Peningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) pada mata pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Karimiyah Jakarta
KELAS IV MI. AL-KARIMIYAH JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh:
HUMAIROH NIM 809018300909
PROGRAM STUDI PGMI DUAL MODE SYSTEM
JURUSAN KEPENDIDIKAN ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
i
PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS IV MI. AL-KARIMIYAH.
Humairoh, NIM 809018300909, Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah Jakarta, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Dual Mode System Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus, tiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah Jakarta pada tahun ajaran 2013/2014 dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa yang terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Tujuan dari penelitan ini untuk mengetahui atau mengukur sejauhmana keberhasilan belajar siswa melalui metode Student Team Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah Jakarta. Instrumen yang digunakan untuk mengambil data adalah: 1) Keterampilan Guru dalam Mengelola Pembelajaran, 2) Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran, 3) Pengamatan Hasil Belajar Siswa dalam Pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukan bahwa metode STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah Jakarta pada tahun pelajaran 2013/2014 pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Pada siklus I jumlah siswa yang mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 sebanyak 19 siswa (76,29%). Lalu pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar siswa yang mencapai KKM yakni 27 siswa (100%). Pembelajaran dengan menggunakan metode STAD membuat pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa serta memberikan hasil yang baik bagi peningkatan hasil belajar siswa.
(7)
ii
dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode STAD Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Karimiyah. Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rampungnya penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A, selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Fauzan, M.A, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
3. Dr. Iwan Purwanto M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPS Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sekaligus Dosen Pembimbing yang tak henti-hentinya membimbing, memberikan saran, masukan serta motivasinya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Segenap dosen pengajar di program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. H.Ahmad Nawawi, B.A, selaku kepala sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah Jakarta.
6. Dewan guru dan rekan sejawat Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah,
7. Teman-teman mahasiswa dual mode system program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
8. Kedua orang tua tercinta, Bapak/Ibu H.M. Sholeh HAK dan Hj. Ulyah serta Mertua H. Abdul Haris dan Urpiyah, yang tidak lelah untuk selalu mendoakan
(8)
iii Adli Khadafi.
10.Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.
Semoga segala sesuatu yang telah mereka berikan dan curahkan kepada penulis mendapatkan balasan dan pahala dari Allah SWT. Dan skripsi ini memberikan manfaat bagi yang membacanya dan penulis selalu mengharapkan dari semua pihak guna penyempurnaan.
Jakarta November 2014
(9)
iv
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 5
C.Pembatasan Masalah ... 6
D.Perumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 6
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Hasil Belajar ... 8
1. Pengertian Hasil Belajar ... 8
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 9
3. Evaluasi Hasil Belajar ... 10
B. Pembelajaran Kooperatif ... 15
1. Definisi dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif ... 16
2. Definisi STAD ... 18
3. Karakteristik STAD ... 18
4. Kelebihan dan Kelemahan STAD ... 19
(10)
v
D. Penelitian yang Relevan ... 24
E. Hipotesis Penelitian ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 25
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ... 25
C. Subyek Penelitian ... 26
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ... 26
E. Tahapan Intervensi Tindakan ... 26
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ... 28
G. Data dan Sumber Data ... 29
H. Instrumen Pengumpulan Data ... 29
I. Teknik Pengumpulan Data ... 34
J. Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan ... 35
K. Analisis Data dan Interpretasi Data ... 37
L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ... 38
BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian ... 39
1. Profil Sekolah ... 39
2. Data Guru dan Karyawan ... 40
3. Data Siswa ... 41
4. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 41
5. Data Pre-Siklus ... 42
B. Analisis Data Penelitian ... 44
1. Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 44
(11)
vi
3. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Kooperatif ... 81 4. Hasil Belajar ... 82 5. Implikasi Hasil Belajar ... 83
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 84 B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
(12)
vii
Tabel 3.2 : Lembar Observasi Aktivitas Guru ... ... 31
Tabel 3.3 : Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... ... 33
Tabel 3.4 : Tabel Interpretasi Nilai Indeks N Gain ... ... 38
Tabel 4.1 : Daftar Guru MI Al-Karimiyah Tahun Pelajaran 2013/2014 ... ... 40
Tabel 4.2 : Data Siswa/i MI Al-Karimiyah Tahun Pelajaran 2013/2014 ... ... 41
Tabel 4.3 : Daftar Sarana Dan Prasarana MI Al-Karimiyah ... ... 42
Tabel 4.4 : Data Hasil Belajar Siswa Pada Tes Pre-Siklus ... ... 42
Tabel 4.5 : Nilai Uji Tes Tulis Siklus I ... ... 44
Tabel 4.6 : Hasil Uji Validitas Butir Soal Tes Tulis Siklus I ... ... 46
Tabel 4.7 : Perhitungan Reliabilitas Awal Dan Akhir ... ... 47
Tabel 4.8 : Hasil Uji Tingkat Kesukaran Butir Soal Siklus I ... ... 49
Tabel 4.9 : Klasifikasi Kelompok Siswa pada Uji Daya Pembeda ... ... 50
Tabel 4.10 : Hasil Uji Daya Pembeda Butir Soal Siklus I ... ... 52
Tabel 4.11 : Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus I Pertemuan 1 & 2... 59
Tabel 4.12 : Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 & 2 ... 61
Tabel 4.13 : Hasil Pengamatan Hasil Belajar Siswa Siklus I Pertemuan 1 & 2.... 63
Tabel 4.14 : Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 & 2 ... 64
Tabel 4.15 : Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II Pertemuan 1 & 2.... 71
Tabel 4.16 : Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1 & 2 ... 73
Tabel 4.17 : Hasil Pengamatan Hasil Belajar Siswa Siklus II Pertemuan 1 & 2... 75
(13)
viii
Diagram 4.2 : Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus I ... 62
Diagram 4.3 : Nilai Rata-rata Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 64
Diagram 4.4 : Data Rekap Keterampilan Guru, Aktivitas & Hasil Belajar Sik I.. 65
Diagram 4.5 : Hasil Pengamatan Keterampilan Guru Siklus II ... 72
Diagram 4.6 : Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa Siklus II ... 74
Diagram 4.7 : Hasil Pengamatan Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 76
Diagram 4.8 : Perbandingan antara Siklus I & II ... 77
(14)
1
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan kebutuhan dan hak asasi setiap manusia dalam mempersiapkan kehidupan berkualitas di masa depan. Pendidikan juga merupakan modal dasar bagi manusia untuk menjadi insan yang berguna dan bermanfaaat dalam segala aspek kehidupannya. “Dalam UU Sisdiknas, menjadi bermanfaat itu dirumuskan dalam indikator strategis, seperti beriman, bertakwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”,1 dengan cara mengembangkan kemampuan dan potensi peserta didik serta membentuk watak mereka.
Sebagai makhluk sosial yang hidup dalam lingkungan masyarakat dan negara memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan bangsa. Supaya pembangunan bangsa semakin meningkat, dibutuhkan sumber daya manusia yang baik pula untuk menunjang pelaksanaannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sumber daya manusia adalah peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan diarahkan untuk meningkatkan kualitas manusia seutuhnya melalui olah hati, olah pikir, olah rasa, dan olah raga agar memiliki daya saing dalam menghadapi tantangan global.
Tujuan yang disebutkan di atas dapat tercapai dengan ketersediaan beberapa komponen pendidikan, salah satunya adalah sekolah. Berdasarkan jenjang pendidikan, dikenallah beberapa macam sekolah seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Perguruan Tinggi/Universitas.
Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan yang pertama kali harus dilalui oleh siswa untuk dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya. Tanpa
1Mohammad Nuh, “Kurikulum 2013”
, diakses dari situs http://kemdikbud.go.id pada tanggal 07 Januari 2014
(15)
menyelesaikan pendidikan pada sekolah dasar atau yang sederajat, secara formal seseorang tidak mungkin dapat melanjutkan pendidikannya di SMP. Oleh karena itu, sekolah dasar merupakan satuan pendidikan yang paling penting keberadaannya.
“Pendidikan SD berperan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia dan dalam mengembangkan aspek fisik, intelektual, religious, moral, sosial, emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.”2
Guru, sebagai salah satu komponen pendidikan yang berhadapan langsung dengan siswa, bertanggung jawab penuh terhadap pengembangan aspek-aspek tersebut melalui proses pembelajaran dan transfer pengetahuan kepada siswa. Setiap hari guru memberikan berbagai materi pelajaran kepada mereka, seperti Matematika, Bahasa Indonesia, IPA, IPS dan lain-lain.
“IPS adalah bidang studi yang merupakan paduan dari sejumlah mata pelajaran sosial.”3
Hanya saja mata pelajaran IPS untuk tingkat SD masih menyatukan berbagai pelajaran sosial. Tidak seperti tingkat SMP dan SMA, pelajaran IPS pada jenjang ini sudah terbagi menjadi beberapa disiplin ilmu tersendiri, seperti geografi, sejarah, ekonomi, antropologi dan sosiologi.
“Melalui mata pelajaran IPS inilah, siswa diarahkan untuk
mengembangkan diri sesuai dengan bakat, minat, kemampuan dan lingkungannya.”4 Selain itu, “mata pelajaran IPS juga bertujuan untuk
membimbing mereka untuk menjadi manusia yang berkepribadian, berkesadaran dan berketuhanan, kesadaran bermasyarakat dan mampu membudayakan alam sekitar.”5
Oleh karena itu, pelajaran IPS perlu disusun secara sistematis, komprehensif dan terpadu sehingga diharapkan siswa akan memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam.
2
Suharjo, Mengenal Pendidikan Sekolah Dasar; Teori dan Praktek, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006), hlm. 1
3
Max Helly Waney, Wawasan Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1989), hlm. 61
4
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu; Konsep, Strategi, dan Implementasinya dalam, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), hlm. 174
5
(16)
Di samping itu, “Ilmu Pengetahuan Sosial haruslah bersumber dari masyarakat karena bidang pengetahuan ini digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat dan berpijak pada realita kehidupan. IPS yang tidak bersumber kepada kedua hal tersebut tidak mungkin akan mencapai sasaran dan tujuannya.” 6
Oleh karena itu, proses pembelajaran IPS hendaknya diarahkan dan difokuskan sesuai dengan kondisi dan perkembangan potensi siswa agar pembelajaran yang dilakukan benar-benar bermanfaat bagi siswa.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti terhadap guru mata pelajaran IPS dan lingkungan Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah, peneliti memperoleh keterangan bahwa sekolah tersebut masih menggunakan kurikulum KTSP sebagai landasan pembelajarannya. Sedangkan saat ini, sebagaimana yang diketahui, kurikulum yang berlaku adalah kurikulum 2013.
“Kurikulum baru ini berorientasi pada peningkatan dan keseimbangan antara kompetensi sikap (attitude), keterampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).”7 “Keterkaitan antara tantangan masa depan, fenomena sosial dan ketiga kompetensi inilah yang melahirkan model pembelajaran tematik dan pembangunan karakter di mana keduanya hanya difokuskan di jenjang pendidikan dasar.”8
Dengan kurikulum ini, para guru dituntut untuk merancang pembelajaran yang memancing kreativitas siswa, membantu mereka memahami nilai-nilai yang ada dan merefleksikan diri mereka di tengah realita sosial. Dengan kata lain, guru harus mengikutsertakan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran dan menjadikannya sebagai subjek pembelajaran tanpa menghalangi mereka berkreatifitas dan beraktualisasi diri.
Namun, metode pembelajaran yang digunakan oleh guru IPS di sekolah yang peneliti observasi tampak bertolak belakang dengan garis-garis haluan kurikulum 2013. Metode yang digunakan masih terbatas pada ceramah,
6
Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Bandung; Alumni, 1980), hlm 18
7Sartono, “Menyongsong Kurikulum 2013”
, diakses dari situs https://atcontent.com pada tanggal 07 Januari 2014
8
Anonim, “Tentang Kurikulum Baru (2013)”, diakses dari situs http://www.berdikarionline.com pada tanggal 07 Januari 2014
(17)
tanya jawab dan penugasan di mana ketiga metode tersebut kurang optimal dan kurang tepat dalam menjawab tuntutan kurikulum 2013 di atas terhadap pembelajaran IPS.
Kondisi tersebut di latar belakangi guru yang tidak linear dengan mata pelajaran yang diembannya dan tidak berasal dari pendidikan IPS, bahkan guru yang bersangkutan mengajar lebih dari dua mata pelajaran.
Ketidakfokusan guru dalam mengajar dan ketidaktepatan penggunaan metode pembelajaran IPS akan memberikan dampak negatif terhadap nilai hasil belajar dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Dari nilai hasil belajar IPS semester I yang diperoleh peneliti, diketahui bahwa sebanyak 20 siswa atau sekitar 70% dari jumlah siswa kelas IV tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan, yakni 65. Ini berarti lebih dari separuh siswa kelas IV tidak lulus dalam mata pelajaran IPS. Selain itu, hal ini mengindikasikan bahwa hasil belajar IPS yang diperoleh siswa kelas IV masih rendah
Untuk mengatasi masalah yang disebutkan di atas, guru perlu merancang suatu pembelajaran sedemikian rupa sehingga memberikan siswa peluang untuk berinteraksi secara aktif dengan yang lain untuk meningkatkan pemahaman mereka dan pada akhirnya akan turut mendongkrak hasil belajar dan prestasi mereka. Oleh karena itu, perlu dirancang sebuah model pembelajaran yang mengedepankan interaksi aktif dan kerjasama para siswa dalam mengkaji dan memahami suatu materi.
“Cooperative learning merupakan suatu pendekatan atau strategi pembelajaran yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama selama proses pembelajaran berlangsung.” 9
Dalam menyelesaikan tugas, setiap anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami materi pelajaran. Pembelajaran dianggap belum tuntas jika salah satu anggota kelompok belum menguasainya. Jadi, materi pelajaran yang diberikan dituntut untuk dipahami dan dikuasai oleh
9
Isjoni, Cooperative Learning; Efektivitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: CV. Alfabeta, 2010), hlm. 12
(18)
setiap anggota kelompok sehingga diperlukan suatu bentuk interaksi dan komunikasi antar anggota kelompok. Dengan interaksi dan komunikasi antar anggota, siswa akan menjadi lebih aktif selama pembelajaran.
Salah satu di antara beberapa model pembelajaran cooperative learning adalah Student Team Achievement Division (STAD). “Model
pembelajaran ini merupakan pendekatan pembelajaran yang paling sederhana.”10
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk mengkaji model pembelajaran kooperatif dengan metode STAD. Adapun judul yang diangkat untuk penelitian ini adalah Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Kooperatif tipe Student Team Achievement Division ( STAD ) Pada Mata Pelajaran IPS Kelas IV MI Al-Karimiyah.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:
1. Rendahnya hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS pada semester 1 tahun ajaran 2013/2014.
2. Banyaknya siswa yang belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditentukan untuk mata pelajaran IPS.
3. Kurikukulum yang digunakan dalam pembelajaran IPS di MI Al-Karimiyah masih kurikulum KTSP.
4. Kurang tepatnya penggunaan metode yang digunakan oleh guru dalam mengajarkan IPS.
5. Latar belakang pendidikan guru tidak linear dengan mata pelajaran yang diembannya, yakni IPS.
6. Kurangnya partisipasi siswa pada respon pembelajaran IPS.
10
H. Muslimin Ibrahim, dkk., Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: Unesa University Press, 2000), hlm. 20
(19)
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasinya pada : 1. Rendahnya hasil belajar siswa kelas IV di MI Al-Karimiyah.
2. Model yang digunakan pada penelitian ini dibatasi pada model Kooperatif tipe STAD.
3. Mata pelajaran yang di teliti adalah IPS dengan Tema/Sub tema “Berbagai Pekerjaan/Jenis-jenis pekerjaan.
4. Siswa Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah dibatasi pada kelas IV Tahun Pelajaran 2013/2014.
D.
Perumusan Masalah
Adapun permasalahan yang peneliti rumuskan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa melalui model Kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPS kelas IV MI Al-Karimiyah Jakarta”?
E.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai peneliti adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa melalui model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pada mata pelajaran IPS kelas IV MI Al-Karimiyah Jakarta.
F.
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini diharapkan berguna untuk berbagai pihak, baik teoritis maupun praktis.
1. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kontribusi yang berarti dalam dunia pendidikan, khususnya bagi:
(20)
a. Siswa
1) Sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran IPS
2) Sebagai upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi pokok yang diajarkan
3) Siswa akan memperoleh pengalaman mengikuti pembelajaran IPS yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran b. Guru
1) Memberikan ide pembelajaran melalui penerapan metode kooperatif tipe STAD dalam mata pelajaran IPS sebagai upaya meningkatkan hasil belajar siswa.
2) Memacu guru untuk lebih kreatif dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
3) Mendorong guru untuk lebih mengedepankan metode/model pembelajaran yang bersifat student oriented.
c. Sekolah
Mendorong sekolah untuk memberikan dukungan untuk kemajuan dan peningkatan kualitas proses belajar mengajar dengan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD).
Selain itu, untuk menambah daftar pustaka sekolah dalam peningkatan kualitas pembelajaran IPS.
d. Peneliti
Sebagai sarana untuk meningkatkan pemahaman dan wawasan peneliti mengenai metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Di lain sisi, penyusunan penelitian ini turut menambah pengalaman peneliti khususnya dalam penyusunan karya tulis ilmiah.
(21)
2. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk penelitian selanjutnya sebagai sumber rujukan bagi pihak-pihak terkait dan juga menjadi pedoman dalam upaya peningkatan hasil belajar mata pelajaran IPS serta memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang pendidikan dan pembelajaran di Indonesia khususnya pada bidang pembelajaran IPS.
(22)
8
A.
Hasil Belajar
1.
Pengertian Hasil Belajar
Skinner, sebagaimana yang dikutip oleh Pupuh Fathurrohman dan Sobry Sutikno, mengartikan “belajar sebagai suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.”11
Hal ini berarti bahwa “belajar tidak hanya ditandai oleh perkembangan kognitif saja, tapi juga peningkatan kemampuan anak didik dalam mendayagunakan otaknya secara efektif dan efisien, terutama keterlibatan emosional yang kreatif.”12
Sunaryo juga mendefinisikan belajar sebagai “kegiatan di mana seseorang membuat dan menghasilkan suatu perubahan tingkah laku yang ada pada dirinya dalam pengeahuan, sikap, dan keterampilan.”13
Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu. Namun aktivitas ini terus berkembang seiring dengan perubahan kurikulum pendidikan yang berlaku di Indonesia.
Kegiatan belajar saat ini tidak lagi berada dalam lingkup makna tradisional, yaitu membaca dan mengkaji materi sejumlah mata pelajaran. Lebih jauh lagi, Ondi Saondi mengungkapkan bahwa “„peristiwa belajar‟ sudah bergeser ke makna progresif. Maksudnya, tidak terbatas pada kegiatan membaca dan mengkaji materi, tapi juga mencakup kegiatan membaca,
11
Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar; Strategi Mewujudkan Pembelajaran Bermakna Melalui Penanaman Konsep Umum & Konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), cet. ke-2, hlm. 6
12
Conny R. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran Prasekolah dan Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Indeks, 2008), hlm. 7
13
Sunaryo, Strategi Belajar Mengajar dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: Depdikbud, 1989), hlm. 1
(23)
mendengar, mendiskusikan informasi, melakukan kegiatan ilmiah dan pemecahan masalah.”14
Sebagai sebuah kegiatan atau aktivitas, belajar memiliki tujuan yang bersifat tetap, yaitu terjadinya perubahan pada anak didik. “Berikut beberapa ciri-ciri belajar yang mengacu pada perubahan tersebut:
a. Perubahan yang terjadi berlangsung secara sadar.
b. Perubahan dalam belajar bersifat kontinyu dan fungsional. c. Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.
d. Perubahan dalam belajar tidak bersifat sementara. e. Perubahan dalam belajar terarah dan terencana.
f. Perubahan dalam belajar mencakup seluruh aspek tingkah laku.”15 Dari beberapa definisi belajar bisa diambil kesimpulan bahwa hasil belajar adalah informasi mengenai perubahan atau perkembangan yang diperoleh siswa yang mencakup kognitif, afektif, dan psikomotorik setelah menjalani proses pembelajaran dalam waktu tertentu.
2.
Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Hasil belajar yang diperoleh siswa tidak selamanya bagus dan jelek. Kualitas hasil belajar siswa menentukan keberhasilan kegiatan belajar mengajar dalam periode tertentu. Maka tingginya hasil belajar siswa tentu ditunjang oleh faktor-faktor pendukung. Sebaliknya, rendahnya hasil belajar siswa disebabkan oleh faktor-faktor penghambat. Dengan kata lain, hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak terlepas dari beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Syaiful Bahri Djamarah mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar, “di antaranya:
a. Tujuan, perumusan tujuan pembelajaran yang beraneka ragam akan memberikan hasil belajar yang beragam pula.
14
Ondi Saondi dan Aris Suherman, Etika Profesi Keguruan, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2012), cet. ke-2, hlm. 53
15
(24)
b. Guru. Beberapa hal mengenai guru yang berkaitan dengan kualitas hasil belajar, seperti kepribadian, pandangan terhadap siswa, dan latar belakang pendidikan guru.
c. Anak didik merupakan unsur manusiawi yang mempengaruhi hasil belajar dengan keragaman kepribadian dan karakteristiknya serta sikap dan minat mereka terhadap suatu mata pelajaran.
d. Kegiatan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, guru tidak hanya menggunakan satu metode karena satu metode untuk mencapai satu tujuan saja. Penggunaan metode yang berbeda-beda akan menghasilkan hasil belajar dengan kualitas yang berbeda pula.
e. Alat dan bahan evaluasi. Bila alat tes yang digunakan tidak valid dan tidak reliable, maka akan mempengaruhi validitas dan reliabilitas data dari hasil belajar.
f. Suasana evaluasi. Suasana lingkungan tempat diadakannya evaluasi turut mempengaruhi hasil belajar siswa. Suasana yang bising, berisik dan dipenuhi aktivitas menyontek dapat membuat siswa tidak berkonsentrasi dalam menyelesaikan evaluasinya. Akibatnya hal ini akan berpengaruh terhadap hasil belajar yang diperolehnya nanti.”16
3.
Evaluasi Hasil Belajar
a. Definisi Evaluasi
Dalam kegiatan belajar mengajar, dikenal dua macam istilah yang umumnya digunakan untuk mengetahui hasil belajar anak didik. Kedua istilah tersebut adalah assesment dan evaluasi. Dalam buku Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, dikemukakan bahwa “kedua istilah ini mengandung pengertian sebagai suatu kegiatan menentukan keberadaan nilai terhadap
16
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar – Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2002), cet. ke-2, hlm. 123 - 135
(25)
obyek yang dievaluasi sesuai dengan tolak ukur tertentu berdasarkan informasi atau data dengan cara yang benar.”17
Meskipun keduanya adalah kegiatan penilaian, setidaknya ada perbedaan yang mendasar pada kedua istilah tersebut, antara lain dari segi objek, instrument, waktu dan aspek penilaian.
Dilihat dari segi objek, assesment hanya menilai hasil belajar anak didik, sedangkan evaluasi tidak hanya menilai hasil belajar tapi juga proses belajar itu sendiri. Di samping itu, evaluasi dapat menggunakan alat ukur lain selain tes untuk melakukan penilaian. Sebaliknya assesment hanya menggunakan tes sebagai alat ukurnya.
“Evaluasi berlangsung sejak awal hingga akhir kegiatan pembelajaran, sedangkan assesment diberikan di akhir pembelajaran. Dan terakhir, cakupan aspek yang dinilai evaluasi cukup luas, yaitu kognitif, psikomotorik dan afektif. Assesmenthanya menilai aspek kognitif.”18
Telah disebutkan di atas bahwa aspek-aspek yang dinilai dalam evaluasi mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. “Gagne dan Briggs mengemukakan lima ranah hasil belajar yang sedikit berbeda. Lima ranah tersebut adalah keterampilan intelektual, strategi kognitif, informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap.”19“Dalam kurikulum 2013, telah dirumuskan beberapa aspek yang harus dicapai setelah proses evaluasi berlangsung, yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan dan keterampilan.”20 Ranah dan kompetensi di atas menentukan bentuk dan isi evaluasi yang akan diberikan guru kepada siswa.
Kegiatan evaluasi tidak dapat dipisahkan dari proses belajar mengajar dan akan selalu melibatkan guru dan siswa. Evaluasi merupakan tahap akhir dalam kegiatan belajar mengajar di satuan pendidikan tertentu.
17
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIPUPI, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, (Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama, 2007), hlm. 104
18
Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Jakarta, 2009), hlm. 74
19
M. Sobry Sutikno, Pendidikan Sekarang dan Masa Depan, (Mataram: NTP Press, 2006), cet. ke-3, hlm. 60
20
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Pemerintah No. 18A tahun 2013; Tentang Implementasi Kurikulum, (Jakarta: Kemdikbud, 2013), hlm. 53
(26)
Oleh karena itu, untuk menentukan tercapai tidaknya tujuan pembelajaran, perlu dilakukan kegiatan evaluasi.
Menurut Achmad Sanusi, “evaluasi adalah proses penilaian sistematis yang mencakup pemberian nilai, atribut, apresiasi dan pengenalan permasalahan dan pemberian solusi.”21
Berbeda dengan definisi di atas, Ralph Tyler mengartikan evaluasi dengan “proses yang menentukan sampai sejauh mana tujuan pendidikan dapat dicapai.”22
Lain halnya dengan definisi yang diungkapkan oleh Retnaningsih Burham. Beliau mendefinisikan evaluasi sebagai “pengumpulan informasi secara sistematis dalam perencanaan, pengelolaan, pengembangan di mana informasi tersebut digunakan dalam menyusun alternatif keputusan tentang hasilnya.”23
Dari definisi-definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa evaluasi adalah suatu proses penilaian yang sistematis untuk mengumpulkan informasi dan data yang digunakan sebagai tolak ukur ketercapaian tujuan pendidikan dan sarana dalam menetapkan keputusan-keputusan terhadap hasil yang diperoleh.
Informasi-informasi yang diperoleh dari evaluasi akan menjadi umpan balik terhadap proses pembelajaran sebagai titik tolak perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran selanjutnya. Dengan perbaikan dan peningkatan yang terus menerus dan berkesinambungan diharapkan akan mampu mencapai hasil yang optimal.
b. Tujuan dan Fungsi Evaluasi
Tujuan evaluasi adalah untuk melihat dan mengetahui proses yang terjadi dalam proses pembelajaran. Dan secara garis besar, “tujuan
21
Anis Fauzi dan Rifyal Ahmad Lugowi, Pembelajaran Mikro; Suatu Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: Penerbit Diadit Media, 2009), hlm. 101
22
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2008), hlm. 3
23
Retnaningsih Burham, Peningkatan Pembelajaran dalam Sistem Pendidikan Nasional Indonesia, (Jakarta: Penerbit UNJ Press, 2008), hlm. 69 - 70
(27)
evaluasi pembelajaran adalah untuk memberikan motivasi anak didik tentang hasil belajar dalam kurun waktu tertentu, mengetahui tingkat perkembangan mereka guna diberitahukan kepada orang tua siswa dan mengetahui kesiapan anak didik dalam menerima mata pelajaran selanjutnya sebagai bahan acuan institusi dalam meningkatkan kualitas pendidikannya.”24
Di samping itu, “evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan, efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran dan mengetahui
kedudukan anak didik di dalam kelas atau kelompoknya.”25
Dengan kata lain, evaluasi merupakan penentu keberhasilan siswa dalam pembelajaran. Secara substansial, “keberhasilan suatu keberhasilan pembelajaran diindikasikan dengan tingginya daya serap siswa terhadap materi pelajaran dan pencapaian siswa terhadap sikap dan perilaku yang digariskan dalam tujuan pembelajaran.” 26
Namun demikian, indikator yang umumnya dijadikan sebagai tolak ukur adalah tingkat daya serap atau pemahaman siswa.
Disebutkan pula bahwa “evaluasi bertujuan untuk memberikan data/informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan memberi masukan (input) untuk menyusun program kelanjutannya, mencegah terjadinya hambatan/kegagalan yang dapat ditemui dalam pelaksanaan program demi kemajuan siswa dan menyempurnakan keberhasilan keluaran (output) suatu program tertentu.”27
Farida Yusuf menambahkan “evaluasi yang dilakukan secara formal memegang peranan penting dalam pendidikan dengan memberi informasi yang dijadikan dasar untuk membuat keputusan, menilai hasil belajar, menilai kurikulum, memperbaiki materi dan program
24
Anis Fauzi dan Rifyal Ahmad Lugowi, Pembelajaran Mikro; …, hlm. 104
25
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan; Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), cet. ke-4, hlm. 24
26
Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar ..., hlm. 120
27
(28)
pendidikan.” 28
Dan informasi yang diperoleh dari evaluasi formal diharapkan baik tingkat akurasinya.
Selain tujuan di atas, evaluasi mempunyai beberapa fungsi. Scriven membagi fungsi evaluasi menjadi dua fungsi utama. “Fungsi yang pertama adalah fungsi formatif, di mana evaluasi digunakan untuk perbaikan dan pengembangan kegiatan yang sedang berjalan. Yang kedua fungsi sumatif, evaluasi digunakan untuk pertanggungjawaban, keterangan, seleksi atau lanjutan.”29
c. Jenis Evaluasi
Sebelum membahas jenis-jenis evaluasi, peneliti akan mengemukakan beberapa prinsip dasar evaluasi. “Evaluasi hasil belajar siswa didasarkan pada prinsip; shahih, objektif, adil, terpadu, terbuka, menyeluruh dan berkesinambungan, sistematis, beracuan kriteria, akuntabel, dan edukatif.”30 Prinsip-prinsip tersebut perlu diperhatikan oleh guru sebelum maupun sesudah evaluasi dilaksanakan agar bisa berjalan dengan baik dan lancar.
Berdasarkan tujuannya, “evaluasi pengajaran dibagi menjadi empat jenis, yaitu placement, formatif, sumatif, dan diagnostik. Placement adalah evaluasi yang digunakan untuk penentuan penempatan siswa dalam suatu jenjang pendidikan.”31 “Formatif adalah jenis evaluasi yang digunakan untuk menentukan alternatif keputusan setelah satu pertemuan kegiatan pembelajaran berakhir.” 32 Sedangkan sumatif adalah evaluasi yang digunakan untuk menilai pencapaian siswa terhadap materi yang diajarkan dan selanjutnya untuk menentukan kenaikan tingkat atau kelulusan siswa.
28
Farida Yusuf Tayibnapis, Evaluasi Program …, hlm. 2 - 3
29
Ibid., hlm. 4
30
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Peraturan Pemerintah …, hlm. 54
31
Harjanto, Perencanaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), hlm. 283
32
(29)
Dan yang terakhir adalah diagnostik, biasa digunakan untuk mencari penyebab kesulitan belajar pada siswa. 33
Banyak penelitian yang menyimpulkan tentang rendahnya mutu pendidikan menggunakan kemampuan siswa dalam mengerjakan soal atau menjawab pertanyaan dalam tes hasil belajar. 34 Namun yang perlu digarisbawahi adalah prestasi hasil belajar hanyalah salah satu indikator dari suatu keberhasilan pelaksanaan kurikulum.
B.
Pembelajaran Kooperatif
Dalam kegiatan belajar mengajar, metode merupakan salah satu komponen pengajaran yang menduduki posisi penting. Tanpa adanya metode, niscaya pengetahuan atau materi pelajaran yang hendak disampaikan tidak akan diterima dengan baik oleh anak didiknya. Selain itu, guru yang tidak menguasai metode mengajar dengan tepat, tidak akan dapat mengajar dengan baik dan menjadikan siswa cepat bosan, mengantuk dan bahkan tidak mudah memahami pelajaran yang disampaikan.
Oleh karena itu, guru hendaknya mengetahui, memahami dan menguasai berbagai metode pembelajaran. Makin mahir dan makin tepat seorang guru dalam memilih dan menggunakan metode mengajar, maka kegiatan belajar mengajar akan berlangsung dengan baik dan menyenangkan serta diharapkan makin efektif pula dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Secara umum, metode diartikan sebagai cara untuk melakukan suatu pekerjaan atau aktivitas. Secara istilah, banyak definisi tentang metode pengajaran yang telah dikemukakan oleh para pakar dan ahli pendidikan.
Thoifuri menuturkan bahwa “metode pengajaran adalah cara yang ditempuh guru dalam menyampaikan bahan ajar kepada siswa secara tepat dan cepat berdasarkan waktu yang telah ditentukan sehingga diperoleh hasil maksimal.”35
33
Harjanto, Perencanaan …, hlm. 284
34
Soedjarto, Menuju Pendidikan Nasional yang Relevan dan Bermutu, (Jakarta: Balai Pustaka, 1993), hlm. 54
35
(30)
Salah satu keterampilan guru yang diperlukan di sini adalah keterampilan memilih metode. Dalam memilih metode, hendaknya guru memperhatikan beberapa hal, “di antaranya materi yang diajarkan, kegiatan yang direncanakan, ranah yang ingin dicapai, jumlah siswa yang dihadapi, sarana yang tersedia dan lokasi yang memadai.”36
Pemilihan metode pembelajaran dapat mengacu pada jenis pendekatan yang direncanakan. Setidaknya ada beberapa macam pendekatan yang dapat mempermudah guru dalam menentukan metode pembelajaran yang akan digunakan. Salah satunya adalah pendekatan kelompok. Dan di antara berbagai metode yang menggunakan pendekatan ini yaitu metode pembelajaran kooperatif.
1.
Definisi dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Kata kooperatif berasal dari bahasa Inggris, yakni cooperative, yang berarti “mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.”37
Mengutip pernyataan Wena, Isriani Hardini mengemukakan definisi pembelajaran kooperatif sebagai “pembelajaran yang dilakukan secara sadar yang menciptakan interaksi silih asah sehingga yang menjadi sumber belajar bukan lagi guru atau buku ajar, tetapi juga sesama siswa.”38
Pembelajaran belum dianggap tuntas jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai materi pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif memiliki beberapa ciri umum. Pertama, “penyelesaian materi belajar secara berkelompok dan kooperatif,” 39
sejatinya “setiap anggota kelompok memiliki tugas untuk diselesaikan. Namun, para siswa terlibat dalam diskusi yang terarah”40 dan “kerjasama
36
Retnaningsih Burham, Peningkatan Pembelajaran …, hlm. 58
37
Isjoni, Cooperative Learning; Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, (Bandung: CV. Alfabeta, 2010), hlm. 15
38
Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran …, hlm. 144
39
H. Muslimin Ibrahim, dkk., Pembelajaran …, hlm. 6 - 7
40
Gene E. Hall, dkk, Mengajar dengan Senang; Menciptakan Perbedaan dalam Pembelajaran Siswa, (Jakarta: PT. Indeks, 2008), hlm. 376
(31)
dalam membantu belajar satu sama lain hingga setiap anggota siap untuk kuis dan penilaian tanpa bantuan teman sekelompoknya.”41
Ciri yang kedua, “komposisi kelompok terdiri dari beragam kemampuan siswa yang berbeda-beda” 42 , bahkan Gene memperluas keragaman ini pada jenis kelamin dan suku.43 Dengan kata lain, komposisi dalam kelompok bersifat heterogen.
Dan ciri yang terakhir, “orientasi prestasi lebih kepada kelompok dari pada individu.”44
Kelompok akan mendapatkan rewards bila mereka mencapai kriteria yang ditetapkan. Setidaknya ciri-ciri yang telah disebutkan di atas bisa dijadikan acuan bagi guru untuk mengetahui apakah metode pembelajaran yang digunakan tergolong kooperatif atau bukan.
“Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran utama, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.”45
Di samping itu, pada umumnya, metode pembelajaran tradisional menerapkan sistem kompetisi. Namun hal ini berbeda dengan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran ini bertujuan untuk menciptakan kondisi dan situasi di mana keberhasilan individu ditentukan oleh keberhasilan kelompoknya.46
Hal ini dikarenakan “belajar secara kooperatif membantu siswa dalam mendefinisikan struktur motivasi dan organisasi untuk menumbuhkan kemitraan yang bersifat kolaboratif, yakni menekankan aktivitas kolaboratif siswa dalam belajar kelompok.”47
Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan. Agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompok, siswa diajarkan keterampilan-keterampilan khusus.48
41
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2010), hlm. 114
42
H. Muslimin Ibrahim, dkk., Pembelajaran …, hlm. 6 - 7
43
Gene E. Hall, dkk, Mengajar dengan Senang…, hlm. 376
44
H. Muslimin Ibrahim, dkk., Pembelajaran …, hlm. 6 - 7
45
Ibid., hlm. 7
46
Mohammad Jauhar, Implementasi Paikem; Dari Behavioristik Sampai Konstruksivistik, (Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011), hlm. 54
47
Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar …, hlm. 114
48
(32)
Di samping membantu siswa mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan berkualitas di antara mereka, pembelajaran kooperatif juga membantu pembelajaran akademis siswa. Dari hasil penelitian Slavin, bisa disimpulkan bahwa “model pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar siswa.”49
Meskipun prinsip dasar pembelajaran kooperatif tidak berubah, terdapat beberapa variasi dari model tersebut, salah satunya adalah model
Student Teams Achievement Division (STAD).
2.
Definisi Student Teams Achievement Division (STAD)
Dalam bukunya, Slavin menganggap STAD sebagai sebuah “metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dan model paling baik bagi
guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif.”50
Dalam model pembelajaran STAD, “tim yang terdiri dari beragam siswa saling membantu satu sama lain belajar dengan berbagai cara dan prosedur kuis”.51
3.
Karakteristik Student Teams Achievement Division (STAD)
Model STAD mempunyai karakteristik dan menjadi sebuah alternatif metode pembelajaran. Pertama, STAD memfasilitasi interaksi antar siswa di dalam kelas. Kedua, STAD memperbaiki sikap, kemampuan individu, dan hubungan interpersonal, semuanya dikontribusikan pada kemampuan positif sikap ilmiah. Ketiga, STAD menambah sumber belajar dalam belajar seperti orang yang memiliki kemampuan tertinggi berperan sebagai tutor dan hasil akhir adalah sebuah penghargaan tertinggi untuk semua orang. Keempat, STAD menyiapkan siswa masuk ke dalam masyarakat modern dari pembelajarnnya untuk bekerja secara efektif dan efesien dengan kelasnya.
49
H. Muslimin Ibrahim, dkk., Pembelajaran …, hlm. 16
50
Robert E. Slavin, Cooperative Learning; Teori, Riset, dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2009), hlm. 143
51
(33)
4.
Kelebihan dan Kekurangan
Student Teams Achievement
Division (STAD)
Sebagai model pembelajaran, model kooperatif tipe STAD juga memiliki kelebihan dan kekurangan di antaranya sebagai berikut :
1)Kelebihan model kooperatif tipe STAD
a. Mengembangkan serta menggunakan keterampilan berpikir kritis dan kerjasama kelompok.
b. Mengharmoniskan hubungan antar pribadi yang positif diantara siswa yang berasal dari ras yang berbeda.
c. Menerapkan bimbingan oleh teman.
d. Menciptakan lingkungan yang menghargai nilai-nilai ilmiah. 2)Kekurangan model kooperatif tipe STAD
a. Terkadang terdapat anggota kelompok bersifat pasif yang merugikan kinerja kelompok.
b. Timbul persaingan antar kelompok yang bersifat negatif yang menimbulkan permusuhan.
c. Siswa yang pandai merasa dijadikan acuan bagi anggota kelompoknya. d. Guru terlebih dahulu harus sudah membuat perencanaan yang matang
tentang kegiatan kelompok yang akan dilaksanakan.
5.
Langkah-Langkah
Student Teams Achievement Division
(STAD)
Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dilaksanakan dengan mengikuti beberapa prosedur sebagai berikut:
a. Sajian guru meliputi penyajian pokok permasalahan, konsep, kaidah dan prinsip-prinsip bidang ilmu. Penyajian tersebut bisa dalam bentuk ceramah atau tanya jawab.
Diskusi kelompok dilakukan berdasarkan permasalahan yang disampaikan oleh guru dan sekelompok siswa yang heterogen. Diskusi ini bertujuan untuk mendalami topik-topik yang disajikan guru.
(34)
Penugasan. Guru memberikan tugas kepada masing-masing siswa, baik berupa soal ataupun permasalahan yang perlu dipecahkan. Setelah menjawabnya, siswa mencocokan hasil kerjanya itu dengan teman kelompoknya. Jika ada satu yang ketinggalan, maka teman satu kelompoknya bertanggung jawab untuk menjelaskannya. Guru harus menekankan kepada siswa bahwa mereka belum tuntas belajar sampai semua anggota kelompok mendapatkan poin 100 untuk kuis.
Pemberian kuis. Tahap ini dilakukan setelah guru melakukan presentasi materi beberapa kali. Dalam kuis ini, siswa tidak diperbolehkan saling membantu sebagaimana pada tahap penugasan. Sebelum memberikan kuis, guru diharapkan telah membuat interval nilai.52
Evaluasi. Dalam evaluasi, siswa akan menerima nilai individual dan nilai kelompok. Nilai individual diperoleh dari hasil tes/kuis yang diberikan guru kepada masing-masing siswa. Sedangkan nilai kelompok, bisa diperoleh dengan dua cara. Pertama, nilai kelompok bisa diambil dari nilai terendah yang didapat oleh siswa dalam kelompok. Kedua, nilai kelompok juga bisa diambil dari rata-rata nilai semua anggota kelompok, dari sumbangan setiap anggota.53
Penutup. Guru memberikan penghargaan kepada tim yang mendapat poin tertinggi.
C.
IPS
1.
Hakikat IPS
Masyarakat Indonesia sebelumnya belum mengenal istilah IPS. “Dengan diberlakukannya kurikulum tahun 1975 di sekolah-sekolah, istilalah IPS pun baru dikenal secara luas pada tahun 1976. Nama IPS memang baru diperkenalkan pertama kali oleh kurikulum 1975.”54
52
Robert E. Slavin, Cooperative Learning…, hlm. 143 – 157
53
Anita Lie, Cooperative Learning; Mempraktikkan Cooperative Learning Di Ruang Kelas, (Jakarta: PT. Grasindo, 2010), hlm. 88 – 89
54
Lili M. Sadeli, dkk, Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial, (Jakarta: Depdikbud UT, 1986), hlm. 20
(35)
Ilmu Pengetahuan Sosial bukanlah ilmu sosial. Namun, IPS merupakan bagian dari ilmu sosial. “Sebenarnya IPS berinduk kepada ilmu sosial, dengan pengertian bahwa teori, konsep, dan prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep, dan prinsip yang ada dan berlaku pada ilmu sosial.”55
Oleh karena itu, Trianto mendefinisikan “IPS sebagai integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial yang dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial.”56
Adapun cabang-cabang ilmu yang menginduk kepada ilmu sosial, antara lain “Geografi, Sejarah, Sosiologi, Antropologi, Psikologi Sosial, Ekonomi, Ilmu Politik, Ilmu Hukum, dan lain sebagainya. Semuanya dipadukan dan dijadikan bahan baku bagi pelaksanaan program pendidikan dan pengajaran di sekolah dasar dan lanjutan.”57
Max Helly mengemukakan pendapat Nu‟man Soemantri mengenai definisi IPS sebagai mata pelajaran ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan di tingkat sekolah dasar, sekolah lanjutan pertama, dan sekolah lanjutan tingkat atas.58 Namun komposisi ilmu yang dipelajari dalam IPS tidaklah sama. Komposisi tersebut disesuaikan dengan jenjang pendidikan dan perkembangan intelektual siswa.
Sebagai suatu disiplin ilmu, IPS mengkaji beberapa hal pokok atau aspek untuk dipelajari oleh siswa. Di antara aspek-aspek yang menjadi kajian dan ruang lingkup pelajaran IPS, yaitu:
a. “Manusia, tempat, dan lingkungan
b. Waktu, kesinambungan, dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.”59
Ruang lingkup di atas masih bisa diperinci lagi sesuai dengan jenjang pendidikan. Di jenjang sekolah dasar, “kajian IPS dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dan di
55
Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran …, hlm 10
56
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu…, hlm. 171
57
Abu Ahmadi, dkk, Ilmu Sosial Dasar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2003), hlm. 3
58
Max Helly Waney, Wawasan Ilmu …, hlm. 62
59
Isriani Hardini dan Dewi Puspitasari, Strategi Pembelajaran Terpadu; Teori, Konsep, dan Implementasi, (Yogyakarta: Familia, 2012), hlm. 174
(36)
jenjang sekolah lanjutan, kajian dan bobotnya diperluas kepada masalah lingkungan, penerapan teknologi di berbagai sektor kehidupan, transportasi, komunikasi, dan sebagainya.”60
Ruang lingkup atau kajian IPS di atas terus dikembangkan dari tahun ke tahun.
2.
Tujuan Pembelajaran IPS
Selama ini, banyak orang menganggap bahwa IPS adalah materi pelajaran yang ditujukan untuk dihafal dan diingat oleh siswa. Namun lebih dari itu, “IPS melatih keterampilan para siswa baik fisik maupun berpikir dalam mengkaji dan mencari solusi dari masalah sosial yang dihadapinya.”61 Hal ini sejalan dengan pendapat Trianto yang mengemukakan bahwa pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan dari pada transfer konsep, di mana siswa diharapkan memperoleh pemahaman sejumlah konsep dan menguasai serta mengembangkan sikap juga keterampilannya sesuai dengan konsep yang dimiliki.62 Jadi, tujuan belajar IPS kini bukan lagi untuk dihafal dan diingat dalam memori siswa.
Secara rinci, Mulyono menjabarkan tujuan pendidikan IPS di Indonesia yang mencakup tiga aspek belajar, kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari segi kognitif, IPS memberikan pengetahuan kepada siswa tentang: a. Sejarah kebudayaan bangsa
b. Lingkungan geografis tempat tinggal manusia dan interaksinya c. Pemerintahan Negara
d. Struktur kebudayaan dan cara hidup suatu bangsa e. Cara pemberdayaan lingkungan
f. Efek kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap kehidupan manusia
g. Efek pertambahan penduduk terhadap lingkungan
60
Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran …, hlm. 11 - 12
61
Nursid Sumaatmadja, Metodologi Pengajaran …, hlm. 21
62
(37)
Dari segi afektif, IPS bertujuan untuk mengajarkan siswa untuk: a. Mengakui dan menghormati harkat manusia
b. Mengakui dan menghayati nilai-nilai Pancasila c. Menghayati nilai-nilai agama
d. Memupuk sikap toleransi sesama umat beragama
e. Menghormati perbedaan dalam adat istiadat dan kebudayaan bangsa f. Bersikap positif terhadap bangsa
g. Menghormati milik orang lain dan negara
h. Memupuk sikap terbuka terhadap perubahan dunia dan nilai-nilai Sedangkan dari segi psikomotorik, IPS mengajarkan siswa sejumlah keterampilan dan kecakapan. Di antaranya:
a. Kecakapan untuk memperoleh pengetahuan dan informasi
b. Keterampilan berpikir dan menginterpretasikan hasil pemikirannya secara terorganisir
c. Kecakapan meninjau informasi secara kritis
d. Kecakapan mengambil keputusan berdasarkan fakta dan pendapat e. Kecakapan dalam memecahkan masalah
f. Keterampilan dalam menggunakan media belajar IPS, seperti peta, globe, dan lain-lain
g. Keterampilan dalam membuat laporan, menggambar peta, observasi, wawancara, dan penelitian.63
Mengamati tujuan-tujuan yang telah dikemukakan di atas, pola pembelajaran IPS seharusnya menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan siswa. Penekanan pembelajarannya terletak pada upaya agar mereka mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan berpartisipasi dalam menjalani kehidupan bermasyarakat.
63
(38)
D.
Penelitian Yang Relevan
Penelitian mengenai model kooperatif tipe Student Teams Achievement Division (STAD) pernah dilakukan oleh Fifi Nur Afiah dengan skripsinya yang berjudul “Perbandingan Keterampilan Komunikasi antara Siswa yang Diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Division) dan Tipe Jigsaw”. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada
perbedaan kualitas keterampilan komunikasi antara siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan tipe Jigsaw. Keterampilan komunikasi siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.
E.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan hasil penelitian di atas, dapat dibuat hipotesis tindakan dalam penelitian ini sebagai berikut : Model kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV Madrasah Al-Karimiyah Jakarta Pada Tahun Pelajaran 2013/2014.
(39)
25
A.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai peningkatan hasil belajar IPS melalui metode kooperatif tipe STAD ini dilaksanakan di Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah. Sekolah ini berada di daerah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Penelitian tersebut berlangsung pada semester II tahun ajaran 2013/2014 tepatnya yakni pada bulan April 2013.
B.
Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK), yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan informasi bagaimana tindakan yang tepat untuk aktivitas siswa dengan pendekatan pembelajaran IPS yang berdampak pada peningkatan hasil belajar siswa.
Penelitian ini bersifat deskriptif, yakni penelitian ini berusaha untuk memberikan gambaran mengenai kondisi suatu variable. Sejalan dengan itu, pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan statistik. Maksudnya, untuk memperoleh gambaran akurat mengenai suatu variable, penelitian ini membutuhkan data-data statistik kemudian diolah dan dianalisis dengan teknik analisis tertentu. Teknik analisis tersebut adalah analisis deskriptif. Penggunaan teknik bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar mata pelajaran IPS siswa kelas IV MI Al-Karimiyah.
Penelitian tindakan ini direncanakan atas beberapa siklus, di mana tiap siklus akan dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang telah didesain dalam faktor sesuai prosedur; perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Apabila target penelitian yang diinginkan tercapai pada siklus I, peneliti tidak perlu melanjutkan tindakan ke siklus II. Sebaliknya, peneliti akan melakukan tindakan dengan melalui beberapa siklus hingga target penelitian tercapai.
(40)
Sebelum mengimplementasikan keempat tahapan di atas, peneliti memaparkan alur kerja yang akan dilaksanakan pada penelitian tindakan kelas.
C.
Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPS dan siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah Jakarta tahun ajaran 2013/2014. Jumlah siswa di kelas tersebut mencapai 27 orang dan terdiri dari 16 siswa dan 11 siswi.
D.
Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti berperan dan menempati posisi sebagai guru, peneliti dan observator yang melakukan pengamatan dan pencatatan aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa.
E.
Tahapan Intervensi Tindakan
Tahapan intervensi tindakan dalam penelitian tindakan kelas dimulai dengan rangkaian tindakan pada siklus I. Apabila target penelitian yang diharapkan pada siklus I belum tercapai, penelitian akan dilanjutkan dengan tindakan siklus II dan siklus-siklus selanjutnya hingga target penelitian tercapai.
PERENCANAAN
PELAKSANAAN
PENGAMATAN
REFLEKSI
PELAKSANAAN
PENGAMATAN
REFLEKSI
Siklus I
(41)
Tahapan penelitian tindakan untuk siklus I dapat dijabarkan lebih rinci sebagai berikut :
1. Perencanaan (Planning)
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah memuat skenario pembelajaran sesuai teknik pembelajaran yang digunakan, membuat lembar observasi (lembar tindakan kelas) untuk melihat kondisi proses pembelajaran selama berlangsung, dan mendesain penilaian peningkatan pemahaman konsep Ilmu Pengetahuan Sosial. 2. Pelaksanaan (Action)
Dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang telah didesain, sebagai upaya perbaikan dan peningkatan atau perubahan proses pembelajaran, perilaku, sikap dan prestasi belajar siswa yang diinginkan.
3. Pengamatan (Observation)
Pada tahap ini, guru mengamati dampak atau hasil dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan pada siswa. Apakah berdasarkan tindakan yang dilaksanakan itu memberikan pengaruh yang meyakinkan terhadap perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran dan hasil belajar siswa atau tidak.
4. Refleksi (Reflection)
Penilaian pada kolaborator dan hasil diskusi dengan guru peneliti, hasilnya dianalisis, diinterprestasikan dan disimpulkan bersama. Kesimpulan ini akan dijadikan dasar dalam merevisi rencana untuk diterapkan pada siklus berikutnya.
Seperti halnya siklus I, siklus II pun terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
1. Perencanaan (planning)
Peneliti membuat rencana pembelajaran berdasarkan hasil refleksi pada siklus pertama.
(42)
2. Pelaksanaan (Action)
Guru melaksanakan pembelajaran tentang Tema/Sub tema “Berbagai Pekerjaan/ Jenis-jenis pekerjaan” dengan metode kooperatif tipe STAD berdasarkan rencana pembelajaran pada siklus pertama.
3. Pengamatan (Observation)
Peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas pembelajaran Tema/Sub tema “Berbagai Pekerjaan/ Jenis-jenis pekerjaan” dengan metode kooperatif tipe STAD.
4. Refleksi (Reflection)
Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus II dan menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran Tema/Sub tema “Berbagai Pekerjaan/ Jenis-jenis pekerjaan” dengan metode kooperatif tipe STAD.
F.
Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan
Hasil yang diharapkan dari tahapan intervensi tindakan kelas meliputi: 1. Hasil Belajar IPS
Dari intervensi tindakan kelas diperoleh data hasil belajar yang di ambil dari hasil tes yang meliputi pencapaian penguasaan konsep tentang berbaagai pekerjaan dengan sub tema jenis-jenis pekerjaan melalui metode Kooperatif tipe STAD.
Pencapaian tindakan intervensi kelas dianggap berhasil bila standar ketuntasan kompetensi minimal (KKM) mencapai nilai minimal 70.
2. Metode Pembelajaran STAD
Berdasarkan hasil observasi terhadap proses pembelajaran melalui metode kooperatif tipe STAD diharapkan siswa terlibat secara aktif dan antusias dalam proses pembelajaran.
Tingkat keberhasilan penerapan metode kooperatif tipe STAD tercapai apabila aktivitas guru dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran, serta partisipasi siswa dalam proses pembelajaran
(43)
meningkat dalam setiap siklusnya yang dilaksanakan sesuai dengan target dan tujuannya.
G.
Data dan Sumber Data
Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah dan guru mata pelajaran IPS.
Dari siswa, peneliti mendapatkan data berupa hasil belajar IPS yang pengajarannya menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan dari guru, peneliti mendapatkan informasi mengenai kondisi pembelajaran IPS yang selama ini dilakukan oleh guru yang bersangkutan.
H.
Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian merupakan sarana yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, lebih cermat dan lebih sistematis sehingga lebih mudah diolah. Berdasarkan tehnik pengumpulan data yang digunakan, maka peneliti menggunakan instrumen-instrumen sebagai berikut:
1. Lembar Tes
Tes digunakan untuk mengukur penguasaan dan pemahaman materi pembelajaran dari sisi siswa. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh data yang akurat mengenai hasil belajar dan kemampuan siswa memahami Tema Berbagai Pekerjaan dengan Sub tema Jenis-jenis pekerjaan setelah dilakukan proses pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD. Dalam penelitian ini, bentuk tes yang peneliti gunakan adalah tes pilihan ganda. Tes akan diberikan sebelum dan sesudah pembelajaran dengan metode kooperatif tipe STAD (pre-test dan post-test).
(44)
Tabel 3.1 Kisi-Kisi Lembar Tes
No Aspek Penilaian Butir Item
1 Mengelompokan jenis-jenis pekerjaan di desa dan kota 1
2 Menyebutkan macam-macam pekerjaan 2
3 Menjelaskan proses distribusi perkebunan teh 3, 4 4 Membedakan SDA dapat diperbarui dan tidak dapat 5, 9 5 Menyebutkan jenis pekerjaan dan letak geografis 6, 7, 8 6 Mengidentifikasi hubungan benda dengan jenis pekerjaan 10
2. Pedoman Wawancara
Dalam wawancara, peneliti menggunakan pedoman wawancara. Adapun narasumbernya adalah Siswa kelas 4 dan guru mata pelajaran IPS.
3. Lembar Observasi
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan observasi, peneliti menggunakan lembar observasi yang terdiri dari beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut akan dinilai berdasarkan kriteria-kriteria skor tertentu. Di penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis lembar observasi, yaitu lembar observasi aktivitas guru dan lembar observasi aktivitas siswa. Masing-masing aspek mendapatkan nilai dengan kriteria; 1 (tidak baik), 2 (kurang baik), 3 (cukup), 4 (baik), dan 5 (sangat baik).
(45)
Tabel 3.2
Lembar Observasi Aktivitas Guru
No Aspek Penilaian Kategori Deskripsi
A Persiapan
1. Guru mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan seksama
2. Tujuan pembelajaran dinyatakan dalam kalimat yang jelas dalam RPP
3. Materi pembelajaran yang akan diberikan memiliki kaitan atau dapat dikaitkan dengan materi pembelajaran sebelumnya
4. Guru mempersiapkan media pembelajaran 5. Guru mempersiapkan setting kelas untuk
pembelajaran
6. Guru mempersiapkan siswa secara fisik dan mental
B Presentasi/Penyampaian Pembelajaran
7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai
8. Guru memotivasi dan menarik perhatian siswa untuk mengikuti proses pembelajaran dengan baik
9. Guru menjelaskan materi pembelajaran dengan teknik-teknik tertentu sehingga jelas dan mudah dipahami siswa
10 Pembelajaran dilaksanakan dalam langkah-langkah dan urutan yang logis
11. Petunjuk-petunjuk pembelajaran singkat dan jelas sehingga mudah dipahami
12. Materi pembelajaran, baik kedalaman dan keluasannya, disesuaikan dengan tingkat perkembangan dan kemampuan siswa
13. Selama proses pembelajaran guru memberikan kesempatan untuk bertanya kepada siswa 14. Apabila siswa bertanya, guru memberikan
jawaban dengan jelas dan memuaskan
15. Guru selalu mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran pada akhir kegiatan atau akhir sesi tertentu
C. Metode Pembelajaran
16. Pembelajaran dilakukan secara bervariasi selama alokasi waktu yang tersedia, tidak monoton dan membosankan
17. Apabila terjadi suatu permasalahan maka guru bertindak dengan mengambil keputusan terbaik agar pembelajaran tetap berlangsung secara efektif dan efisien
(46)
pembelajaran yang telah ditetapkan
19. selama pembelajaran berlangsung guru tidak hanya berada pada posisi tertentu tetapi bergerak secara dinamis di dalam kelasnya 20. Apabila tampak ada siswa yang membutuhkan
bantuannya di bagian-bagian tertentu kelas, maka guru harus bergerak dan menghampiri secara berimbang dan tidak terfokus hanya pada beberapa gelintir siswa saja
21. Guru mengenali dan mengetahui nama setiap siswa yang ada di dalam kelasnya
22. Selama pembelajaran berlangsung guru memberikan reinforcement (penguatan) kepada siswa-siswanya dengan cara yang positif 23. Ilustrasi dan contoh dipilih secara hati-hati
sehingga benar-benar efektif dan bukannya malah membuat bingung siswa
24. Media pembelajaran di dalam pelaksanaan pembelajaran digunakan secara efektif
25. Latihan diberikan secara efektif
26. Guru selalu bersikap terbuka dan tidak menganggap negatif apabila siswa melakukan kesalahanan dalam proses belajarnya
D. Karakteristik Pribadi Guru
27. Guru sabar terutama untuk memancing respon siswa
28. Guru berupaya memancing siswa agar terlibat aktif dalam pembelajaran
29. Guru bersikap tegas dan jelas
30. Penampilan guru menarik dan tidak membosankan
31. Guru menggunakan bahasa pengantar yang baik dan mudah dimengerti siswa
32. Guru selalu menunjukkan bahwa ia adalah seorang yang selalu punya inisiatif, kreatif dan berprakarsa
Jumlah Rata-rata Keterangan
(47)
Tabel 3.3
Lembar Observasi Aktivitas Siswa
No. Aktivitas Belajar Siswa Kualitas
Keaktifan Deskripsi
A. Aktivitas Perolehan Pengetahuan
1. Melakukan pengamatan atau penyelidikan 2. Membaca dengan aktif (misal dengan pen
di tangan untuk menggarisbawahi atau membuat catatan kecil atau tanda-tanda tertentu pada teks)
3. Mendengarkan dengan aktif (menunjukkan respon, misal tersenyum atau tertawa saat mendengar hal-hal lucu yang disampaikan, terkagum-kagum bila mendengar sesuatu yang menakjubkan, dsb)
B. Proses Pemahaman Materi/Konsep Pelajaran
4. Berlatih (misalnya mencobakan sendiri konsep-konsep misal berlatih dengan soal-soal)
5. Berpikir kreatif (misalnya mencoba memecahkan masalah-masalah pada latihan soal yang mempunyai variasi berbeda dengan contoh yang diberikan) 6. Berpikir kritis (misalnya mampu
menemukan kejanggalan, kelemahan atau kesalahan yang dilakukan orang lain dalam menyelesaikan soal atau tugas)
C. Pengkomunikasian Hasil Pemikiran 7. Mengemukakan pendapat
(48)
8. Menjelaskan 9. Berdiskusi
10. Mempresentasi laporan 11. Memajang hasil karya D. Refleksi Pemikiran
12. Mengomentari dan menyimpulkan proses pembelajaran
13. Memperbaiki kesalahan atau kekurangan dalam proses pembelajaran
14. Menyimpulkan materi pembelajaran dengan kata-katanya sendiri
Jumlah Rata-rata Keterangan
I.
Teknik Pengumpulan Data
Maksud teknik di sini adalah cara mengumpulkan data yang dilakukan melalui pengamatan dan pencatatan gejala-gejala yang tampak pada objek penelitian yang pelaksanaannya langsung dilakukan pada saat proses tindakan dilakukan.
Sesuai dengan jenis penelitian data yang dikumpulkan, maka peneliti menggunakan teknik sebagai berikut:
Tes. Tes dilakukan setelah proses pembelajaran IPS melalui metode STAD dilakukan. Tes ini dilakukan untuk memperoleh data hasil belajar IPS siswa selama pembelajaran dengan metode STAD.
Wawancara. Wawancara merupakan cara untuk memperoleh data dengan mengadakan komunikasi dengan narasumber. Peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh informasi mengenai sekolah, siswa, diri pribadi guru ataupun kondisi pembelajaran di kelas. Wawancara dengan guru ini berlangsung sebelum penelitian dimulai.
(49)
Observasi. Observasi merupakan kegiatan mengamati secara langsung suatu objek penelitian tanpa perantaraan apapun. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati aktivitas belajar mengajar IPS di kelas 4 MI Al-Karimiyah.
J.
Teknik Pemeriksaan Keterpercayaan
Untuk memperoleh data yang valid, yaitu objektif, sahih dan handal dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi dan naturasi, diantaranya:
1. Menggali data dari sumber yang sama dengan menggunakan cara yang berbeda. Untuk memperoleh informasi tentang aktifitas siswa dilakukan dengan mengobservasi siswa dan memberikan catatan siswa,
2. Menggali data dari sumber yang berbeda untuk memperoleh informasi tentang hal yang sama. Untuk memperoleh tentang pemahaman siswa dilakukan dengan memeriksa hasil tes siswa, mengadakan wawancara guru dan melihat hasil observasi guru,
3. Memeriksa kembali data-data yang telah terkumpul, baik tentang kejanggalan-kejanggalan, keaslian maupun kelengkapannya,
4. Mengulang pengolahan dan analisis data yang terkumpul. Agar diperoleh data yang valid, instrumen tes pilihan ganda diujicobakan untuk mengukur tingkat validitas dan reliabilitas serta kesukaran.
Sementara itu, peneliti menggunakan rumus korelasi point biserial untuk mengukur tingkat validitas tes yang digunakan dalam penelitian.
Keterangan:
= koefisien korelasi point biserial
Mp = skor rata-rata butir soal yang benar
Mt = skor rata-rata total
= jumlah jawaban yang benar = jumlah jawaban yang salah
(50)
Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Rumus yang peneliti gunakan untuk mencari koefisien reliabilitas adalah sebagai berikut:
Keterangan:
= nilai koefisien reliabilitas
= korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua Suatu soal dikatakan memiliki tingkat kesukaran yang baik bila soal tersebut tidak terlalu mudah dan juga tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk meningkatkan usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar dapat membuat siswa putus asa dan tidak mau untuk memecahkannya. Untuk hal ini, peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
= indeks kesukaran
= Jumlah siswa yang menjawab betul = Jumlah siswa keseluruhan
Selanjutnya, objek analisis butir soal yang terakhir adalah daya pembeda soal. Daya pembeda soal berguna untuk membedakan kemampuan para siswa, rendah ataupun tinggi. Dalam analisis ini peneliti menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
JA = Jumlah peserta kelompok atas JB = Jumlah peserta kelompok bawah
(51)
BA = Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
K.
Analisis Data dan Interpretasi Data
Pada penelitian dilakukan juga analisis data karena analisis data merupakan bagian penting dalam sebuah penelitian. Hal ini perlu dilakukan karena analisis data yang diperoleh pada penelitian memberi arti penting.
Untuk memperoleh hasil dari data-data yang diperoleh, peneliti melakukan proses analisis data tersebut dengan beberapa langkah, yaitu:
Pertama, melakukan penghitungan nilai akhir siswa dengan menggunakan rumus berikut:
Langkah kedua, menghitung nilai rata-rata kelas. Nilai rata-rata kelas tersebut diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
= Mean atau rata-rata = Jumlah nilai siswa
N = Jumlah siswa
Langkah terakhir adalah menghitung persentase ketuntasan kelas berdasarkan nilai KKM (65), di mana sebuah kelas dinyatakan tuntas apabila dalam kelas tersebut 90% siswa telah mencapai nilai KKM.
Untuk meneliti tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi Perkembangan teknologi/Indahnya Negeri yang diberikan guru dalam proses pembelajaran, maka peneliti perlu menentukan selisih antara nilai post-test dan
(52)
pre-test. Oleh karena itu, peneliti melakukan uji normal Gain dengan menggunakan rumus Normal Gain sebagai berikut:
Hasil perhitungan rumus di atas lalu diinterpretasikan dengan tabel kriteria indeks Gain sebagai berikut:
Tabel 3.4
Tabel Interpretasi Nilai Indeks N Gain
Interval Nilai Kriteria
0,80 – 1,00 Sangat Tinggi
0,60 – 0,79 Tinggi
0,40 – 0,59 Sedang
0,20 – 0,39 Rendah
0,00 – 0,19 Sangat Rendah
L.
Pengembangan Perencanaan Tindakan
Setelah perencanaan tindakan dilakukan, selanjutnya adalah tahap evaluasi. Peneliti mengevaluasi terhadap tujuan yang ditetapkan dalam penelitian ini, hasil belajar siswa yang sesuai indikator pencapaian, dan pelaksanaan metode kooperatif tipe STAD oleh guru. Kemudian apabila belum mencapai target yang ditetapkan, evaluasi ini digunakan untuk melakukan refleksi kembali.
(53)
39
hasil belajar siswa melalui metode STAD pada mata pelajaran IPS kelas IV MI Al-Karimiyah.
A. Deskripsi Objek Penelitian 1. Profil Sekolah
Berikut peneliti uraikan sekilas profil sekolah yang dijadikan sebagai objek pada penelitian ini:
Nama sekolah : Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah
Alamat : Jln. Masjid Cidodol RT 009/012, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12220.
Kepala sekolah : H. Ahmad Nawawi BA NSM/NPSN : 111231740002 / 20102806 Tahun berdiri : 1986
Status akreditasi : B
Visi : Menjadi Madrasah Yang Memiliki Keunggulan Dalam Imatq Dan Iptek
Misi : 1) Melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keunggulan iptek dan imtaq,
2) Meningkatkan kemampuan akademik siswa melalui program pembelajaran kontemporer dan unggulan,
3) Meningkatkan prestasi siswa di bidang intrakurikuler dan ekstrakurikuler agar dapat berkompetisi dalam persaingan global,
(54)
4) Meningkatkan pemahaman dan pengamalan nilai-nilai agama melalui pembelajaran imtaq secara lebih intensif.
2. Data Guru dan Karyawan
Adapun tabel berikut adalah data singkat para guru dan karyawan di Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah.
Tabel 4.1
Daftar Guru Madrasah Ibtidaiyah Al-Karimiyah Tahun Pelajaran 2013/2014
No Nama Guru Pendidikan
Terakhir Jabatan
1 H. A. Nawawi BA D3 Kepsek
2 M. Yusuf S1 Wakasek
3 Abdul Rozak SMA Admin/TU
4 Abdul Khoir, S.Pd.I S1 Guru
5 Baihaqi, S.Pd.I S1 Guru
6 Darmawati, S.Pd.I S1 Guru
7 Humairoh, A.Ma D2 Guru
8 Machdori, S.Ag S1 Guru
9 Mulyani Wagimin A.Md D3 Guru
10 Rini Tahriah, S.Pd.I S1 Guru
11 Saiful Anwar S.Pt S1 Guru
12 Yunani Yusuf, S.Pd.I S1 Guru
(1)
try
!
Lampiran
Kelompok
:Nilai
:Buatlah
tabel
daftar tentangjenis-jenis
Sumber DayaAlam
yang adadi
daerair mu!Apa bedanya sumber daya alam dapat
di
perbarui dengan sumber daya alam tidak dapat diperbarui. Jelaskan !1
il,,
.A,o"t1
I
tNo SDA dapat diperbarui SDA
tidak
dapatdi perbaruiI
2 J 4
(2)
LEMBAR UJI
REFERENSI
No Judul Buku Paraf
Ahmadi, Abu, dkk, IlmuS o s i al D as ar, (I akarta : RinekaCipta, 2003 ).
4
2. " T e nt ang Kur ikulum B ar udiaksesdarisitushttp :i/www. berdikarionline.compadatanggal
2014.
(20 t
3)",
Januari
Anonim,
07
,t/
3.
gurlta-,Retnaningsih,
PeningkatanPembelajarandalamsistemPendidikanNasionalIndonesia, (Jakarta: Penerbit
IINJ
Press,2008)L
4.
O;a-aiah,
Bahri,
Syaiful,
danZain,
Aswan, StrategiBelajar- Mengaiar,(Jakarta:
PT. Rineka Cipta,2002).
5.
Fathurrohman,PupuhdanSutikno,
M.
Sobry,
StrategiBeloiarMengajar;S t r at e g i Mew uj udkan P e m b e I aj ar anB er mal*taM e I al ui P e nanam an Ko ns ep
Umum & Kons ep I s I ami, (Bandung: PT. Refi kaAditama, 2007)'
6.
Fa*i,
Anisdanlugowi, Ahmad,Rifyal,
PembelaiaranMilvo; Su at u Ko ns e p danAp I i kasi, (Jakarta: PenerbitDiadit Media, 2009).7. Hall,
E.,
Gene,
dkk,
MengaiardenganSenong;M
e n c ip t a kan P e r b e da and al am P e mb e I aj ar a n S i sw a, (J akarta:
PT.
Indeks,2008).
8.
9.
io.
Hardini, IsrianidanPuspitasari, Dewr,StrategiPembelaiaranTerpadu; Teori, Konsep,
dan I mpl e me nt as
i,
(Yo gyakarta: Familia, 20 12).Harj anto, P e r enc ana an P e n gai ar a n, (J akarta: PT. RinekaCipta, 20 1 0).
4Ar/
ibrahrrr"
M"str--J"
dkk,,PembeloiaranKooperatif, (Sutabaya: UnesaUniversity.
Press,2000).nr/
11
Irjo"i,
CooperativeLearning;
EfektivitasPembelajaranKelompok, (Bandung: CV. Alfabeta,2010).12. Jauhar, Mohammad,
ImplementasiPaikem;
Dar
BehavioristiksampaiKonstrultsivistik, (Jakarta: PrestasiPustakaraya, 201 1 )
."<
13.fenenterianPendidikandanKebudayaan, PeraturanPemerintah
No.
81A
tahun2 0 I 3
;
T e nt anglmp I e m e nt as i Kur i kulum, (Jakarta: Kemdikbud, 20 1 3)'
14.
LieJ.ita,
aooperative Learning;
Mempraktikkan Cooperative
Learning Di
RuangKelas, (Jakarta: PT. Grasindo, 20 1 0)'
4
,ll
T
II
(3)
15.
Nuh
Mohammad,
"Kltrikulum 2013",
diaksesdari situs
http://kemdikbud.go.idpada tanggal 07
Januari2}l4
.d
.tl16. Sadeli,
M.,
Lili,
dlck, Konsep Dasarllmu
Pengetahuan Sosial, (Jakarta: Depdikbudur,
1986).17.
Saondi,
OndidanSuherman,Aris, EtikaProfesiKeguruan,
(Bandung:
PT.RefikaAditama,2072).
18.
Sartono,
"MenyongsongKurikulum
20J 3 ",diaksesdarisitushttps ://atcontent.compadatanggal 07 Januari 201 4
t9. Semiawan,
R.
Conny,
BelajardanPembelajaranPrasekolahdanSekolahDasar,(Jakarta: PT. Indeks, 2008).
.?//
20.
Siregar,Evelinedan
Nara,Hartini,
TeoriBelajardanPembelajaran,
(Bogor:PenerbitGhalia Indonesia, 20 I 0).
21. Slavin, E. Robert, Cooperative Learning; Teori, Riset, danPraktik, (Bandung: Nusa
Media,2009).
,/
22.
Soedjarto,
MenujuPendidikanNasional
yang
RelevsndanBermutu,
(Jakarta:BalaiPustaka, 1993).
Sumaatmadja,Nursid, MetodologiPengajaranllmuPengetahuanSosial, (Bandung;
Alumni,
1980).24. Suharjo, Mengenal Pendidikan Sekolah
Dasar;
Teori dan.
Praktek(Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2006).a^/
25.
Sunaryo,
StrategiBelajarMengajardalamPengajaranllmuPengetahuanSosial,(Jakarta: Depdikbud, I 989)
..1/
26.
Sutikno,
M.,Sobry,
PendidikanSekarangdanMasaDepan,(Mataram:
NTP
Press,2006), cet. ke-3.
27. Tayibnapis,
Yusuf,
Farida,EvaluasiProgram
dqnlnstrumenEvaluasi, (Jakarta: PT. RinekaCipta, 2008).28.
Tim
PengembangllmuPendidikan FIPUPI, IlmudanAplikasiPendidikan, (Bandung: PT. Imperial Bhakti Utama, 2007).(4)
Fr-29.
Trianto, Model
PembelaiaranTerpadu;danlmplementasinyadalam,
Kurihtlum
(KTSP), (Jakarta: PT. BumiAksara, 2010).
Konsep,
Strategi,Tingkat
SatuanPendidikan4
30.Uno, B.,
Hanzah,ProfesiKependidikan;
Problerna,
Solusi,d an Refo r m as i P e ndi di kan di In do ne s i a, (Jakarta : PT. BumiAksara, 2009), ",
cet. ke-4.
4
31.
Waney,Helly
Max, Waw as anllmuP e nge t ahuanS o s i al, (Jakarta:DepartemenPendidikandanKebudayaan, I 989).
32.
Zulfiani,
dY,k.,StrategiPembelajaranSains, (Jakarta: LembagaPenelitianUin Jakarta,2009).
4./
Jakarta, November 2014 Dosen Pembimbi.
Dr.Iwan
Purwanto, M.Pd
Nip.
197304242A08ArfiD
b
f"
."i
1 i
(5)
KEMENTERIAN
AGAMA
UIN
JAKARTA
FITK
Jl. b. H. Juada No 95 Ciputat 15412 lndonesia
FORM (FR)
No. Dokumen
:
FITK-FR-AKD-082 Tgl.Terbit :
1 Maret 2010 No.Revisi: :
01Hal 1t1
SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN
Nomor : Un.01/F.1/KM.o1
.gt.!.tlil2oM
Lamp.
: Outline/ProposalHal
:Permohonan
lzin
Penelitian
Jakarta,
Jdfi4.M...
ZOI +Kepada Yth. Kepala Madrasah
Al
Karimiyah diTempat
Assalam u' al aikum wr.wb.
Dengan hormat kami sampaikan bahwa,
Nama
: HumairohNIM
:809018300909Jurusan
: PGMISemester
:Vlll
(Delapan)Judul
Skripsi
: Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Kooperatif TipeStudent Team Achievement Division (STAD) Pada Mata Pelajaran
IPS Kelas
IV
MIAl
Karimiyah Jakartaadalah benar mahasiswa/i Fakultas llmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Jakarta yang
sedang
menyusun
skripsi,
dan
akan
mengadakan penelitian
(riset)
diinstansi/sekolah/madrasah yang Saudara pimpin.
Untuk
itu
kami
mohon
Saudara
dapat
mengizinkan mahasiswa
tersebutmelaksanakan penelitian dimaksud.
. Atas perhatian dan kerja sama Saudara, kami ucapkan terima kasih. Wassal am u' al aiku m wr. wb.
a.n. Dekan Kajur PGM!
r\CI!ux\.
Dr. Fauzan, M.A.Nr P. 1 9761 107 2007 01 1013
Tembusan:
1.
Dekan FITK2.
Pembantu Dekan Bidang Akademik3.
Mahasiswa yang bersangkutan$!
(6)