapkan penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe think-pair-square ini, bisa meningkatkan
hasil belajar siswa, minat baca dan motivasi belajar siswa serta menumbuhkan sikap peduli terhadap teman yang kurang dalam pelajaran. Jumlah siswa kelas XI
IPS 1 adalah sebanyak 40 orang. Klasifikasi siswa kelas XI IPS 1 tergolong kurang seimbang. Hal ini dilihat dari jumlah siswa laki-laki yang lebih banyak
daripada jumlah siswa perempuan, yaitu siswa laki-laki sebanyak 24 orang dan siswa perempuan sebanyak 16 orang.
M Guru
Wenda Lestari, 2012 Penerapan Metode Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Think-Pair-Square Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
3.2 Metode Penelitian