39
menentukan nilai yang dipilihnya. Pendekatan ini bukan nilai-nilai mana yang dianggap baik, melainkan
dititik beratkan pada proses pengambilan nilai.
2.3 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang mengungkapkan secara spesifik tentang implementasi pendidikan nilai siswa
dan mempunyai keterkaitan dengan pendidikan nilai, serta penanaman nilai moral, diantaranya adalah
sebagai berikut:
Penelitian Darmiyati Zuchdi, dkk 2006 yang berjudul “Pengembangan Model Pendidikan Karakter
Komprehensif di Sekolah Dasar Terpadu dengan Pembelajaran Bahasa Indonesia, IPA Dan IPS
Yogyakarta”. Proyek Penelitian. Menyimpulkan bahwa konteks institusional sekolah wilayah Yogyakarta
masih belum secara optimal mendukung pelaksanaan pendidikan karakter karena masih ada sekolah yang
suasananya kurang tertib, tidak ada kebebasan, menakutkan, kompetitif tidak kooperatif,
individualistic, saling iri, tertutup, berorientasi pada prestise bukan prestasi, membuat warga sekolah tidak
betah berada di sekolah, kurang mandiri, membosankan, mekanistik kurang manusiawi,
kepemimpinan otoriter, dan menyebabkan warga sekolah ingin pindah. Bedasarkan hasil penelitian
tersebut, juga dikatakan bahwa pola pendidikan karakter yang diharapkan berhasil adalah yang
diintegrasikan dalam kegiatan intrakulilkuler dan
40
ekstrakurikuler, menggunakan startegi komprehensif, dan melalui pembiasaan. Hasil penelitian tersebut
dapat dijadikan salah satu referensi tentang kondisi yang ada di beberapa sekolah di Yogyakarta, kota yang
sama dimana lokasi penelitian dalam penelitian ini dilakukan. Salah satu pola pendidikan karakter yang
diharapkan berhasil adalah yang diintegrasikan dalam kegiatan intrakulikuler. Hal terebut juga berkaitan
dengan pola pendidikan nilai yang digunakan dalam penelitian ini, yakni dengan cara mengintegrasikan
pendidikan nilai kejujuran, kesabaran, dan ketaatan beribadah dalam proses pembelajaran IPS.
Penelitian Herprawati 1996 yang berjudul Penanaman Nilai Moral pada PBM di Sekolah Dasar
Pakem IV Sleman Yogyakarta Tesis, berkesimpulan bahwa guru yang diterima oleh anak selama proses
belajar mengajar terutama dikarenakan sikap dan perilaku guru yang simpati dan penuh wibawa, sedang
yang tidak diterima karena dalam dalam menajalan komunikasi dan memperlakukan anak tidak
manusiawi. Semua yang menyampaikan pelajaran kepada anak kelas V di sekolah ini berpandangan
bahwa, semua anak didik selain harus berprestasi juga harus berperilaku dengan baik.
Penelitian yang dilakukan Siti Johariyah 2002 berjudul Nilai Moral dalam Interaksi Belajar Mengajar
Sejarah Kebudayaan Islam di MTsN 1 Yogyakarta Tesis, bekesimpulan bahwa hasil pengajaran SKI
yang dirasakan para siswa berkaitan dengan nilai-nilai
41
moral yang sengaja ditanamkan oleh guru adalah kejujuran, kedermawaan, keberanian, dan kasih
sayang. Hasil pengajaran yang dirasakan oleh para siswa tersebut didukung oleh taraf kemampuan,
semangat, dan motivasi yang dimiliki para siswa, disamping keluarga seperti, ibu, bapak, kakek atau
nenek. Lebih lanjut disebutkan bahwa implikasi dari kesimpulan hasil penelitian ini menunjukan suatu
keadaan bahwa guru SKI telah merencanakan penanaman nilai-nilai norma dalam sutuan pelajaran
yang dibuatnya. Guru menyadari tugasnya selain menyampaikan ilmu pengetahuan yang berhubungan
dengan SKI, juga menanamkan nilai-nilai moral yang tekandung di dalamnya. Meskipun demikian
realisasinya dalam proses belajar mengajar, ternyata guru tidak selalu memunculkan aktivitas penanaman
nilai-nilai moral tersebut. Nilai-nilai moral yang dimunculkan oleh guru terbatas pada sifat-sifat
dominan yang dimiliki oleh Khalifah Abu Bakar Siddik, Umar bin Khottob, Utsman bin Affan maupun Ali bin
Abu Thalib, seperti kejujuran, kedermawaan, keberanian, dan kasih sayang.
Penelitian Tutuk Ningsih 2003 yang berjudul Pola Pembinaan Moral Siswa Madrasah Aliyah Negeri
MAN Paiton Probolinggo Jawa Timur Tesis, bekesimpulan bahwa, pola pembinaan moral siswa
yang dilakukan di Madrasah Aliyah Negeri MAN Paiton, sangat mendukung keberhasilan tujuan
pendidikan dalam proses pemeblajaran di sekolah.
42
Pola pembinaan moral siswa melibatkan berbagai komponen yang terkait dalam proses pembelajaran
tersebut secara umum yang meliputi, komponen guru, siswa, kepala sekolah, tenaga administrasi karyawan
dan komponen, sarana-sarana pendukung serta keadaan lingkungan sekolah. Pembinaan moral
mempunyai arti yang sangat penting khususnya dalam pembinaan perilaku siswa untuk menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan berperilaku positif atau bermoral baik.
Dilihat dari latar belakang permasalahan dan tujuan penelitian yang dikaji dalam penelitian di atas,
dapat disimpulkan bahwa penelitian-penelitian tersebut jelas berbeda, meskipun paradigmanya
mempunyai kesamaan, yaitu dengan menggunakan paradigma penelitian kualitatif. Namun demikian
dalam kaitannya dengan penelitian yang sedang dilakukan, sehingga dapat memberikan pandangan
tentang suatu kajian pendidikan nilai secara mendalam dari beberapa aspek atau fokus penelitian.
Persoalannya sekarang, adalah pendidikan nilai yang bagaimana yang diterapkan di Sekolah
DasarMadrasah dan apakah pola yang diterapkan tersebut telah memberikan kontribusi optimal dalam
kaitannya dengan pendidikan nilai siswa, atau dengan kata lain apakah perilaku siswa tersebut sudah
menunjukan kualitas yang baik. Tolok ukur baik- tidaknya perilaku siswa yang dimaksud dalam hal ini
adalah nilai moral sesuai dengan akhlak agama islam,
43
jadi bukan nilai-nilai yang berlaku sesuai dengan etika masyarakat dikebanyakan.
Sementara etika lebih merupakan kesempatan masyarakat pada suatu waktu dan tempat tertentu.
Bila suatu masyarakat bercorak religius, maka etika yang dikembangkan pada masyarakat tentu akan
bercorak religius pula, akan tetapi bila suatu masyarakat bercorak sekuler, etika yang
dikembangkannya tentu merupakan konkritisasi dari jiwa sekuler. Dengan demikian, etika dapat disamakan
dengan akhlak manakala sumber atapun produk budaya sesuai dengan prinsip-prinsip akhlak. Akan
tetapi moral dan etika bisa juga bertentangan dengan akhlak manakala produk budaya itu menyimpang dari
fitrah agama yang suci.
2.4 Kerangka Pikir