Gambaran Umum Lokasi Penelitian Hasil Penelitian

` 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Jogja Belajar Radio atau Jogja Belajar Radio adalah radio streaming Balai Tekkomdik DIY yang memberikan layanan pendidikan yang dikemas secara edutaiment. Jogja Belajar Radio memberikan layanan informasi pendidikan yang dipadukan dengan hiburan yang mendidik untuk mendukung kegiatan belajar dan mengajar serta perluasan penyebaran informasi seputar pendidikan. Radio streaming ini dapat didengarkan setiap hari selama 18 jam yakni pada pukul 06.00-24.00. Untuk dapat mendengarkan siaran Jogja Belajar Radio para pendengar dapat mengakses http:www.jbradio.jogjabelajar.org Siaran radio streaming ini diselenggarakan di Kantor Studi JBRadio BTKP DIY, Jl Kenari no. 2 Yogyakarta. JBRadio didukung oleh SDM yang cukup mumpuni dalam program kepenyiaran profesional. JBRadio juga memberikan layanan kepada masyarakat yang ingin belajar dan memperdalam pengetahuan tentang program siaran radio khususnya siaran radio khususnya siaran radio yang disiarkan secara streaming.

B. Hasil Penelitian

Penyelenggaraan program Jogja Belajar Radio di Balai Tekkomdik Disdikpora DIY dilatar belakangi dalam upaya untuk memberikan wadah dalam menyiarkan produk-produk media pembelajaran yang bersifat auditif ` 51 yang diproduksi Balai Tekkomdik. Hal ini merupakan bentuk layanan pendidikan yang diberikan Balai Tekkomdik kepada masyarakat, khususnya guru dan para pelaku pendidikan lainnya dalam melaksanakan pengembangan dan memproduksi media pembelajaran berbasis TIK untuk meningkatkan dan pemerataan mutu pendidikan. Hal tersebut sebagaimana yang tertulis pada Desain Kegiatan Perluasan Layanan Radio milik Balai Tekkomdik bahwa Balai Teknologi Komunikasi Pendidikan Balai Tekkomdik Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai salah satu lembaga penghasil produk teknologi di bidang pendidikan yang mempunyai tugas pokok melaksanakan pengembangan dan memproduksi media pembelajaran berbasis TIK untuk meningkatakn dan pemerataan mutu pendidikan, Balai Tekkomdik DIY mempunyai kewajiban untuk menyebarkan hasil teknologi tersebut kepada pengguna, khususnya guru dan para pelaku pendidikan lainnya. Sebagaim ana yang dikatakan bapak “M” selaku kepala seksi layanan dan promosi Balai Tekkomdik bahwa: “...Jogja belajar radio itu kan satu Layanan berbasis audio. BTKP memproduksi berbagai macam media pembelajaran. Untuk mewadahi konten berbasis audio maka kita buat sistem layanan online yang bisa disiarkan secara streaming, maka dari itu kita buat JBRadio. Siaran setiap harinya dari jam 6 pagi sampai jam 12 malam selama 18 jam. Ada program-program berbasis audio. Yang kedua di JB Radio ini terdapat layanan namanya audio audimen, pengguna dapat mengambil atau mendownload konten-konten berbasis audio tanpa harus mendengarkan siaran radionya. Ide dasarnya seperti itu.” ` 52 Hal tersebut sebagaimana yang dikatakan oleh bapak “Ch” selaku Program Director Jogja Belajar Radio bahwa: “Jadi harapannya Balai Tekkomdik ini dulu kan memang awalnya memproduksi banyak konten-konten media pembelajaran baik yang sifatnya audio, video, animasi. Nah, dari situ terpikirlah bagaimana supaya media-media khususnya media audio yang dibuat itu bisa tersampaikan ke masyarakat. Nah, maka munculah ide untuk membuat stasiun radio. Nah, tapi awalnya di tahun 2011 itu em.. karena memang sumber daya yang masih awal dan awam sekali, makanya kita hanya menyiarkan rekaman-rekaman atau hasil-hasil produksi media pembelajaran yang diproduksi BTKP.” Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa latar belakang diadakannya program layanan Jogja Belajar Radio adalah untuk memberikan wadah dalam menyiarkan produk-produk media pembelajaran yang bersifat auditif yang diproduksi Balai Tekkomdik dengan menggunakan sistem layanan online yaitu radio streaming. Hal ini merupakan bentuk layanan pendidikan yang diberikan Balai Tekkomdik kepada masyarakat, khususnya guru dan para pelaku pendidikan lainnya dalam melaksanakan pengembangan dan memproduksi media pembelajaran berbasis TIK untuk meningkatkan dan pemerataan mutu pendidikan Program Jogja Belajar Radio dirancang untuk mendistribusikan konten-konten pembelajaran yang diproduksi Jogja Belajar Radio guna memfasilitasi pembelajaran formal melalui layanan radio streaming. Tujuan yang ingin dicapai dari dilaksanakannya kegiatan Perluasan Layanan dan Promosi Pendidikan melalui Media Elektronik adalah : ` 53 1 Masyarakat lebih mengenal, mengetahui dan memahami berbagai Program, Produk, dan Layanan Unggulan yang dimiliki oleh Balai Tekkomdik DIY. 2 Masyarakat dapat menikmati layanan radio streaming yang dikemas secara edutainment melalui JB Radio. Sebagaimana yang dituturkan oleh Bapak “Ch” selaku Program Director JBRadio bahwa: “Tujuan dari program ini sebagai pemerataan konten pembelajaran berbasis audio BTKP melalui media streaming. Sebenernya kita ada 2, video sama audio. Nah audio ini salah satunya di JB Radio. Jadi kita ngasih konten ke mereka berupa pengetahuan ringan maupun pengetahuan formal kayak mata pelajaran yang ada di bimbingan belajar sama Ayo Belajar. Tujuan utamanya itu, kita ingin menyebarluaskan konten-konten pendidikan melalui media audio streaming. Kita juga ingin mengenalkan bahwa sekarang itu radio gak hanya bisa didengarkan lewat perangkat radio saja, tapi sekarang bisa diakses dengn internet juga. Jadi kita pengen mengenalkan tenknologi itu.” Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan program Jogja Belajar Radio adalah untuk mendistribusikan produk-produk pendidikan berbasis audio yang dimiliki Balai Tekkomdik melalui media radio streaming berupa konten-konten pembelajaran formal maupun pengetahuan ringan kepada masyarakat. a. Standar dan Prosedur Pengelolaan Jogja Belajar Radio Program Jogja Belajar Radio diatur dalam Standar Operation Procedure SOP yang menjadi pedoman dalam menyampaikan konten- ` 54 konten pembelajaran dalam program siarannya. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Bapak M selaku General Manager Jogja Belajar Radio bahwa: “Ada SOP. Semuanya ada jobdesknya.” Jogja Belajar Radio memang memiliki SOP yang menjadi pedoman kegiatan siaran radio, namun menurut penyiar JBRadio mereka masih belum benar-benar melaksanakan kegiatan penyiaran sesuai dengan SOP penyiar yang ada. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Sdr Ay, bahwa: “Peraturan tetap sih ada, tapi itu kadang-kadang kita penyiar masih agak ngasal, gitu. Jadi karena kita masih bingung nih „ini protapnya apa ya? Ah yaudah gini aja‟. Kesannya kayak gitu. Kadang- kadang kita mikir „Ah ora ono sing ngerungoke. Asal aja‟.” Berdasarkan data tersebut, ketika peneliti mengadakan triangulasi untuk mengungkapkan kredibilitas dan objektivitas data melalui observasi, wawancara dan dokumentasi yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pengelolaan penyiaran program Jogja Belajar Radio diatur oleh Standar Operational Procedure, namun pada penyelenggaraan program tersebut belum sesuai dengan SOP. Hal ini dikarenakan kurangnya penertiban kepada para penyiar untuk melakukan siaran sesuai SOP yang berlaku. 1. Perencanaan program Sebuah program yang dibuat harus memiliki perencaan yang matang. Perencanaan progam merupakan bagian terpenting dalam mengembangkan sebuah radio. Hal ini karena program merupakan ` 55 produk yang dijual dan disajikan kepada para pendengar radio itu sendiri. Perencaaan sebuah program akan berdampak pada kelancaran proses produksi dan eksekusi program. Dalam merencanakan sebuah program siaran hal-hal yang perlu diperhatikan adalah perencanaan produksi, penjadwalan acara siaran, serta pengadaan sarana dan prasarana. a. Perencanaan Produksi Perencanaan program di Jogja Belajar Radio dibuat secara bersama melalui Forum Group Discussion FGD. Pengambilan keputusan ini berdasarkan analisis kebutuhan dengan melibatkan semua pengelola Jogja Belajar Radio beserta guru dan siswa sekolah yang diundang dalam FGD. Perencanaan program meliputi kegiatan penentuan tujuan, pemilihan konten siaran, penentuan strategi penyiaran. Dalam wawanca ra Bapak „Ch‟ selaku Progam Director mengungkapkan bahwa: “Program siaran kita harus buat FGD dulu, Forum Group Discussion. Kita menentukan dulu kebutuhan pendengar itu apa. Jadi kita mengundang, ada guru, ada siswa, kira-kira yang dibutuhkan itu apa kalau untuk konten tadi. Dari situlah kita bisa merumuskan. Oh, ini butuhnya ini ini ini. Dari situlah kita membuat rancangan program acara dulu. Masalahnya seperti ini, nanti kontennya ini. Setelah itu barulah jadi kita bisa melakukan uji coba. Uji coba itu biasanya 1 bulan. 1 bulan kita liat feedback-nya. Maksudnya apakah acara ini kita kesulitan gak untuk memenuhi kontennya ini. Kalau misalnya kesulitan ya ` 56 sudah kita ganti. Tapi kalau misal bisa memenuhi untuk kebutuhan konten, nah maka lanjut aja.” Perencanaan diawali dengan analisis kebutuhan melalui forum group discussion bersama guru dan siswa. Dari FGD tersebut akan didapati masalah pembelajaran yang terjadi. Kemudian dapat dirumuskan konten apa yang dibutuhkan, tujuan program, perencanaan program serta strategi yang akan digunakan untuk mencapai tujuan program tersebut. Selanjutnya dilakukan uji coba program acara selama kurang lebih 1 bulan. Pada saat uji coba ini, akan dipantau feedback dari program acara tersebut. Apabila dalam pelaksanaannya dapat memenuhi konten, maka program acara tersebut akan dilanjutkan. Namun, apabila dalam pelaksanaannya terjadi banyak kendala dalam pemenuhan konten, maka program akan diganti. b. Penjadwalan Program Siaran Dalam merencanakan program acara, pengelola radio tidak hanya merancang konten program acara saja melainkan juga merancang jadwal siaran untuk penyiarnya. Jadwal siaran bagi penyiar di Jogja Belajar Radio sudah dirancang namun tetap bersifat fleksibel menyesuaikan dengan jadwal para penyiar yang mayoritas adalah penyiar freelance yang juga bekerja di radio lain. Hal ini sebagaimana disampaikan oleh Fai selaku penyiar di Jogja Belajar Radio, bahwa: ` 57 “Program yang dipegang sama aja. Kita harus bisa bawain semua programnya. Jadwal kita tu fleksibel. Ada sih kita dikasih jadwal sebenarnya untuk hari-harinya apa aja, programnya apa aja. Tapi kalau yang jadwalnya bentrok bisa tukaran. Paling khususnya untuk program keagamaan dan kedaerahan aja.” Hal serupa juga dituturkan Ay selaku penyiar di Jogja Belajar Radio, bahwa: “Kalau disini program diacak ya, disebar gitu. Jadi semua penyiar bebas mau siaran apa aja gitu. Yang penting sesuai jadwal aja. Misalkan disini setiap harinya ada 10 program, terus aku dapat yang pagi. Nah pagi itu programnya selamat pagi jogja, tapi kapanpun aku bisa masuk ke program yang lain. Bisa masuk ke Dunia Anak, padahal Dunia Anak hari ini udah ada yang siaran tapi „duh, aku pagi gak bisa tuh, tukeran dong‟. Jadi enak, flexible, bisa masuk program apa aja dan emang diharuskan bisa menguasai program apapun, gitu.” Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa jadwal siaran bagi penyiar sudah dirancang dan terpampang di ruang kantor Jogja Belajar Radio, namun tetap bersifat fleksibel menyesuaikan dengan jadwal para penyiar yang mayoritas adalah penyiar freelance yang juga bekerja di radio lain. c. Pengadaan Sarana dan Prasarana Keberadaan sarana dan prasarana dalam penyelenggaraan suatu program akan mampu memberikan dukungan dalam pelaksanaan program. Sehingga sarana dan prasarana merupakan salah satu aspek yang perlu diperhatikan. Pelaksanaan program radio ini, ` 58 menurut data hasil penelitian bahwa sarana yang digunakan dalam proses program Jogja Belajar Radio antara lain adalah: 1 Perangkat komputer 2 Microphone 3 Headphone 4 Audio mixer 5 Software radio streaming 6 Modemkoneksi internet 7 Audio jack 8 Recorder Gambar 2. Mixer dan Perangkat Komputer di Jogja Belajar Radio Adapaun prasarana yang digunakan dalam program Jogja Belajar Radio ini adalah: 1 Studio siaran 2 Studio rekaman ` 59 Gambar 3. Studio siaran Jogja Belajar Radio Hal tersebut juga sesuai dengan yang dituturkan oleh Bapak “M” selaku General Manager Jogja Belajar Radio, bahwa: “Banyak. Kita punya perangkat mixer, punya perangkat server yang menyimpan data-data, ada studio untuk rekaman, studio produksi ada beserta peralatannya.” Hal tersebut sebagaimana dituturkan oleh Bapak “Ch” selaku Program Director Jogja Belajar Radio, bahwa: “Sarana dan prasarana sudah cukup baik ya. Cuma istilahnya memang emm.. menurutku sih dibanding dengan radio lain itu gak kalah malah bisa jauh lebih bagus. Untuk sarana prasarana saya rasa sudah terpenuhi.” Hal tersebut sesuai dengan yang dit uturkan Mas “Ay” selaku penyiar di Jogja Belajar Radio, bahwa: “Untuk sarana prasarana cukup, malah lebih lengkap daripada radioku yang komersil kalo aku boleh jujur. cukuplah menurutku. Kalau untuk sarana untuk siaran ya, tapi kalau untuk produksi aku gatau karena aku belum pernah terlibat untuk produksi, kayak misalkan produksi itu bikin iklan.” ` 60 Hal tersebut sebagaimana dituturkan oleh Mas “Fai” selaku penyiar di Jogja Belajar Radio, bahwa: “Sarana prasarana, kalau aku kan belom pernah ke radio komersil ya. Kalau teman-teman lain kan ada yang pernah di radio komersil, aku kan langsung di sini, ya udahlah cukuplah. Katanya malah lebih bagus di sini daripada radio- radio komersil.” Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki JBRadio terbilang cukup baik dan sudah lengkap. JBRadio memiliki studio siaran ber-AC yang dilengkapi peralatan siaran seperti audio mixer, microphone, perangkat komputer, headphone, jaringan internet, software radio streaming, recorder, dll. JBRadio juga memiliki ruang rekaman yang dilengkapi fasilitas rekaman untuk menunjang pembuatan produk audio yang nantinya dapat disiarkan pada program siaran JBRadio. 2. Produksi program Kegiatan produksi program Jogja Belajar Radio melibatkan Kepala Bagian Promosi dan Layanan, Programme Director, Music Director, Penulis Naskah, Penyiar, dan Teknisi. Hal ini seperti yang disampaikan oleh bapak Ch: “Seperti yang saya sampaikan Jogja Belajar Radio itu merupakan salah satu layanan yang ada di BTKP. Nah ini yang tentu terlibat emm.. karena ini radio di bawah naungan seksi layanan dan promosi, jadi yang jelas terlibat dari teman-teman dari seksi layanan. Nah dari seksi layanan itu emm... lebih ke administratif, sedangkan ada yang sisi teknis atau operasional itu ada dari kru radio, ada Program ` 61 Director, ada scriptwriter, ada reporter, ada penyiar, ada juga Music Director- nya.” Program-program yang disiarkan di Jogja Belajar Radio merupakan program yang diproduksi oleh Balai Teknologi dan Komunikasi Pendidikan sendiri. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan selama penelitian, program siaran di Jogja Belajar Radio diproduksi secara live dan recorded. Proses produksi untuk program live dan recorded secara keseluruhan sama. Semua program yang diproduksi harus melewati tahap FGD terlebih dahulu untuk menentukan tema, rumusan, dan judul program. Hal ini seperti yang dikatakan oleh bapak Cholid: “Program siaran kita harus buat FGD dulu, Forum Group Discussion. Kita menentukan dulu kebutuhan pendengar itu apa. Jadi kita mengundang, ada guru, ada siswa, kira-kira yang dibutuhkan itu apa kalau untuk konten tadi. Dari situlah kita bisa merumuskan. Oh, ini butuhnya ini ini ini. Dari situlah kita membuat rancangan program acara dulu. Masalahnya seperti ini, nanti kontennya ini. Setelah itu barulah jadi kita bisa melakukan uji coba. Uji coba itu biasanya 1 bulan. 1 bulan kita liat feedback nya.” Script untuk program yang akan diproduksi dibuat oleh penulis naskah. Sedangkan untuk program yang sifatnya talkshow, Program Director akan menentukan narasumber yang sesuai dengan tema yang diangkat. Setelah melalui tahap tersebut barulah ditentukan program tersebut akan ditayangkan secara live ataupun rekaman. Program siaran yang bersifat live, penyiar menyiarkan program sesuai dengan script yang dibuat atau dapat berupa talkshow dengan narasumber yang dilakukan dan disiarkan saat itu juga. Program siaran yang bersifat ` 62 rekaman, penyiar membawakan program sesuai script yang telah dibuat sebelumnya atau berupa talkshow dengan narasumber yang dilakukan dengan rekaman terlebih dulu dan tidak langsung disiarkan saat itu. Hal ini seperti yang disampaikan bapak Cholid: “Ya memang kita ada program live ya itu talkshow, bincang-bincang ya. Nah ini kita biasa tergantung narasumbernya juga maunya live atau maunya rekaman atau tapping. Prosesnya ya sama, kita diawal tahun FGD dulu. Semuanya kalau disini FGD dulu, menentukan kira- kira temanya apa. Nah disini langsung, langsung dari FGD ini akan muncul tema-temanya. Kalau biasanya yang produksi itu kan FGD dulu nanti nemu rumusan, judul, baru dibuat. Nah di FGD ini langsung, FGD langsung menentukan judul-judulnya baik talkshow-nya, siaran live- nya, sama tapping-nya kemudian barulah nanti disitu sudah ditentukan juga narasumbernya siapa beserta jadwalnya. Setelah itu kita menghubungi narasumbernya kita ajukan surat kesana, barulah kita menentukan mau tapping atau live .” 3. Eksekusi program Eksekusi program mencakup kegiatan menayangkan program sesuai dengan rencana yang sudah ditetapkan. Dalam melakukan ekseskusi program, Jogja Belajar Radio secara penuh melibatkan penyiar dalam mengambil semua teknis penyiaran. Penyiar merupakan ujung tombak radio. Penyiarlah yang menjadi eksekutor program siaran sekaligus kru radio terdepan yang berinteraksi dengan pendengar. Program siaran tidak akan berjalan dengan baik bila dieksekusi oleh penyiar yang tidak sesuai dengan program tersebut. Penyiar menentukan kualitas program dalam pelaksaaan siaran sekaligus menentukan citra radio. ` 63 Dalam pelaksanaan siaran, penyiar di Jogja Belajar Radio diharuskan untuk mampu menyiarkan berbagai macam program siaran yang terdapat di Jogja Belajar Radio, akan tetapi untuk program siaran yang bertema keagamaan dan kebudayaan diperlukan penyiar dengan kriteria khusus. Selain itu, jadwal siaran bagi penyiar yang sudah ditetapkan bersifat fleksibel mengikuti kesedian penyiar. Hal ini seperti yang dinyatakan Sdr. Ay, bahwa: “Kalau disini program diacak ya, disebar gitu. Jadi semua penyiar bebas mau siaran apa aja gitu. Yang penting sesuai jadwal aja. Misalkan disini setiap harinya ada 10 program, terus aku dapat yang pagi. Nah pagi itu programnya selamat pagi jogja, tapi kapanpun aku bisa masuk ke program yang lain. Bisa masuk ke Dunia Anak, padahal dunia anak hari ini udah ada yang siaran tapi „duh, aku pagi gak bisa tuh, tukeran dong‟. Jadi enak, flexible, bisa masuk program apa aja dan emang diharuskan bisa menguasai program apapun, gitu. Cuma untuk program keagamaan kayak program rohani kristen, itu dipegang penyiar yang nasrani. Sama ini, sama yang lebih spesialis sama program kedaerahan jadi kayak ada program ngudar kaweruh, itu dispesialkan untuk mereka yang bisa berbahasa jawa. Jadi penyampaian program siarannya itu pakai bahasa jawa. ” Hal ini serupa dengan pernyataan Sdr. Fai, bahwa: “Program yang dipegang sama aja. Kita harus bisa bawain semua programnya. Jadwal kita tu fleksibel. Ada sih kita dikasih jadwal sebenarnya untuk hari-harinya apa aja, programnya apa aja. Tapi kalau yang jadwalnya bentrok bisa tukaran. Paling khususnya untuk program keagamaan dan kedaerahan aja.” Selain harus mampu membawakan program acara, penyiar sebagai eksekutor program juga harus mampu menggunakan peralatan ` 64 siaran. Hal ini dikarenakan pada saat siaran program acara berlangsung, penyiarlah yang memegang kendali alat-alat siaran. Hal ini seperti disampaikan oleh sdr. Ay, bahwa: “Tugas kita ya harus bisa memandu acara yang kita bawakan. Kita harus tahu teknis siaran itu seperti apa. Kita harus bisa jalin komunikasi yang baik dengan pendengar, karna penyiarlah yang istilahnya berhadapan langsung sama pendengar, kita yang interaksi langsung sama mereka. Selain itu saat kita membawakan program acara kita juga dituntut untuk mampu menggunakan alat-alat siarannya. Karna kan disela-sela siaran kan kayak ada musik jeda juga, menguasai playlist, bisa mengoperasikan mixer juga.” Hal serupa juga disamapaikan oleh Sdr. Fai, bahwa: “Yang pasti kita harus tahu teknis siaran kayak gimana ya. Karena kita ini termasuk garis depan yang langsung berinteraksi sama pendengar radio. Kita harus bisa bawain program acara yang ada dan kita juga harus mampu menggunakan alat-alat siaran. Karena pada saat siaran itu biasanya kita sendiri yang pegang kontrol alat-alat siarannya.” Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa eksekusi program siaran di Jogja Belajar Radio hanya melibatkan penyiar sebagai eksekutor. Penyiar harus mampu untuk mampu untuk membawakan semua program acara yang diproduksi Jogja Belajar Radio dan mampu menggunakan alat-alat siaran. Akan tetapi untuk program bertema kebudayaan dan keagamaan diperlukan penyiar dengan kriteria khusus. Penyiar untuk program kebudayaan diutamakan penyiar yang mampu berbahasa Jawa, hal ini karena penyampaian program tersebut menggunakan bahasa jawa. Sedangkan ` 65 untuk program keagamaan memerlukan penyiar yang berbeda-beda disesuaikan dengan latar belakang penyiar, seperti untuk siaran program keagamaan islam disiarkan oleh penyiar yang beragama islam dan siaran program keagamaan nasrani disiarkan oleh penyiar yang beragama nasrani. 4. Pengawasan program Pada pelaksanaan sebuah program diperlukan adanya pengawasan dan evaluasi. Pada tahap ini, programmer harus mampu untuk membaca situasi dan melihat performa program. Hal ini bertujuan untuk menarik dan mempertahankan jumlah pendengar sebanyak mungkin. Kepala Bagian Layanan dan Promosi dibantu oleh Program Director adalah orang yang bertanggung jawab dalam mengawasi berjalannya program Jogja Belajar Radio. Evaluasi internal yang terdapat di Jogja Belajar Radio dilakukan setiap 6 bulan, namun setiap bulannya tetap diawasi terkait pelaksanaan program siaran serta abse nsi. hal ini diungkapkan oleh Bapak „M‟ selaku Kepala Bagian Layanan dan Promosi bahwa: “Evaluasi kita lakukan tiap 6 bulan, evaluasi bersama ya. Walaupun tiap sebulan saya melakukan evaluasi terkait dengan evaluasi program siaran. Misalnya begini, bulan Januari kita lakukan siaran di jam misalnya di jam 10 sampai jam 12 programnya namanya Ayo Belajar. Ternyata ketika jam tersebut saya adakan Ayo Belajar kok pendengarnya log-nya kan kelihatan. Kok log-nya kok sedikit? Kita evaluasi, kenapa? Oh, ternyata di jam seperti ` 66 ini pendengarnya masih pada sekolah, di kelas, sehingga gak sempat untuk mendengarkan. Oleh karena itu kita lakukan evaluasi. Coba kita ubah jam siarnya. Kita ubah diluar jam sekolah, misal jam 1 sampai jam 3. Coba kita lihat log-nya. Oh, tenyata log-nya tinggi. Berarti yang diinginkan pendengar itu untuk yang Ayo Belajar jam sekian. Ya seperti itu kan langsung kita eksekusi.” Hal serupa juga diungkapkan Bapak „Ch‟ bahwa: “Oke, disini kan ada log ya, baik log siaran maupun log pendengar dan absensi jadi memang kita bisa mengontrol dari itu semua. Selain itu kita juga melakukan pengawasan secara langsung, bisa macem-macem. ” Berdasarkan pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa pengawasan dan evaluasi dalam pelaksanaan program Jogja Belajar Radio masih dilakukan secara internal setiap 6 bulan, namun setiap bulannya pelaksanaan program akan tetap diawasi. Pengawasan ini dilakukan secara langsung oleh Program Director dan Kepala Bagian Layanan dan Promosi untuk melihat log pendengar serta absensi. Apabila pada saat dilakukan pengawasan dan evaluasi ditemukan kendala-kendala pada program siaran maka akan segera dicarikan solusi serta strategi untuk mengatasi kendala tersebut.

C. Pembahasan