PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA(PENELITIAN TINDAKAN KELAS PADA PEMBELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI IPS 2 SMA PGRI 1 BANDUNG).

(1)

Putri Purwati, 2014

No. Daftar/FPIPS/1948/UN.40.2.3./PL/2013

SKRIPSI

PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO

STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas

XI IPS 2 SMA PGRI 1 Bandung)

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari Syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh:

Putri Purwati

(0606107)

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

Putri Purwati, 2014

PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO STAY-TWO

STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR

SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 2 SMA PGRI 1 Bandung)

Oleh Putri Purwati

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Putri Purwati 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Desember 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

Putri Purwati, 2014

LEMBAR PENGESAHAN

PENERAPAN METODE KOOPERATIF TIPE TWO

STAY-TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS

BELAJAR SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 2 SMA PGRI 1 Bandung)

Oleh : Putri Purwati

0606107

Disetujui dan Disahkan Oleh : Pembimbing I

Dr. Nana Supriatna, M, Ed NIP. 196110141986011001

Pembimbing II

Drs. Tarunasena Ma’mur M. Pd. NIP. 196808281998021001

Diketahui Oleh :

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd NIP. 195704081984031003


(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN BERITA ACARA

SURAT PERNYATAAN……….. ...i

KATA PENGANTAR………...ii

UCAPAN TERIMAKASIH………...iii

ABSTRAK...………...iv

DAFTAR ISI..……….…...v

DAFTAR TABEL.……….…....vii

DAFTAR GAMBAR..………... ...viii

DAFTAR GRAFIK……….ix

BAB I PENDAHULUAN………...1

A. Latar Belakang Penelitian………...1

B. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian………...7

C. Tujuan Penelitian………...7

D. Manfaat Penelitian………….………...………....8

E. Struktur organisasi Skripsi…..………..…...8

BAB II KAJIAN TEORITIS.………...………...10

A. Metode Pembelajaran Kooperatif……..……… ....10

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray…...…...13

C. Aktivitas Belajar………...15

D. Penelitian Terdahulu………...19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...…………..23 A. Metode Penelitian………...23

B. Desain Penelitian …..………...………...24 1. Prosedur Penelitian……… ....25

a. Rencana (Plan)………..………...26

b. Tindakan (Act)………..………...27

c. Pengamatan (Observe)………..………...27

d. Refleksi (reflect) ………...28

2. Lokasi dan Subjek Penelitian ……….28

3. Teknik Pengumpulan Data ………... ....28

4. Instrumen Penelitian ……….……… ....30

5. Analisis Data ……….……… ....31

6. Validasi Data ……….……… ....32

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………...36

A. Deskripsi Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan Penerapan Metode Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa ...……….………....38

B. Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray dalam Setiap Siklus………....….39 1. Siklus I ……….. 39

a. Perencanaan……..……….….………..39 b. Pelaksanaan ……….40 c. Pengamatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan metode


(5)

d. Refleksi ………44

e. Kesimpulan………...45

2. Siklus II………. 45 a. Perencanaan……...……….….………..45 b. Pelaksanaan ………...46

c. Pengamatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray………...……...48

d. Refleksi ……….………49 e. Kesimpulan……...……….50

3. Siklus III...………. 50

a. Perencanaan……...……….………….….……….50

b. Pelaksanaan ………...50

c. Pengamatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray…..………...52

d. Refleksi ……….53 e. Kesimpulan………...….54

4. Siklus IV...………. 54

a. Perencanaan……...……….………….….……….54 b. Pelaksanaan ………...54

c. Pengamatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray…..………...56

d. Refleksi ……….57 e. Kesimpulan………58

C. Analisis Hasil Penelitian ……..………..58 1. Efektivitas Pengembangan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran sejarah………...58

2. Analisis Seluruh Aktivitas Siswa Dalam Setiap Siklus ………63

D. Kendala-Kendala yang Dihadapi Dalam Menerapkan Metode Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray ………...………...64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………..66

A. Kesimpulan……….66

B. Saran………...67 DAFTAR PUSTAKA……...………68 LAMPIRAN


(6)

23

BAB III

MetodologiPenelitian

A. Metodepenelitian

Metode yang

digunakandalampenelitianinimerupakanpenelitiantindakankelas.Fokusutamapeneli tianadalahaktivitaspembelajaran yang terjadi di dalamkelasistilahasingnya (classroom action research).Penelitiantindakankelas (PTK) adalahsuatubentukpenelitian yang dilaksanakanoleh guru

untukmemecahkanmasalah yang

dihadapidalammelaksanakantugaspokokyaitumengelolapelaksanaanbelajarmengaj ar.

Menurut Hopkins dalam Wiriaatmadja (2002:124) menjabarkan penelitian tindakan kelas sebagai kegiatan yang dilakukan oleh guru atau pendidik dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas mengajarnya atau kualitas mengajar sejawatnya, atau untuk menguji asumsi-asumsi dalam teori-teori pendidikan dalam praktek atau kenyataannya di kelas atau juga untuk mengimplementasikan atau mengevaluasi kebijakan-kebijakan sekolah.

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan secara timbal balik membentuk suatu siklus yang terdiri dari perencanaan (plan), pelaksanaan tindakan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect). Hubungan antara keempat komponen tersebut menunjukkan suatu siklus atau kegiatan berulang. Siklus inilah yang sebetulnya menjadi salah satu ciri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi saja.Apabila digambarkan akan membentuk bagan lingkaran seperti di bawah ini.


(7)

Gambar 3.1 : diadaptasi dari Arikunto (2002 : 92)

Pelaksanaan kegiatan tersebut meliputi perencanaan pelaksanaan tindakan TSTS, pelaksanaan tindakan TSTS, melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan metode TSTSdan melakukan refleksi sebagai bahan evaluasi untuk melakukan tindakan TSTSberikutnya.

B. DesainPenelitian

Desain Penelitian Tindakan Kelas yang akan peneliti gunakan adalah desain penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Mc.Taggart. Desain ini merupakan pengembangan model penelitian tindakan dari Kurt Lewin. Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin iniberdasarkan konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukkan langkah, yaitu :

1) Perencanaan atau planing 2) Tindakan atau acting

3) Pengamatan atau observing, dan 4) Refleksi atau reflecting

Setelahdikembangkan oleh Stephen Kemmis dan Robin Mc. Taggart pada tahun 1988, komponen pertama dalam suatu penelitian tindakan adalah perencanaan, komponen kedua adalah tindakan dan pengamatan. Kemmis dan

Perlakuan

Pengamatan

Refleksi Perencanaan


(8)

25

Taggart memandang bahwa tindakan dan pengamatan merupakan satu kesatuan sehingga hasil dari pengamatan ini akan dijadikan dasar untuk langkah berikutnya yaitu refleksi atau mengamati apa yang sudah terjadi. Setelah tersusun sebuah refleksi maka dilakukan lagi perencanaan rangkaian tindakan dan pengamatan selanjutnya, dan begitu selanjutnya. Dengan demikian jangka waktu yang dibutuhkan dalam suatu siklus sangat tergantung dari permasalahan yang dihadapi. Berikut adalah bagan penelitian tindakan yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc Taggart.

Gambar 3.2: diadaptasi dari Hopkins (1993 : 48)

Model Spiral Penelitian Tindakan Kelas dari Kemmis dan Mc. Taggart

1. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang digunakan mengacu pada model spiral PTK Kemmis dan Mc. Taggart di atas. Keempat langkah PTK tersebut merupakan satu siklus atau putaran, Sukardi (2004: 213) menjelaskan langkah-langkah tersebut sebagai berikut:


(9)

a. Rencana (plan)

Rencanamerupakan serangkaian tindakan terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Dalam penelitian tindakan, rencana tindakan harus berorientasi ke depan dan bersifat fleksibel. Dalam tahap ini peneliti akan menyusun serangkaian rencana kegiatan dan tindakan yang akan dilakukan bersama kolaborator untuk mendapatkan hasil yang baik berdasarkan analisa masalah yang didapatkan. Pada penelitian ini tahap perencanaan yang disusun adalah :

a. Menentukan kelas yang akan dijadikan sebagai tempat penelitian

b. Melakukan observasi pra-penelitian terhadap kelas yang akan digunakan untuk penelitian.

c. Meminta kesediaan guru untuk menjadi kolaborator peneliti dalam penelitian yang akan dilaksanakan.

d. Menyusun kesepakatan dengan kolaborator mengenai waktu penelitian.

e. Mendiskusikan pelaksanaan TSTS yang akan diterapkan dalam penelitian tindakan kelas.

f. Menyusun silabus dan rencana pengajaran yang akan digunakan saat pembelajaran dalam penelitian.

g. Merencanakan sistem penilaian yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran dengan metode TSTS sehingga dapat mengukur aktivitasbelajar siswa.

h. Menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian untuk melihat pertumbuhan aktivitasbelajar siswa.

i. Merencanakan diskusi-balikan yang akan dilakukan bersama kolaborator peneliti.

j. Membuat rencana untuk melakukan perbaikan sebagai tindak lanjut dari diskusi-balikan yang telah dilakukan dengan mitra peneliti.


(10)

27

b. Tindakan (act)

Langkah kedua yang perlu diperhatikan adalah langkah tindakan atau pelaksanaan yang terkontrol secara seksama. Tindakan yang akan dilakukan pada penelitian ini yakni:

a. Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan, yaitu tindakan yang sesuai dengan silabus dan rencana pengajaran yang telah disusun.

b. Mengoptimalkan penerapan metode pembelajaran TSTS dalam kegiatan pembelajaran sejarah.

c. Mengadakan pengamatan dan penilaian terhadap kegiatan TSTS. d. Mengadakan pengukuran terhadap aktivitasbelajar siswa.

e. Menggunakan instrumen penelitian yang telah disusun. f. Melakukan diskusi-balikan dengan mitra penelitian.

g. Melakukan revisi tindakan sebagai tindak lanjut dari hasil diskusi-balikan. h. Melaksanakan pengolahan data

c. Pengamatan (observe)

Padapenelitian tindakan, observasi mempunyai fungsi mendokumentasikan penerapan tindakan yang diberikan kepada subjek penelitian. Oleh karena itu, observasi harus mempunyai beberapa macam keunggulan seperti memiliki orientasi kedepan, memiliki dasar-dasar cerminan untuk sekarang dan yang akan datang. Pada tahap ini pelaksanaan observasi atau pengamatan dilakukan bersamaan dengan dilaksanakannya tindakan.Pada kegiatan observasi ini, peneliti melakukan:

a. Pengamatan terhadap keadaan kelas yang diteliti.

b. Pengamatan mengenai kesesuaian penerapan metode pembelajaran TSTS dengan pokok bahasan yang berlangsung.

c. Pengamatan kesesuaian penerapan metode pembelajaran TSTS dengan kaidah-kaidah teoritis yang digunakan.

d. Mengamati kemampuan guru dan siswa dalam menerapkan metode pembelajaran TSTS.


(11)

e. Pengamatan terhadap keterhubungan penerapan metode pembelajaran TSTSdengan aktivitasbelajar siswa.

d. Refleksi (reflect)

Langkah ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Langkah reflektif ini ditujukan untuk mengevaluasi perencanaan dan langkah tindakan, serta membantu mengidentifikasi berbagai kendala atau permasalahan yang muncul pada saat pelaksanaan tindakan. Selain itu juga dengan adanya refleksi, peneliti dapat menentukan perencanaan dan langkah tindakan selanjutnya yang lebih efektif disesuaikan dengan hasil penelitian dan pengamatan sebelumnya. Pada kegiatan ini peneliti melaksanakan kegiatan diskusi-balikan dengan kolaborator maupun mitra dan siswa setelah tindakan dilakukan, serta merefleksikan hasil diskusi-balikan untuk siklus selanjutnya.

2. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA PGRI I Bandung yang berlokasi di Jalan Sukagalih. Sekolah ini memiliki 13 rombongan belajar yang terdiri dari 4 rombongan belajar kelas X program umun, 3 rombongan belajar kelas XI program IPS, 1 rombongan belajar kelas XI program IPA, 2 rombongan belajar kelas XII program IPA, dan 3 rombongan kelas XII program IPS. Dalam rencana penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas XI IPS 2.

Berdasarkan pertimbangan waktu dan kemampuan peneliti, lokasi ini dipilih berkenaan dengan masalah yang muncul seperti telah diuraikan pada latar belakang penelitian dan penting untuk segera diselesaikan. Diharapkan dengan diterapkannya teknik TSTS ini dapat menumbuhkan aktivitas belajar siswa pada lokasi penelitian tersebut.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi (pengamatan) terhadap kolaborator dan siswa,


(12)

29

wawancara, serta studi dokumenter. Berikut ini akan diuraikan mengenai teknik pengumpulan data yang akan dilakukan:

a. Observasi (pengamatan)

Dalam penelitian naturalistik seperti Penelitian Tindakan Kelas, observasi atau pengamatan merupakan alat pengumpul data yang paling utama. Dalam penelitian ini, observasi atau pengamatan dilakukan dengan cara mengamati semua kejadian yang berlangsung di dalam kelas. Kegiatan tersebut bisa berupa cara guru menyampaikan pelajaran, kegiatan siswa dalam mengikuti pelajaran, kondisi kelas, dan kejadian-kejadian lain yang berlangsung secara spontan yang terjadi selama kegiatan pembelajaran berlangsung yang selanjutnya akan menjadi catatan dalam catatan lapangan. Format observasi yang akan digunakan adalah format observasi tertutup dengan model ceklist, dan format observasi terbuka. b. Metode Wawancara

Wawancara adalah proses pengambilan data di lapangan dengan cara peneliti mendatangi langsung kepada responden atau subjek yang diteliti. Peneliti kemudian menanyakan sesuatu yang telah direncanakan kepada responden, hasilnya dicatat sebagai informasi penting dalam penelitian (Sukardi, 2004 : 79).

Pedoman wawancara digunakan untuk mendapatkan data secara kualitatif yang diperoleh untuk bahan analisis pada tahap selanjutnya terutama untuk mengetahui aktivitas siswa dan tanggapan siswa terhadap proses belajar mengajar. Bentuk wawancara yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara terstruktur, peneliti hanya melakukan wawancara kepada sebagian siswa yang dianggap mewakili keseluruhan siswa. Data hasil wawancara tersebut direkam dengan menggunakan tape rekaman, untuk membantu peneliti mengingat kembali hasil wawancara yang telah dilakukan. Hasil wawancara itu dimaksudkan untuk perbaikan dalam proses belajar mengajar sesuai dengan yang telah direncanakan bersama peneliti, peneliti mitra, dan guru dalam proses pembelajaran selanjutnya. c. Studi Dokumenter

Studi dokumenter merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui pengumpulan dan analisis dokumen baik berupa dokumen tertulis maupun


(13)

dokumen elektronik. Dokumen tertulis yang akan peneliti gunakan adalah berupa dokumen kegiatan belajar mengajar seperti:

1. Daftar kehadiran siswa

2. Silabus dan Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 3. Data hasil observasi kegiatan pembelajaran

4. Data hasil bagan partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

5. Data hasil penilaian dan pengukuran aktivitas belajar siswa 6. Data hasil penilaian dan pengukuran aktivitas kelompok

Sedangkan dokumen elektronik yang akan digunakan adalah berupaKamera digital yang akan digunakan untuk memotret kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS.

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti sendiri bertindak sebagai instrumen utama penelitian, instrumen bantu lainnya dalam rencana penelitian ini adalah :

a. Lembar panduan observasi.

Dalam pelaksanaan observasi (pengamatan) peneliti akan menggunakan format observasi terbuka dan ceklis secara langsung dan tidak langsung. Observasi terbuka secara langsung akan digunakan oleh peneliti untuk mencatat semua kejadian yang terjadi pada saat kegiatan belajar mengajar sebelum dilakukan teknik TSTS. Sedangkan catatan lapangan akan peneliti gunakan untuk mencatat kejadian-kejadian spontan yang terjadi dalam pelaksanaan teknik TSTSseperti bergurau saat belajar, terlambat masuk kelas, berceletuk dan sebagainya.

b. Angket / kuesioner

Angket atau kuesioner adalah suatu teknik pengumpulan data secara tidak langsung, yang berisi sejumlah pertanyaan dengan alternatif jawaban yang telah disediakan. Angket sering digunakan dalam penelitian tindakan kelas.


(14)

31

Pedoman wawancara adalah perangkat pertanyaan yang diajukan oleh peneliti untuk mendapatkan jawaban dari siswa dan guru dengan cara melakukan tanya jawab berkenaan dengan penelitian yang dilakukan penulis. Pedoman wawancara dipergunakan untuk memperoleh data yang berkaitan dengan rencana pelaksanaan tindakan, pandangan dan pendapat guru dan siswa, untuk mengetahui lebih dalam mengenai metode pembelajaran kooperatiftipe TSTS sebagai salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan dalam pembelajaran sejarah, baik sebelum dilakukan tindakan ataupun sesudah dilakukan tindakan. Wawancara dialogis dalam bentuk diskusi dan refleksi antarapenelitidengankolaboratorjuga dilakukan untuk mencari alternatif pemecahan masalah untuk pelaksanaan tindakan selanjutnya.

d. Catatan Lapangan

Catatan lapangan (field notes) dibuat oleh peneliti/ mitra peneliti yang melakukan pengamatan atau observasi. Berbagai aspek pembelajaran di kelas, suasana kelas, pengelolaan kelas, hubungan interaksi guru dengan siswa, interaksi siswa dengan siswa, dan lain-lain semuanya dapat dilihat dari catatan lapangan.

5. Analisis Data 1) Kode dan Mengkoding

Menurut Wiriaatmadja (2005: 139) menjelaskan bahwa kode adalah singkatan kata atau simbol yang dipakai untuk mengklasifikasikan serangkaian kata. Kode atau mengkoding dilakukan untuk menyederhanakan sejumlah besar data yang terkandung dalam catatan lapangan, observasi, dan materi dokumen atau arsip.

2) Catatan Pinggir/catatan reflektif

Dalam Wiriaatmadja (2005: 144), dijelaskan bahwa Catatan pinggir merupakan komentar pengamat secara spontan dalam pengamatan terhadap situasi yang ditampilkan dan disimpan di sebelah kanan margin. Baik catatan reflektif maupun catatan pinggir berfungsi menambah kebermaknaan dan kejelasan kepada catatan lapangan di samping menggarisbawahi hal-hal yang penting yang terlewat atau terkaburkan dalam kegiatan koding. Catatan pinggir atau catatan reflektif


(15)

akan memberikan kembali gambaran yang terjadi di kelas dan apat menjadi refleksi terhadap kekurangan-kekurangan yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran.

6. Validasi Data

Untuk mendapatkan keakuratan dan keobjektifan data yang diperoleh, maka peneliti akan melakukan validasi data, validasi data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

1) Triangulasi

Digunakan untuk memeriksa kebenaran data dengan menggunakan sumber lain sehingga diperoleh derajat kepercayaan yang maksimal. Dalam proses triangulasi dilakukan secara reflektif di antara kolaboratif, peneliti dan kolaborator dengan jalan membandingkan data yang sama dari berbagai sumber. Kegiatan ini akan dilakukan dengan cara mencari informasi yang didapatkan dari kolaborator melalui diskusi-balikan, kemudian data tersebut dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dari siswa berupa jurnal kesan dan angket, juga dari observer berupa catatan lapangan.

2) Member chek

Merupakan kegiatan yang ditujukan untuk melihat kembali kebenaran dan kevalidan informasi atau data penelitian dengan mengkonfirmasikannya dengan sumber data. Kegiatan ini akan peneliti lakukan dengan cara menanyakan kembali informasi informasi-informasi yang telah disampaikan oleh siswa dan guru, pada waktu yang berbeda. Hal tersebut tiada lain dilakukan agar data yang di dapat benar-benar valid.

3) Audit trail

Dilakukan dengan cara mengecek kebenaran hasil penelitian sementara beserta prosedur dan pengumpulan data dengan cara mengkonfirmasikan pada bukti-bukti temuan yang telah diperiksa dan dicek kesahihannya pada sumber data tangan pertama. Proses ini juga dilakukan dengan mengkonfirmasikan atau mendiskusikan dengan sesama rekan mahasiswa yang melakukan penelitian tindakan kelas.


(16)

33

Pengolahan data untuk mengukur aktivitasbelajar siswa diolah secara kuantitatif melalui penskoran. Rumus-rumus yang digunakan, antara lain:

Persentasekemampuankompetensistrategis = � ℎ ��

� ℎ � x 100 %

Untukjumlahskorsiswadiperolehdariperhitunganjumlahsiswa yang

melakukanaktivitasdalammasing-masingaktivitasdikalikandenganskorsiswadenganmasing-masingaktvitas yang kemudianjumlahdariskorsetiapsiswadijumlahkansehinggamenghasilkanjumlahsko rsiswa.Adapunkategoripenskorandalamsetiapaktivitasadalahsebagaiberikut : n

o

Aktivitassiswa Deskripsi

1 Aktivitasmenyimak(visual activities )

5. menyimakdilakukandenganbaikdanfokus 4.

menyimakdilakukandenganbaiktetapikurangfok us

3.

menyimakdilakukandengankurangbaikdankuran gfokus

2.

menyimakdilakukandengantidakbaikdantidakfo kus

1. tidakmenyimak 2 Aktivitasmembacareferensi(v

isual activities)

5. siswamembacadenganfokusdansesuaimateri 4.

siswamembacadenganfokustetapikurangsesuaid enganmateri

3.

siswamembacakurangfokusdankurangsesuaiden ganmateri

2.


(17)

materi

1. tidakmembaca 3 Aktivitasbertanya(oralactivit

ies)

5. pertanyaansesuaidenganmateri yang sedangdibahasdanterarah

4. pertanyaansesuaidenganmateri yang sedangdibahastetapikurang

3. pertanyaankurangsesuaidenganmateri yang sedangdibahasdankurangterarah

2. pertanyaantidaksesuaidenganmateri yang sedangdibahasdankurangterarah

1. tidakmembuatpertanyaan 4

.

Aktivitasmenjawabpertanyaa n(Oral activities)

5. menjawabsesuaidenganpertanyaandanbenar 4.

menjawabdilakukansesuaidenganpertanyaandan kurangbenar

3.

menjawabkurangsesuaidenganpertanyaandanku rangbenar

2.

menjawabdilakukantidaksesuaidenganpertanyaa ndankurangbenar

1. tidakmenjawab 5

.

Aktivitasmenanggapipernyat aan(mental activities)

5.

menanggapisesuaidenganpernyataandanterarah 4.

menanggapisesuaidenganpernyataantetapikuran gterarah

3.

menanggapikurangsesuaidenganpernyataandank urangterarah


(18)

35

2.

menanggapitidaksesuaidenganpernyataandantid akterarah

1. tidakmenanggapi 6

.

Aktivitasmengeluarkanpenda pat(oral activities)

5. pendapatsesuaidenganpernyataandanterarah 4.pendapatsesuaidenganpernyataantetapikurang terarah

3.

pendapatkurangsesuaidenganpernyataandankura ngterarah

2.

pendapattidaksesuaidenganpernyataandantidakt erarah

1. tidakberpendapat tabel 3.1

kategoripenskorandalamsetiapaktivitas

Untukmengklasifikasikualitasaktivitassiswamaka data dikelompokkandenganmenggunakanskalalimaberdasarkanpendapatSuhermandan Kusumah (Masitoh, 2010:33) disajikandalamtabel di bawahini:

Persentaseskor total siswa Kategoriaktivitassiswa

90%≤A≤100% A (sangatbaik)

75%≤B≤90% B (baik)

55%≤C≤75% C (cukup)

40%≤D≤55% D (kurang)

0%≤E≤40% E (buruk)

tabel 3.2

Kriteriapenentuantingkataktivitassiswa Untukmenganalisisangket,

kriteriapenilaiansiswaterhadapsuatupernyataandalamangketterbagikedalam 4 kategoriyaituSangatSetuju (SS), Setuju (S), TidakSetuju (TS),


(19)

danSangatTidakSetuju (STS). untukmenganalisis data angketdigunakanrumussebagaiberikut:

P=� x 100 %

Keterangan: P= Presentasejawaban

F=Frekuensijawaban

n =banyakresponden

Setelahdianalisiskemudiandilakukaninterpretasi data denganmenggunakankategoripresentaseberdasarkanpendapatKoentjaraningrat (dalamSaripah, 2003: 33)

BesarPresentase Interpretasi

0 % Tidakada

1 % - 25 % Sebagiankecil

26 % - 49 % Hampirsetengahnya

50 % Setengahnya

51 % - 75% Sebagianbesar

76 % - 99 % Padaumumnya

100 % Seluruhnya

tabel 3.3


(20)

66

Putri Purwati, 2014

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari bab I sampai bab IV mulai dari perencanaan dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS di kelas XI IPS 2 SMA PGRI I Bandung sampai dengan kendala yang dihadapi oleh guru pada saat menerapkan metode kooperatif tipe TSTS tersebut.

Pertama, sebelummelakukanpenelitian di dalamkelas, penelititerlebihdahulumembuatperencanaanterkaitdenganpenerapanmetodepembel ajarankooperatiftipe TSTS di kelas XI IPS 2 SMA PGRI I Bandung.Perencanaan yang dilakukanmembutuhkanwaktu yang cukup lama karenaharusdisesuaikandengankondisikelasdanmembutuhkanbanyakpersiapansepe

rtimateri, danadantenaga.Perencanaan yang

dibutuhkansalahsatunyaadalahmenyusunsilabusdan RPP, lembarobservasiaktivitassiswa, danmempersiapkanmateri yang akandisampaikankepadasiswa.

Kedua, penerapanmetodepembelajarankooperatiftipe TSTS di kelas XI IPS 2 SMA PGRI I Bandung berlangsungselamaempatsiklus.Pelaksanaansiklus I

sampaisiklus IV berjalandengancukup lancer

walaupunpadaawalpenelitiankondisikelascukupsulituntukdikendalikantetapitidak menjadikendalauntukditerapkannyametodepembelajarankooperatiftipe TSTS tersebut.

Ketiga, aktivitasbelajarsiswa di kelas XI IPS 2 SMA PGRI I Bandung

mengalamipeningkatan yang

cukupsignifikansetelahditerapkannyametodepembelajarankooperatiftipe TSTS. Hal tersebutterlihatpadasiklus I sampaisiklus IV yang mengalamipeningkatansampai 71,1% dari yang awalnyasekitar 35%.Peningkatanaktivitasbelajarsiswaterutamaterjadipadaaktivitasmengeluarkanp endapat yang awalnyasekitar 16,67% padasiklus I menjadi 63,3%


(21)

padasikluske-Putri Purwati, 2014

IV.Peningkatanaktivitasbelajartersebutcukupbesarbiladibandingkanpadasaatprape nelitian.

Keempat, penerapanmetodepembelajarankooperatiftipe TSTS di kelas XI IPS 2 SMA PGRI I Bandung inijugatidaklepasdari yang namanyakendala.Upayauntukmengatasikendalatersebutadalahdenganmelakukandi

skusibalikanantara guru dengan guru

mitrasetelahdilakukannyasetiaptindakan.Diskusibalikantersebutdilakukanuntukme ngatasikendala yang dialamipadasetiapsiklus agar padasiklusselanjutnyabisaberjalandenganlebihbaik.

B. SARAN

1. Untuk guru sejarah, supaya mencari lagi metode-metode menarik lainnya untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan yang nantinya akan lebih meningkatkan aktivitas belajar siswa di dalam kelas.

2. Untuk siswa, supaya lebih aktif lagi di dalam kelas dan bisa mengikuti semua proses pembelajaran dengan baik.

3. Untuk sekolah,supaya lebih memperhatikan aktivitas siswa di dalam kelas yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

4. Untuk peneliti, supaya lebih banyak membaca referensi baik yang berhubungan dengan metode maupun dengan materi dan dalam merencanakan pembelajaran di dalam kelas harus matang dan harus disesuaikan dengan kondisi kelas dan alokasi waktu yang tersedia.


(22)

68 DAFTAR PUSTAKA

1. SumberBuku

Arikunto, S. (2005).ManajemenPenelitian. Jakarta :RinekaCipta.

Arikunto, S. (2010).ProsedurPenelitian: SuatuPendekatanPraktik. Jakarta: RinekaCipta.

Hakiim, L. (2007). PerencanaanPembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Hamalik, O. (2009). Proses BelajarMengajar. Jakarta: PT. BumiAksara.

Hardini, I. danPuspitasari, D. (2012).StrategiPembelajaranTerpadu (Teori, Konsep&Implementasi). Yogyakarta: Familia (Group RelasiInti Media). Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia:

Open University Press.

Ismaun.(2005). SejarahsebagaiIlmudanWahanaPendidikan.Bandung: HistoriaUtama Press.

Lie, A. (2008). Cooperative Learning, Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-RuangKelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Rasyidin, W. et al. (2012). Landasan Pendidikan. Bandung: Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan UPI.

Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumiati dan Asra. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia

Utama Press.

Surakhmad, W. (1980).PengantarInteraksiBelajarMengajar. Bandung: Tarsito. Taniredja, T. et al. (2011).Model-Model PembelajaranInovatif. Bandung:


(23)

Warsita, B. (2008). TeknologiPembelajaran. Jakarta: RinekaCipta.

Wiriaatmadja. R. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia. Bandung: Historia Utama Fresh.

Wiriaatmadja, R. (2006). MetodePenelitianTindakanKelas. Bandung: PT. RemajaRosdakarya

2. Sumberskripsi

Ariwinata. (2010). PenerapanMetodeKooperatifTipe Two Stay-Two Stray UntukMeningkatkanHasilBelajarSiswa

(PenelitianTindakanKelasPadaPembelajaranSejarahdi SMA 14 Bandung).Skripsisarjanapada FPIPS UPI Bandung: tidakditerbitkan.

Dewi, U. F. (2011).PenerapanMetodePembelajaran Snowball Throwing UntukMeningkatkanAktivitasBelajarSiswaPada Mata PelajaranSejarah (PenelitianTindakanKelas di Kelas XII IPS Madrasah AliyahMuhammadiyah Bandung).Skripsisarjanapada FPIPS UPI Bandung: tidakditerbitkan.

Masitoh, I. (2010). Teknik Solve It Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri I Bandung). Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Saripah, E. (2002). Model Reciprocal Teaching Dalam Pembelajaran Kooperatif Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 2-3 SMU Negeri 8 Bandung. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Suhendar, H. (2011). Penerapan Model PembelajaranKooperatifTipe Two

Stay-Two Stray

DalamPembelajaranMatematikaUntukMeningkatkanKemampuanPemecaha nMasalahMatematikSiswa SMA (StudiEksperimenTerhadapSiswaKelas X SMAN 9 Bandung). SkripsiSarjanapada FPMIPA UPI Bandung: tidakditerbitkan.

Widayati, Y. (2008). Penerapan Model

PembelajaranInkuiriUntukMeningkatkanAktivitasBelajarSiswaPada Mata PelajaranSejarah. (PenelitianTindakanKelas di Kelas VIII-H SMP negeri 12 Bandung). SkripsiSarjanaPada FPIPS UPI Bandung: Tidakditerbitkan.


(24)

70

3. Sumber internet

Junaidi.(2011). DefinisiAktivitasBelajar. [online]. Tersedia di:http://www.bukuhalus.com/2011/74/definisi-aktivitas-belajar.html.[25 Juli 2012].

Santoso, B. E. (2011). Model PembelajaranKooperatifTipe Two Stay Two Stray (TSTS). [online]. Tersedia:httpfile://localhost/F:/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html. [19 Mei 2011].

http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/radiasi/article/view/230 http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/1449 http://lib.unri.ac.id/skripsi/index.php?p=show_detail&id=35669


(1)

36

Putri Purwati, 2014

Penerapan Metode Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 2 SMA PGRI 1 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

danSangatTidakSetuju (STS). untukmenganalisis data angketdigunakanrumussebagaiberikut:

P=� x 100 %

Keterangan: P= Presentasejawaban

F=Frekuensijawaban

n =banyakresponden

Setelahdianalisiskemudiandilakukaninterpretasi data denganmenggunakankategoripresentaseberdasarkanpendapatKoentjaraningrat (dalamSaripah, 2003: 33)

BesarPresentase Interpretasi

0 % Tidakada

1 % - 25 % Sebagiankecil

26 % - 49 % Hampirsetengahnya

50 % Setengahnya

51 % - 75% Sebagianbesar

76 % - 99 % Padaumumnya

100 % Seluruhnya

tabel 3.3


(2)

66 Putri Purwati, 2014

Penerapan Metode Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 2 SMA PGRI 1 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dari bab I sampai bab IV mulai dari perencanaan dalam penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe TSTS di kelas XI IPS 2 SMA PGRI I Bandung sampai dengan kendala yang dihadapi oleh guru pada saat menerapkan metode kooperatif tipe TSTS tersebut.

Pertama, sebelummelakukanpenelitian di dalamkelas,

penelititerlebihdahulumembuatperencanaanterkaitdenganpenerapanmetodepembel ajarankooperatiftipe TSTS di kelas XI IPS 2 SMA PGRI I Bandung.Perencanaan

yang dilakukanmembutuhkanwaktu yang cukup lama

karenaharusdisesuaikandengankondisikelasdanmembutuhkanbanyakpersiapansepe

rtimateri, danadantenaga.Perencanaan yang

dibutuhkansalahsatunyaadalahmenyusunsilabusdan RPP, lembarobservasiaktivitassiswa, danmempersiapkanmateri yang akandisampaikankepadasiswa.

Kedua, penerapanmetodepembelajarankooperatiftipe TSTS di kelas XI IPS 2 SMA PGRI I Bandung berlangsungselamaempatsiklus.Pelaksanaansiklus I

sampaisiklus IV berjalandengancukup lancer

walaupunpadaawalpenelitiankondisikelascukupsulituntukdikendalikantetapitidak menjadikendalauntukditerapkannyametodepembelajarankooperatiftipe TSTS tersebut.

Ketiga, aktivitasbelajarsiswa di kelas XI IPS 2 SMA PGRI I Bandung

mengalamipeningkatan yang

cukupsignifikansetelahditerapkannyametodepembelajarankooperatiftipe TSTS. Hal tersebutterlihatpadasiklus I sampaisiklus IV yang mengalamipeningkatansampai 71,1% dari yang awalnyasekitar 35%.Peningkatanaktivitasbelajarsiswaterutamaterjadipadaaktivitasmengeluarkanp endapat yang awalnyasekitar 16,67% padasiklus I menjadi 63,3%


(3)

padasikluske-67

Putri Purwati, 2014

Penerapan Metode Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 2 SMA PGRI 1 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

IV.Peningkatanaktivitasbelajartersebutcukupbesarbiladibandingkanpadasaatprape nelitian.

Keempat, penerapanmetodepembelajarankooperatiftipe TSTS di kelas XI IPS 2 SMA PGRI I Bandung inijugatidaklepasdari yang namanyakendala.Upayauntukmengatasikendalatersebutadalahdenganmelakukandi

skusibalikanantara guru dengan guru

mitrasetelahdilakukannyasetiaptindakan.Diskusibalikantersebutdilakukanuntukme ngatasikendala yang dialamipadasetiapsiklus agar padasiklusselanjutnyabisaberjalandenganlebihbaik.

B. SARAN

1. Untuk guru sejarah, supaya mencari lagi metode-metode menarik lainnya untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan yang nantinya akan lebih meningkatkan aktivitas belajar siswa di dalam kelas.

2. Untuk siswa, supaya lebih aktif lagi di dalam kelas dan bisa mengikuti semua proses pembelajaran dengan baik.

3. Untuk sekolah,supaya lebih memperhatikan aktivitas siswa di dalam kelas yang nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

4. Untuk peneliti, supaya lebih banyak membaca referensi baik yang berhubungan dengan metode maupun dengan materi dan dalam merencanakan pembelajaran di dalam kelas harus matang dan harus disesuaikan dengan kondisi kelas dan alokasi waktu yang tersedia.


(4)

68 Putri Purwati, 2014

Penerapan Metode Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 2 SMA PGRI 1 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu DAFTAR PUSTAKA

1. SumberBuku

Arikunto, S. (2005).ManajemenPenelitian. Jakarta :RinekaCipta.

Arikunto, S. (2010).ProsedurPenelitian: SuatuPendekatanPraktik. Jakarta: RinekaCipta.

Hakiim, L. (2007). PerencanaanPembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Hamalik, O. (2009). Proses BelajarMengajar. Jakarta: PT. BumiAksara.

Hardini, I. danPuspitasari, D. (2012).StrategiPembelajaranTerpadu (Teori, Konsep&Implementasi). Yogyakarta: Familia (Group RelasiInti Media). Hopkins, D. (1993). A Teacher’s Guide to Classroom Research. Philadelphia:

Open University Press.

Ismaun.(2005). SejarahsebagaiIlmudanWahanaPendidikan.Bandung: HistoriaUtama Press.

Lie, A. (2008). Cooperative Learning, Mempraktikan Cooperative Learning di Ruang-RuangKelas. Jakarta: PT. Grasindo.

Rasyidin, W. et al. (2012). Landasan Pendidikan. Bandung: Sub Koordinator MKDP Landasan Pendidikan UPI.

Sardiman. (2010). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya. Jakarta: Bumi Aksara.

Sumiati dan Asra. (2007). Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Historia

Utama Press.

Surakhmad, W. (1980).PengantarInteraksiBelajarMengajar. Bandung: Tarsito. Taniredja, T. et al. (2011).Model-Model PembelajaranInovatif. Bandung:


(5)

69

Putri Purwati, 2014

Penerapan Metode Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 2 SMA PGRI 1 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Warsita, B. (2008). TeknologiPembelajaran. Jakarta: RinekaCipta.

Wiriaatmadja. R. (2002). Pendidikan Sejarah di Indonesia. Bandung: Historia Utama Fresh.

Wiriaatmadja, R. (2006). MetodePenelitianTindakanKelas. Bandung: PT. RemajaRosdakarya

2. Sumberskripsi

Ariwinata. (2010). PenerapanMetodeKooperatifTipe Two Stay-Two Stray UntukMeningkatkanHasilBelajarSiswa

(PenelitianTindakanKelasPadaPembelajaranSejarahdi SMA 14

Bandung).Skripsisarjanapada FPIPS UPI Bandung: tidakditerbitkan.

Dewi, U. F. (2011).PenerapanMetodePembelajaran Snowball Throwing UntukMeningkatkanAktivitasBelajarSiswaPada Mata PelajaranSejarah

(PenelitianTindakanKelas di Kelas XII IPS Madrasah

AliyahMuhammadiyah Bandung).Skripsisarjanapada FPIPS UPI Bandung: tidakditerbitkan.

Masitoh, I. (2010). Teknik Solve It Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Reciprocal Teaching Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa SMP (Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII-4 SMP Negeri I Bandung). Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Saripah, E. (2002). Model Reciprocal Teaching Dalam Pembelajaran Kooperatif Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas 2-3 SMU Negeri 8 Bandung. Skripsi pada FPMIPA UPI Bandung: tidak diterbitkan

Suhendar, H. (2011). Penerapan Model PembelajaranKooperatifTipe Two

Stay-Two Stray

DalamPembelajaranMatematikaUntukMeningkatkanKemampuanPemecaha nMasalahMatematikSiswa SMA (StudiEksperimenTerhadapSiswaKelas X SMAN 9 Bandung). SkripsiSarjanapada FPMIPA UPI Bandung: tidakditerbitkan.

Widayati, Y. (2008). Penerapan Model

PembelajaranInkuiriUntukMeningkatkanAktivitasBelajarSiswaPada Mata PelajaranSejarah. (PenelitianTindakanKelas di Kelas VIII-H SMP negeri 12 Bandung). SkripsiSarjanaPada FPIPS UPI Bandung: Tidakditerbitkan.


(6)

Putri Purwati, 2014

Penerapan Metode Kooperatif Tipe Two Stay-Two Stray Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 2 SMA PGRI 1 Bandung)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Sumber internet

Junaidi.(2011). DefinisiAktivitasBelajar. [online]. Tersedia di:http://www.bukuhalus.com/2011/74/definisi-aktivitas-belajar.html.[25 Juli 2012].

Santoso, B. E. (2011). Model PembelajaranKooperatifTipe Two Stay Two Stray (TSTS). [online]. Tersedia:httpfile://localhost/F:/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-two.html. [19 Mei 2011].

http://ejournal.umpwr.ac.id/index.php/radiasi/article/view/230 http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/view/1449 http://lib.unri.ac.id/skripsi/index.php?p=show_detail&id=35669


Dokumen yang terkait

perbedaan hasil belajar biologi siswa yang diajarkan melalui pembelajaran kooperatif teknik jigsay dengan teknik two stay two stray (kuasi eksperimen di MTs PUI Bogor)

0 5 185

Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Terhadap Keterampilan Menyimak Siswa Kelas V MIN 15 Bintaro Jakarta Selatan

1 10 130

Perbedaan hasil belajar ips siswa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif teknik inside outside circle dan two stay two stray

0 12 0

Perbedaan Hasil Belajar Antara Siswa yang Menggunakan Metode Pembelajaran Two Stay Two Stray dan Jigsaw Pada Konsep Pencernaan

2 14 198

Pengaruh teknik kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dengan Guided Note Taking (GNT) terhadap hasil belajar siswa pada konsep archaebacteria dan eubacteria: kuasi eksperimen di SMA Negeri 1 Kota Tangerang Selatan.

0 9 243

perbedaan hasil belajar peserta didik menggunakan pendekatan sts, sets, dan stem pada pembelajaran konsep virus

3 22 77

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATA Penerapan Strategi Pembelajaran Two Stay Two Stray Untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Mata Pelajaran Ips Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri Karanganyar 01 Weru Suko

0 1 12

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY PADA MATERI SISTEM EKSKRESI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMA KELAS XI.

0 4 46

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE TWO STAY TWO STRAY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI :Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI-C1 SMA Pasundan 1 Bandung:.

0 0 56

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Sosiologi Pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMA Negeri 1 Mojolaban.

0 0 18