Kecemasan akan kesehatan ibu Kecemasan akan kesehatan anak Harapan jenis kelamin

B. Faktor-Faktor Penyebab Kecemasan Suami Menghadapi Istri Bersalin

1. Kecemasan akan kesehatan ibu

Kehamilan memang sesuatu yang patut dikhawatirkan, dan sudah lumrah sebagai suami yang menyayangi, hasrat untuk ingin melindungi istri dari segala bahaya dalam menghadapi persalinan. Suami mengetahui bahwa sekarang ini sangatlah aman untuk hamil dan persalinan dibandingkan masa lalu, tetapi suami tidak bisa berhanti mengkhawatirkan bahwa sesuatu akan terjadi pada istri bapak, separti istri dapat melahirkan dengan normal. Perhatian utama ayah ialah membawa ibu kefasilitas medis tepat waktu bersalin dan tidak menunjukan sikap acuh. Banyak ayah ingin mengetahui saat persalinan dan menentukan saat yang tepat untuk pergi kerumah sakit atau memanggil pemberi jasa pelayan kesehatan Bobak, 2005.

2. Kecemasan akan kesehatan anak

Ketika janin semakin jelas, yang terlihat dengan adanya gerakan dan denyut jantung, kecemasan orang tua yang terutama ialah kemungkinan cacat pada anak orang tua akan membicarakan rasa cemasnya ini secara terbuka dan berusaha memperoleh kepastian bahwa anaknya dalam keadaan sempurna dan sehat. Di samping itu, trimester ini merupakan masa riskan terjadinya kelahirnya bayi premature dan berat badan bayi rendah BBLR sehingga menyebabkan tingginya kecemasan pada ibu dan suami. Seorang ibu tidak memiliki hak monopoli terhadap kecemasan. Seperti semua ibu dan ayah juga khawatir tentang kesehatan dan kesejahteraan bayinya yang belum lahir. Untuknya hamper semua kekhawatiran itu sebenarnya tidak perlu. Sekarang ini ada kemungkinan yang sangat besar bahwa bayi akan lahir dalam keadan sehat dan selamat. Universitas Sumatera Utara

3. Harapan jenis kelamin

Banyak pasangan suami istri mencari informasi tentang jenis kelamin anaknya sebelum kelahiran anaknya. Saat persalinan berlangsung, kebanyakan orang tua dapat menerima jenis kelamin bayinya tetapi kadang-kadang kekecewaan muncul dan diungkapkan dengan jelas. Suami akan merasa sedih dan kehilangan pada saat istri melahirkan karena melepaskan anak yang dibayangkan dan mulai menerima anaknya yang nyata. Sebagaian suami terlibat dengan memiliki nama dan menduga jenis kelamin anaknya. Sejak bulan pertama nama anak sudah dapat dipilih. Tradisi keluarga, persyaratan agama, dan upaya meneruskan nama seseorang atau nama sanak saudara atau nama teman kadang-kadang penting dalam proses seleksi nama. Saat memberikan jenis kelaminya, jangan hanya mengucapkan, “ Dia cewek” atau “Dia cowok,” tapi sampikan dengan kata-kata manis yang terdengar mesra. Semisal, “ Anak kita laki-laki, lo.” Atau” Anak kita cantik seperti ibunya.” Tentukan saja ekspresikan.

4. Tanggung jawab financial